Menu

Friday, 30 January 2015

Khutbah Jumat: KHALIFATUL MASIH II; MUTIARA HIKMAH



Ringkasan Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz
tanggal 23 Januari 2015 di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.

Khotbah Jumat pada kesempatan kali ini adalah berkenaan dengan beberapa peristiwa yang diriwayatkan oleh Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu tentang bagaimana penghormatan yang ditunjukkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam untuk menjunjung kemuliaan Baginda Nabi Muhammad, Rasulullah shallAllahu ‘alaihi wa sallam.

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra meriwayatkan mengenai Lekh Ram, seorang Pandit Hindu Arya Samaj yang berpengaruh yang senantiasa menggunakan bahasa kasar terhadap Rasulullah saw. Pada satu kesempatan, dia mengucapkan salam kepada Hadhrat Masih Mau’ud as, namun beliau as tidak mengacuhkannya dan menjelaskan kepada para pengikutnya dengan cukup serius, “Saya tidak menghiraukan ucapan salamnya karena dia mencaci junjungan kita.” Beliau as merasa tidak perlu untuk mempedulikannya dalam hal ini. Diketahui oleh umum bahwa apabila seorang besar atau pemimpin suatu kaum mendatangi seseorang, maka orang itu akan mempunyai alasan untuk menganggap dirinya besar atau terhormat. Merupakan adat kebiasaan manusia bahwa ia sangat perhatian sekali bila ada orang terhormat yang mendatangi dirinya, sementara bila ada orang miskin yang dating padanya, sikap pengormatannya akan berkurang sama sekali, bahkan bisa jadi tidak mempedulikannya.

Para pemimpin bangsa saat itu menganggap adalah suatu kehormatan untuk bertemu bahkan ditemui oleh Pandit Lekhram karena kedudukannya di tengah-tengah bangsa Arya waktu itu. namun, perhatikanlah bagaimana ghirahkecintaan Hadhrat Masih Mau’ud as kepada Rasulullah saw saat beliau as bersabda, “Saya takkan pernah menemuinya selama ia masih mencaci Junjungan saya saw.” Peristiwa ini menggambarkan ghirah kecintaan beliau as kepada Rasulullah saw. Juga memaparkan pelajaran lainnya, bahwa adalah tidak benar bagi seseorang untuk hanya menerima ucapan salam dari orang terhormat dan kaya saja dengan dasar bahwa pendekatan dari mereka dapat mengangkat martabat kita, namun, suatu keharusan juga untuk menghormati orang-orang miskin. Pokok mendasar ialah pernyataan ghirah pada situasi yang tepat. Jika seseorang terhormat menyatakan pernyataan yang tidak benar dan hormat terhadap Nabi saw maka kita tidak perlu untuk memberikan perhatian terhadap orang itu. Pendeknya, peristiwa ini mengandung berbagai poin halus.

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra meriwayatkan, “Hadhrat Masih Mau’ud as adalah seorang pribadi yang berperilaku sangat baik kepada anak-anak sehingga tidak mungkin beliau berkata keras atau kasar kepada satu pun dari mereka. Saat kami masih kanak-kanak, sekali pun kami tak pernah melihat beliau marah. Beliau menyayangi anak-anak dan standar kecintaan tersebut hingga sedemikian rupa, seperti diriwayatkan oleh Maulwi Abdul Karim Sialkoti, suatu kali, beliau merasa sakit di pinggang beliau ketika berbaring. Ternyata ada sepotong pecahan batu bata di saku beliau yang menyebabkan rasa sakit. Pecahan batu bata itu ada di saku beliau as karena Hadhrat Mahmud (Hadhrat Mushlih Mau’ud) telah meminta beliau agar menyimpannya dan beliau as dengan senang hati menyimpannya di saku beliau.

Beliau sangat menyayangi kami, dan adik kami terkecil, Mubarak Ahmad. Suatu kali, Mubarak Ahmad, yang paling kecil dari antara kami dan menurut kami adalah anak yang paling disayang oleh beliau as. Namun, kecintaan dan rasa sayang tersebut tidaklah melebihi kecintaan beliau as terhadap Nabi saw. Suatu kali, dalam kondisi kekanak-kanakannya, Mubarak Ahmad mengucapkan sesuatu yang tidak etis terhadap kemuliaan Hadhrat Rasulullah saw. Oleh karena itu, beliau as memukulnya dengan satu pukulan yang keras.”

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra meriwayatkan, suatu kali Hadhrat Masih Mau’ud as mengetahui bahwa Rasulullah saw telah dihinakan pada suatu pertemuan di Lahore meskipun sebelumnya telah diberikan jaminan (oleh pihak non Islam, Hindu, yang mengundang) bahwa hal tersebut tidak akan terjadi pada pertemuan tersebut. Pertemuan itu dihadiri oleh Hadhrat Maulwi Hakeem Nuruddin Sahib dan Hadhrat Mushlih Mau’ud as. Hadhrat Masih Mau’ud as merasa jengkel kepada mereka berdua dan berkata bagaimana rasa hormat kalian terhadap Rasulullah saw dapat tunduk kepada mereka dengan tetap saja duduk dalam pertemuan semacam itu.

Kemudian, Hadhrat Mushlih Mau’ud ra meriwayatkan, suatu perdebatan dengan Abdullah Atham, seorang misionaris Kristen, diterbitkan dalam buku Masih Mau’ud as berjudul Jang-e-Muqaddas. Ini terjadi setelah Hadhrat Masih Mau’ud as menyatakan diri sebagai Al-Masih dan para ulama telah menyuarakan fatwa pengkafiran serta menyatakan beliau ‘layak dibunuh’. Namun ketika beliau as diminta oleh para non-Ahmadi untuk berbicara dalam suatu perdebatan dengan seorang Kristen, beliau as dengan siap tampil untuk menegakkan kemuliaan Rasulullah saw dan Islam. Perdebatan itu berlangsung panjang. Pada akhir perdebatan beliau memanjatkan doa dengan khusyuk. Kemudian diperlihatkan dalam kasyaf kepada Hadhrat Masih Mau’ud as bahwa kelompok yang telah berdusta dalam perdebatan ini akan dijerumuskan ke dalam Hawiyah (kehidupan neraka) jika mereka dalam waktu 15 bulan tidak kembali pada kebenaran.

Ketika Abdullah Atham tidak mati dalam kurun waktu 15 bulan, orang-orang membuat keributan dan mengolok-olok bahwa nubuatan itu palsu. Salah seorang sahabat Masih Mau’ud as menjawab dengan gagah berani bahwa siapa yang bilang bahwa Atham masih hidup. Dia itu seperti orang mati yang sedang berjalan. Memang, beberapa orang tampak hidup namun sebenarnya mati sementara yang lain tampak mati namun sebenarnya hidup, seperti halnya mereka yang mati karena Tuhan. Dan beberapa orang yang ‘hidup’ tampak mati bagi orang-orang yang memiliki pandangan rohani. Atham tidak hanya mati secara rohani namun juga mati secara jasmani setelah beberapa waktu kemudian.

Ketika kurun waktu 15 bulan akan berakhir, orang-orang berdoa dengan penuh gairah dan sepenuh hati untuk kematiannya agar nubuatan tersebut terbukti benar. Namun, Hadhrat Masih Mau’ud as tidak senang akan hal ini. Beliau berkata siapakah yang lebih berwenang memenuhi kata-kata-Nya lebih dari pada Tuhan sendiri? Sungguh, nubuatan tersebut terpenuhi dengan segala kemuliaannya meskipun hanya tertunda beberapa saat.

Ketika Atham mendengar kata-kata nubuatan tersebut, dia menjadi pucat, mulai gemetar dan bertaubat. Dia merasa ketakutan dan kemudian menghentikan perlawanannya serta tidak lagi menulis apapun yang menyulut permusuhan hingga akhirnya dia menemui ajalnya. Nubuatan tentang Atham adalah bersyarat dan jika dia yakin dengan keimanannya terhadap Yesus Kristus maka dia tidak akan menjadi sangat gelisah. Nubuatan tersebut mengatakan bahwa jika dia kembali kepada kebenaran, tidak dikatakan jika dia menjadi seorang Muslim. Dia telah memanggil Rasulullah saw sebagai Dajjal (naudzubillah) dan setelah mendengar nubuatan tersebut, dia bertaubat. Siksa Ilahi tidak akan turun ketika orang-orang mempunyai keyakinan yang salah; namun siksa Ilahi akan turun ketika kejahatan dilakukan. Keyakinan yang salah akan berhubungan dengan akhirat sementara melakukan kejahatan akan menarik siksa Ilahi di dunia ini juga.

Ketika misionaris Kristen merasa lelah dengan rencana mereka yang selalu mengalami kegagalan, mereka akhirnya berkumpul dengan beberapa umat Islam dan mengumpulkan beberapa orang buta, tuli dan bisu kemudian berkata kepada Hadhrat Masih Mau’ud as bahwa jika beliau as menyatakan telah datang sebagai Yesus yang kedua dalam bentuk kiasan, lalu apakah beliau dapat menyembuhkan orang-orang buta, tuli dan bisu ini sebagaimana yang Yesus lakukan. Hadhrat Masih Mau’ud as membalas dengan penuh keyakinan dan berkata bahwa menurut ajaran Islam, kemiripan antara Yesus terdahulu dengan apa yang beliau nyatakan sekarang bukanlah secara fisik menyembuhkan orang-orang buta, tuli dan bisu. Beliau mengatakan kepada mereka bahwa itu adalah keyakinan mereka, bukan keyakinan beliau as bahwa Yesus terdahulu dapat melakukannya dan Bible juga mengatakan bahwa siapapun yang memiliki keimanan sebesar biji sawi maka dia dapat memindahkan gunung. Beliau mengatakan bahwa beliau hanya akan dapat menunjukan mukjizat yang dilakukan oleh junjungan beliau, Rasulullah saw. Namun, jika Bible mereka berkata bahwa orang yang memiliki iman sebesar biji sawi dapat memindahkan gunung, lalu mengapa mereka tidak dapat menyembuhkan orang  buta, tuli dan bisu yang ada pada saat ini! Tentu saja, para pendeta gugup menjawabnya dan mereka tidak mendapat petunjuk!

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra meriwayatkan mengenai seseorang bernama Mir Abbas Ali. Ia adalah salah seorang pengikut Hadhrat Masih Mau’ud as yang kemudian meninggalkan keyakinannya akibat dipengaruhi oleh para ulama. Mir Abbas Ali, seorang pengikut Hadhrat Masih Mau’ud as yang sangat ikhlas dengan kerohanian yang tinggi sampai-sampai Hadhrat Masih Mau’ud as bahkan pernah memperoleh wahyu berkenaan dengan kekuatan kerohanian Mir Abbas Ali. Ketika perdebatan antara Hadhrat Masih Mau’ud as dan Maulwi Muhammad Husain Batalwi telah berakhir, Mir Abbas Ali diutus untuk membawa surat beliau as kepada Maulwi Muhammad Husain Batalwi.

Ketika Mir Abbas Ali sampai ke tempat yang dituju, Maulwi Muhammad Husain Batalwi beserta para Syaikh menyambutnya dengan sangat menghargai dan penuh penghormatan. Maulwi dan para Syaikh bergantian menciumi tangannya seraya berkata, “Di dalam diri Tuan mengalir darah Rasulullah saw, kami siap berbaiat (janji setia) kepada Anda. Namun, dari manakah datangnya si orang Mughal itu? Jika memang ada utusan (Imam Mahdi) yang datang, mereka hendaknya berasal dari kalangan Sadaat (para sayyid, keturunan Nabi Muhammad saw).”

Kemudian mereka membicarakan mengenai Tasawuf dan para Sufi. Dikarenakan Mir Abbas Ali adalah orang yang sangat suka dengan Tasawuf dan para Sufi, maka para Maulwi dan Syaikh itu menceritakan kepadanya tentang kisah-kisah para Sufi dari berbagai tempat bahwa sufi ini dan itu melakukan keajaiban-keajaiban. Kemudian setelahnya, mereka berkata, “Jika Tn. Mirza dapat menunjukkan kepada kami keajaiban-keajaiban tersebut, hari ini kami tentu akan segera mengimaninya. Misalnya memegang ular, atau berdiri seperti ini dan begini.”

Perihal itu sangat dikagumi sekali oleh Mir Abbas Ali. Urusan itu sangat berpengaruh kedalam hatinya. Maka, ketika ia pulang kepada Hadhrat Masih Mau’ud as, ia berkata, “Hudhur, jika Tuan memperlihatkan karamah-karamah sedemikian rupa, para Maulwi dan Syaikh akan segera beriman kepada Tuan.”

Ketika kalimat ‘Karamah’ keluar dari lisan Mir Abbas Ali, yakinlah beliau bahwa ia telah masuk kedalam perangkap para Maulwi dan Syaikh. Kemudian, Hadhrat Masih Mau’ud as menasehatinya dan memberikan pengertian kepadanya, namun, ia tak paham juga. Sebagai akibatnya, hilanglah imannya, pudarlah sudah keikhlasan dan penghargaannya kepada Hadhrat Masih Mau’ud as.

Doa dalam surah al-Fatihah memberitahukan kepada kita bahwa manusia senantiasa cenderung kepada kemunafikan dan kekafiran dan dua kelemahan ini biasanya menyerang orang-orang yang telah masuk kedalam golongan mun’am ‘alaihim, yang diberkati oleh Allah Ta’ala dengan ni’mat-ni’mat-Nya. Sungguh disebutkan dalam surah al-Fatihah mengenai umat Yahudi dan Nasrani bahwa mereka menjadi, baik itu maghdhub ‘alaihim (dimurkai) maupun dhalliin (tersesat), padahal mereka sebelumnya termasuk golongan mun’am ‘alaihim (menerima nikmat Ilahi). Hendaknya diingat doa agar terhindar dari keburukan di akhir surah al-Fatihah hendaknya direnungkan bahwa semoga Allah senantiasa memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang menerima nikmat-Nya.

