Menu

Thursday 2 October 2014

Khutbah Jumat: Iman dan Amal Saleh

                                                                                         KHUTBAH JUMAT
                                                          HAZRAT AMIRUL MUKMININ KHALIFATUL MASIH V aba
Hz. Mirza Masroor Ahmad
                  (19 September 2014)

اَشْهَدُ اَنْ لاَّ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُاَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ    بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
 اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ o الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ  oملِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ  o اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُo
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَo  صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْ عَمْتَ عَلَيْهِمْ , غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْنَo

Pada suatu ketika Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Di dalam Alqur’anul Karim Allah Ta’ala meletakkan Iman berdampingan dengan Amal saleh. Yang dikatakan Amal Saleh adalah amal yang murni sedikitpun tidak dicampuri oleh suatu keburukan. Ingatlah bahwa amal manusia selalu diintai oleh pencuri. Apakah gerangan pencuri itu? Tiada lain adalah ria atau pamer. Yakni apabila manusia berbuat kebaikan itu karena pamer, untuk dilihat orang. Bangga, di dalam hatinya timbul rasa bangga setelah melakukannya. Yakni merasa gembira karena mengharapkan pujian. Akibatnya ia membuka jalan keburukan yang menjurus kepada perbuatan dosa, karenanya amal salehnya itu menjadi bathil. Amal Saleh adalah amal yang murni tidak tercemar oleh suatu keburukan misalnya; khianat, kebanggaan, ria (pamer), takabbur, sombong dan tidak tercemar oleh pikiran untuk merampas hak-hak orang lain. Sebagaimana karena Amal Saleh manusia akan mendapat keselamatan di alam akhirat nanti, begitu juga di dunia ini mendapat keselamatan. Yakni, begitu pentingnya amal saleh itu, sehingga apabila manusia melakukan-nya di dunia ini, maka perhitungannya akan ia peroleh  di akhirat juga dan di dunia ini juga. Atau amal saleh di dunia ini akan menjadi sarana baginya untuk mendapat ganjaran di akhirat nanti. Atau dapat diartikan juga bahwa amal saleh itu akan membuat kehidupan di dunia ini juga sebagai surga.” Selanjutnya beliau a.s. berasabda:” Jika di dalam sebuah rumah ada seorang-pun yang beramal saleh maka seluruh rumah itu akan terpelihara. Anggaplah, bahwa jika tidak ada amal saleh yang kalian lakukan, hanya beriman saja tidak mendatangkan faedah apapun. Amal harus dilakukan dengan tekad bulat dan janji yang teguh. Atau harus diucapkan dengan janji yang teguh.”

Beliau a.s. juga telah menjelaskan iman dengan perumpamaan sebatang pohon. Iman itu laksana sebatang pohon. Untuk sebatang pohon yang sangat tinggi mutunya juga diperlukan perhatian yang cukup. Pohon yang mendatangkan faedah akan tetap hidup jika ia selalu dipelihara dengan penuh perhatian. Begitu juga, agar iman menjadi sempurna, amal sangat diperlukan. Dan untuk memperkuat iman itu diperlukan juga perhatian penuh terhadapnya. Tanpa amal itu sekalipun manusia mendawakan diri beriman tidak dapat dikatakan mu’min. Tanpa amal manusia laksana sebatang pohon yang dipotong dahan-dahannya sehingga nampak buruk bentuknya. Kesempatan untuk berbuah-pun akan tersia-sia. Dan makhluk-makhluk Allah Ta’ala-pun menjadi mahrum dari naungan dahan-dahannya yang teduh dan rindang. Betapapun kuatnya akar-akar pohon itu jika tidak mendapat siraman air pucuk-pucuk muda yang tumbuh dari dahan-dahan dan ranting-ranting-nya akan tersia-sia. Akhirnya pada suatu waktu pohon itu akan mati.” Akarnya yang kuat itu tidak dapat memberi faedah kepadanya. Jika pohon itu tetap hidup juga untuk beberapa waktu lamanya, disebabkan hilangnya dahan-dahannya itu tidak akan ada orang yang menganggap pohon itu berfaedah. Tidak akan ada orang yang menaruh perhatian kepadanya. Ia akan berdiri sebagai sebatang kayu kering. Sedangkan pandangan mata setiap orang tertuju kepada sebatang pohon yang subur menghijau, yang nampak jelas keindahannya, pohon yang pada musimnya menumbuhkan bunga-bunga dan buah-buahannya, yang di musim panas menciptakan naungan rindang dan teduh di bawahnya. Pohon seperti itulah yang disukai oleh manusia.”

Sungguh, iman itu laksana akar, sekalipun seorang muslim mendawakan diri; ‘Iman saya kuat’ seringkali kita mendengar pendawaan orang muslim seperti itu, ia mempunyai ghairah terhadap agama juga, namun ia terperosok, siap sedia melakukan pembunuhan atas nama Islam. Pada waktu ini Ummat Islam telah terpecah menjadi dua buah kelompok dan telah terbentuk banyak sekali organisasi. Berbagai macam pernyataan dikumandangkan, bahwa iman mereka kokoh kuat. Akan tetapi apakah iman mereka itu seperti sebatang pohon atau sebuah taman yang indah yang memberi faedah kepada dunia, sehingga banyak manusia datang menghampirinya? Padahal, betapa dahsyat kejamnya mereka, menunjukkan kebringasan dan keganasan sehingga dunia berlari menjauhkan diri dari mereka.

