Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz [1]
tanggal 30 Januari 2015 di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz [1]
tanggal 30 Januari 2015 di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.
{لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا …} "Allah swt. tidak membebani seorang kecuali sesuai dengan kemampuannya...” (2:287)
Allah Ta’ala menjelaskan dalam ayat Al-Quran ini bahwa Dia tidak memberikan segala perintah di luar batas kemampuan manusia atau di luar ruang lingkup bakatnya. Dengan demikian, tanggung jawab untuk melaksanakan segala perintah tersebut adalah jelas. Seorang mukmin tidak dapat mencari-cari alasan bahwa perintah yang ini dan yang itu berada di luar kemampuan saya untuk menjalankannya. Jika seseorang beriman kepada Tuhan, maka merupakan bagian yang penting dalam keimanannya [termasuk juga ia mengimani firman-Nya] bahwa semua hukum yang Dia perintahkan adalah berada dalam kapasitas kemampuan kita. Oleh karena itulah, kita harus berusaha untuk melaksanakannya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Termasuk keindahan dari ajaran Islam ialah Allah tidak mengatakan, “Semua ini adalah perintah-Ku. Mau tak mau harus kalian amalkan itu dan kalian harus berdoa mencapai ke tingkat tertinggi miliki, jika tidak, kalian hanya akan dihukum”, tapi Dia mengatakan, “Apa yang penting bagi kalian ialah kalian mengamalkan semua yang Ku-perintahkan sesuai dengan bakat dan kemampuan kalian masing-masing!”
Ketika kita perhatikan, setiap orang berbeda satu sama lain dari segi kemampuan jasmani dan rohaninya serta dari segi ilmu pengetahuan dan kecerdasannya. Dengan demikian, Allah telah membuat segala perintahnya fleksible dalam artian segala perintah tersebut mempunyai standar minimal dan juga standar maksimal pencapaian dari yang seharusnya diamalkan. Hal ini tidak meninggalkan ruang untuk merasa keberatan bahwa Allah telah memberikan seseorang suatu kodrat yang tidak sesuai dengan segala perintah Ilahi. Tidak ada seorang pun yang dapat mengatakan bahwa Allah memerintahkan agar mencapai standar yang paling tinggi sedangkan mereka tidak dapat mencapainya karena tidak mempunyai kemampuan jasmani ataupun rohani untuk melakukannya serta juga mempunyai kelemahan-kelemahan lainnya. Dengan menyatakan, لا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا “Allah tidak membebani satu jiwa pun di luar kemampuannya...” berarti Allah telah menghapus segala alasan seperti itu.
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda bahwa Allah adalah Maha Tinggi dan Maha Suci jauh di atas menempatkan ciptaan-Nya dalam kesulitan untuk mematuhi segala perintah-Nya yang berada di luar kemampuannya. Segala perintah-Nya tidaklah seperti perintah manusia yang bertujuan untuk memperoleh pujian-pujian. Kasih dan sayang Allah terhadap manusia tidak terbatas. Ketika manusia melaksanakan segala perintah Tuhan, maka ia akan diberikan ganjaran berlipat ganda. Hadhrat Masih Mau’ud as juga bersabda bahwa Syariah didasarkan pada kelembutan bukan kekerasan. Setiap orang akan diperlakukan sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Dan terlepas dari lemahnya kerohanian, setiap orang telah diberikan batasan sesuai dengan kemampuan mereka. Dengan demikian, suatu standar telah ditetapkan bahkan bagi orang-orang yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah. Seandainya hal ini tidak ada, maka tidak akan menjadi penting lagi bagi setiap orang untuk beriman dan hanya mereka yang memiliki kecerdasan yang tinggi saja yang harusnya beriman.
Orang-orang memiliki tingkat kecerdasan yang beraneka ragam. Beberapa orang memiliki kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang lain. Hal ini dapat terlihat dari hal-hal duniawi, beberapa orang memiliki kemampuan yang tinggi, beberapa yang lainnya biasa-biasa saja dan yang lainnya tertinggal di belakang. Beberapa orang dapat unggul dalam satu profesi tertentu sementara yang lainnya unggul dalam profesi mereka masing-masing. Dalam dunia pendidikan, orang-orang dicondongkan pada berbagai macam mata pelajaran. Ini semua adalah aspek-aspek alami. Semua orang tidaklah sama. Tidaklah Allah menciptakan mereka sama dan tidak pula lingkungan menjadikan mereka sama. Bahkan dengan kesempatan yang sama menjadikan beberapa orang unggul sementara yang lainnya tertinggal di belakang. Berbagai macam faktor di samping kecerdasan juga berperan dalam hal ini. Demikian pula dalam hal keimanan, sebagian orang mengungguli sebagian yang lain.