Adalah tidak mungkin dasar kesalehan seseorang itu berdasarkan ilmunya saja. Hadhrat Mushlih Mau’ud ra berbicara mengenai hal ini: “Jika kita berasumsi bahwa bangunan dasar kesalehan dan keutamaan seseorang ialah pada ilmunya saja, maka kita pasti akan menganggap dusta terhadap para Nabi yang adalah orang-orang berilmu semuanya, والعياذ بالله, hal demikian karena para penentang nabi-nabi umumnya ialah golongan ulama (para cendekiawan atau tokoh-tokoh agama). Para ulama yang terkenal menentang para nabi di zamannya. Para ulama semacam itu, yang menganggap dirinya cendekiawan besar juga menentang Hadhrat Masih Mau’ud as sampai-sampai Maulwi Muhammad Husain Batalwi menulis tentang Hadhrat Masih Mau’ud as dengan penuh penghinaan sebagai ‘Munsyi Ghulam Ahmad’ (Munsyi, gelar atau sebutan untuk juru tulis, ed.). Itu artinya beliau hanyalah selevel juru tulis atau editor yang hanya bisa menulis sebanyak beberapa baris saja, namun bukan orang yang cendikia. Ia (Husain Batalwi) dengan suka cita menulis hal ini bahwa ia menuliskan mengenai Hadhrat Masih Mau’ud as yang menurutnya hanya seorang juru tulis atau redaktur majalah saja.”

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra kemudian mengatakan: “Pada waktu umur saya masih anak-anak, Hadhrat Maulwi Sayyid Muhammad Ahsan Amrohi berkata di sebuah pertemuan, ‘Maulwi Muhammad Husain Batalwi telah menulis mengenai diri saya bahwa saya adalah seorang Maulwi sementara ia menulis mengenai Hudhur as hanya sebagai seorang juru tulis atau editor saja.’ Kendatipun saya masih kanak-kanak, hal itu kemudian telah menyakiti saya, kenapa beliau menyampaikan hal seperti itu di sebuah pertemuan, hal itu masih saya sesalkan. Seorang beriman harus dapat memilih kata-kata yang tepat dan terhormat, atau tidak perlu bagi mereka menceritakan hal-hal yang telah disebutkan tadi.

Selanjutnya sekarang kita akan menyimak bagaimana taraf keteguhan Hadhrat Masih Mau’ud as dalam memegang akhlak kejujuran dan kebenaran sesuai riwayat yang diceritakan oleh Hadhrat Mushlih Mau’ud ra yaitu sebagai berikut: Suatu kali Hadhrat Masih Mau’ud as mengirim sebuah parsel (paket) kepada seseorang dan memasukan sebuah surat ke dalam parsel tersebut. Beliau tidak mengetahui bahwa hal ini berlawanan dengan peraturan yang ada. Kasus ini diajukan ke pengadilan dan pengacara Hadhrat Masih Mau’ud as meminta beliau as agar menyangkal telah mengirimkan surat tersebut sepanjang parsel itu belum dibuka di depan seorang saksi. Hadhrat Masih Mau’ud as mengatakan adalah tidak benar berkata demikian dan beliau tidak bersedia mengatakan hal itu meskipun menurut pengacara tersebut konsekuensinya adalah beliau pasti akan dihukum. Selama pengadilan, Hadhrat Masih Mau’ud as dengan sangat jujur mengakui telah memasukan surat ke dalam parsel namun beliau as tidak mengetahui hal itu melanggar peraturan. Jaksa penuntut memberikan pidato panjang yang tidak mengesankan bagi sang hakim. Para akhirnya, hakim tersebut membebaskan Hadhrat Masih Mau’ud dan kasus beliau selesai.

Peristiwa ini sering diceritakan dan memberikan suatu standar kejujuran bagi kita untuk dijaga. Bagaimanapun juga, orang-orang yang tinggal di negara-negara ini berperilaku berlawanan dengan hal ini yakni ketika mereka mencari keuntungan dari pemerintah, pada waktu mencari suaka atau dalam kasus-kasus asuransi. Para Ahmadi yang melakukan hal ini hendaknya merenungkan hal ini karena ketidakjujuran tidaklah tepat bagi para Ahmadi.

Sekarang saya hendak menyebutkan mengenai ruqyah (mantra-mantra) dan jimat-jimat hal mana banyak orang di dunia ini yang cenderung ke arah ini. Hadhrat Mushlih Mau’ud ra menulis, “Hadhrat Masih Mau’ud as sering kali bersabda bahwa Hadhrat Abu Huraira ra kurang dalam hal tafaqquh (pemahaman mendalam tentang agama) dibanding para sahabat lainnya. Mayoritas hadis yang dikutip oleh orang-orang Kristen untuk mendukung pendapat mereka adalah diriwayatkan oleh Hadhrat Abu Huraira ra yang meriwayatkan hadis tanpa melihat latar belakangnya. Demikian pula ada beberapa riwayat yang dinisbahkan kepada Masih Mau’ud as yang diceritakan tanpa adanya tafaqquh dari yang meriwayatkannya. Tertulis bahwa ketika tersisa 1 hari lagi dari batas waktu yang diberikan dalam Nubuatan mengenai kehancuran Abdullah Atham, Hadhrat Masih Mau’ud as berkata kepada sebagian orang agar membawakan beberapa biji kacang polong dengan jumlah sekian lalu beliau membacakan surah-surah tertentu dalam Al-Qur’an kemudian membuangnya ke dalam sebuah sumur di luar Qadian.”

Mengetahui hal ini, Hadhrat Mushlih Mau’ud ra kemudian bertanya secara beruntun kepada yang bertanggungjawab meriwayatkan kisah diatas dan menuliskannya, “Mengapa kisah seperti ini bisa Anda riwayatkan sedangkan kisah ini benar-benar bertentangan dengan apa yang biasa Hadhrat Masih Mau’ud as amalkan. Seolah-olah beliau as cenderung kepada mantra dan jimat, والعياذ بالله.?”
Setelah ditelusuri, ternyata diketahui ada seseorang yang melihat dalam mimpi demikian. Hadhrat Masih Mau’ud as berkata, “Anda dapat melihat penggenapannya secara lahiriah apa adanya.” Dan pengenapan (penyempurnaan) sebuah mimpi secara apa adanya adalah satu hal, tetapi tindakan secara sengaja karena ingin melakukan hal seperti itu adalah sesuatu yang sama sekali berbeda. Di balik penggenapan sebuah mimpi secara apa adanya, terdapat suatu tujuan khusus, yaitu, supaya Allah menghapus (menolak) segi-segi buruk dalam mimpi tersebut seperti keinginan yang melihat mimpi itu. Para ahli tabir mimpi menulis bahwa mimpi merupakan suatu pertanda apa yang akan terjadi, jika apa-apa yang telah dilihat dalam mimpi disempurnakan secara apa adanya, maka dengan izin Allah, sisi negatif/jahat dari mimpi tersebut takkan muncul karena Allah berjanji untuk menyempurnakannya seperti apa yang terlihat dalam mimpi.

Hal ini terbukti contohnya dari beberapa hadis. Ketika Rasulullah saw melihat Suraqa mengenakan gelang emas Kisra dalam suatu kasyaf yang mengindikasikan bahwa Islam akan menang atas Persia. Karena melihat emas di dalam mimpi diartikan sebagai masalah atau kesedihan maka tabir penjelasannya juga dapat berarti bahwa setelah kemenangan atas Persia, orang-orang Persia akan membuat masalah. Oleh karena itu, untuk dapat mencegah terjadinya pengaruh buruk (berbahaya) tersebut, Hadhrat Umar ra mendorong Suraqa untuk menggenapi kasyaf Rasulullah saw dengan mengenakan gelang emas Kisra. [Padahal, dalam Islam, laki-laki Muslim dilarang memakai perhiasan emas]1

Suatu kali di tahun 1931, Hadhrat Mushlih Mau’ud ra memberikan khotbah menasehati Jemaat ini untuk menghindari konflik karena beliau mengatakan bahwa Jemaat ini sudah memperoleh kematangan. Beliau kemudian memberitahukan ada seseorang yang telah dikeluarkan dari Jemaat kemudian beliau menyampaikan khotbah kedua. Namun pada saat sedang menyampaikan khotbah, ada seseorang yang berdiri seraya bertanya, “Hudhur, siapakah orang yang dikeluarkan dari Jemaat itu?” Sedangkan ada seseorang yang lain yang memperingatkannya, “Janganlah engkau berbicara pada saat khotbah sedang disampaikan!”

Melihat hal ini, Hadhat Mushlih Mau’ud ra tersenyum dan kemudian meriwayatkan sebuah kisah: “Setelah matinya Lekh Ram, kediaman Hadhrat Masih Mau’ud as dikunjungi oleh seorang superintenden polisi. Ketika melewati pintu masuk, kepalanya terbentur dan dia merasa sakit dan pusing. Kepadanya ditawari untuk minum susu namun dia menolak, ‘Saya kemari sedang untuk menjalankan tugas. Ke sini untuk meminum susu tentu berlawanan dengan kewajiban saya.’ Mengenai hal ini, orang yang sama yang bertanya kepada Hadhrat Mushlih Mau’ud ra mengenai siapa yang dikeluarkan dari Jemaat, ia juga yang bertanya kepada Hadhrat Masih Mau’ud as, ‘Apakah kepala polisi itu berdarah?’ Hadhrat Masih Mau’ud as tersenyum dan berkata, ‘Saya tidak tahu karena saya tidak membuka topi polisi itu.”

Ada sebagian orang yang memiliki kebiasaan mengatakan hal-hal yang tidak perlu. Ringkasnya, berbicara di saat khotbah berlangsung itu dilarang bagi jamaah pendengarnya. Menegur orang agar jangan berbicara ketika khotbah berlangsung juga adalah hal yang salah. Dimungkinkan dan boleh menyampaikan sarannya itu dengan cara isyarat atau menasihati setelah selesai khotbah. Hadhrat Mushlih Mau’ud ra menceritakan sebuah anekdot dimana ada seseorang yang datang ke mesjid ketika shalat berjamaah sedang berlangsung. Orang tersebut mengucapkan salam dengan suara yang keras. Salah seorang makmum yang sedang shalat membalas salamnya. Mendengar hal ini, orang yang berada di sebelahnya yang juga sama-sama sedang ikut shalat berjamaah berkata, “Jangan berbicara ketika sedang shalat. Mengapa kamu menjawab salamnya”

Khotbah Jumat merupakan bagian dari shalat. Jadi berbicara selama khotbah berlangsung adalah tidak dibenarkan. Sang Imam boleh mengatakan sesuatu yang perlu disampaikan, namun jamaah tidak. Adapun dalam shalat, Imam dilarang untuk berbicara (di luar doa shalat). Hendaknya hal ini, yaitu larangan berbicara selama khotbah dan selama shalat ditanamkan di dalam diri anak-anak semenjak usia dini.

Diterjemahkan oleh: Hafizurrahman (editor : Dildaar Ahmad D.) rujukan www.alislam.org dan www.islamahmadiyya.net (Arab)


[1] Kisah diatas diriwayatkan oleh imam al-Bukhari (no. hadits 3905) dan Muslim kitab az-Zuhd (no. hadits 75). Suraqah adalah ahli pencari jejak Quraisy. Ia ikut sayembara berhadiah besar dari kaum Quraisy untuk menangkap Nabi yang sedang hijrah ke Madinah. Kuda tunggangannya berkali-kali jatuh ke tanah tiap kali mendekati Nabi yang sedang berjalan bersama Abu Bakr, sahabatnya dan Amir ibn Fuhairah, asisten dan penulisnya. Akhirnya ia berubah pandangan dan berkeyakinan Nabi bukan orang biasa dan beliau akan menang dalam dakwahnya. Ia mendekati Nabi secara bersahabat. Nabi bersabda kepada Suraqah bahwa ia akan mengenakan gelang-gelang dan pakaian kebesaran  Kisra (raja) Persia. Apa yang disabdakan oleh Nabi saw ini terjadi 24 tahun kemudian. Khalifah Umar yang mendapat kiriman harta pasukan Islam setelah menang perang dengan Persia, mengumpulkan orang-orang dan menyuruh Suraqah mengenakan pakaian kebesaran raja Persia, berikut perhiasan termasuk gelang-gelangnya dihadapan orang banyak tersebut.

Friday, 23 January 2015

Donor Darah Jemaat Ahmadiyah Daerah Tasikmalaya Ajak Masyarakat Berpartisipasi

Jemaat Ahmadiyah Daerah Tasikmalaya telah mengadakan donor darah dalam memperingati Maulid Nabi.
donor-darah-jemaat-ahmadiyah-tasikmalaya

Bertempat di Gedung Balai Pertemuan Jemaat Ahmadiyah Tasikmalaya Jumat 23 Januari 2015 sebanyak 53 labu darah terambil dalam kegiatan donor darah yang baru pertama kali kembali diadakan oleh Jemaat Ahmadiyah Tasikmalaya secara mandiri, sebelumnya kegiatan donor darah selalu bergabung dengan instansi atau LSM lain yang mengadakan kegiatan serupa. Kegiatan donor darah ini diikuti oleh anggota Jemaat Ahmadiyah yang berada di daerah Tasikmalaya yaitu dari Singaparna, Kawalu, Sukapura, Cigunung, Indihiang dan Tasikmalaya sendiri sebagai tuan rumah. Anshar Wilayah menjadi panitia penyelenggara kegiatan ini.

Anggota Jemaat Ahmadiyah yang menjadi peserta terdiri dari berbagai usia baik kaum laki-laki maupun kaum permpuan dari usia minimal sampai mereka yang beusia dibatas maksimal darahnya dapat diambil hadir dalam kegiatan ini. Peserta termuda masih duduk di kelas 2 SMA yang merupakan donor pertamanya dan berhasil diambil oleh petugas PMI UPTD Tasikmalaya.
donor-jemaat-ahmadiyah-tasikmalaya

Keterangan dari Ade Al Mahdi anggota Ansharullah yang menjadi panitia kegiatan ini menyatakan jumlah yang hadir 85 orang dan darah yang terambil 53 orang, sedikitnya jumlah ini dikarenakan banyak anggota pendonor aktif yang telah diambil sebelumnya karena diminta oleh yang memerlukan darah seperti oleh anggota keluargan yang salah satu anggota keluarganya menderita thalasemia dan yang lainnya banyak yang jadwal donornya telah lebih dulu. Beberapa fakor tidak terambil dikarenakan calon pendonor tidak memenuhi syarat diantaranya usia diatas 60 tahun, tekanan darahnya tinggi, Hb darahnya tidak memungkinkan dan kaum perempuan dikarenakan mereka baru saja dalam masa haid yang dibatasi minimal 1 minggu baru bisa melakukan donor darah.