Agama yang telah dibawa oleh Hadhrat Rasulullah saw bukan hanya menarik musuh-musuh sangat biadab dan kejam menjadi sahabat, bahkan menjadikan mereka para pemabuk cinta satu sama lain yang sangat mengagumkan. Berkat tarbiyyat Hadhrat Rasulullah saw yang sangat berkesan dan dalam di dasar lubuk hati mereka, telah mengukir sejarah yang tak terlupakan, ketika lasykar Muslim memutuskan untuk meninggalkan sebuah wilayah yang ditaklukkan berpenduduk mayoritas orang-orang Kristen dan Yahudi, karena sudah menganggap sulit untuk bekerja sama dengan Kerajaan Romawi, maka orang-orang Kristen dan Yahudi menangis sambil mencucurkan air mata ketika mereka bersama-sama melepas keberangkatan tentara Muslim dari wilayah mereka itu. Dan sambil menangis mereka berkata : Kami berdo’a semoga anda semua dapat kembali lagi untuk menguasai wilayah ini! Supaya di bawah kekuasaan anda kami senantiasa dapat meni’mati naungan pohon-pohon rindang yang teduh dan untuk selama-lamanya dapat menikmati banyak buah-buahan dari pohon-pohon yang anda tanam. Sebab kemudahan-kemudahan yang telah anda sediakan ini tidak dapat disediakan oleh pemerintahan Romawi. Pendeknya, lasykar Muslim itu memperoleh penghargaan dan penghormatan yang hangat karena iman mereka dibuktikan dengan setiap amal dan perbuatan yang membawa berkat bagi ummat manusia. Maka, pengakuan dan pernyataan hampa dari iman dan dari kekuatan dasarnya tidak membawa faedah apapun selama dahan-dahan subur menghijau dari amal perbuatan dan buah dari dahan-dahan amal saleh tidak menunjukkan keindahannya. Dan tidak pula membawa faedah bagi khalayak ramai. Namun apabila keindahan dan faedahnya sudah nampak jelas maka perhatian duniapun akan tetarik kepadanya. Manusia akan datang menghampiri dan mengerumuninya bahkan akan siap untuk menjaga dan melindunginya.

Itulah sebabnya Allah Ta’ala memerintahkan setiap orang Muslim agar tidak hanya memiliki iman yang kuat, sebab di setiap tempat dimana iman disebut, di sana selalu dikaitkan dengan amal saleh dan keduanya dijadikan syarat mutlak. Dan untuk menciptakan keadaan manusia seperti itu Allah Ta’ala mengutus Nabi-nabi-Nya kedunia. Dan keadaan seperti itu akan tercipta dikalangan orang-orang mu’min apabila hubungan mereka telah terjalin erat dengan Nabi yang diutus di zaman mereka. Sebagaimana telah saya katakan bahwa, kebanyakan golongan-golongan besar atas nama Agama dan keimanan dengan lantang menyatakan dasar-dasar hukum mereka sangat kuat, akan tetapi apa gerangan yang sedang terjadi? Di kalangan mereka bukan hanya terjadi pergolakan saling membenci satu sama lain yang semakin meningkat, bahkan sebuah golongan demi mempertahankan supremacy-nya di atas golongan lain, melakukan kekejaman dan penganiayaan dengan segala macam cara, dengan khianat, aniaya, atau dengan melakukan pelanggaran yang melampaui batas, sehingga orang-orang Non Muslim juga merasa takut dari Islam disebabkan ulah mereka yang biadab itu. Agama yang didirikan untuk menghimpun kecintaan semua orang-orang Non Muslim, dan demi melindungi pemerintahan mereka, orang-orang ghair Muslim-pun siap bahu-membahu membantu mereka untuk berperang, sekarang keadaannya sudah sangat berubah dan terbalik sedemikian rupa, jangankan untuk menarik orang-orang ghair, keadaan prilaku orang-orang Muslim sendiri sudah demikian rusak dan berantakan, disebabkan hilangnya amal saleh dan hampanya kebaikan antara sesama mereka, sehingga telah menyempurnakan gambaran tepat yang dinubuwatkan oleh Alqur’anul Karim :    yakni, hati mereka sudah terpecah-belah. (Al Hasyr: 15).

Sekarang tugas kewajiban setiap orang Ahmady untuk menampilkan gambaran sejati amal saleh dan kebaikan itu, sebab ia telah beriman kepada Imam dan Nabi di zaman ini. Jema’ah Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s., yakni Jema’ah Ahmadiyah-lah sesungguhnya pohon yang telah ditanam oleh Allah Ta’ala. Yang akar-akarnya kokoh-kuat dan dahan-dahannya subur menghijau, naungannya sangat rindang dan teduh, sangat indah dipandang mata serta berbuah lebat. Yang sangat menarik perhatian dunia. Keadaan seperti itu semua telah berhasil diraih karena Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s telah memperkenalkan kami dengan ajaran Islam yang sejati dan telah menganjurkan kami dengan tegas untuk mengikuti jejak langkah uswah hasanah atau suri tauladan Hadhrat Rasulullah saw, telah selalu mengingatkan kami kearah itu dan telah menjelaskan betapa pentingnya hal itu kepada kami. Maka, sekarang Jema’at Ahmadiyah-lah satu-satunya Jema’at yang akar-akarnya kokoh-kuat dan dahan-dahannya juga subur menghijau, sangat indah dipandang mata serta menghasilkan banyak buah, menarik perhatian dunia terhadapnya. Itulah pohon yang dengan menyaksikannya khalayak manusia di setiap tempat berkata:” Betapa indahnya Islam yang kalian persembahkan ini!