Dapat diharapkan agar setiap orang akan beriman namun tidaklah mungkin bagi mereka untuk dapat memiliki tingkat keimanan dan pengamalan yang sama. Allah sungguh menanyakan mengapa orang-orang tidak beriman, namun Al-Quran tidak menuntut mengapa orang-orang mukmin tidak memiliki standar seperti Hadhrat Abu Bakar ra dan Hadhrat Umar ra.
يَسْأَلُ عَنِ الإِسْلامِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ. فَقَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهُنَّ قَالَ لا إِلا أَنْ تَطَّوَّعَ، وَصِيَامُ شَهْرِ رَمَضَانَ. فَقَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهُ؟ فَقَالَ لا إِلا أَنْ تَطَّوَّعَ. وَذَكَرَ لَهُ رَسُولُ اللهِ الزَّكَاةَ فَقَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهَا قَالَ لا إِلا أَنْ تَطَّوَّعَ. قَالَ فَأَدْبَرَ الرَّجُلُ وَهُوَ يَقُولُ: وَاللهِ لا أَزِيدُ عَلَى هَذَا وَلا أَنْقُصُ مِنْهُ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ أَفْلَحَ إِنْ صَدَقَ. (صحيح مسلم، كتاب الإيمان)
Suatu hadis meriwayatkan bahwa ada seseorang bertanya kepada Rasulullah saw mengenai Islam. Kepadanya dikatakan bahwa shalat lima waktu adalah wajib. Ia bertanya apakah ada shalat yang lainnya. Rasulullah saw menjawab tidak namun kalau mau, ia dapat melaksanakan shalat nafal. Kepadanya dikatakan bahwa berpuasa selama satu bulan adalah wajib. Ia bertanya apakah ada puasa wajib lainnya? Rasulullah saw menjawab tidak namun kalau mau, ia dapat menunaikan puasa nafal. Kemudian Rasulullah saw mengatakan padanya tentang zakat. Ia bertanya apakah ada zakat jenis lainnya? Rasulullah saw menjawab tidak namun memberikan sedekah sungguh berfaedah. Orang ini kemudian pergi seraya bersumpah kepada Allah Ta’ala bahwa ia akan melakukannya tidak lebih dan tidak kurang dari apa yang dikatakan tadi. Rasulullah saw menjawab jika orang ini berkata benar maka ia akan berhasil.
Memang, orang-orang tidak diminta untuk mencapai standar Hadhrat Abu Bakar ra dan Hadhrat Umar ra namun dijelaskan bahwa ibadah nafal akan memberikan ganjaran dan juga melengkapi kekurangan-kekurangan dalam memenuhi apa yang diwajibkan.
Orang-orang memiliki kapasitas dan kemampuan yang beraneka ragam. Oleh karena itu juga diperlukan persyaratan yang beraneka ragam pula. Apa yang telah diperintahkan adalah bahwa hendaknya setiap orang berusaha untuk mencapai level terbaik mereka masing-masing dan tidak ada satu pun orang yang merasa susah dalam proses ini.
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda bahwa Allah tidak meminta orang-orang untuk menerima sesuatu yang berada di luar kemampuannya sehingga menjadikan segala perintah-Nya sulit untuk dilaksanakan. Hendaknya menjadi sangat jelas bahwa Allah mengetahui keadaan di dalam relung hati kita dan tidak ada alasan seperti karena kurangnya ilmu pengetahuan dan kurangnya kemampuan akan disampaikan ke hadapan Tuhan. Oleh karena itu, hendaknya kita senantiasa memperhatikan bahwa kita harus menguji keyakinanan dan amalan kita. Standar dasar mendirikan shalat lima waktu telah ditetapkan dan orang-orang diminta untuk mendirikan shalat lima waktu ini secara berjamaah. Puasa juga wajib dan zakat juga wajib sesuai dengan kekayaan yang dimiliki seseorang. Ini adalah standar dasar yang hendaknya diujikan terhadap dirinya.
Banyak orang di antara kita bahkan tidak mendirikan shalat lima waktu secara tepat. Adalah wajib bagi kaum pria untuk mendirikannya secara berjamaah. Kita sungguh tidak dapat menipu Tuhan. Karena kita selalu mengusahakan yang terbaik untuk memenuhi kebuAllah duniawi kita, maka hendaknya pula kita mengusahakan yang terbaik untuk masalah-masalah ukhrawi dan hendaknya berusaha meningkatkan kemampuan kita. Orang-orang yang lemah masih memerlukan bantuan sedangkan mereka yang memiliki kemampuan terus maju ke depan. Hendaknya seseorang tidak begitu saja menyerah dengan dalih terbatasnya kemampuan. Hukum dunia dapat memberikan tekanan melebihi kapasitas seseorang namun hal ini tidak terjadi pada urusan keimanan. Setelah menetapkan standar-standar dasar ini, maka hendaknya tidak ada lagi keraguan bahwa seseorang dibebani dengan sesuatu yang melampaui kapasitas mereka. Bagaimanapun juga, diperlukan bantuan untuk memahami masalah-masalah tertentu, sebagaimana halnya para siswa yang kurang cerdas berusaha untuk mendapatkan bantuan dari guru-guru mereka. Dan jika para guru mereka tidak menolong mereka, maka siswa-siswa itu akan tertinggal di belakang dan guru-guru yang tidak mau menolong itu tidak menjalankan kewajiban mereka dan sungguh melanggar kepercayaan yang diberikan kepada mereka.