Salah seorang petugas dari PMI yaitu Yuli mengatakan "Usia minimal untuk donor adalah 17 tahun dan berat badan 45 kg, kadar Hb harus berkisar 12-19. Bila diatas itu darah diambil tapi tidak digunakan untuk donor, dibuang dan itu untuk memperbaiki darah yang terlalu kental dari calon pendonor" beliau menganjurkan agar mereka yang darahnya mendekati skala 19 untuk rutin berdonor demi kesehatannya. Yuli menambahkan "Agar darah bisa diambil istirahat yang cukup tidur harus diatas 5 jam dan banyak makan sayuran dan daging ati sebagai penambah darah." saat ditanya manfaat donor Yuli menjawab "Donor darah itu kalau dalam kendaraan seperti ganti oli yang harus rutin dilakukan agar kendaraan mesinnya baik, berdonor baik bagi sirkulasi darah kita."
jemaat-ahmadiyah-tasikmalaya

Dindin Sarifudin salah seorang anggota Ansharullah saat dimintai keterangan menyampaikan "Pihak PMI menyambut baik kegiatan donor darah ini dan menganjurkan agar kegiatan rutin dilakukan" sementara dari keterangan seorang anggota Lajnah Imaillah Kawalu, Ranti Rahimah menyampaikan secara panjang lebar "Ada yang datang meminta darah Golongan A untuk keluarganya yang menderita thalasemia, saat ke PMI ia dianjurkan datang ke kegiatan donor darah Jemaat Ahmadiyah, ia datang sendiri untuk meminta darah yang diinginkan. Ia sangat kagum dengan kebaikan orang ahmadiyah dan baru mengetahui di kota Tasikmalaya ada juga ahmadiyah yang mendonor darah, sebelumnya ia hanya tahu kalau kebanyakan sumber darah berasal dari pendonor anggota Jemaat Ahmadiyah yang berasal dari desa Tenjowaringin."

Ketua Jemaat Ahmadiyah Tasikmalaya dalam keterangannya menyatakan bahwa kegiatan itu dilaksanakan dalam rangka memperingati hari Maulid Nabi dan akan rutin dilakukan selanjutnya sekaligus untuk memberdayakan Gedung Balai Pertemuan Jemaat Ahmadiyah Tasikmalaya yang cukup megah dengan kegiatan yang bermanfaat. Ditemui ditempat terpisah Mubaligh Wilayah Jemaat Ahmadiyah Priangan Timur Mln. H. Syaeful Uyun yang turut pula mendonorkan darahnya menyampaikan. Bahwa kegiatan kemanusiaan tersebut tidak hanya ditujukan untuk Anggota Jemaat Ahmadiyah, beliau mengharapkan semua elemen warga masyarakat dapat ambil bagian menjadi pendonor minimal warga masyarakat yang berada di sekitar lingkungan masjid. Beliau juga meminta agar anggota Jemaat Ahmadiyah kedepannya mengajak warga masyarakat lainnya untuk turut ambil bagian menjadi pendonor darah.
ahmadiyah-tasikmalaya

by: Doni Sutriana


Thursday, 22 January 2015

Intisari Shalawat atas Baginda Nabi Muhammad SAW

mirza-masroor-ahmad
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz [1]
tanggal 16 Januari 2015 di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.
Ringkasan Khotbah Jumat
أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك لـه، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله. أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم. ]بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضالِّينَ[، آمين.
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (الأحزاب: 57)

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi ini. Hai orang-orang mukmin, mohonkanlah shalawat (keberkahan) untuknya dan berilah selalu salam baginya.” (33:57)

Ayat ini menguraikan bahwa Tuhan serta para malaikat-Nya senantiasa mengirimkan shalawat dan salam atas Baginda Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam. Dengan demikian, mereka yang mengupayakan segala cara untuk mencegah atau mengurangi kemajuan Nabi saw ini tidak akan pernah berhasil. Mereka yang melancarkan fitnah serta menghina beliau saw tidak akan pernah berhasil. Konspirasi mereka sama sekali tidak dapat merugikan wujud yang dicintai Allah Ta’ala ini. Dengan karunia Allah Ta’ala, pemenuhan dari tujuan diutusnya Baginda Nabi saw akan terus berlanjut. Sungguh, pada saat ini Allah Ta’ala telah mengutus seorang pecinta sejati Hadhrat Baginda Nabi saw demi memenuhi tujuan ini serta membuka segala sarana demi tersebarnya ajaran Islam yang indah.

Baginda Nabi saw diutus oleh Tuhan untuk seluruh masa dan segala bangsa. Dan demi hal ini, Dia senantiasa mempersiapkan segala cara dan sarana melalui karunia-Nya. Dulunya para penentang Baginda Nabi saw tidak berhasil, sekarang pun juga demikian. Ini merupakan takdir ilahi dan seorang Muslim sejati hendaknya sama sekali tidak merasa khawatir mengenai hal ini. Bagaimanapun juga, para Muslim sejati hendaknya sadar akan tugas yang dibebankan kepada mereka yakni senantiasa membacakan shalawat dan salam sebanyak-banyaknya atas Baginda Nabi saw untuk memuliakan beliau sebagaimana yang Allah Ta’ala dan para malaikat-Nya lakukan. Bergabunglah ke dalam golongan yang meninggikan Baginda Nabi saw dan yang senantiasa membaca shalawat atas beliau saw bersama dengan Tuhan dan para malaikat-Nya.

Orang-orang yang menyebut diri mereka sebagai Muslim akhir-akhir ini menyerang sebuah kantor penerbitan di Prancis serta membunuh 12 orang. Hal ini secara singkat telah diceritakan pada khotbah Jumat yang lalu dan para Ahmadi diminta agar membaca shalawat. Kemenangan Islam tidak akan dicapai melalui pembunuhan dan penganiayaan. Tetapi, kita akan meraih tujuan kita dengan senantiasa bershalawat atas Nabi saw. Juga disebutkan bahwa publikasi tersebut dapat menimbulkan reaksi yang salah berupa penyerangan dan memang inilah yang mereka inginkan. Lagi-lagi mereka telah mencetak banyak karikatur yang menyakitkan hati kita dan sungguh hati umat Islam sejati tersakiti olehnya.

Apapun yang dilakukan beberapa tahun yang lalu oleh publikasi majalah ini, yang dikenal dengan nama ‘Charlie Hebdo’, telah dilupakan. Namun orang-orang yang menyebut diri mereka sebagai Muslim kembali menyalakan sebuah aksi penyerangan. Dulu [sebelum penyerangan mematikan tersebut), para pemimpin Barat mengkritik publikasi tersebut dan banyak pemerintahan tidak mengizinkan penerbitan kembali apapun yang dicetak. Namun setelah kejadian penyerangan beberapa minggu yang lalu, banyak pemimpin telah mendukungnya serta berbagai macam sumber telah menolongnya dengan jutaan dolar. Sebelumnya, yang diedarkan sekitar 60.000 kopi dan itu sudah maksimal. Tetapi, akibat dari aksi orang-orang yang menyebut diri mereka sebagai Muslim itu, sekarang 5 juta kopi majalah tersebut diterbitkan. Para analis (pengamat) memperkirakan publikasi tersebut akan hidup lebih lama sekitar 10-12 tahun kedepan padahal (tadinya) publikasi tersebut mungkin takkan berjalan hingga 6 bulan.

Mereka yang menyerang kantor-kantor majalah ini tidak hanya semakin memperburuk citra ajaran Islam namun juga menghidupkan kembali musuh yang telah mati. Andai saja organisasi Islam yang melakukan kejahatan atas nama Islam ini memahami bahwa kecintaan terhadap ajaran Islamlah yang akan semakin cepat membawa orang-orang ke dalam pelukan Islam. Orang-orang duniawi buta mengenai masalah keimanan. Jangankan Baginda Nabi saw, Tuhan pun mereka perolok-olokan. Jika kita membalas keburukan dengan keburukan sama saja artinya kita sedang melakukan keburukan yang lebih besar. Tuhan memerintahkan kita agar menghindari situasi seperti ini. Bergaul atau mengadakan kesepakatan dengan orang-orang seperti itu akan membuat dosa. Namun jika kita membalas perbuatan buruk mereka dengan perbuatan buruk pula dan akhirnya mereka menghinakan Baginda Nabi saw, maka hal ini justru membuat kita masuk kedalam lingkaran dosa mereka.

Muslim sejati hendaknya menghindari perilaku demikian dan hendaklah menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan yang telah berfirman bahwa ketika setiap orang kembali kepada-Nya, maka mereka akan menerima akibat dari perilakunya. Saat ini musuh-musuh Islam senantiasa merugikan Islam dan Baginda Nabi saw, tidak dengan kekerasan tetapi dengan cara yang seperti ini. [Ayat suci yang tadi telah ditilawatkan], dengan menyatakan bahwa Tuhan serta para malaikat-Nya senantiasa mengirimkan shalawat atas Baginda Nabi saw, itu artinya bahwa cara-cara [penghinaan yang] demikian itu sedikit pun tidak dapat mencederai derajat keagungan Baginda Nabi saw. Daripada membalas dengan keburukan yang sama, umat Islam seyogyanya harus menyampaikan shalawat dan salam atas Baginda Nabi saw.

Mereka yang sebelumnya tidak peduli terhadap publikasi kotor ini, sekarang malah sedang memberikan dukungannya atas nama kebebasan berpendapat. Namun, ada beberapa orang bijak yang tidak menyukai gambaran kotor ini serta telah meminta agar manajemen majalah tersebut bertanggung jawab. Seorang co-founder (salah satu dari beberapa pendiri) majalah Charlie Hebdo bernama Henri Roussel berkata bahwa gambar yang dipublikasikan oleh majalah tersebut bersifat provokatif dan sang editor telah membawa timnya pada kematian. Dia berkata bahwa hal ini bertentangan dengan kebijakan dasar mereka.

Paus Paulus juga telah memberikan pernyataan yang sangat bagus. Dia berkata kebebasan berpendapat juga memiliki batasan. Agama-agama hendaknya diperlakukan dengan hormat sehingga keimanan setiap orang tidak dihina atau diperolokan. Untuk mengilustrasikan maksudnya, Paus berkata bahwa dia sendiri akan memukul seseorang yang memaki ibunya meskipun orang itu adalah teman dekatnya sendiri yang mengatur segala perjalanannya. Sungguh, sang Paus telah memberikan pernyataan yang sangat realistis. Umat Islam hendaknya memahami hal ini dan tidak bereaksi dengan tidak pantas.

Media adalah sarana yang paling berpengaruh di seluruh dunia dan memainkan peran yang dapat memanaskan suasana yang ada serta juga dapat meredakannya. Setelah peristiwa ini, untuk pertama kalinya media mendekati kita dan menanyakan pandangan Jemaat Ahmadiyya di UK dan juga di beberapa tempat lainnya.

Kita mengatakan pada mereka bahwa hal ini merupakan tindakan yang tidak Islami dan mengungkapkan rasa simpati. Dan kita tetap menjaga bahwa kebebasan berpendapat hendaknya memiliki batasan sedangkan mereka yang menyalakan api sentimen terhadap yang lain harus bertanggung jawab. Di UK, anggota Jemaat Ahmadiyah hadir di SKY news, News 5, BBC Radio, LBC, BBC Leeds dan London Live. Sedangkan di Amerika anggota Jemaat tampil di Fox TV dan CNN. Surat kabar Kanada juga meliput pandangan kita sebagaimana media-media lainnya di Yunani, Irlandia, Prancis dan berbagai tulisan di USA. Banyak wawancara disiarkan di studio TV untuk menyampaikan ajaran Islam sejati.

Di sini, Tn. Amir beserta Tn. Imam Ata ul Mujeeb Rashed diwawancara di TV. Di USA, Kanada dan Prancis, perwakilan kita hadir di TV dan berbagai tulisan disusun oleh para Ahmadi. Di setiap tempat, tim kita menjalankan tugas mereka dengan sangat baik. Seorang wartawan Kanada menulis alasan mengapa Ahmadiyah telah dijadikan perwakilan di berbagai media serta menyampaikan ajaran Islam sejati meskipun Ahmadiyah sendiri merupakan sebuah sekte kecil dalam Islam.

Sungguh ini merupakan takdir Ilahi bahwa Jemaat dari seorang pecinta sejati Baginda Nabi saw ini adalah untuk menyampaikan ajaran Islam sejati ke seluruh dunia. Hal ini merupakan tanggung jawab kita dan hendaknya setiap Ahmadi menyampaikan pesan di dalam lingkungan mereka bahwa suatu reaksi yang salah hanya akan menghasilkan kekacauan dan membuat situasi global menjadi memanas. Hendaknya reaksi yang salah tersebut tidak membuat orang-orang terprovokasi dan juga tidak sampai menarik datangnya siksa Ilahi.

Para Ahmadi harus menapaki jalan:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang mukmin, ucapkanlah shalawat untuknya dan mintalah selalu doa keselamatan bagi beliau SAW" 
(Al-Ahzab: 57)

Orang-orang mukmin sejati hendaknya berusaha dengan sebaik-baiknya mematuhi hal ini. Ketika pengetahuan yang mendalam senantiasa meningkat, maka pemahaman mengenai hikmah di balik hal ini pun dapat diperoleh. Juga merupakan ajaran Islam yang memerintahkan agar memperoleh pengetahuan. Ketika pengetahuan yang mendalam diperoleh untuk mematuhi segala perintah ilahi, maka amalan juga akan menjadi lebih baik.