Banyak sekali peristiwa-peristiwa muncul kehadapan kita bahwa dengan menyaksikan keindahan Islam sejati yang kita tampilkan, khalayak manusia merasa heran dan kagum. Di suatu tempat di Africa, sebuah Masjid sedang diresmikan oleh Jema’ah Ahmadiyya di sana. Chief (Kepala Suku) kawasan setempat, seorang beragama Kristen diundang juga untuk menghadiri peresmian Masjid itu. Beliau berkata:” Saya datang bukan karena mencintai anda sekalian, melainkan untuk menyaksikan siapa gerangan orang-orang Muslim di zaman ini yang telah mengundang orang-orang Non Muslim dan orang Kristen juga untuk menghadiri peresmian Masjid mereka. Setelah sampai di sini saya terperanjat melihat banyak orang-orang dari berbagai macam Agama juga hadir, sungguh mengherankan hati saya. Dan para Ahmady, sebagai orang-orang Muslim juga tengah menampilkan akhlak luhur yang begitu indahnya, tidak ada tandingannya. Mereka bertemu dengan setiap orang, baik orang besar maupun kecil, kaya ataupun miskin, dengan perasaan cinta persaudaraan dan kasih sayang, dan mereka menjalin hubungan persaudaraan satu sama lain sangat luar biasa eratnya, sambil menunjukkan perangai dan akhlaq yang begitu tinggi yang tidak dapat saya saksikan di tempat lain di manapun juga.”  Selanjutnya Chief itu berkata:“  Masjid dan Islam seperti ini sangat diperlukan oleh manusia zaman sekarang. Semua syak dan keraguan saya tentang Islam sekarang sudah hilang sirna dari benak saya. Anda semua bukan hanya memberi sebuah Masjid di kawasan ini, melainkan anda telah memberikan sebuah kehidupan baru kepada kami. Anda telah mengajarkan prilaku dan memberi panduan cara menjalankan kehidupan yang sangat luhur kepada kami.”

Maka, itulah pohon-pohon yang keadaannya telah dijelaskan di dalam Alqur’anul Karim bahwa akar-akarnya sangat kokoh kuat dan disebabkan iman serta amal saleh, jika manusia dimisalkan dengan sebatang pohon, maka dahan-dahannya yang subur menghijau juga sampai menjangkau ketinggian langit. Jadi, sebagaimana telah saya katakan bahwa disebabklan telah beriman kepada Hadhrat Imam Zaman, menjadi kewajiban setiap orang Ahmady, agar disertai iman dan amal saleh yang kuat menjadi dahan-dahan yang subur menghijau, menjadi daun-daun yang indah menghiasi dahan-dahan yang subur itu, dan agar menjadi tempat munculnya tangkai bunga-bunga yang cantik dipandang mata dan buah-buahnya yang ranum. Dunia bukan hanya memandangnya indah bahkan juga menerima berkat-berkat dari padanya. Jika tidak, sekalipun iman dan keyakinan sudah sempurna namun tanpa disertai amal tidak akan mendatangkan faedah. Sebagaimana telah saya jelaskan sebelumnya bahwa sekalipun iman dan kpercayaan manusia nampaknya sempurna atau menyatakan diri memiliki iman dan keyakinan sempurna, akan tetapi mereka menjadi penyebab tergelincirnya manusia di dunia. Kita sebagai Ahmady baru dapat melaksanakan kewajiban secara sempurna apabila berkat amal-amal saleh kita menjadi manusia yang mampu menampilkan akhlaq dan budi pekerti yang luhur terhadap setiap orang. Apabila kita dapat menjadi orang-orang di lorong-lorong, di kota-kota dan di seluruh negeri kita yang menunjukkan keindahan Islam melalui amal-amal saleh kita. Kita tidak boleh menjadi seperti orang-orang yang terlibat di dalam perselisihan dan pertengkaran tidak pula terlibat di dalam mengumpat, buruk sangka atau menganggap hina terhadap orang lain. Jangan menjadi orang yang tidak tahu belas kasih dan jangan menjadi orang yang berbuat ihsan kemudian menuntut balas dari ihsan itu. Kita harus menjauhkan diri dari semua perkara tersebut, bahkan sebaliknya harus menjadi orang-orang yang menampilkan akhlaq yang tinggi. Alqur’anul Karim berulang kali mengingatkan kita untuk memiliki akhlaq yang setinggi-tingginya. Banyak orang yang mempunyai adat kebiasaan untuk berbuat suatu kebaikan atau memberi pertolongan atas dorongan perasaan yang timbul secara tiba-tiba, namun setelah itu berkata kepada orang yang telah diberinya pertolongan itu ; “ Saya-pun pernah berbuat kebaikan ini atau itu kepada-mu.” Atau ia mengharapkan pembalasan dari orang yang pernah ia beri pertolongan kepadanya, sekan-akan wajib baginya untuk mengembalikan pemberiannya itu sebagai pembalasan. Jika orang yang telah menerima kebaikan itu tidak memenuhi kewajiban mengembalikan apa yang diharapkannya itu, ia tanpa malu akan menimpakan suatu kesulitan kepadanya. Perbuatan seperti itu bukanlah ajaran Islam. Allah Ta’ala berfirman di dalam Alqur’anul Karim:
   Yakni: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan sedeqah-sedeqah kamu sia-sia dengan menyebut-nyebut jasa baik dan menyakiti perasaan hati orang lain…(Al Baqarah; 265).  Sebab hal itu dilakukan oleh orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, imannya lemah bahkan bukan hanya lemah iman melainkan kosong dari iman. Di berbagai tempat di dalam Alqur’anul Karim Allah Ta’ala telah berulang kali menjelaskan berbagai macam masalah terhadap orang-orang mu’min bahwa bersama iman, amal saleh juga sangat perlu sekali dan mempunyai banyak sekali faedahnya. Maka, dimana orang mu’min menjadi sumber faedah bagi orang lain melalui amal saleh, di sana ia sendiri juga meni’mati buah dari pada amal saleh itu. Misalnya, Allah Ta’ala berfirman mengenai orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bahwa mereka inilah yang meraih maghfirah dari pada Allah Ta’ala. Dan mereka itulah orang-orang yang akan memperoleh martabah tinggi di dalam Surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai dan mereka akan menjadi pemilik sungai-sungai itu. Kemudian Allah Ta’ala berfirman, orang-orang yang beriman dan beramal saleh itu akan memperoleh ganjaran-ganjaran yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya.”