Perhatian para guru rohani, mubaligh dan mereka yang memiliki ilmu pengetahuan juga ditarik ke arah ini bahwa jika Allah telah meninggikan kemampuan mereka, maka hendaknya mereka menggunakan kemampuan mereka dengan benar dan menolong orang-orang untuk meningkatkan kemampuan mereka yang kurang terasah. Ini akan menjadi suatu bentuk rasa syukur atas kemampuan yang telah diberikan. Para mubaligh dan waqf zindegi yang memiliki pengetahuan keimanan hendaknya melakukan usaha yang khusus untuk menolong orang-orang dan mengangkat mereka dari tingkat yang rendah. Hal ini tidak hanya akan meninggikan keimanan serta keyakinan mereka, namun juga menjadi sumber kemajuan jemaat. Allah telah berfirman kepada para mubaligh bahwa kapasitas mereka telah ditingkatkan karena ilmu pengetahuan yang mereka miliki oleh karena itu hendaknya mereka menolong untuk meninggikan kapasitas saudara-saudara mereka. Allah Ta’ala menyatakan: وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ Dan hendaklah ada di antaramu segolongan yang mengajak manusia kepada kebajikan, dan menyuruh kepada kebaikan dan melarang terhadap keburukan. Dan mereka itulah orang-orang berjaya. (3:105)
Kita mempunyai beberapa Jamiah di seluruh dunia yang menghasilkan para mubaligh. Mubaligh-mubaligh ini hendaknya melihat Tarbiyat jemaat selain juga melakukan tabligh dan perdebatan. Hendaknya mereka secara terus-menerus terlibat dalam tugas ini serta juga melatih kerohanian kita.
Beberapa mubaligh yang berpengalaman berkata bahwa mereka telah melaksanakan dengan cepat apapun tugas yang diberikan kepada mereka. Namun ini adalah alasan semata. Beberapa di antaranya memberikan perhatian lebih kepada urusan rumah tangga mereka sendiri daripada pekerjaan mereka sementara yang lainnya menghabiskan banyak waktu untuk diri mereka sendiri. Meskipun yang melakukannya hanya beberapa orang saja, namun dalam jemaat ini nampak sekali orang-orang yang seperti ini. Mereka menghabiskan 3 hari seminggu berkeliling di toko-toko. Hal ini tidak hanya tentang mereka yang baru.
Mayoritas mubaligh memiliki kesadaran bagaimana mereka seharusnya menggunakan waktu mereka. Mereka yang berpengalaman hendaknya memberikan perhatian untuk menggunakan kemampuan mereka yang telah meningkat secara benar. Mereka hendaknya menggunakan kemampuan mereka seperti para guru yang baik.
Allah mengetahui bahwa beragam orang diperlukan agar dunia ini dapat berjalan. Oleh karena itu, Dia berfirman bahwa beberapa dari mereka hendaknya mengajak yang lain kepada kebaikan. Para Waqfeen Zindegi mengabdikan hidup mereka demi tujuan ini dan melakukannya atas kemauan mereka sendiri. Mereka hendaknya memenuhinya. Adalah benar bahwa setiap orang tidaklah sama dalam mempelajari dan juga menyampaikan ilmu pengetahuan dan setiap orang juga tidak sama dalam meraih faedah daripada yang lain. Bagaimanapun juga, usaha hendaknya selalu diupayakan untuk menggunakan kemampuannya agar meraih standar yang berkualitas. Jika setiap orang mengikuti prinsip ini, maka saudara-saudara kita yang lemah akan memperoleh faedah dan standar jemaat juga akan meningkat.
Para anggota jemaat memilih pengurus-pengurus jemaat karena menganggap mereka memiliki kapasitas, ilmu pengetahuan dan kearifan yang lebih baik. Paling tidak, hal inilah yang hendaknya menjadi mind-set mereka yang memilih para pengurus jemaat tersebut. Ini adalah standar mendasar untuk memilih seorang pengurus dan hendaknya tidak begitu saja memilih seorang pengurus untuk urusan kantor. Juga merupakan tugas para pengurus untuk mengangkat standar pendidikan dan keagamaan jemaat. Bersama dengan ketua dan sekretaris tarbiyyat, hendaknya seluruh anggota majelis amila berhati-hati dalam bersikap sebagai teladan. Hendaknya mendengarkan khotbah dan daras serta menghadiri berbagai program Jemaat demi peningkatan kerohanian.