Dalam hadis-hadis juga disebutkan dalam berbagai macam riwayat berkenaan dengan faedah menyampaikan shalawat:

Riwayat dari sahabat Abdullah ibn Masud, bahwa Baginda Nabi saw bersabda:
 أَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً 
‘Aulan naasi bii yaumal qiyaamati aktsarahum ‘alayya shalaatan.’ 
“Pada hari pembalasan, orang yang paling dekat denganku adalah mereka yang paling banyak membaca shalawat untukku.”[2]
Beliau saw juga bersabda:
 إِنَّ أَنْجاكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَهْوَالِهَا وَ مَوَاطِنِهَا أَكْثَرَكُمْ عَلَيَّ صَلاَةً )) 
‘inna anjaakum yaumal qiyaamati min ahwaalihaa wa mawaathinihaa aktsarakum ‘alayya shalaatan.’ - “Pada setiap tahap yang menakutkan di hari pembalasan, orang yang paling dekat denganku adalah mereka yang paling banyak bershalawat atasku di dunia.”[3]

Baginda Nabi saw bersabda: “Shalawat yang disampaikan Allah Ta’ala dan para malaikat-Nya sudah cukup bagiku. Amalan untuk bershalawat itu hanya sebuah kesempatan yang diberikan Allah Ta’ala kepada orang-orang beriman agar memperoleh pahala bagi diri mereka sendiri.”

عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ قَالَ بَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدٌ إِذْ دَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى فَقَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجِلْتَ أَيُّهَا الْمُصَلِّي إِذَا صَلَّيْتَ فَقَعَدْتَ فَاحْمَد اللَّهَ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ وَصَلِّ عَلَيَّ ثُمَّ ادْعُهُ قَالَ ثُمَّ صَلَّى رَجُلٌ آخَرُ بَعْدَ ذَلِكَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَصَلَّى عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا الْمُصَلِّي ادْعُ تُجَبْ.

Riwayat lain menyebutkan, suatu kali datang seseorang ke hadapan Baginda Nabi saw dan melaksanakan shalat kemudian berdoa: “Ya Allah ampunilah aku dan kasihanilah aku.” Rasulullah saw bersabda kepadanya, “Anda sangat terburu-buru. Hendaknya Anda terlebih dahulu memuji dan mengagungkan Allah kemudian bershalawat atas saya dan barulah memanjatkan doa kepada Allah Ta’ala…”[4]

Sebuah riwayat lain menyebutkan,

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا سَمِعْتُمْ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِي الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ

Sahabat Abdullah ibn Amr ibn al-Ash mendengar Baginda Nabi saw bersabda, “Ketika kalian mendengar suara Muazzin memanggil untuk shalat, hendaklah kalian mengulangi kata-katanya kemudian bershalawat atasku. Orang yang bershalawat memperoleh rahmat 10 kali lipat dari Allah Ta’ala. Ada suatu derajat diantara tingkatan-tingkatan di surga yang hanya akan diberikan kepada seorang hamba Tuhan dan aku berharap bahwa itu adalah saya. Maka carilah sarana bagi saya untuk itu. Permohonan seperti ini adalah diperbolehkan bagi siapa saja yang ingin mencari sarana tersebut bagi saya.”[5]

عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ إِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوفٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا يَصْعَدُ مِنْهُ شَيْءٌ حَتَّى تُصَلِّيَ عَلَى نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Hadhrat Umar ra bersabda, “Suatu doa akan ditangguhkan di antara Bumi dan Langit [tidak ada bagian dari doa yang akan sampai ke atas (Allah Ta’ala)], jika Shalawat tidak dipanjatkan atas Nabi kalian shallaLlahu ‘alaihi wa sallam.”
Hadhrat Masih Mau’ud as sangat menekankan untuk bershalawat. Seraya memberikan nasehat kepada para pengikutnya, beliau as bersabda bahwa teruslah menaruh perhatian untuk bershalawat dan mintakanlah keberkatan bagi Baginda Nabi saw dengan ketulusan dan penuh perhatian seperti seseorang sedang memintakan keberkatan bagi seseorang yang dicintainya. Carilah dengan penuh kerendah-hatian dan jangan ada kepura-puraan di dalamnya. Lebih baik, berdoalah bagi Baginda Nabi saw dengan semangat kesetiaan dan kecintaan yang sejati. Carilah keberkatan-keberkatan yang telah melekat di dalam Shalawat tersebut dengan hati dan jiwa yang tulus atas Baginda Nabi saw. Inilah tanda kecintaan seseorang bahwa dia tidak pernah merasa letih dan kecewa serta senantiasa bershalawat tanpa disertai dengan keinginan-keinginan pribadi dan hanya menyampaikannya demi keberkatan Ilahi atas Baginda Nabi saw.

Hadhrat Masih Mau’ud as juga bersabda bahwa meskipun Baginda Nabi saw tidak membutuhkan doa siapapun namun ada alasan yang tersembunyi di balik shalawat yang disampaikan atas beliau saw. Seseorang yang memohon keberkatan bagi orang lain atas dasar kecintaan pribadinya juga akan menjadi penerima keberkatan tersebut. Kemurahan hati yang diberikan kepada orang yang dimintakan keberkatan juga akan diberikan kepada yang meminta keberkatan tersebut. Dan karena kemurahan Allah Ta’ala terhadap Baginda Nabi saw tidak terbatas, maka seseorang yang bershalawat atas beliau saw dengan dasar kecintaan pribadi juga senantiasa memperoleh keberkatan yang tak terbatas. Namun, sangat sedikit contoh semangat kerohanian dan kecintaan pribadi demikian itu yang dapat terlihat.

Hadhrat Masih Mau’ud as menulis: “Lihatlah ketulusan dan kesetiaan Sayyidina wa Maulana, Muhammad Rasul Allah dalam cara beliau menghadapi setiap kejahatan. Beliau saw menanggung segala musibah dan penderitaan namun beliau tetap optimis. Inilah ketulusan dan kesetiaan yang karenanya Allah Ta’ala telah memberkati beliau dan Dia menyatakan:

إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (الأحزاب:57

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi ini. Hai orang-orang mukmin, mohonkanlah shalawat (keberkahan) untuknya dan berilah selalu salam baginya.” (Al-Ahzab: 57)
Jelas dari ayat ini bahwa amal-amal perbuatan Baginda Nabi saw ialah sampai sedemikian rupa hal mana Allah Ta’ala tidak menggunakan suatu kata tertentu untuk memuji amal-amal perbuatan tersebut ataupun menyingkatkan kualitas Baginda Nabi saw. Kata-kata tersebut dapat saja ada dan Dia pergunakan untuk itu namun secara sengaja Dia tidak menggunakannya. Hal itu artinya, amal-amal shaleh beliau sedemikian rupa luhurnya sehingga lebih tinggi dari definisi sempurna atasnya dan atas definisi penjelasan mana pun. Tidak pernah ada ayat seperti ini Allah Ta’ala gunakan untuk mengagungkan seorang Nabi manapun. Di dalam ruh beliau saw terdapat derajat tertinggi ketulusan dan kemurnian, dan segala amal perbuatan beliau sedemikian rupa dihargai dalam pandangan Allah Ta’ala sedemikian rupa sehingga Dia telah memerintahkan umat manusia agar di masa mendatang mereka senantiasa bershalawat sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat ini.[6]

Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda mengenai shalawat sebagai sarana untuk keteguhan hati dan pengabulan doa: “Bershalawat kepada Nabi saw telah diwajibkan dalam setiap kali shalat agar menambah kecintaan kepada Baginda Nabi saw dan juga memperbaharui kecintaan tersebut.”

Beliau saw bersabda: “Shalawat merupakan wasilah (sarana) yang sangat luar biasa untuk meraih istiqamah (keteguhan hati, kesabaran). Bacalah shalawat sebanyak-banyaknya, bukan sebagai taqlid (karena ikut-ikan seperti sebuah ritual) atau karena adat kebiasaan belaka, namun bershalawatlah dengan memperhatikan baik-baik akan husn (keindahan), ihsaan (kebaikan), ketinggian martabat dan derajat beliau, serta kejayaan beliau saw. Bershalawatlah untuk meninggikan lagi derajat beliau saw dan demi kesuksesan beliau saw. Walhasil, kalian akan memperoleh manis dan lezatnya buah pengabulan doa.”

Hadhrat Masih Mau’ud as juga bersabda: “Betapa penuh berkatnya masa ini bahwa pada hari terjadinya kekacauan tersebut, hanya dengan karunia-Nya, untuk memanifestasikan kebesaran Baginda Nabi saw, Dia telah berkehendak untuk memberikan pertolongan bagi Islam serta mendirikan suatu Jemaat (Jamaah). Saya hendak bertanya kepada orang-orang yang menyintai Islam dan yang memiliki rasa hormat dan perhatian terhadapnya di dalam hati mereka, katakanlah apakah pernah ada suatu zaman sebelum ini dimana sedemikian rupa wujud Baginda Nabi saw telah begitu dicaci dan direndahkan dan Al-Quran telah begitu dihujat? Saya sangat sedih dan terpukul melihat kondisi umat Islam. Seringkali saya gelisah karena sedih bahwa tidak ada sedikitpun perasaan yang tersisa di dalam diri mereka untuk merasakan aib ini. Apakah mungkin Allah Ta’ala tidak memperhatikan sedikit pun kehormatan Baginda Nabi saw sehingga Dia tidak akan mendirikan suatu Jemaat Ilahi di atas segala cacian ini untuk menutup mulut para penentang Islam serta untuk menyebarkan kemuliaan serta kesucian beliau saw di seluruh dunia? Dalam hal bahwa Allah Ta’ala dan para malaikat-Nya senantiasa bershalawat dan memohon keselamatan bagi Baginda Nabi saw, maka betapa pentingnya untuk mengirimkan shalawat dan salam pada saat sekarang ini dan Allah Ta’ala telah memanifestasikan hal ini dalam bentuk Jemaat ini.”[7]

Hadhrat Masih Mau’ud menulis kepada salah seorang pengikut beliau seraya menasehatkan agar sungguh-sungguh menyadari bahwa setiap perbuatan hendaklah terbebas dari ritual dan kebiasaan belaka akan tetapi lakukanlah dengan kecintaan yang membara di dalam hati. Contohnya, hendaknya shalawat tidak dibaca seperti burung beo sebagaimana yang orang-orang lain lakukan. Mereka tidak mempunyai ketulusan sejati bagi Baginda Nabi saw serta tidak pula mereka memintakan keberkatan atas beliau saw dari Allah Ta’ala. Namun, suatu keharusan bagi seseorang untuk terpatri dalam pikirannya ketika bershalawat kepada Nabi saw, bahwa kecintaannya kepada Baginda Nabi saw senantiasa mencapai suatu tingkatan yang lebih besar yang mustahil dicapai oleh hati seorang saja dari masa sebelumnya dalam hal mencintai seseorang yang lain, begitu juga hingga masa mendatang tidak akan ada yang dapat melampaui kecintaan tersebut. Keyakinan seperti ini dapat dibentuk dengan cara dipersiapkan untuk menanggung semua kesulitan yang ada dengan ketulusan hati karena kecintaannya, sebagaimana dulunya mereka yang mencintai Baginda Nabi saw juga menanggung segala kesulitan juga karena kecintaannya. Hatinya tidak merasa ragu untuk menanggung kesulitan yang ada yang telah merisaukan pikiran dan khayalnya. Tidak ada perintah apapun yang telah diterima akalnya yang bisa membuat hatinya ragu atau menolak. Tidak akan pernah di dalam hatinya terdapat kecintaan terhadap makhluk lain mana pun yang sama jenisnya dengan kecintaannya yang ini. Tatkala keyakinan ini tumbuh, maka shalawat harus senantiasa dibaca dengan tujuan untuk memohon keberkatan yang sempurna dari Allah Ta’ala bagi Baginda Nabi saw, menjadikan beliau saw sumber bagi keberkatan seluruh dunia, membuat kesucian serta ketinggian martabat dan keagungan beliau saw terlihat jelas bagi orang-orang di dunia ini maupun di dunia selanjutnya.

Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda hendaknya hal ini dilakukan dengan perhatian dan konsentrasi penuh persis seperti ketika seseorang berdoa dengan penuh konsentrasi tatkala dia dihadapkan pada berbagai kesulitan. Pada kenyataannya, seseorang hendaknya membaca shalawat dengan penuh kerendahan hati dan kelembutan. Hendaknya tidak ada niat-niat untuk memenuhi keinginan pribadi serta murni untuk memohon keselamatan dan keberkatan bagi Baginda Nabi saw dan bagi kemuliaan beliau saw sebagai penerang di dunia ini dan di akhirat kelak. Penjelasan mengenai bagaimana cara mengetahui seseorang telah memberikan perhatian dan konsentrasi penuh selama bershalawat, salah satu tandanya adalah seseorang sering menangis selama bershalawat serta merasakan pengaruhnya di dalam nadinya dan mengalami masa antara penuh kesadaran dan tertidur.[8]

Hadhrat Masih Mau’ud as menulis kepada seorang pengikut beliau bahwa: “Kalian harus terus mendirikan shalat tahajud dan bacalah secara berulang-ulang wirid-wirid (doa-doa) dan tasbih-tasbih yang al-ma-tsurat (yang ada disebutkan oleh Al-Qur’an dan dan diriwayatkan dari Nabi saw) berkali-kali dan biasakanlah dengan itu. Ada banyak berkat di dalam tahajjud. Rasa malas untuk mendirikannya sungguh tidak bernilai apa-apa. Seseorang yang malas dan suka bersantai-santai tidak akan memperoleh apapun. Allah Ta’ala berfirman: وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا (العنْكبوت: 70) ‘Walladziina jaahaduu fiina lanahdiyannahum subulana.’ – “Dan orang-orang yang berjuang untuk Kami, sesungguhnya Kami akan memberi petunjuk kepada mereka pada jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah swt. beserta orang- orang yang berbuat kebaikan.” (29:70).

Shalawat yang lebih disukai ialah yang diucapkan oleh lidah penuh berkat Baginda Nabi saw, yaitu sebagai berikut:

"اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وعلى آل إبراهيم إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. "

Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah limpahkan rahmat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Yang Maha Terpuji dan Maha Agung.

"اللّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وعلى آل محمد كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وعلى آل إبراهيم إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ"

Ya Allah, limpahkanlah keberkatan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah limpahkan keberkatan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Yang Maha Terpuji dan Maha Agung.
Kata-kata yang keluar dari mulut seorang pribadi suci pasti memiliki banyak keberkatan di dalamnya. Hendaknya dipahami betapa penuh berkatnya kata-kata yang keluar dari seorang pribadi yang merupakan pemimpin orang-orang suci dan penghulu para Nabi. Pendek kata, inilah shalawat yang paling penuh berkat dari semua versi shalawat lainnya. Kalimat shalawat ini juga diwiridkan oleh hamba yang lemah ini. Tidak perlu membatasi untuk bershalawat hingga berapa kali. Hendaknya shalawat dibacakan dengan penuh keikhlasan, kecintaan, kehadiran hati dan kerendahan hati. Dan bacalah shalawat hingga tercipta keadaan dalam hati berupa rintihan tangisan, ecstacy (perasaan penuh sukacita), berkesan, dan dada dipenuhi dengan kelapangan dan kelezatan. Kemudian timbul keyakinan dan pemahaman yang mendalam di dalam dada.”[9]

Kita berdoa kepada Allah supaya membuat semangat ini dalam diri kita semua, dan bangkit dari hati kita shalawat kepada Nabi saw yang memiliki pranala hingga ke arsy Ilahi, kemudian shalawat ini menampakkan diri kepada kita dalam bentuk karunia-karunianya.

Hadhrat Mushlih Mau’ud (Hadhrat Khalifatul Masih II, Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad) radhiyAllahu ‘anhu memberikan pandangan berikut ini mengenai membaca shalawat yang sangat saya (Hadhrat Khalifah V) sukai.

“Ketika kita berdoa bagi orang lain, maka doa-doa kita menjadi sumber diangkatnya derajat kita. Sementara membaca shalawat mengangkat derajat Baginda Nabi saw, yang pada akhirnya juga akan mengangkat derajat kita. Shalawat akan sampai pada beliau saw dan kemudian melalui beliaulah shalawat tersebut sampai pada diri kita. Seperti halnya ketika sesuatu ditempatkan pada penyaringan, maka dia akan melewati penyaringan tersebut dan mengalir ke bawah. Demikian pula Allah Ta’ala telah menjadikan Baginda Nabi saw sebagai penyaring bagi umat beliau saw. Pertama-tama Allah Ta’ala menurunkan berkat kepada beliau saw dan kemudian berkat-berkat tersebut juga sampai pada kita melalui beliau saw. Sebagai hasil dari kita membaca shalawat, Allah Ta’ala mengangkat derajat Baginda Nabi saw dan tentunya Allah Ta’ala juga berfirman kepada Baginda Nabi saw bahwa hadiah ini adalah dari orang-orang mukmin yang ini dan yang itu. Hal ini mendorong Baginda Nabi saw untuk mendoakan kita. Dan karena doa beliau saw, Allah Ta’ala menganugerahkan kita berkat-berkat-Nya.

Secara pribadi, ketika saya pergi ke pekuburan Hadhrat Masih Mau’ud as untuk berdoa, maka cara saya berdoa adalah pertama-tama saya mendoakan Baginda Nabi saw dan kemudian Hadhrat Masih Mau’ud as. Barulah saya berdoa, ‘Wahai Tuhan, saya tidak mempunyai apapun yang dapat saya persembahkan sebagai hadiah bagi kedua wujud suci tersebut. Apapun yang saya miliki tidaklah bermanfaat bagi mereka. Sedangkan Engkau memiliki segalanya. Oleh karena itu, saya berdoa seraya memohon agar Engkau membantu saya dan memberi mereka hadiah yang sebelumnya tidak pernah mereka dapati di surga.’

Mereka pasti akan bertanya mengenai hadiah tersebut, ‘Wahai Allah! Dari siapakah datangnya hadiah ini?’ Ketika Tuhan memberi tahu mereka siapa yang telah mengirimkan hadiah tersebut, kemudian mereka akan mendoakan orang tersebut dan barulah derajat orang tersebut akan diangkat. Hal ini terbukti ada dijelaskan di dalam Al-Quran dan dalam banyak Hadits Nabi, dan itu adalah hal mendasar Islami yang diakui, bahwa tidak ada yang dapat menyangkal perihal manfaat doa-doa bagi mereka yang telah meninggal.

Al-Quran menyatakan: فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا (النساء: 87) ‘fa hayyuu bi ahsani minhaa’ - “...ucapkanlah salam yang lebih baik dari yang diucapkan kepadamu...” (4:87) dan hendaklah perhatian kita ditarik bahwa ketika seseorang memberikan hadiah kepada kalian, maka kalian membalasnya dengan hadiah yang lebih baik atau paling tidak sama dengan hadiah yang diterima. Menurut ayat ini, ketika kita berdoa bagi Baginda Nabi saw atau Masih Mau’ud as serta membaca shalawat dan salam bagi mereka berdua, maka hasil dari doa kita dan demi kepentingan kita, Tuhan akan memberikan mereka hadiah. Kita tidak tahu betapa banyaknya karunia di surga tetapi Tuhan mengetahuinya. Ketika kita berdoa, ‘Wahai Tuhan! Anugerahkanlah kepada Baginda Nabi saw suatu hadiah yang belum pernah diberikan kepada beliau saw sebelumnya.’ Ketika hadiah tersebut diberikan, beliau saw juga diberitahu dari siapa hadiah tersebut berasal. Lalu mana mungkin setelah beliau saw mengetahui darimana hadiah itu berasal namun beliau saw sama sekali tidak melakukan apapun dan tidak mendoakan orang yang telah memberinya hadiah! Jiwa beliau saw tunduk dihadapan Allah Ta’ala seraya berkata, ‘Wahai Tuhan, anugerahkanlah mereka sesuatu balasan yang lebih baik demi kami.’ Kemudian sesuai ayat فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا (النساء: 87) maka doa tersebut akan dikembalikan kepada orang yang bershalawat tadi serta akan menjadi sumber diangkatnya derajatnya. Ini merupakan sarana yang melaluinya kita dapat meraih manfaat bagi diri sendiri dan bagi suatu Jemaat tanpa berbuat syirik.

Penjelasan perbedaan kedua bagian dari shalawat tersebut. Pada bagian awalnya, kalimat "اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وعلى آل إبراهيم إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ." dibacakan. Secara bahasa, salah satu makna kata صَلِّ menandakan rasa takzim dan itu berarti: ‘Wahai Allah, angkatlah keagungan Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam di dunia ini dengan meninggikan namanya, dan dengan menjadikan risalahnya (misi tugasnya) sukses dan menang di dunia, dan dengan menganugerahkan kemuliaan kepada beliau melalui kekekalan serta keabadian syariahnya, dan di akhirat dengan menerima doa syafaat beliau bagi umat ini dan dengan meningkatkan pahala mereka dan membalasnya berlipat ganda.’

Pada bagian kedua, kalimat "اللّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وعلى آل محمد كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وعلى آل إبراهيم إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ" disebutkan. Kalimat itu berarti: ‘Wahai Allah, jadikanlah apa-apa yang telah Engkau tetapkan bagi Baginda Nabi saw yaitu berupa segala kehormatan, kebesaran, keagungan serta kemuliaan dan anugerahikanlah hal demikian itu selama-lamanya.’

Singkatnya, dalamاللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ‘Allahumma shalli ‘alaa Muhammad…’ adalah doa bagi kemenangan dan keabadian syariah beliau saw dan bagi umat ini untuk menerima kemurahan hati dari doa syafaat beliau saw

Dalam kalimat اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى ‘Allahumma baarik ‘alaa Muhammad…’ merupakan doa bagi keabadian dari kehormatan, kebesaran, kemuliaan, keagungan dan kemuliaan beliau saw.”

Semoga Allah Ta’ala memungkinkan kita untuk bershalawat dengan cara yang benar. Semoga karenanya kita dapat memperoleh kedekatan dengan Tuhan serta senantiasa meningkatkan kecintaan kita terhadap Baginda Nabi saw. Semoga kita selalu meningkatkan kemampuan kita dalam menyebarluaskan syariah beliau saw. Semoga kita selalu memainkan peran positif dalam menghilangkan kekacauan dari dunia ini sesuai dengan ajaran beliau saw! Semoga Allah senantiasa memberkati kita untuk melakukannya!

Hudhur mengumumkan shalat jenazah ghaib bagi 2 orang Ahmadi. Mereka adalah Maulwi Abdul Qadir Dehlvi Sahib, darwaisy Qadian dan Mubaraka Begum Sahiba, istri dari seorang darwaisy Qadian bernama Bashir Ahmad Sahib Hafizabadi.

Diterjemahkan oleh: Hafizurrahman (editor Dildaar Ahmad D.)

[1] Semoga Allah Ta’ala menolongnya dengan kekuatan-Nya yang Perkasa
[2] Abu Bakr Muhammad ibn Ali ibn Tsabit Al-Khatib al-Baghdadi dalam Kitabnya Al-Fashl Lil Washl Al-Mudraj
[3] Syifa Syarif
[4] Sunan at-Tirmidzi
[5] Shahih Muslim
[6] Laporan Jalsah Salanah hal 50-51- Tafsir Masih Mau’ud as Vol. 3 hal. 730
[7] Malfuzhat Vol. 3 hal. 8-9, edisi terbaru – Teladan Beberkat Baginda Nabi saw dan Karikatur, hal. 85-86
[8] Surat kepada Mir Abbas Ali, surat nomor 9, Maktubat-e-Ahmadiyah
[9] Maktubat-e-Ahmadiyya vol. I, hal, 17-18 – Teladan Beberkat Baginda Nabi saw dan Karikatur, hal. 79-80

Sunday, 18 January 2015

Mubaligh Ahmadiyah Ajak Jemaat Teladani Sifat Cinta Kasih dan Keberanian Rasulullah SAW

Peringatan Siratun Nabi Jemaat Ahmadiyah Tasikmalaya pada hari rabu 14 Januari 2014

Maulid Nabi dalam Jemaat Ahmadiyah lebih menekankan pada Sirat atau perjalanan Nabi, sehingga lebih sering di berikan tema Siratun Nabi. Untuk Jemaat Ahmadiyah Tasikmalaya peringatan diadakan bada Maghrib mulai pukul 18.30 sampai 21.00 WIB.

Setelah pembukaan dengan tilawat ayat suci Al Quran surat Al Ahzab 22-24 oleh khuddam Apip Yuhana, acara dilanjutkan dengan pembacaan ringkasan khutbah jumat oleh Ketua Jemaat Ahmadiyah Tasikmalaya bapak Dadang Budiman.

Acara pokok diisi dengan ceramah Mubaligh Wilayah Jemaat Ahmadiyah Priangan Timur, Mln. H. Syaeful Uyun. Dalam awal ceramahnya beliau membuka dengan pertanyaan apa yang harus diberikan oleh umat Islam dan bagaimana sebaiknya menyikapi masalah Charlie Hebdo.

Mln. Syaeful Uyun menuturkan bahwa Maulid bukan memperingati hari kelahiran Rasulullah SAW namun memperingati bahwa telah lahir ke dunia seorang Nabi yang berakhlak agung yang harus kita teladani, "Maulid berbeda dengan Natal yang memperingati kelahiran Nabi Isa kita tetap menghargai dan menghormati mereka" kata Mln. Syaeful Uyun.

Beliau melanjutkan "Wujud berakhlak agung ini harus kita coba teladani dan praktekan teladannya dalam kehidupan sehari-hari, latar belakang peringatan Maulid sendiri baru ada pada masa Sultan Salahudin Al Ayubi pada masa perang salib. Beliau mengumpulkan umat mulsim untuk meningkatkan semangat berjihad dan berkorban yang mulai melemah. Dalam kesempatan Maulid itu di tekankan untuk meneladani semangat jihad Nabi dan sahabat."

Mln. Syaeful Uyun juga menjelaskan makna Nama 'Muhammad' yang berarti 'terpuji' beliau berharap bahwa setelah peringatan Maulid dalam umat Islam khususnya Jemaat akan lahir 'Muhammad' baru sebagai dzili/buruji atau cermin/bayangan Rasulullah SAW dalam sifat-sifatnya.

Ada 2 poin yang ditekan oleh Mln. Syaeful Uyun dalam sifat Rasulullah yaitu kecintaan dan keberanian beliau, kisah Nabi saat di tolak dan dianiaya oleh masyarakat Thaif kota tempat hijrah pertamanya memperlihatkan bagaimana standar kecintaan beliau meski malaikat menawarkan hukuman setimpal dengan melumatkan 2 bukit namun Rasulullah menolak dan beralasan jika kaum Thaif di hancurakn maka kelak tak akan ada anak cucu mereka yang menyembah Allah Taala. 

Rasulullah tidak melihat dengan kebencian atau kekerasan terhadap orang yang memusuhi beliau, "Manusia Nabi atau manusia Nabi yang mewarisi sifat Nabi, yang dapat membalas kebencian dengan kecintaan." ujar Mln. Syaeful Uyun dihadapa 80 anggota Jemaat Ahmadiyah Tasikmlaya.

Mengenai perang di zaman Nabi Mubaligh kelahiran Ciamis ini menjelaskan bahwa 13 tahun Rasulullah SAW di Mekah, beliau menghadapi segala penganiayaan tanpa perlawanan atau kekerasan, baru setelah hijrah ke Yastrib atau Madinah peperangan terjadi. Harus diketahui Madinah sendiri berasal dari Madani atau negara yang moderat dimana saat itu Rasulullah dapat menyatukan persekutuan di kota Yastrib tanpa melihat latar belakang agama. Peperangan terjardi kerana adanya penyerangan dari kaum Mekah dalam hal ini Rasulullah dan persekutuan di Madina melakukan peperangan sebagai usaha pembelaan diri dan itu dilakukan setelah ada izin dari Allah Taala untuk mengangkat pedang membela diri.