Manusia yang memiliki iman hanya sebagai pengakuan saja, ia tidak berhak menerima ganjaran yang baik, melainkan jika iman disertai dengan amal saleh maka manusia akan menerima ganjaran yang sangat baik. Ia akan memperoleh Surga dan juga maghfirah dari Allah Ta’ala. Selanjutnya Allah Ta’ala berfirman bahwa orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan dianugerahi rizki yang suci murni, yakni rizki di dunia ini dan juga rizki di alam akhhirat nanti. Mereka yang beramal saleh tidak akan merasa takut, mereka akan berada dalam suasana aman, tidak ada suatu kegelisahan akan menimpa mereka. Tidak akan ada perasaan takut di dunia ini dan di akhirat juga, bahwa mereka tidak bisa melakukan suatu amal kebaikan. Allah Ta’ala akan menganugerahkan ketenteraman di dalam kalbu mereka. Dan bagaimana pula mereka akan merasa takut sebab orang-orang yang beramal saleh itu tujuannya demi meraih keridhaan Allah Ta’ala. Setiap kali melakukan amal saleh mereka akan semakin dekat dengan Allah Ta’ala. Di satu tempat Allah Ta’ala berfirman:
    Yakni: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mereka beramal saleh, Allah Ta’ala Yang Maha Pengasih menciptakan ‘wudd’ di dalam kalbu mereka.( Surah Maryam:97). ‘Wudd’ artinya cinta dan hubungan yang sangat dalam, yakni cinta disertai hubugan sangat erat dan dalam. Hubungan yang demikian kuat dan erat yang tidak akan pernah putus. Hubungan itu begitu kuat dan eratnya seperti sebuah tiang pancang yang ditanam sekuat-kuatnya kedalam bumi. Begitulah kecintaan-pun harus ditanam se dalam-dalamnya di dalam hati.

Maka, maksud ayat tersebut adalah, Allah Ta’ala menanamkan kecintaan-Nya di dalam kalbu orang beriman dan beramal saleh, laksana menanamkan sebuah tiang pancang sekuat-kuatnya kedalam bumi. Seperti itu pula mereka akan mencintai Allah Ta’ala dan iman mereka serta amal saleh mereka-pun akan semakin terus bertambah maju. Atau kecintaan Allah Ta’ala seperti itu tidak akan pernah putus terhadap orang mu’min seperti itu pula. Jadi, jika kecintaan Allah Ta’ala telah tertanam demikian kuat di dalam hati seorang mu’min atau Allah Ta’ala sendiri mencintai seorang mu’min seperti itu, seolah-olah kecintaan itu telah tertanam di dalam kalbu Allah Ta’ala, siapakah gerangan orang sukses yang lebih besar dari itu? Dan orang itu sendiri menjadi laksana sebatang pohon yang indah dan rindang yang dapat memberi faedah kepada orang lain. Sebab setiap amal perbuatannya, disebabkan kecintaan Allah Ta’ala, mendatangkan ganjaran dari Allah Ta’ala yang memberi faedah terhadap orang lain. Ayat itu juga berarti bahwa, Allah Ta’ala juga menanamkan dengan kuat kecintaan manusia kedalam hati orang yang beriman dan beramal saleh seperti itu. Maka, seorang mu’min sejati tidak pernah berpikir untuk membuat orang lain susah atau menderita. Cinta terhadap sesama ummat manusia menghendaki agar setiap waktu berusaha untuk mendatangkan faedah terhadap orang lain. Sebagaimana sebelumnya juga telah saya katakan bahwa, jika semua hal itu tertanam di dalam pikiran orang-orang Muslim, maka merampas hak orang lain, berlaku zalim, membunuh orang lain yang dilakukan oleh pemerintah mereka juga, dan oleh yang menamakan diri dari suatu golongan, dan oleh masyarakat awam juga-yang sering kita saksikan pada zaman ini- tentu tidak akan pernah terjadi. Mereka itu tidak mengamalkan perintah-perintah Allah Ta’ala. Oleh sebab itu keburukan apapun semua telah terjadi. Kezaliman yang paling teruk adalah, apapun yang tengah mereka lakukan itu dibebankan atas nama Allah Ta’ala. Sedangkan Allah Ta’ala sendiri berfirman : Ciptakanlah ‘wudd’ yakni ciptakanlah kecintaan, yakni kecintaan yang tertanam di dalam lubuk hati yang dalam. Jadilah manusia yang dapat memberi faedah kepada orang lain. Maka, jika amal perbuatan manusia sesuai dengan ajaran Islam yang sejati, kita tidak akan menyaksikan kesusahan dan penderitaan yang mereka timpakan terhadap satu sama lain di kalangan dunia Muslim. Dan keindahan pohon Islam yang teduh dan rindang akan tumbuh didalam benak manusia di seluruh permukaan dunia. Maka ayat ini juga dapat berarti bahwa di dalam hati ummat manusia akan tertanam kecintaan yang kokoh kuat terhadap orang-orang Muslim seperti kokoh-kuatnya sebuah tiang yang dipancangkan kedalam bumi. Sesungguhnya Allah Ta’ala memiliki kekuasaan mutlaq untuk menciptakan susana seperti itu. Akan tetapi untuk meraih keadaan seperti itu syaratnya adalah iman disertai amal saleh. Sebagaimana telah saya katakan bahwa, orang-orang Muslim di zaman kurun pertama sangat dicintai oleh manusia, karena Allah Ta’ala telah menanamkan kecintaan di dalam lubuk hati orang-orang Kristen dan Yahudi, mereka senantiasa menangis, merasa sedih dikala menyaksikan kepergian orang-orang Muslim meninggalkan kawasan Muslim di negeri mereka, bahkan mereka mendo’akan agar tentara Muslim itu kembali lagi menduduki tanah air mereka. Bahkan sejarah telah mencatat pernyataan orang-orang Yahudi bahwa: “ Kami bersedia menyerahkan jiwa raga kami untuk menjaga tentara Muslim, namun kami tidak akan memperkenankan tentara Kristen memasuki kawasan kota-kota kami. Jangan khawatir, tentara Muslim tinggal-lah di sini bersama kami.” Itulah kesan-kesan amal saleh yang diimplimentasikan oleh orang-orang Islam di setiap level. Yang telah menarik perhatian dunia kearah pohon Islam yang sangat indah itu, dan telah memberi banyak faedah kepada dunia.