Ketika jalsah dan berbagai khotbah telah disampaikan, maka merupakan tugas para mubaligh dan para pengurus serta majelis amila untuk secara rutin mengingatkan yang lain. Beberapa mubaligh bekerja sangat luar biasa dalam hal ini. Mereka memberikan beberapa catatan penting berdasarkan khotbah dan mengambil beberapa poin atau yang lainnya dari khotbah itu kemudian memaparkannya. Orang-orang memberikan respon positif dan berkata bahwa mereka mengetahui bagaimana cara yang benar untuk mengamalkannya dan rasa malas mereka menjadi terhapus. Akan menjadi salah jika para pengurus merasa cukup dengan hanya telah membacakan intisari dari tulisan Hadhrat Masih Mau’ud as kepada orang-orang atau mereka merasa bahwa orang-orang telah mendengar khotbah saya (Hudhur atba) jadi mereka tidak perlu lagi untuk diingatkan kembali. Bahkan jika mereka merasa ragu untuk menasehati orang-orang seraya berpikir jika perkataan khalifath saja tidak berpengaruh terhadap mereka, lalu nasehat apa lagi yang harus disampaikan, maka pikiran demikian pun juga salah.
Beberapa orang tidak memahami apa yang sedang disampaikan walaupun saya (Hudhur) telah berusaha untuk menguraikan sabda-sabda Masih Mau’ud dengan bahasa yang mudah dipahami namun beberapa orang masih tidak dapat memahaminya atau bahkan salah memahaminya. Oleh karena itu, jika berbagai perkara ini dijelaskan dalam suatu cara yang sederhana untuk dipahami, barulah orang-orang akan mengerti apa yang sedang disampaikan. Memberikan bantuan sangat diperlukan dan mereka yang telah diberikan tanggung jawab tersebut hendaknya berupaya untuk menolong yang lain. Mereka yang mengabdikan hidup mereka untuk agama dan mereka yang telah diberikan tanggung jawab hendaknya memberikan pertolongan kepada orang-orang yang masih lemah.
Shalat berjamaah adalah wajib badi kaum pria. Jika mereka yang datang ke masjid secara dawam menolong yang lainnya, maka banyak hal yang dapat meningkat. Hadhrat Muslih Mau’ud ra bersabda bahwa suatu kali beliau datang untuk melaksanakan shalat Isya dan melihat hanya ada dua shaf. Beliau menyarankan orang-orang untuk mengajak tetangga-tetangga mereka pada shalat-shalat berikutnya. Jumlah makmum mulai bertambah dari hari ke hari. Sungguh mengingatkan kembali akan membuat kapasitas seseorang menjadi semakin baik. Jika orang-orang yang secara dawam datang ke masjid untuk shalat membawa serta kenalan dan teman mereka maka banyak hal yang dapat meningkat. Seorang Ahmadi dari Gillingham berkata bahwa temannya memanggilnya sebelum shalat subuh dan mengatakannya bahwa ia akan menjemputnya 10 menit lagi. Jika orang-orang senantiasa saling menolong dengan cara seperti ini maka jumlah kehadiran di masjid dapat bertambah.
Hendaknya khotbah-khotbah (Hudhur) didengarkan dengan penuh perhatian namun beberapa orang terkantuk-kantuk selama khotbah disampaikan sedangkan yang lainnya tertidur dan bersandar pada orang di sebelahnya. Kemudian ada orang yang sulit mendengar, beberapa orang tidak dapat memperoleh makna apa yang sedang disampaikan sedangkan yang lainnya sedang memikirkan hal yang lain. Apa dampak dari khotbah yang disampaikan terhadap mereka! Mengingatkan kembali diperlukan bagi orang-orang seperti ini karena hal ini pasti akan meningkatkan kapasitas seseorang. Dalam Islam, semua orang mukmin diperintahkan untuk mengajak yang lain ketika mereka bergerak maju ke depan. Ini tidak hanya tugas para mubaligh dan para pengurus. Mereka yang tinggal di dekat masjid hendaknya mencoba menarik perhatian para tetangganya untuk datang ke masjid sehingga dengan cara ini jumlah kehadiran dapat meningkat. Juga merupakan semangat sejati persaudaraan Islam bahwa kita menarik perhatian orang lain terhadap kewajiban mereka dan mengajak mereka yang masih lemah seraya meningkatkan kualitas mereka. Suatu hadis juga meriwayatkan bahwa seseorang yang mengajak yang lain untuk melakukan suatu kebaikan akan mendapatkan ganjaran yang sama dengan orang yang melakukan kebaikan itu.