Poin kedua mengenai keberenian Mln. Syaeful Uyun memaparkan bagaimana keberanian Rasulullah SAW ketika menagihan piutan seorang Yahudi kepada Abu Jahal, kaum Mekah yang saat itu hendak mencelakai Rasulullah dengan menganjurkan seorang Yahudi untuk meminta bantuan menagih hutang kepada Rasulullah tidak menyangka bahwa Abu Jahal yang ditakuti tidak kuasa dengan kharisma Rasulullah saat menagih hutang didepan pintu rumahnya dan Abu Jahal yang susah ditagih hutang segera melunasi hutangnya pada orang Yahudi tersebut.

Menanggapi karikatur penghinaan Mln. Syaeful Uyun menasehatkan agar "Serangan pena dilawan lagi dengan pena bukan dengan senjata." Metode dakwah yang harus diterapkan adalah mengajak umat manusia kejalan Tuhan dengan jalan hikmah dan memberi nasehat yang baik serta bertukar pikiran dengan cara yang baik.

"Jemaat perlu memperhatikan bahwa sifat jamal atau kelembutan bukan berarti lembek, meneladani cinta kasih bukan berarti kegagahan atau keberanian dihapuskan, teladan Rasulullah dalam keberaniaan dapat diikuti dimana saat perang beliau pantang mundur dalam menghadapi musuh bahkan saat kegentaran sahabat beliau menyatukan simpul umat muslim saat itu yang hampir tercerai." nasehat Mln. Syaeful Uyun pada jemaat.

Menutup uraiannya Mln. Syaeful Uyun menyampaikan "Jika ingin meraih kedekatan pada Allah Taala kita hanya bisa dengan cara mengikuti jalan Rasulullah SAW, jika tidak maka kita tidak akan meraih apapun."

Sekitar 80 anggota Jemaat hadir dalam peringatan Siratun Nabi ini, baik kaum bapak, ibu, pemuda maupun anak-anak. Seorang non-ahmadi turut pula hadir mendengarkan ceramah Mln. Syaeful Uyun hingga selesai pukul 21.00 WIB.

Doni Sutriana - Tasikmalaya


Friday, 16 January 2015

Khutbah Jumat: KETAKWAAN, KETAATAN DAN PENGORBANAN HARTA

Ringkasan Khutbah Hudhur aba
Baitul Futuh, 9 Januari 2015
mirza-masroor-ahmad
Hazrat Khalifatul Masih V Mirza Masroor Ahmad aba
Maka bertakwalah kepada Allah sejauh kesanggupanmu, dan dengarlah serta taatlah, dan belanjakanlah hartamu, hal itu baik bagi dirimu. Dan barangsiapa diperlihara dari kebakhilan dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang berhasil. Jika kamu meminjamkan kepada Allah suatu pinjaman yang baik, niscaya Dia akan melipat-gandakan bagimu dan akan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Menghargai, Maha Penyantun. (64:17-18)

Sebagaimana jelas dari ayat-ayat tersebut, Tuhan sedang menarik perhatian orang-orang mukmin sejati untuk menerapkan ketakwaan dan mematuhi segala perintah-Nya dengan ketaatan sempurna. Salah satu perintah Tuhan adalah untuk membelanjakan harta di jalan-Nya. Seorang mukmin sejati hendaknya tidak ragu untuk membelanjakan harta di jalan Tuhan karena pengorbanan harta seorang mukmin sejati adalah untuk tujuan baik. Hari ini, hanyalah Jemaat Masih Mau’ud as yang membelanjakan harta untuk mencari keridhoan Allah Ta’ala dan sungguh sangat berhasrat untuk itu. Hanyalah Jemaat Ahmadiyah yang, setelah menerima Imam zaman dan kemudian memahami semangat tujuannya, sedang menjalankannya sesuai dengan ajaran Islam untuk memenuhi huququllah dan huququl ibad. Pekerjaan-pekerjaan ini termasuk Tabligh, persiapan tabligh, penerbitan literatur, penerbitan Al-Quran, pembangunan mesjid dan rumah misi, pembangunan sekolah, peresmian stasiun radio untuk menyiarkan ajaran Islam, pembangunan rumah sakit serta pekerjaan-pekerjaan kemanusiaan lainnya. Jemaat Ahmadiyah telah menghindari sifat tamak dan telah meraih pemahaman untuk masuk ke dalam golongan orang مفلحون (sukses),sesungguhnya kata ini tidak hanya sekedar berarti mereka yang sukses,Kata itu juga berarti mereka yang menjadi sejahtera, meraih kesuksesan dan memenuhi keinginan baiknya dan yang berharap untuk menjalani kehidupan yang menyenangkan untuk meraih keridhoan Ilahi. Kehidupan mereka berada dibawah perlindungan Ilahi dan kesejahteraan mereka berlangsung abadi, mereka meraih kepuasan berkat karunia Ilahi dan karunia-Nya senantiasa dianugerahkan pada mereka, di dunia ini dan juga di akhirat kelak. Mereka dianugerahi kesuksesan dari Tuhan dan kesuksesan mereka tidak terbatas. Pada kenyataannya, maksud kata ini sangat luas. Betapa beruntungnya mereka yang meraih ini!

Tuhan menyatakan bahwa mereka yang membelanjakan harta di jalan Allah tidak hanya diminta untuk hanya membelanjakannya saja, namun yang mereka belanjakan juga menjadi sumber kesuksesan dan kesejahteraan mereka. Tuhan tidak pernah berhutang kepada siapa pun; Dia melihat harta yang diberikan dengan penuh kecintaan serta menghargainya seperti pinjaman yang baik yang telah diberikan karena-Nya dan Dia juga membalasnya dengan yang lebih besar. Tidak hanya itu, Dia juga menyatakan bahwa berkenaan dengan pengorbanan harta, Dia akan memberikan ampunan dan akan memungkinkan orang-orang untuk melakukan lebih banyak kebaikan. Kita bisa saja belum cukup memahami penghargaan dari Tuhan; namun beberapanya dapat dipetik dari penjelasan dari kata مفلحون -orang yang berjaya adalah mereka yang mendapatkan kemurahan hati ini. Hari ini, adalah para Ahmadi yang memiliki pemahaman untuk membelanjakan harta di jalan Allah dan yang menjadi penerima ihsan Allah Ta’ala. Ini bukan hanya kata-kata kosong belaka, namun Hadhrat Khalifatul Masih menerima ratusan dan bahkan ribuan laporan berkali-kali dimana para Ahmadi mempersembahkan pengorbanan
mereka dengan semangat yang besar. Bagaimana seseorang bisa memiliki kesungguhan demikian jika mereka tidak memiliki pemahaman untuk membelanjakan harta di jalan Allah Ta’ala? Juga ada banyak orang yang mendapatkan balasan yang lebih besar dari Allah Ta’ala langsung setelah memberikan hartanya di jalan Allah Ta’ala. Hal ini mempengaruhi mereka sedemikian rupa sehingga mereka juga membelanjakan harta mereka dengan nilai yang lebih besar lagi di jalan-Nya serta terus diberkati dengan kesejahteraan dan karunia Ilahi. Dibawah ini adalah beberapa peristiwa bagaimana para Ahmadi dengan karunia-Nya membelanjakan harta di jalan Allah Ta’ala dan bagaimanamereka juga memperoleh berkat-Nya.

Mubaligh kita dari Benin menulis tentang seorang Ahmadi lama bernama Salman Sahib dari Cotonou yang cukup miskin. Beliau tidak mempunyai cukup uang untuk biaya pulang dari Jalsah Salanah Benin sebesar 1500 CFA franc pada bulan Desember yang lalu. Ketika beliau didesak untuk menghadiri Jalsah, dengan suatu cara beliau mengusahakan biaya satu kali perjalanan dan berangkat namun harus mengatur untuk biaya pulang. Ketika pulang, perwakilan Waqfe Jadid mengunjungi beliau untuk mengumpulkan uang yang telah beliau janjikan. Beliau menerimanya dengan sangat bahagia dan ketika diminta untuk melunasi pengorbanannya, beliau memberikan 6000 CFA franc yang merupakan nilai yang sangat besar bagi seseorang seperti beliau. Perwakilan Waqfe Jadid menjadi haru dan berkata bahwa beliau dapat menguranginya dan menyimpannya untuk keperluan keluarga beliau. Tetapi, beliau menjawab bahwa Tuhan telah menganugerahi uang kepada saya, lalu kenapa saya tidak membelanjakannya karena-Nya? Beliau menjawab uang adalah amanat dari Tuhan dan menjelaskan bahwa beliau hanya punya cukup uang untuk satu kali perjalanan ke Jalsah sedangkan untuk pulang dari Jalsah, Allah Ta’ala memberinya begitu banyak uang sehingga beliau merasa sangat senang untuk memberi. Beberapa hari kemudian beliau membayar pengorbanan sebesar 2000 CFA franc.

Mubaligh kita dari Tanzania menulis tentang seorang mubayyin baru bernama Munope Sahib yang berasal dari suatu daerah di negara yang baru menerima Jemaat 2 tahun yang lalu. Beliau berulang kali telah mengungkapkan, beliau telah melihat apapun yang diberikan untuk Waqfe Jadid dan Tahrik Jadid maka Tuhan juga akan mengembalikannya lebih besar. Beliau mengatakan, kami tidak tahu kemana uang kami dihabiskan sebelum masuk Jemaat. Namun ketika sudah masuk Jemaat dan membayar candah, kami mengalami kedamaian batin dan kondisi keuangan kami telah diangkat.

Mubaligh kita dari Burundi menulis tentang Tn. Abu Bakar, seorang mubayyin baru dan sangat miskin. Beliau hidup dengan penghasilan yang sangat sedikit sedangkan beliau juga harus menolong kedua orang tuanya. Ketika beliau didekati oleh mubaligh untuk membayar Waqfe Jadid, dengan langsung beliau memberikan sesuatu. Beliau bercerita bahwa ada luka di kaki ayah beliau dan sangat sakit. Ayah beliau sudah dirawat di rumah sakit selama 3 bulan dan juga telah menjalani pengobatan tradisional, namun dokter sudah ada pikiran untuk mengamputasi kaki ayah beliau karena tidak ada lagi alternatif lain. Abu Bakar Sahib pergi shalat Jumat 2 minggu kemudian dan pertama-tama membayar tunggakan candahnya kemudian mulai menyatakan rasa syukur dengan penuh perasaan. Beliau berkata, setelah baiat dan membayar sedikit Waqfe Jadid, beliau menerima suatu berkat yaitu bosnya meningkatkan gaji beliau dan berkat yang lebih besarnya adalah ayah beliau sedang dalam penyembuhan. Sebelumnya beliau butuh tongkat untuk berjalan namun sekarang sedang berusaha untuk dapat berjalan tanpa pegangan dan semua ini adalah berkat dari candah. Beliau meminta agar diinformasikan tentang cara pembayaran candah yang telah ditentukan sehingga beliau dapat membayar candah secara dawam dan sesuai aturan.

Tn. Sulaimani dari Lindi, Tanzania menulis bahwa beliau adalah seorang penjaga toko dan tahun lalu bisnis beliau mengalami kerugian namun beliau tidak mengurangi perjanjian Tahrik Jadid dan Waqfe Jadid beliau serta melunasinya para bulan Ramadhan lebih dari apa yang beliau janjikan sehingga beliau menerima doa Khalifatul Masih dan dapat terlepas dari kerugian finansial. Tuhan telah begitu memberkati beliau sehingga yang dulunya hanya punya satu toko yang seringkali mengalami kerugian, namun sekarang beliau sudah punya 2 toko. Sungguh, Tuhan berfirman bahwa Dia tidak pernah berhutang, Dia senantiasa memberi balasan lebih.

Seorang mubayyin baru asal Mtwara, Tanzania bernama Tn. Shangoay Zuberi berkata, “Saya masuk Jemaat kemudian saya keluar. Karena upaya Muallim lokal, saya kembali masuk Jemaat. Ketika saya berada di luar Jemaat, saya biasanya sulit memenuhi kebutuhan saya dan terus mengalami kerugian setiap hari. Saya punya sebuah sepeda dan bisnis kecil menjual perkakas dan sering kali tidak terjual satu pun sepanjang hari. Namun, sejak saya masuk kembali ke dalam Jemaat dan mulai membayar berbagai macam pengorbanan, kondisi keuangan saya segera membaik. Tuhan memberkati pembayaran candah saya sedemikian rupa sehingga sekarang saya mengganti sepeda saya dengan motor dan jauh lebih baik dari sebelumnya.”

Mubaligh kita dari Brazzaville, Kongo menulis bahwa seorang teman Ahmadi yang miskin bernama Aalipa Sahib bekerja sebagai buruh dan membayar candah tiap bulan. Beliau berkata bahwa ketika kami
mengumumkan Waqfe Jadid, beliau hanya punya 2000 CFA franc dan tidak punya pekerjaan. Beliau pergi ke mesjid dan mengerjakan shalat nafal 2 rakaat dan memberikan 2000 CFA franc yang beliau miliki ke Sadr Sahib. Beliau berkata, pada suatu malam, seseorang mengirimkan saya 20.000 CFA franc sebagai bayaran atas pekerjaan yang telah saya lakukan beberapa saat yang lalu kepada seseorang namun belum dibayar. Beliau berkata bahwa beliau merasa, dengan cara membayar candah Tuhan mendorong seseorang untuk membayarnya dan kemudian melipatgandakannya 10 kali.

Mubaligh kita dari Benin menulis bahwa seorang Ahmadi bernama Kanday Sahib, anggota Jemaat Gogoro, baru baiat dan langsung mulai membayar candah. Beliau merasakan perubahan yang luar biasa di dalam dirinya. Ketika beliau diminta untuk membayar Waqfe Jadid, beliau memenuhinya dengan tidak sabar dan berkata sejak saya mulai membayar candah, dengan karunia Allah Ta’ala, bisnis saya menjadi berkembang dan apapun yang saya lakukan senantiasa diberkati dengan sangat luar biasa dan saya merasa ini semua adalah karena masuk ke dalam Ahmadiyah dan karena berkat dari membayar candah.