Sekarang telah menjadi kewajiban setiap Ahmady, hamba pencinta sejati Hadhrat Rasulullah saw, sambil memperkuat akar-akar iman harus berusaha menjadi daun-daun, ranting dan dahan-dahan serta buah-buah ranum dari pohon amal saleh yang dapat menarik dunia terhadap keindahan Islam, yang dapat memberi faedah kepada dunia. Kita juga harus menjadi para pencinta dan menjadi peraih kecintaan Allah Ta’ala juga. Prioritas kita harus ditujukan terhadap mencintai ummat manusia dan kita juga harus menjadi orang-orang yang mendapat perhatian ummat manusia. Sebab tanpa melakukan hal demikian kita tidak dapat menyempurnakan maksud dan tujuan Bai’at kita kepada Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. Telah berulang kali Hadhrat Masih Mau’ud a.s. memberi nasihat baik di dalam tulisan-tilsan beliau maupun di dalam pertemuan-pertemuan beliau agar kita menaruh perhatian penuh terhadap perbuatan baik dan amal-amal saleh. Harus menaruh perhatian terhadap amal-amal kita juga. Harus melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan kehendak dan keridhaan Allah Ta’ala, yang dapat menyelamatkan dunia dari kesulitan dan penderitaan. Saya telah membaca kutipan dari tulisan-tulisan beliau a.s. sebelumnya dan sekarang saya akan mengemukan beberapa kutipan lain dari tulisan-tulisan beliau juga.

Di dalam suatu peristiwa Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: “ Orang-orang yang masuk kedalam Jema’at-ku adalah mereka yang menjadikan ajaran kami sebagai panduan hidupnya. Dan berusaha mengamalkannya dengan penuh semangat sesuai kemampuannya. Akan tetapi orang yang merasa cukup hanya dengan nama saja dan tidak beramal sesuai dengan ajaran kami, ia harus ingat bahwa tujuan Allah Ta’ala mendirikan Jema’at ini sebuah Jema’at yang khas dan siapapun yang hanya karena nama saja tidak sungguh-sungguh menjadi anggota dari Jema’at ini, ia tidak dapat tinggal di dalam Jema’at ini. Akan tiba waktunya apabila ia sendiri akan terlepas dari Jema’at ini. Oleh sebab itu sedapat mungkin prilaku amal kalian harus sesuai dengan ajaran yang diberikan. Amal seumpama sayap, tanpa amal manusia tidak dapat terbang untuk meraih kemajuan ruhaninya dan tidak akan dapat sampai kepuncak martabahnya yang sangat tinggi yang Allah Ta’ala telah meletakkannya dibawah amal-amal saleh itu. Sebagaimana Allah Ta’ala telah menganugerahkan kecerdasan kepada binatang-binatang bersayap, namun jika mereka tidak menggunakan kecerdasan yang telah dianugerahkan Tuhan itu mereka tidak akan dapat melakukan apa yang harus mereka kerjakan. Misalnya; Jika kumbang madu tidak mempunyai pengertian seperti itu maka ia tidak akan dapat menghasilkan madu dan begitu juga burung-burung merpati pos, yakni burung merpati yang mengirimkan surat-surat, bagaimana ia harus melaksanakan pekerjaannya, bagaimana ia harus terbang menyampaikan surat-surat itu ketempat tujuan setelah menempuh jarak terbang yang jauh-jauh. Demikianlah, banyak pekerjaan yang sangat ajaib dilakukan oleh binatang-binatang bersayap juga. Maka, pertama dan paling utama yang sangat penting adalah manusia harus menggunakan pengertian dan akal sehat dalam menjalankan pekerjaannya, dan harus berpikir; apakah pekerjaan yang sedang dilaksanakan itu sesuai dengan perintah Allah Ta’ala dan demi meraih keridhaan-Nya atau tidak? Jika hal itu telah dikerjakan dengan penuh pengertian maka akhir penyelesaiannya barulah dilakukan oleh tangan. Jangan bersikap malas dan lalai. Ya, memang perlu diteliti dengan rinci bahwa pendidikan itu memang harus betul. Kadangkala terjadi juga, pendidikannya memang betul, akan tetapi manusia disebabkan kedunguan dan kebodohannya, atau disebabkan kenakalan atau kejahatan seseorang atau disebabkan salah bimbingan ia menjadi korban penipuan. Oleh sebab itu harus senantiasa mengadakan penelitian yang wajar dengan pikiran sehat dan bersih.”