Orang-orang di antara kita tidak hanya menjadikan diri mereka aktif dan cekatan dalam hal pengkhidmatan agama lalu merasa itu cukup, melainkan hendaknya juga membuat yang lain menjadi aktif dan cekatan. Hendaknya kita menolong yang lain untuk meninggikan kapasitas mereka serta juga meningkatkan kapasitas kita sendiri dengan berpikir bahwa kita tidak akan tetap diam di tempat. Dengan memberikan sarana kepada yang lain untuk melakukan kebaikan, maka kita juga akan meraih kebaikan yang berlipat ganda dari Allah bagi diri kita dan hal ini akan menciptakan perubahan yang besar di dalam kemajuan Jemaat.
Semoga Allah Ta’ala memberi kita taufik untuk meningkatkan daya dan kompetensi kita secara dawam dan membuat kita mewarisi karunia-karunianya senantiasa. Aamiin.
Dua shalat jenazah ghaib diumumkan: pertama: السيدة جنان عناني Ny. Jinan Aani dari Suriah yang tinggal di Turki. Beliau meninggal pada tangal 23 Januari pada umur 57 tahun.
Kedua: Ny. Habiba dari Meksiko, meninggal pada tanggal 19 Januari. Beliau berumur lebih dari 100 tahun dan masuk Ahmadiyyah pada bulan Juni 2014.
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda bahwa Allah adalah Maha Tinggi dan Maha Suci jauh di atas menempatkan ciptaan-Nya dalam kesulitan untuk mematuhi segala perintah-Nya yang berada di luar kemampuannya. Segala perintah-Nya tidaklah seperti perintah manusia yang bertujuan untuk memperoleh pujian-pujian. Kasih dan sayang Allah terhadap manusia tidak terbatas. Ketika manusia melaksanakan segala perintah Tuhan, maka ia akan diberikan ganjaran berlipat ganda. Hadhrat Masih Mau’ud as juga bersabda bahwa Syariah didasarkan pada kelembutan bukan kekerasan. Setiap orang akan diperlakukan sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Dan terlepas dari lemahnya kerohanian, setiap orang telah diberikan batasan sesuai dengan kemampuan mereka. Dengan demikian, suatu standar telah ditetapkan bahkan bagi orang-orang yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah. Seandainya hal ini tidak ada, maka tidak akan menjadi penting lagi bagi setiap orang untuk beriman dan hanya mereka yang memiliki kecerdasan yang tinggi saja yang harusnya beriman.
Orang-orang memiliki tingkat kecerdasan yang beraneka ragam. Beberapa orang memiliki kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang lain. Hal ini dapat terlihat dari hal-hal duniawi, beberapa orang memiliki kemampuan yang tinggi, beberapa yang lainnya biasa-biasa saja dan yang lainnya tertinggal di belakang. Beberapa orang dapat unggul dalam satu profesi tertentu sementara yang lainnya unggul dalam profesi mereka masing-masing. Dalam dunia pendidikan, orang-orang dicondongkan pada berbagai macam mata pelajaran. Ini semua adalah aspek-aspek alami. Semua orang tidaklah sama. Tidaklah Allah menciptakan mereka sama dan tidak pula lingkungan menjadikan mereka sama. Bahkan dengan kesempatan yang sama menjadikan beberapa orang unggul sementara yang lainnya tertinggal di belakang. Berbagai macam faktor di samping kecerdasan juga berperan dalam hal ini. Demikian pula dalam hal keimanan, sebagian orang mengungguli sebagian yang lain.
Dapat diharapkan agar setiap orang akan beriman namun tidaklah mungkin bagi mereka untuk dapat memiliki tingkat keimanan dan pengamalan yang sama. Allah sungguh menanyakan mengapa orang-orang tidak beriman, namun Al-Quran tidak menuntut mengapa orang-orang mukmin tidak memiliki standar seperti Hadhrat Abu Bakar ra dan Hadhrat Umar ra.
يَسْأَلُ عَنِ الإِسْلامِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ. فَقَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهُنَّ قَالَ لا إِلا أَنْ تَطَّوَّعَ، وَصِيَامُ شَهْرِ رَمَضَانَ. فَقَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهُ؟ فَقَالَ لا إِلا أَنْ تَطَّوَّعَ. وَذَكَرَ لَهُ رَسُولُ اللهِ الزَّكَاةَ فَقَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهَا قَالَ لا إِلا أَنْ تَطَّوَّعَ. قَالَ فَأَدْبَرَ الرَّجُلُ وَهُوَ يَقُولُ: وَاللهِ لا أَزِيدُ عَلَى هَذَا وَلا أَنْقُصُ مِنْهُ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ أَفْلَحَ إِنْ صَدَقَ. (صحيح مسلم، كتاب الإيمان)
Suatu hadis meriwayatkan bahwa ada seseorang bertanya kepada Rasulullah saw mengenai Islam. Kepadanya dikatakan bahwa shalat lima waktu adalah wajib. Ia bertanya apakah ada shalat yang lainnya. Rasulullah saw menjawab tidak namun kalau mau, ia dapat melaksanakan shalat nafal. Kepadanya dikatakan bahwa berpuasa selama satu bulan adalah wajib. Ia bertanya apakah ada puasa wajib lainnya? Rasulullah saw menjawab tidak namun kalau mau, ia dapat menunaikan puasa nafal. Kemudian Rasulullah saw mengatakan padanya tentang zakat. Ia bertanya apakah ada zakat jenis lainnya? Rasulullah saw menjawab tidak namun memberikan sedekah sungguh berfaedah. Orang ini kemudian pergi seraya bersumpah kepada Allah Ta’ala bahwa ia akan melakukannya tidak lebih dan tidak kurang dari apa yang dikatakan tadi. Rasulullah saw menjawab jika orang ini berkata benar maka ia akan berhasil.