Mubaligh kita dari Kenema, Sierra Leone menulis tentang Haji Sheiku Sahib yang berkata bahwa sebelumnya beliau biasanya membayarkan Waqfe Jadid anak-anaknya. Tapi tahun ini beliau meminta anak perempuannya untuk membuat perjanjian sendiri serta melunasinya dari uang sakunya sendiri. Ketika sekretaris Waqfe Jadid datang untuk meminta perjanjian, Dr Haji Sheiku meminta anak perempuannya untuk mendaftarkan perjanjiannya dan dia berkata bahwa dia akan membayar 10.000 Leone. Dr Sahib berkata, beliau pikir, anaknya ini mungkin akan berjanji 3000 atau 4000, namun ketika mengatakan 10.000, ibunya bertanya bagaimana kamu akan melunasi perjanjian sebesar itu. Dr Sahib meminta istrinya untuk tidak mengatakan apapun dan membiarkan anak mereka berjanji sesuai keinginannya. Beberapa hari kemudian, beberapa kerabatnya datang mengunjungi keluarganya dan ketika pulang, mereka memberi anaknya 15.000 Leone. Anaknya langsung membayarkan 10.000 Leone kepada ayahnya seraya berkata, “Ini untuk candah yang telah dia janjikan”.

Allah Ta’ala dengan sangat luar biasa telah memberkati para Ahmadi serta anak-anak mereka yang tinggal di daerah yang jauh dengan ketulusan dan mereka memahami pentingnya candah. Siapakah yang dapat mendorong hati mereka selain Allah Ta’ala! Sedangkan kebutaan dunia tidak dapat melihat bahwa Masih Mau’ud as telah dikirimkan dari Tuhan. Hendaknya juga diingat bahwa para mubayyin baru senantiasa mengalami perkembangan yang sangat cepat dalam hal ketulusan dan hendaknya para Ahmadi yang lama juga senantiasa memberikan perhatian untuk mengembangkannya dalam berbuat kebaikan dan hendaknya memberikan perhatian yang penuh dalam hal ini.

Mubaligh kita dari Kinhasa menulis tentang Ibrahim Sahib yang menjalani bisnis perternakan domba dan kambing. Sebelum menerima Ahmadiyah, bisnisnya tidak berjalan dengan baik dan tidak memperoleh keuntungan. Setelah masuk Ahmadiyah, beliau mulai membayar candah sesuai kemampuan. Bisnis beliau meningkat karena berkat dari candah. Beliau mengakui bahwa ini semua adalah berkat pengorbanan harta yang beliau berikan setelah masuk Jemaat.

Mubaligh dari Kinshasa, Kongo menulis tentang Mustapha Sahib, penduduk M’banza-Kongo yang baiat pada bulan Ramadhan. Saudara perempuannya yang masih beragama Kristen sedang sakit pada saat itu dan biaya besar dikeluarkan untuk pengobatannya. Ketika beliau mendengar tentang pengorbanan harta di mesjid, beliau membayar candah dan juga membayarkan untuk saudara perempuannya itu seraya berdoa demi kesembuhannya. Saudaranya sembuh dan beliau berkata bahwa ini adalah berkat dari membayar pengorbanan di jalan Allah.

Amir Mali menulis bahwa Muhammad Jara Sahib adalah seorang yang cukup miskin sebelum beliau mulai membayar candah kepada Jemaat namun semenjak beliau mulai bayar candah, kondisi keuangan beliau meningkat. Dengan karunia Allah Ta’ala, banyak Ahmadi memberikan pengorbanan harta di Mali. Akhir-akhir ini, Daud Sahib yang merupakan seorang mekanik, dengan kemampuan keuangan yang rendah mulai membayar candah 1000 CFA franc per minggu. Hal ini memberkati pekerjaan beliau serta
ketulusan beliau sedemikian rupa sehingga beberapa hari yang lalu, beliau membayar candah sebesar 153.000 CFA franc yang kira-kira setara dengan 200 poundsterling.

Dengan karunia Allah Ta’ala, para mubayyin cenderung terus meningkat dalam hal pembayaran candah dan senantiasa membayarnya dengan penuh ketulusan. Seorang anggota Jemaat mukhlis bernama Afafa Sahib membayar 150.00 franc setiap bulan yang setara dengan 200 poundsterling. Ada sejumlah uang yang sangat besar bagi mereka yang tinggal di negara yang belum berkembang. Beliau juga membayar zakat sebesar 250.000 franc yang kira-kira setara dengan 330 poundsterling dan terus meningkat dalam hal keimanan dan ketulusan berkat karunia Allah Ta’ala.

Inspektur Kasmir, India menulis bahwa tahun lalu, hampir semua rumah Ahmadi di Sri Nagar terkena banjir. Volume air selama banjir pada bulan September itu begitu banyak sehingga dapat merendam rumah berlantai dua. Beliau berkata ketika beliau melakukan perjalanan ke Sri Nagar, beliau merasa khawatir bahwa beliau tidak akan bisa mengumpulkan 100% pengorbanan harta karena situasi demikian. Orang-orang terpaksa tinggal di atas atap ketika rumah mereka penuh dengan lumpur dan situasinya buruk sekali. Namun, ketika orang-orang melihat beliau, mereka sendiri berbicara tentang candah dan beliau merasa senang bahwa mereka dengan gembira membayar tunggakan candah mereka. Terlepas dari penderitaan yang mereka sedang hadapi, tidak ada ungkapan kesedihan tampak pada wajah mereka dan dengan karunia Allah Ta’ala, anggaran belanja Sri Nagar dapat diselesaikan. Mata seseorang dapat saja menjadi berlinang melihat kejadian seperti ini serta akan teringat masa para sahabat rasulullah saw yang tidak memiliki apapun untuk dimakan namun unggul dalam melakukan pengorbanan harta. Pada kenyataannya, Jemaat Masih Mau’ud as tercinta ini sedang meningkat dalam hal keimanan.

Muallim kita dari Benin menulis bahwa seorang mubayyin baru terbiasa membayar candah secara dawam dengan niat supaya keluarganya juga menerima Ahmadiyah. Beliau berkata bahwa beliau melihat sebuah mimpi yakni karena berkat membayar candah, seluruh keluarga beliau menerima Ahmadiyah. Mimpi tersebut mendorongnya untuk bertabligh kepada keluarga beliau yang sebelumnya tidak beliau lakukan, namun baru dimulai setelah memperoleh mimpi tersebut. Bersamaan dengan tabligh tersebut, beliau juga mulai membayar candah khususnya untuk alasan tersebut. Sekarang beliau merasa bangga mengatakan bahwa seluruh keluarga beliau telah masuk Ahmadiyah dan hal ini terjadi semata-mata karena berkat membayar pengorbanan harta di jalan Allah.

Seorang wanita dari Benin berkata bahwa tahun lalu, apapun yang beliau lakukan senantiasa mengalami kerugian dan tidak ada satupun yang berhasil. Muallim Sahib menarik perhatian wanita tersebut untuk membayar candah dengan jujur dan dawam. Wanita itu berfikir untuk mecobanya dan melihat keuntungan apa yang dapat diperoleh dengan membayar candah sesuai dengan penghasilannya. Wanita itu berkata ketika beliau mencoba membayar candah sesuai aturan dan dawam, bisnisnya menjadi melesat dan sekarang keluarganya menjadi sejahtera dan segalanya jatuh pada tempatnya. Janji Tuhan yang menyebutkan bahwa Dia senantiasa memberikan dengan melimpah ruah bagi mereka yang membelanjakan harta di jalan-Nya adalah benar!

Inspektur Qamaruddin Sahib dari India menulis bahwa beliau mengunjungi Kerala pada awal tahun pengorbanan untuk membuat anggaran belanja Waqfe Jadid. Beliau bertemu dengan seorang anak muda berumur 26 tahun yang berkata bahwa akhir-akhir ini dia mempelajari dekorasi interior dan sedang memulai bisnis dengan ayahnya. Ketika dijelaskan tentang pentingnya Waqfe Jadid, dia berjanji 200.000 rupees. Inspektur berkata bahwa dia baru saja mulai bekerja lalu merasa heran bagaimana dia akan melunasinya. Tuan inspektur memintanya untuk menulis surat ke hudhur untuk meminta doa dan dia pun melakukannya. Ketika sang inspektur kembali untuk mengumpulkan pengorbanan harta, anak muda ini sangat senang mengatakan bahwa dia telah menerima banyak kontrak kerja dari berbagai bank untuk dekorasi interior yang telah memberkati penghasilannya. Dia melunasi semua pengorbanannya.

Naib Nazim Mal Waqfe Jadid India menulis bahwa ketika beliau melakukan perjalanan ke Utter Pradesh, beliau bertemu dengan Muhammad Fareed Anwer Sahib, sekretaris mal Kanpur. Beliau melunasi perjanjian Waqfe Jadid beliau serta mengajak Naib Nazim Sahib ke rumahnya pada malam hari. Di sana, beliau mengatakan kepada Naib Nazim Sahib bahwa anak perempuannya yang berumur 8 tahun bernama Sajeela telah menunggu kedatangan beliau selama 2 hari. Sajeela dengan tenang masuk dan membawa celengannya. Dia memberikannya kepada Naib Nazim Sahib dan berkata bahwa dia telah menyimpan uang sepanjang tahun untuk membayar candah. Dia meminta beliau untuk mengambil uangnya dan memberikannya kuitansi pembayaran. Celengan tersebut berisi 735 rupees. Beliau kagum melihat seorang anak 8 tahun yang juga waqfenau ini. Dia telah memenuhi perjanjian Waqfe Jadidnya dan membayarnya lebih dari apa yang dia janjikan.

Siapakah yang dapat menanamkan semangat seperti ini ke dalam diri anak-anak selain Allah Ta’ala sendiri! Para orang tua juga hendaknya mempertahankan lingkungan yang agamis di rumah dan hendaknya berulang kali menjelaskan kepada anak-anak mereka pentingnya membayar candah seraya juga memberi tahu mereka tentang hal-hal baik lainnya dan beribadah kepada Tuhan. Terdapat banyak sekali contoh dimana anak-anak membayar candah dan dikatakan bahwa ayah mereka telah membayarkan candah mereka namun berkata bahwa ayah mereka akan memperoleh pahala atas apapun yang ayah mereka bayarkan sedangkan mereka ingin membayar sendiri dari uang saku mereka.

Amir Prancis menulis bahwa ketika dijelaskan mengenai Waqfe Jadid kepada seorang teman, beliau membayarkan apapun yang beliau miliki. Keluarganya berkata padanya untuk menjaga segala sesuatunya agar tetap kembali untuk keperluan rumah tangga. Akan tetapi, beliau berkata bahwa beliau telah berjanji sejumlah uang dan akan tetap melunasinya apapun keadaannya. Beliau berkata, Tuhan akan menjaga rumah tangga ini. Bulan berikutnya, beliau menerima surat dari departemen kesehatan pemerintah yang mengatakan bahwa berkenaan dengan laporan kesehatan medisnya, mereka telah memutuskan untuk membayarkan biaya selama dua tahun dan telah mengirimkan uang untuk 3 bulan. Ketika beliau melihatnya, jumlahnya 100% melebihi apa yang beliau bayarkan untuk Waqfe Jadid. Dengan karunia Allah Ta’ala, Tuhan memberikan buah dari pengorbanan hartanya dalam jangka waktu satu bulan!

Sekretaris Waqfe Jadid Lajnah UK berkata bahwa seorang sekretaris Waqfe Jadid lokal mengatakan padanya bahwa ada seorang wanita yang sangat kurang mampu tidak dapat membayar candah akan tetapi telah berjanji apapun yang beliau sanggupi. Setelah berjanji, wanita ini mulai berdoa pada Allah Ta’ala supaya memungkinkannya untuk memenuhi janjinya. Wanita tersebut tahu bagaimana cara menjahit dan segera setelah itu, dia mulai menerima tawaran menjahit. Tidak hanya untuk mampu memenuhi janjinya, sekarang wanita ini juga memperoleh penghasilan sehingga dia dapat meningkatkan perjanjiannya. Lajnah UK tidak hanya telah mencapai target Tahrik Jadid dan Waqfe Jadid dengan semangat dan kerja keras yang sangat luar biasa, akan tetapi juga dengan karunia Allah Ta’ala telah memberikan pengorbanan yang melebihi target.

Amir Sahib dari Benin menulis bahwa suku Fulani menetap di bagian utara dan tengah negara Benin dalam jumlah yang besar. Pada tahun-tahun yang lalu, banyak yang baiat dari kalangan suku ini. Tiga kampung suku ini berada di bawah pengaruh permusuhan yang sangat besar dari para ulama lokal namun berlalu begitu saja. Seorang Muallim suku Fulani ini yang berasal dari Burkina Faso dikirim ke Benin sehingga beliau dapat bertemu dengan masyarakat dan menghilangkan kesalahpahaman mereka. Beliau berkhidmat di tempat ini selama sebulan dan dengan karunia Allah Ta’ala, tiga kampung masuk Ahmadiyah dengan keimanan yang tinggi. Kampung-kampung tersebut membelanjakan sejumlah harta pribadi untuk biaya transportasi dan pergi menghadiri Jalsah di Benin dengan bus. Ketika pulang dari Jalsah, tidak lama sebelum Muallim tersebut pergi ke kampung mereka, Muallim itu memberikan mereka pesan dari Hudhur bahwa beliau rh ingin melibatkan para mubayyin baru dalam pengorbanan harta, meskipun hanya sedikit. Beliau rh mengatakan hal itu kepada mereka pada bulan Desember yakni bulan terakhir untuk membayar Waqfe Jadid. Lebih kurang seribu orang baiat pada suku ini.

Ini adalah beberapa peristiwa tentang semangat yang dimiliki orang-orang untuk membayar candah. Kita memperhatikan banyak contoh bagaimana Tuhan juga memberikan balasan yang lebih besar dari pengorbanan harta mereka. Dia adalah Tuhan yang memenuhi janji-Nya dan seraya menampakan kebenaran firman-Nya, hal ini juga menunjukan dukungan dan pertolongan-Nya bagi Jemaat Masih Mau’ud as ini, tidak masalah dimana pun Jemaat tersebut berada.