Demikianlah beliau a.s. telah memberi nasihat kepada semua baik kepada para anggota Jema’at maupun kepada ghair juga. Di tempat lain beliau a.s. bersabda: “ Setiap orang harus merasa takut kepada Allah Ta’ala. Sebab takut kepada allah Ta’ala akan membuat manusia menjadi pewaris banyak sekali kebaikan. Orang yang takut kepada Allah Ta’ala, itulah orang yang sangat baik, sebab berkat rasa takut itu manusia diberkati ma’rifat tinggi oleh Allah Ta’ala sehingga dengan perantaraannya ia terhindar dari perbuatan dosa. Banyak sekali manusia merasa malu kepada Allah Ta’ala setelah merenungkan banyak karunia, banyak kebaikan-kebaikan dan ni’mat-ni’mat serta kehormatan yang telah dianugerahkan kepada mereka, dan mereka terhindar dari pelanggaran serta pembangkangan. Akan tetapi ada juga jenis orang-orang yang takut kepada hukuman-Nya. Yang sebenarnya adalah, orang yang baik dan saleh adalah dia yang ditetapkan baik oleh Allah Ta’ala sendiri. Banyak sekali orang-orang yang menipu diri mereka sendiri dan menganggap diri mereka sendiri orang-orang muttaqi (yang takut kepada Tuhan). Namun sebenarnya orang muttaqi itu adalah orang yang namanya sudah tertulis di dalam registrasi Allah Ta’ala sebagai orang muttaqi. Pada waktu ini sifat Allah Ta’ala yang sedang zahir di atas dunia adalah Sifat Sattar, menutupi kelemahan dan kesalahan-kesalahan manusia. Akan tetapi pada Hari Kiamat nanti apabila semua tirai penutup disingkapkan pada waktu itu semua keadan yang sebenarnya akan terbuka. Pada waktu itu akan tersingkap keadaan yang sesungguhnya, yang di dunia ini nampak seperti orang-orang yang sangat muttaqi dan saleh di sana akan kelihatan betapa zalim dan pendurhaka sangat besar.

Bagaimana caranya syaitan menyesatkan dan setiap sa’at selalu mengganggu manusia, dan untuk itu bagaimana setiap orang mu’min harus berusaha menjaga imannya. Mengenai hal itu Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: ” Syaitan selalu berusaha untuk menyesatkan dan merusak amal manusia. Sehingga di dalam amal-amal kebaikan juga ingin mengacau dan menyesatkannya. Syaitan selalu berusaha mencari jalan untuk menggoda dan menyesatkan maunsia. Manusia sedang menunaikan salat-pun, padahal salat adalah amal ibadah kepada Allah Ta’ala, namun syaitan selalu datang menghampiri untuk menggodanya dan berusaha menanamkan perasaan ragu dan ria atau pamer di dalamnya. Terhadap seorang yang sedang mengimami salat juga syaitan datang dan mencoba untuk melibatkannya kedalam pikiran dan perasaan demikian. Maka, sekali-kali jangan lengah dan harus waspada, harus selalu takut terhadap godaan-godaan syaitan. Sebab serangannya sangat cepat dan terbuka terhadap orang-orang fasiq dan pendurhaka. Orang-orang seperti itu dianggap sasaran buruannya yang empuk. Akan tetapi orang-orang saleh juga tidak terlepas dari serangan-serangannya. Dalam keadaan bagaimanapun syaitan selalu mencari-cari peluang untuk melakukan serangan terhadap mereka. Namun orang-orang yang berada di bawah naungan karunia Allah Ta’ala selalu waspada dari serangan-serangan syaitan itu walaupun kecil sekalipun. Mereka banyak memanjatkan do’a-do’a kepada Allah Ta’ala agar selamat dari serangan sayaitan. Akan tetapi orang-orang yang lemah dan tidak berdaya, kadang-kadang menjadi mangsanya yang mudah diperdaya.”   