Memang, orang-orang tidak diminta untuk mencapai standar Hadhrat Abu Bakar ra dan Hadhrat Umar ra namun dijelaskan bahwa ibadah nafal akan memberikan ganjaran dan juga melengkapi kekurangan-kekurangan dalam memenuhi apa yang diwajibkan.
Orang-orang memiliki kapasitas dan kemampuan yang beraneka ragam. Oleh karena itu juga diperlukan persyaratan yang beraneka ragam pula. Apa yang telah diperintahkan adalah bahwa hendaknya setiap orang berusaha untuk mencapai level terbaik mereka masing-masing dan tidak ada satu pun orang yang merasa susah dalam proses ini.
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda bahwa Allah tidak meminta orang-orang untuk menerima sesuatu yang berada di luar kemampuannya sehingga menjadikan segala perintah-Nya sulit untuk dilaksanakan. Hendaknya menjadi sangat jelas bahwa Allah mengetahui keadaan di dalam relung hati kita dan tidak ada alasan seperti karena kurangnya ilmu pengetahuan dan kurangnya kemampuan akan disampaikan ke hadapan Tuhan. Oleh karena itu, hendaknya kita senantiasa memperhatikan bahwa kita harus menguji keyakinanan dan amalan kita. Standar dasar mendirikan shalat lima waktu telah ditetapkan dan orang-orang diminta untuk mendirikan shalat lima waktu ini secara berjamaah. Puasa juga wajib dan zakat juga wajib sesuai dengan kekayaan yang dimiliki seseorang. Ini adalah standar dasar yang hendaknya diujikan terhadap dirinya.
Banyak orang di antara kita bahkan tidak mendirikan shalat lima waktu secara tepat. Adalah wajib bagi kaum pria untuk mendirikannya secara berjamaah. Kita sungguh tidak dapat menipu Tuhan. Karena kita selalu mengusahakan yang terbaik untuk memenuhi kebuAllah duniawi kita, maka hendaknya pula kita mengusahakan yang terbaik untuk masalah-masalah ukhrawi dan hendaknya berusaha meningkatkan kemampuan kita. Orang-orang yang lemah masih memerlukan bantuan sedangkan mereka yang memiliki kemampuan terus maju ke depan. Hendaknya seseorang tidak begitu saja menyerah dengan dalih terbatasnya kemampuan. Hukum dunia dapat memberikan tekanan melebihi kapasitas seseorang namun hal ini tidak terjadi pada urusan keimanan. Setelah menetapkan standar-standar dasar ini, maka hendaknya tidak ada lagi keraguan bahwa seseorang dibebani dengan sesuatu yang melampaui kapasitas mereka. Bagaimanapun juga, diperlukan bantuan untuk memahami masalah-masalah tertentu, sebagaimana halnya para siswa yang kurang cerdas berusaha untuk mendapatkan bantuan dari guru-guru mereka. Dan jika para guru mereka tidak menolong mereka, maka siswa-siswa itu akan tertinggal di belakang dan guru-guru yang tidak mau menolong itu tidak menjalankan kewajiban mereka dan sungguh melanggar kepercayaan yang diberikan kepada mereka.
Perhatian para guru rohani, mubaligh dan mereka yang memiliki ilmu pengetahuan juga ditarik ke arah ini bahwa jika Allah telah meninggikan kemampuan mereka, maka hendaknya mereka menggunakan kemampuan mereka dengan benar dan menolong orang-orang untuk meningkatkan kemampuan mereka yang kurang terasah. Ini akan menjadi suatu bentuk rasa syukur atas kemampuan yang telah diberikan. Para mubaligh dan waqf zindegi yang memiliki pengetahuan keimanan hendaknya melakukan usaha yang khusus untuk menolong orang-orang dan mengangkat mereka dari tingkat yang rendah. Hal ini tidak hanya akan meninggikan keimanan serta keyakinan mereka, namun juga menjadi sumber kemajuan jemaat. Allah telah berfirman kepada para mubaligh bahwa kapasitas mereka telah ditingkatkan karena ilmu pengetahuan yang mereka miliki oleh karena itu hendaknya mereka menolong untuk meninggikan kapasitas saudara-saudara mereka. Allah Ta’ala menyatakan: وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ Dan hendaklah ada di antaramu segolongan yang mengajak manusia kepada kebajikan, dan menyuruh kepada kebaikan dan melarang terhadap keburukan. Dan mereka itulah orang-orang berjaya. (3:105)
Kita mempunyai beberapa Jamiah di seluruh dunia yang menghasilkan para mubaligh. Mubaligh-mubaligh ini hendaknya melihat Tarbiyat jemaat selain juga melakukan tabligh dan perdebatan. Hendaknya mereka secara terus-menerus terlibat dalam tugas ini serta juga melatih kerohanian kita.