Telah saya (Hudhur) jelaskan di tahun sebelumnya bahwa Hadhrat Khalifatul Masih IV (aba) membawa gerakan waqfi jadid ke luar India dan Pakistan untuk memenuhi kebutuhan Jemaat India dan di negara-negara Afrika. Sebelumnya tidak banyak perhatian yang diberikan untuk membayarkan Waqf-e-Jadid di luar Pakistan. Uang yang dikumpulkan dari negara-negara Eropa atau negara-negara maju lainnya sekarang digunakan di Afrika. Dengan karunia Allah Ta’ala, saat ini 95 mesjid sedang dalam pembangunan di 18 negara di Afrika. Beberapa mesjid berukuran cukup besar karena jumlah Ahmadi yang terus meningkat disana dan kesempatan tabligh juga terbuka. Hadhrat Masih Mau’ud juga bersabda bahwa bangunlah sebuah mesjid dimanapun kamu ingin memperkenalkan Islam. Pekerjaan ini sedang dilakukan di beberapa negara di luar Afrika. Saat ini ada 25 negara termasuk negara-negara Afrika dan 7 negara lainnya dimana 204 mesjid baru dan 184 rumah misi telah didirikan. Sekitar 80% pengorbanan Waqfe Jadid negara-negara Eropa dan Barat dibelanjakan di negara-negara Afrika di samping pengorbanan harta yang dilakukan sendiri oleh para Ahmadi Afrika dalam jumlah yang besar. Namun, kebutuhan mereka terus meningkat karena banyak yang baiat. Karena para mubayyin baru berasal dari kalangan orang-orang kurang mampu, meskipun banyak yang baiat namun mereka tidak dapat sepenuhnya membayar biaya pembangunannya. Mereka butuh bantuan dalam beberapa kasus. Sebagaimana banyaknya peristiwa yang menunjukan bahwa mereka terus memberikan pengorbahan harta dalam jumlah yang besar namun para penentang juga sedang menimbulkan masalah seperti tampak bagaimana mereka mencoba mempengaruhi para mubayyin baru dan menjauhkan mereka dari Jemaat. Beberapa mubayyin baru yang lemah keluar dari Jemaat namun ada juga mereka yang memiliki keimanan yang kokoh yang tidak peduli dengan apapun yang terjadi.

Hudhur telah mengatakan bahwa hendaknya Jemaat senantiasa menjalin hubungan yang terus menerus dengan para mubayyin baru dan hendaknya  hubungan ini diperkuat. Kunjungilah mereka secara teratur sehingga bisa disampaikan kepada mereka mengenai permasalahan tarbiyat. Ada banyak daerah di negara-negara Afrika yang jauh dan terpencil dan harus melewati hutan belantara agar bisa sampai. Dalam kondisi ini, hubungan yang kuat tidak dapat atau sulit untuk dipelihara dan tidak ada terjalin suatu hubungan hingga masa yang panjang. Juga ada kekurangan jumlah mubaligh dan Muallim yang mengakibatkan tidak dapat secara teratur datang berkunjung dengan berbagai kesulitan dan juga dapat memelihara hubungan. Karena hal ini, banyak orang-orang yang telah baiat menjadi hilang. Jemaat-Jemaat di negara-negara ini hendaknya paling tidak bekerja untuk memelihara hubungan selama tahun pertama. Inilah mengapa Hudhur telah mengatakan kepada Jemaat pada tahun pertama kekhila fatan beliau, banyak orang-orang yang sudah baiat menjadi hilang dan sekurang-kurangnya 70 % dari mereka hendaknya dikembalikan ke dalam Jemaat dengan membangun kembali hubungan dengan mereka. Dengan karunia Allah Ta’ala, Jemaat telah berupaya khususnya di Afrika dan ketika dijalin hubungan, mereka mengeluh bahwa mereka merasa ditinggalkan setelah baiat. Banyak yang tetap menjadi Ahmadi di dalam hati mereka namun tidak tahu ajaran Ahmadiyah dan kurangnya tarbiyat.

Dengan karunia Allah Ta’ala, telah dijalin kembali hubungan dengan ratusan dan ribuan orang-orang yang sudah baiat dan sekarang pekerjaan Tarbiyat sedang dilakukan meskipun butuh untuk diperbaiki. Berkenaan dengan memperbaharui hubungan dengan anggota, Ghana telah menjalaninya dengan sangat baik diikuti oleh Nigeria. Tanzania tertinggal di belakang dan butuh upaya untuk memperbaharui hubungan mereka. Disebutkan bahwa banyak orang telah baiat di sana. Mereka hendaknya menemukan semua orang yang pernah baiat. Lebih 20 tahun yang lalu, ketika situasi di Bosnia memburuk, banyak warga Bosnia pergi ke Jerman. Disebutkan bahwa sekitar 100.000 warga Bosnia berbaiat. Namun, ketika mereka kembali ke kampung halaman mereka, hubungan ini menjadi hilang! Mengenai hal ini, orang-orang yang pernah baiat di sebelah barat Bengal juga perlu ditemukan!

Hubungan yang kuat juga dijalin ketika para mubayyin baru dilibatkan dalam sistem pengorbanan harta. Selain meningkatkan keimanan, hal ini juga membangun hubungan yang kuat dengan administrasi Jemaat. Inilah mengapa Hudhur senantiasa mendorong termasuk para mubayyin baru dalam Tahrik Jadid dan Waqfe Jadid. Beberapa Jemaat sangat aktif dalam hal ini sedangkan yang lainnya tertinggal di belakang. Bahkan jika seseorang membayar 10 pence candah, maka hendaknya diterima dan juga dimasukan ke dalam pengorbanan harta.

Dengan karunia Allah Ta’ala, setiap tahun senantiasa ada peningkatan dalam jumlah pembayar pengorbanan harta, namun tidak sebanyak yang diharapkan. Tahun ini, pengorbanan Waqfe Jadid telah meningkat sebanyak 85.000 yang menandai kemajuan Jemaat. Namun, jika jumlah orang-orang yang baiat senantiasa dijadikan patokan, maka \peningkatan pengorbanan seharusnya mencapai lebih dari 110.000. Kemajuan ini sungguh terjadi dengan karunia Allah Ta’ala namun ada ruang untuk perbaikan. Jemaat-Jemaat akan diberikan target peningkatan pengorbanan untuk tahun depan dan hendaknya Jemaat-Jemaat memberikan perhatian penuh terhadap hal ini. Dengan karunia Allah Ta’ala, kekhawatiran kita bukanlah bagaimana segala biaya akan dipenuhi. Ini adalah janji Allah Ta’ala bahwa Dia akan mencukupi segala kebutuhan kita dan akan memenuhinya. Apa yang perlu kita kerjakan adalah untuk meningkatkan semangat pengorbanan di kalangan kita sendiri. Mengenai hal ini, hendaknya para pengurus dan juga Ahmadi lainnya berupaya serta berdoa. Teruslah berusaha memperbaharui hubungan. Orang-orang yang berhati bersih yang Tuhan harapkan untuk bisa menyelamatkan mereka (orang-orang yang pernah baiat namun jauh, red) pasti akan kembali dan jika mereka yang lemah keluar, maka kita perlu merasa kasihan terhadap mereka bahwa mereka awalnya telah meraih berkat Ilahi namun kemudian kembali melepaskannya. Akan tetapi kita tidak khawatir tentang jumlah kita yang menurun. Masih Mau’ud as menekankan agar memiliki para Ahmadi yang mukhlis dalam keimanan daripada memiliki Ahmadi dalam jumlah yang banyak.

Sembari mengumumkan tahun baru Waqfe Jadid, Hudhur bersabda tahun ke-57 perjanjian Waqfe Jadid telah selesai pada tanggal 31 Desember 2014 dan tahun yang ke-58 dimulai pada tanggal 1 Januari 2015. Tahun lalu Jemaat seluruh dunia memberikan pengorbanan harta hingga 6.209.000 poundsterling, yang mengalami peningkatan sebesar 731.000 poundsterling dari tahun sebelumnya.

Pakistan seperti biasa berada di urutan pertama. Tahun lalu UK (Britania, Inggris) menjadi yang pertama. Setelah Pakistan adalah UK, USA (Amerika Serikat), Jerman, Kanada, India, Australia. Dengan karunia Allah Ta’ala, banyak pekerjaan yang telah dilakukan di Australia untuk meningkatkan pengorbanan dan jumlah pembayar pengorbanan. Setelah Australia adalah Indonesia, Dubai, Belgia, dan sebuah negara Arab. Berkenaan dengan besarnya, Australia membuat peningkatan yang signifikan sebesar 123%. Kanada meningkat 21 % dan India sekitar 16-17%.

USA berada di urutan pertama berkenaan dengan pengorbanan per kapita dengan 70 Poundsterling per kepala. Swiss 59 poundsterling per kepala, Australia 56 poundsterling per kepala, UK 51 poundsterling per kepala kemudian diikuti Belgia, Prancis, Kanada, dan Jerman. Jumlah peserta Waqf-e-Jadid ialah 1.129.000 orang. Dalam hal peningkatan jumlah pembayar pengorbanan Mali, Benin, Nigeria, Burkina Faso, Gambia dan Kamerun layak disebutkan. Dalam hal dengan jumlah pengorbanannya, Ghana berada di urutan pertama di antara negara-negara Afrika diikuti oleh Nigeria dan Mauritius.

Dalam hal pengorbanan orang-orang dewasa di Pakistan, Lahore berada di urutan pertama diikuti oleh Rabwah dan kemudian Karachi. Sedangkan jika menurut distriknya, maka urutannya adalah Rawalpindi, Faisalabad, Sargodha, Gujranwala, Gujrat, Umerkot, Multan, Hyderabad, Bahwalpur, dan Peshawar. Berikut adalah 3 Jemaat dengan pengorbanan athfal terbesar: Lahore, Rabwah dan Karachi. Sedangkan jika menurut distriknya adalah: Sialkot, Rawalpindi Faisalabad, Sargodha,Gujranwala, Narowal Gujrat, Umerkot, Hyderabad dan Dera Ghazi Khan. 10 Jemaat teratas di UK adalah Birmingham West, Raynes Park, Fazl Mosque, Gillingham, Worcester Park, Birmingham Central, Wimbledon Park, New Malden, Hounslow North and Cheam. Berikut beberapa wilayah teratas di UK: London, Midlands, Middlesex, Islamabad, North East and South. Berikut beberapa Jemaat kecil teratas: Spen Valley, Bromley & Lewisham, Scunthorpe and Wolverhampton. 10 Jemaat teratas di USA adalah Silicon Valley, Detroit, Seattle, York, Harrisburg, Los Angeles, Boston, Central Virginia, Dallas, Houston and Philadelphia.

Beberapa Jemaat teratas di Kanada adalah Edmonton, Durham, Milton, George Town, Saskatoon South and Saskatoon North. Berikut beberapa wilayah teratas di India: Kerala, Jammu Kashmir, Tamil Nadu, Andhra Pradesh, West Bengal, Orissa, Karnataka, Qadian, Punjab, Utter Pradesh, Maharashtra, Mihar, Lakshidi and Rajasthan. 10 Jemaat teratas di Australia adalah Blacktown, Melbourne, Mount Druitt, Adelaide, Marsden Park, Brisbane, Canberra, Perth, Tasmania and Darwin.

Hudhur meminta doa bagi para Ahmadi di Pakistan. Selama beberapa hari sebelumnya, para penentang kita senantiasa mencoba untuk menciptakan masalah di Rabwah. Semoga Tuhan melindungi setiap Ahmadi dari keburukan mereka dan semoga Dia mengembalikan keburukan mereka kepada diri mereka sendiri sehingga kedamaian serta keamanan di Rabwah dapat terjaga. Semoga Tuhan juga memberikan pengertian kepada para penguasa dan pemerintah untuk dapat mengontrol situasi dengan sewajarnya!
Hendaklah juga berdoa bagi orang-orang Muslim di seluruh dunia dan di Eropa. Kekejaman telah terjadi di Prancis atas nama Islam dan Rasulullah saw meskipun sebenarnya tindakan tersebut tidak ada sangkut pautnya sedikit pun dengan ajaran Islam. Sebagaimana yang selalu kita jaga dan buktikan bahwa untuk menghakimi seseorang dengan tangan sendiri serta membunuh seseorang bagaimanapun dengan suatu cara tidaklah ada hubungannya dengan ajaran Islam. Namun, orang-orang yang menyebut diri mereka sebagai Muslim dan organisasi Muslim tidak berhenti dari melakukan pelanggaran-pelanggaran dan kekejaman. Umat Islam yang tinggal di Eropa dan di negara-negara Barat dapat menghadapi serangan balasan dari warga lokal. Tidak hanya itu, suatu penerbitan yang editor serta kerabat kerja lainnya dibunuh secara brutal, dapat bereaksi dengan pers yang ada dan menyerang wujud Rasulullah saw. Semoga Tuhan memungkinkan pemerintah di sini agar berupaya untuk memelihara orang-orang dari berbuat reaksi yang salah dan menahan pelaku kejahatan serta menghukumnya melalui proses pengadilan! Jika ada serangan balik, umat Islam yang tidak mempunyai seorang pun untuk mengarahkan mereka kemudian akan bereaksi dengan tidak menentu dan terjadilah rangkaian kerusuhan dan inilah yang saya khawatirkan kemungkinan hal tersebut menjadi meningkat. Hari ini, para anggota Jemaat Ahmadiyah hendaknya berdoa bagi kedua pihak agar berhenti dari melakukan perbuatan-perbuatan yang melampaui batas tersebut. Juga, hendaknya senantiasa membaca shalawat selama hari-hari ini. Bagi yang mampu menciptakan kedamaian di lingkungan mereka, hendaklah berusaha untuk itu. Semoga Tuhan menyelamatkan dunia dari kerusuhan dan semoga situasi demikian segera berubah menjadi kedamaian.

Diterjemahkan oleh: Mln. Hafizurrahman