Berkenaan dengan perlunya amal Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: “ Manusia menganggap sudah cukup (sebagai muslim) hanya dengan mengucapkan dua kalimah Syahadah saja dengan lisan. Atau hanya dengan membaca Astaghfirullah (aku mohon ampun kepada Allah) sudah cukup untuk membersihkan diri dari pada dosa. Akan tetapi ingatlah! Pernyataan hanya sekedar dengan mulut komat-komit tidak akan memadai. Sekalipun manusia membaca Istighfar yakni Astaghfirullah (aku mohon ampun kepada Allah) seribu kali, atau membaca tasbih seratus kali (subhanallah 33x; Alhamdulillah 33x dan Allahu Akbar 34x) sedikitpun tidak akan memberi faedah, sebab Allah Ta’ala telah menciptakan manusia menjadi manusia yang sungguh-sungguh, bukan menciptakan mereka burung beo. Kebiasaan burung beo selalu mengulang-mengulang perkataan atau suara. Sedikitpun ia tidak mengerti maksudnya. Tugas manusia adalah, apa yang diucapkan oleh mulut harus selalu menjadi perhatian, sebelum diucapkan harus dipikir terlebih dahulu dan apa yang telah diucapkan harus diamalkan juga sesuai dengan yang telah diucapkannya itu. Akan tetapi jika prilaku kita seperti burung beo hanya pandai bercakap, maka ingatlah hanya dengan mengulangi perkataan dengan mulut belaka, sama sekali tidak mengandung berkat, selama tidak didukung dengan bisikan hati dan tidak disertai dengan amal nyata sesuai dengan yang telah diucapkan. Jika tidak demikian maka akan dianggap hanya pernyataan lisan belaka tidak mengandung berkat sedikitpun, sekalipun disertai dengan membaca Alqur’an dan istighfar berulang kali. Allah Ta’ala menghendaki amal. Oleh sebab itu Allah Ta’ala telah berulang kali mengeluarkan perintah : ”Berbuatlah amal saleh!” Selama tidak melakukan demikian manusia tidak dapat menjadi dekat kepada Allah Ta’ala. Kebanyakan orang-orang bodoh berkata:” Hari ini kami telah menamatkan Alqur’an. Jika ditanya: “ Faedah apa yang telah diperoleh dari padanya? Kalian hanya membaca dengan mulut, sedangkan indra-indra lainnya ditinggalkan tidak berfungsi. Padahal Allah Ta’ala telah menciptakan semua indra itu agar difungsikan dan diambil faedah dari padanya. Itulah sebabnya telah dicatat di dalam riwayat Hadis Rasulullah saw bahwa, banyak orang membaca Alqur’an namun Alqur’an mela’nat mereka. Sebab membacanya itu hanya merupakan ucapan-ucapan mulut belaka sedangkan hukum-hukumnya tidak diamalkan sesuai dengan yang mereka baca. Orang yang prilakunya atau amal perbuatannya tidak sesuai dengan batas hukum-hukum Allah Ta’ala yang dia baca, ia membuatnya bahan tertawa, sebab Allah Ta’ala tidak menghendaki hanya membaca saja melainkan Dia menghendaki amalannya juga. Selanjutnya beliau a.s. bersabda: “Ingatlah baik-baik! Hanya bercakap saja dengan mulut secara lisan tidak berfaedah dan tidak membawa kesan, selama tidak disertai dengan amal nyata, dan tidak melakukan amal baik melalui kaki atau tangan. Seperti setelah menurunkan Kitab Suci Alqur’an Allah Ta’ala mengambil pengkhidmatan dari para Sahabah, apakah mereka menganggap sudah cukup hanya dengan membaca Alqur’an dengan mulut mereka ataukah mereka menganggap penting untuk mengamalkannya? Mereka telah menunjukkan itha’at dan kesetiaan laksana kambing-kambing yang disembelih. Dan apa yang telah mereka peroleh dan berapa tingginya penghargaan Allah Ta’ala terhadap mereka, tidak tersembunyi dari pndangan dan pengetahuan orang lain. Jika kalian menginginkan karunia dan berkat-berkat dari Allah Ta’ala maka lakukanlah suatu pengkhidmatan, jika tidak kalian dilemparkan jauh seperti benda-benda tidak berguna.

Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s bersabda lagi: “ Tidak ada orang yang membuang mas, perak atau suatu barang yang baik dan berharga dari rumahnya, melainkan mereka jaga dan simpan baik-baik di tempat yang aman. Akan tetapi apabila mereka melihat ada seekor tikus mati di dalam rumah, maka segera membuangnya ketempat yang jauh. Begitulah juga Allah Ta’ala sangat mencintai hamba-Nya yang baik dan soleh. Dia memberinya umur panjang dan memberkati bisnis atau perusahaannya, Dia tidak mensia-siakan-nya dan Dia tidak memberi kematian yang tidak terhormat kepadanya. Jika Allah Ta’ala ingin menghargai kalian maka, haruslah kalian menjadi orang baik bagi-Nya, agar menurut pandangan-Nya kalian patut dihargai. Orang yang takut kepada Tuhan dan menta’ati perintah-Nya maka Allah Ta’ala menganugerahkan keistimewaan yang membedakan kalian dari mereka yang lain. Itulah rahasia bagaimana manusia dapat meraih karunia dari Allah Ta’ala agar terhindar dari keburukan-keburukan. Orang seperti itu dimanapun juga ia tinggal patut dihormati dan dihargai sebab ia mendatangkan faedah kepada orang lain, dan dia berlaku baik terhadap orang-orang lemah, mereka menyayangi orang-orang miskin, mereka mengasihani jiran-jiran, tidak melakukan kejahatan, tidak mengajukan suatu tuntutan palsu ke sidang Pengadilan, tidak memberi kesaksian dusta melainkan selalu menjaga hati mereka tetap suci bersih, dan perhatian mereka selalu runduk terhadap Allah Ta’ala dan mereka itulah para wali Allah Ta’ala.”