Beberapa mubaligh yang berpengalaman berkata bahwa mereka telah melaksanakan dengan cepat apapun tugas yang diberikan kepada mereka. Namun ini adalah alasan semata. Beberapa di antaranya memberikan perhatian lebih kepada urusan rumah tangga mereka sendiri daripada pekerjaan mereka sementara yang lainnya menghabiskan banyak waktu untuk diri mereka sendiri. Meskipun yang melakukannya hanya beberapa orang saja, namun dalam jemaat ini nampak sekali orang-orang yang seperti ini. Mereka menghabiskan 3 hari seminggu berkeliling di toko-toko. Hal ini tidak hanya tentang mereka yang baru.
Mayoritas mubaligh memiliki kesadaran bagaimana mereka seharusnya menggunakan waktu mereka. Mereka yang berpengalaman hendaknya memberikan perhatian untuk menggunakan kemampuan mereka yang telah meningkat secara benar. Mereka hendaknya menggunakan kemampuan mereka seperti para guru yang baik.
Allah mengetahui bahwa beragam orang diperlukan agar dunia ini dapat berjalan. Oleh karena itu, Dia berfirman bahwa beberapa dari mereka hendaknya mengajak yang lain kepada kebaikan. Para Waqfeen Zindegi mengabdikan hidup mereka demi tujuan ini dan melakukannya atas kemauan mereka sendiri. Mereka hendaknya memenuhinya. Adalah benar bahwa setiap orang tidaklah sama dalam mempelajari dan juga menyampaikan ilmu pengetahuan dan setiap orang juga tidak sama dalam meraih faedah daripada yang lain. Bagaimanapun juga, usaha hendaknya selalu diupayakan untuk menggunakan kemampuannya agar meraih standar yang berkualitas. Jika setiap orang mengikuti prinsip ini, maka saudara-saudara kita yang lemah akan memperoleh faedah dan standar jemaat juga akan meningkat.
Para anggota jemaat memilih pengurus-pengurus jemaat karena menganggap mereka memiliki kapasitas, ilmu pengetahuan dan kearifan yang lebih baik. Paling tidak, hal inilah yang hendaknya menjadi mind-set mereka yang memilih para pengurus jemaat tersebut. Ini adalah standar mendasar untuk memilih seorang pengurus dan hendaknya tidak begitu saja memilih seorang pengurus untuk urusan kantor. Juga merupakan tugas para pengurus untuk mengangkat standar pendidikan dan keagamaan jemaat. Bersama dengan ketua dan sekretaris tarbiyyat, hendaknya seluruh anggota majelis amila berhati-hati dalam bersikap sebagai teladan. Hendaknya mendengarkan khotbah dan daras serta menghadiri berbagai program Jemaat demi peningkatan kerohanian.
Ketika jalsah dan berbagai khotbah telah disampaikan, maka merupakan tugas para mubaligh dan para pengurus serta majelis amila untuk secara rutin mengingatkan yang lain. Beberapa mubaligh bekerja sangat luar biasa dalam hal ini. Mereka memberikan beberapa catatan penting berdasarkan khotbah dan mengambil beberapa poin atau yang lainnya dari khotbah itu kemudian memaparkannya. Orang-orang memberikan respon positif dan berkata bahwa mereka mengetahui bagaimana cara yang benar untuk mengamalkannya dan rasa malas mereka menjadi terhapus. Akan menjadi salah jika para pengurus merasa cukup dengan hanya telah membacakan intisari dari tulisan Hadhrat Masih Mau’ud as kepada orang-orang atau mereka merasa bahwa orang-orang telah mendengar khotbah saya (Hudhur atba) jadi mereka tidak perlu lagi untuk diingatkan kembali. Bahkan jika mereka merasa ragu untuk menasehati orang-orang seraya berpikir jika perkataan khalifath saja tidak berpengaruh terhadap mereka, lalu nasehat apa lagi yang harus disampaikan, maka pikiran demikian pun juga salah.
Beberapa orang tidak memahami apa yang sedang disampaikan walaupun saya (Hudhur) telah berusaha untuk menguraikan sabda-sabda Masih Mau’ud dengan bahasa yang mudah dipahami namun beberapa orang masih tidak dapat memahaminya atau bahkan salah memahaminya. Oleh karena itu, jika berbagai perkara ini dijelaskan dalam suatu cara yang sederhana untuk dipahami, barulah orang-orang akan mengerti apa yang sedang disampaikan. Memberikan bantuan sangat diperlukan dan mereka yang telah diberikan tanggung jawab tersebut hendaknya berupaya untuk menolong yang lain. Mereka yang mengabdikan hidup mereka untuk agama dan mereka yang telah diberikan tanggung jawab hendaknya memberikan pertolongan kepada orang-orang yang masih lemah.
Shalat berjamaah adalah wajib badi kaum pria. Jika mereka yang datang ke masjid secara dawam menolong yang lainnya, maka banyak hal yang dapat meningkat. Hadhrat Muslih Mau’ud ra bersabda bahwa suatu kali beliau datang untuk melaksanakan shalat Isya dan melihat hanya ada dua shaf. Beliau menyarankan orang-orang untuk mengajak tetangga-tetangga mereka pada shalat-shalat berikutnya. Jumlah makmum mulai bertambah dari hari ke hari. Sungguh mengingatkan kembali akan membuat kapasitas seseorang menjadi semakin baik. Jika orang-orang yang secara dawam datang ke masjid untuk shalat membawa serta kenalan dan teman mereka maka banyak hal yang dapat meningkat. Seorang Ahmadi dari Gillingham berkata bahwa temannya memanggilnya sebelum shalat subuh dan mengatakannya bahwa ia akan menjemputnya 10 menit lagi. Jika orang-orang senantiasa saling menolong dengan cara seperti ini maka jumlah kehadiran di masjid dapat bertambah.
Hendaknya khotbah-khotbah (Hudhur) didengarkan dengan penuh perhatian namun beberapa orang terkantuk-kantuk selama khotbah disampaikan sedangkan yang lainnya tertidur dan bersandar pada orang di sebelahnya. Kemudian ada orang yang sulit mendengar, beberapa orang tidak dapat memperoleh makna apa yang sedang disampaikan sedangkan yang lainnya sedang memikirkan hal yang lain. Apa dampak dari khotbah yang disampaikan terhadap mereka! Mengingatkan kembali diperlukan bagi orang-orang seperti ini karena hal ini pasti akan meningkatkan kapasitas seseorang. Dalam Islam, semua orang mukmin diperintahkan untuk mengajak yang lain ketika mereka bergerak maju ke depan. Ini tidak hanya tugas para mubaligh dan para pengurus. Mereka yang tinggal di dekat masjid hendaknya mencoba menarik perhatian para tetangganya untuk datang ke masjid sehingga dengan cara ini jumlah kehadiran dapat meningkat. Juga merupakan semangat sejati persaudaraan Islam bahwa kita menarik perhatian orang lain terhadap kewajiban mereka dan mengajak mereka yang masih lemah seraya meningkatkan kualitas mereka. Suatu hadis juga meriwayatkan bahwa seseorang yang mengajak yang lain untuk melakukan suatu kebaikan akan mendapatkan ganjaran yang sama dengan orang yang melakukan kebaikan itu.
Orang-orang di antara kita tidak hanya menjadikan diri mereka aktif dan cekatan dalam hal pengkhidmatan agama lalu merasa itu cukup, melainkan hendaknya juga membuat yang lain menjadi aktif dan cekatan. Hendaknya kita menolong yang lain untuk meninggikan kapasitas mereka serta juga meningkatkan kapasitas kita sendiri dengan berpikir bahwa kita tidak akan tetap diam di tempat. Dengan memberikan sarana kepada yang lain untuk melakukan kebaikan, maka kita juga akan meraih kebaikan yang berlipat ganda dari Allah bagi diri kita dan hal ini akan menciptakan perubahan yang besar di dalam kemajuan Jemaat.
Semoga Allah Ta’ala memberi kita taufik untuk meningkatkan daya dan kompetensi kita secara dawam dan membuat kita mewarisi karunia-karunianya senantiasa. Aamiin.
Dua shalat jenazah ghaib diumumkan: pertama: السيدة جنان عناني Ny. Jinan Aani dari Suriah yang tinggal di Turki. Beliau meninggal pada tangal 23 Januari pada umur 57 tahun.
Kedua: Ny. Habiba dari Meksiko, meninggal pada tanggal 19 Januari. Beliau berumur lebih dari 100 tahun dan masuk Ahmadiyyah pada bulan Juni 2014.
Diterjemahkan oleh: Hafizurrahman, editor: Dildaar AD
[1] Semoga Allah Ta’ala menolongnya dengan kekuatan-Nya yang Perkasa
0 komentar:
Post a Comment