Selanjutnya beliau a.s. bersabda:” Menjadi wali Allah Ta’ala bukanlah pekerjaan mudah, melainkan sangat sulit sekali. Sebab meninggalkan keburukan-keburukan, melupakan keinginan-keinginan buruk dan meninggalkan dorongan hawa nafsu sangat perlu sekali. Dan itu pekerjaan yang sangat berat sekali. Meninggalkan akhlaq buruk, dan meninggalkan kebiasaan berbuat keburukan kadangkala sangat sulit sekali. Seorang pembunuh dapat meninggalkan kebiasaan membunuh, seorang pencuri atau perampok dapat meninggalkan pencurian atau perampokan, akan tetapi bagi seorang yang berakhlaq buruk sulit sekali meninggalkan kemarahan. Atau bagi orang yang takabbur meninggalkan takabbur sangat sulit sekali, sebab ia menganggap orang lain kecil dan hina sedangkn ia menganggap dirinya sendiri orang besar dan berharga. Namun sungguh benar, orang yang demi keagungan Allah Ta’ala menganggap dirinya kecil dan hina, maka Allah Ta’ala sendiri akan menjadikannya besar dan terhormat. Dan ingatlah baik-baik! Bahwa tidak ada orang yang menjadi besar selama ia tidak membuat dirinya merasa kecil dan lemah. Itulah sebuah sarana yang karenanya seberkas cahaya turun kedalam lubuk hati orang seperti itu dan ia ditarik kearah Allah Ta’ala. Di masa lampau berapa banyaknya wali-wali telah berlalu di dunia ini dan sekarang ratusan ribu orang mengenal dan menghormati mereka. Sebab mereka menganggap diri mereka hina bahkan lebih hina dari seekor semut. Karenanya karunia Allah Ta’ala telah turun kepada mereka. Dan mereka dianugerahi martabah ruhani luhur yang menjadi hak mereka. Takabbur, sombong dan akhlaq-akhlaq buruk juga jika terdapat pada diri mereka akan merupakan bagian dari pada syirik. Oleh sebab itu orang yang terlibat di dalam moral yang buruk seperti itu tidak akan mendapat bagian dari karunia Allah Ta’ala. Bahkan ia akan selalu mahrum atau luput dari padanya.  Sebaliknya orang yang miskin dan selalu merendahkan diri menjadi pewaris kasih sayang Allah Ta’ala. Selanjutnya beliau a.s. bersabda kepada tiga orang yang datang untuk Bai’at. Setelah menerima Ba’iat beliau bersabda kepada mereka: ” Orang yang sudah melakukan bai’at jangan hanya percaya bahwa Jema’at ini adalah benar dan dengan itu dapat memperoleh berkat dari padanya. Hanya dengan percaya saja Allah Ta’ala tidak gembira jika tidak berbuat amal saleh. Apabila sudah masuk kedalam Jema’at ini harus berusaha menjadi orang baik, menjadi orang bertaqwa, menjauhkan diri dari setiap keburukan. Lewatkanlah waktu dengan do’a-do’a, sibukkanlah diri siang malam di dalam berzikir kepada Tuhan. Apabila sudah tiba waktu turunnya cobaan, maka kemurkaan Tuhan juga berkobar. Dalam keadaan demikian panjatkanlah do’a-do’a, banyak-banyaklah memberi sedeqah, berkatalah benar dan lemah-lembut, biasakanlah membaca istighfar, panjatkanlah do’a-do’a didalam sembahyang. Hanya menyatakan diri beriman tidak akan membawa faedah. Jika setelah seseorang beriman kemudian melupakan semua janji-janji Bai’at tidak akan mendatangkan faedah sedikitpun kepadanya. Jika ada yang mengeluh bahwa tidak dirasakan ada faedahnya setelah Bai’at, sebab Allah Ta’ala tidak senang hanya dengan menyatakan Bai’at saja, Dia menghendaki amal nyata. Dalam menarik perhatian terhadap amal saleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: “ Pahamilah bahwa selama kalian tidak melakukan kebaikan dan melakukan amal saleh, hanya sekedar beriman belaka tidak membawa faedah apapun. Apabila seorang doctor menuliskan sebuah resep (prescription) dan diberikan kepada seorang pasien (patient) maksudnya pasien itu harus mengambil obat sesuai dengan yang telah ditulis kemudian obat itu diminum. Jika ia tidak menggunakan obat itu, apa faedahnya ia hanya memegang resep (prescription) itu?” Hadhrat Masih Mau’ud a.s. selanjutnya bersabda:” Sekarang kalian sudah bertobah, maka Allah Ta’ala ingin membuktikan sampai dimana kalian membersihkan diri kalian setelah melakukan tobah ini. Di zaman sekarang ini Allah Ta’ala ingin membedakan kalian berdasarkan Taqwa. Banyak manusia yang mengajukan keluhan kepada Allah Taa’ala dan mereka tidak melihat bagaimana keadaan tanggung jawab diri sendiri. Manusia melakukan kezaliman terhadap dirinya sendiri sedangkan Allah Ta’ala Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Di satu tempat Hadhrat Masih Mau’ud a.s bersabda: “ Orang-orang ayang masuk kedalam Jema’at ini dan menjalin hubungan dan persaudaraan dengan saya dan menjadi murid saya, tujuannya tidak lain adalah agar mereka berprilaku baik, menjadi orang baik, memperoleh martabah taqwa yang tinggi, tidak ada kerusuhan atau perbuatan buruk yang mempengaruhi mereka. Mereka harus patuh menuanikan salat fardu lima waktu, jangan berkata dusta, jangan menyakiti hati orang melalui mulut mereka, tidak terlibat di dalam suatu perbuatan buruk. Tidak melakukan suatu kejahatan, kezaliman, kerusuhan, dan jangan sampai timbul pikiran untuk melakukan huru-hara. Pendeknya, tidak melakukan ma’siat, perbuatan dosa, tidak melakukan kejahatan melaui lisan maupun perbuatan dan menghindarkan diri dari semua jenis dorongan hawa nafsu dan perbuatan sia-sia. Menjadi hamba Allah yang berhati suci bersih tanpa keburukan dan menjadi hamba Allah yang merendahkan diri. Dan jangan terdapat unsure beracun di dalam tabi’at mereka.

Itulah semua nasihat-nasihat yang harus senantiasa kita ingat setiap waktu di dalam benak kita. Itulah perkara-perkara yang akan membuat dahan-dahan yang subur menghijau dari pohon Hadhrat Imam Mahdi Masih Mau’ud a.s. dan dengan itu maksud dan tujuan Bai’at kita akan menjadi sempurna. Dan itulah sarana-sarana untuk membuat kita mampu meraih keridhaan Allah Ta’ala, insya Allah! Dan dengan amal-amal saleh itulah kita akan mampu menarik perhatian dunia kearah kita. Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita semua orang-orang Mu’min sejati yang dikenal dunia karena iman dan amal-amal saleh kita dan semoga kita menjadi para pewaris qurub Allah Ta’ala. Amin!
Alihbahasa Hasan Basri