Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz
Tanggal 13 Februari 2015 di Masjid Baitul Futuh, Morden, UK.
Materi pada khotbah Jumat hari ini diambil dari satu khotbah Hadhrat Muslih Mau’ud as berkenaan dengan kelemahan dan kekurangan yang terjadi secara القومية qaumiyah (kebangsaan, umum).
Kelemahan selalu ada dua jenis yakni kelemahan secara individu dan kelemahan secara berkelompok seperti halnya kelebihan yang juga memiliki dua jenis yakni secara individu (perseorangan) dan secara kelompok (umum atau banyak orang atau bangsa). Hendaknya diingat bahwa kelemahan dan kekurangan timbul sebagai akibat dari pengaruh lingkungan. Sebagaimana suatu bibit tidak akan bisa tumbuh tanpa adanya tanah dan meskipun bisa, namun akan layu dengan sangat cepat, maka begitu pula kelemahan dan kebaikan- yang masing-masing timbul karena kekurangan dan kelebihan- dipengaruhi oleh lingkungan. Hal ini membuat faktor-faktor lingkungan menjadi suatu elemen yang penting.
Lingkungan pun ada dua jenis; satu jenis lingkungan hanya dapat memberikan dampak pada individu saja dan tidak mempengaruhi setiap orang di dalam suatu kelompok. Sebagai contoh, lahan di tempat-tempat tertentu baik untuk menumbuhkan jenis tanaman tertentu saja. Seperti daerah-daerah di Pakistan dimana beras Basmati yang harum dapat tumbuh namun tanaman tersebut tidak dapat dikembangkan ditempat lain. Kebaikan ataupun keburukan juga berkembang sebagai akibat dari situasi tertentu di lingkungan kelompok dan menyebabkan jatuh bangunnya bangsa-bangsa. Seorang individu dapat berkembang dan maju melalui usahanya namun usaha yang dilakukan oleh seorang individu itu tidak dapat mempengaruhi kebaikan atau keburukan di lingkungan kelompok. Seorang individu hanyalah satu elemen dari satu kelompok dan kelemahan yang terjadi pada suatu kelompok tidak dapat diperbaiki hanya melalui reformasi satu elemen saja.
Jika racun berbahaya dikonsumsi maka akan berakibat fatal terhadap seluruh bagian tubuh. Demikian pula makanan yang baik dan sehat juga memberikan pengaruh baik terhadap tubuh. Dengan demikian, satu kebaikan ataupun keburukan yang timbul di dalam lingkungan suatu kelompok akan memberikan pengaruh terhadap seluruh bagian kelompok tersebut. Sesuatu yang terjadi secara menyeluruh pastinya berdampak pada semua elemennya dan pada dasarnya adalah bahwa keuntungan dan kerugian yang terjadi secara menyeluruh juga berdampak pada keuntutungan dan kerugian bagi setiap individu.
Seorang individu dapat memperbaiki dirinya sendiri namun seluruh masyarakat perlu untuk mengintrospeksi diri mereka serta berupaya untuk mengadakan reformasi menyeluruh. Ketika menjadi hal yang penting untuk mengadakan introspeksi diri bagi setiap orang, maka juga menjadi hal yang penting pula untuk mengintrospeksi kelemahan-kelemahan yang terjadi di lingkungan kelompok dan kemudian memperbaikinya. Tidak akan ada kesuksesan tanpa adanya perbaikan secara bersama!
Banyak pemerintahan berupaya untuk menghindari kerugian akibat bencana alam dan sebagainya. Dan jika pemerintahan tersebut tidak mengambil tindakan, seperti yang terjadi pada banjir musim panas kemaren di Pakistan, maka orang-orang akan sangat menderita. Jika pemerintah tidak mengambil langkah-langkah pencegahan dan tidak sungguh-sungguh dalam berbuat demikian, maka kerugian yang dialami masyarakat akan semakin hebat.
Hadhrat Muslih Mau’ud as bersabda berkenaan dengan Jemaat Ahmadiyah bahwa hal ini bisa menjadi bermanfaat jika Jemaat memperhatikan kelemahan-kelemahan suatu bangsa dan kemudian memperbaikinya. Berbagai bid’ah di dalam suatu agama dapat menyebabkan tersebarnya keburukan. Keyakinan yang keliru memberikan pengaruh kepada setiap orang dan hal ini juga dapat berpengaruh buruk terhadap kebudayaan. Bagaimanapun juga, kita adalah umat Muslim. Kita mengimani Al-Quran sebagai firman Allah Ta’ala. Kita percaya bahwa seluruh ajaran Al-Qur’an jauh dari setiap cacat, sehingga jelas bahwa hal itu tidak akan menyebabkan hasil yang buruk.
Orang-orang Muslim beranggapan bahwa tidak mungkin keburukan akan menyusup memasuki mereka. Namun, apakah semua umat Islam telah terbebas dari keburukan? Malahan, umumnya umat Islam sekarang ini terlibat dalam tindak keburukan. Hal ini perlu untuk diketahui bahwa Al-Quran sendiri terbebas dari segala kelemahan serta telah membawa syariat agama yang sempurna. Kebanyakan dari apa yang Al-Quran nyatakan telah terjadi. Firman Allah Ta’ala yang mengatakan bahwa ajarannya terbebas dari kekurangan juga benar. Lalu timbul pertanyaan, dimana letak kelemahannya?
Tentu kelemahannya dan kesalahannya adalah adanya ketidakbenaran atau kesalahan dalam pemahaman dan pengamalan ajarannya. Berbagai kekeliruan ini mungkin telah masuk melalui pemahaman yang buruk oleh para ulama yang lalu maupun yang sekarang. Para ulama ini memiliki sudut pandang pemahaman mereka sendiri namun diikuti secara membabi-buta oleh suatu bangsa tersebut meskipun beberapa diantara yang mengikutinya merupakan orang-orang yang sangat terdidik. Dan dengan demikian kekurangan dan kelemahan tersebut masuk ke dalam masyarakat dan berdampak kepada lingkungan. Pengaruh buruk dari budaya agama-agama lain diambil dan nilai-nilai kebudayaan kemudian diangggap sebagai nilai-nilai keagamaan.
Merupakan karunia dari Allah Ta’ala bahwa kita beruntung menjadi bagian dari Jemaat Masih Mau’ud as maka riwayat-riwayat lama [yang salah] dan segala tafsir-tafsir yang kosong dari hikmah kebijaksanaan hendaknya jangan sampai mempengaruhi kita. Bagaimanapun juga, kita juga tidak sepenuhnya sudah selamat. Berbagai macam orang dengan sudut pandang berbeda-beda masuk kedalam Jemaat dan beberapa ulama baru menafsirkan berbagai masalah sesuai dengan pikiran mereka sendiri. Memang tidak dilarang untuk melakukan hal demikian; namun ada beberapa prinsip yang perlu diikuti dalam hal ini. Hendaknya para ulama (cendekiawan dalam Jemaat, termasuk Muballigh) mengungkapkan pandangan mereka di bawah bimbingan Khilafat dan Nizam Jemaat agar terhindar dari memberikan konsep yang salah. Dengan karunia Allah Ta’ala, Jemaat kita secara umum terbebas dari isu-isu demikian namun ada suatu kebutuhan agar secara terus-menerus memperhatikan hal ini.
Kita harus melihat dan merenungkan kekurangan bersama yang terjadi pada orang-orang yang hidup di sekitar kita, baik itu mereka yang ada hubungan dengan agama atau tidak; percaya kepada agama atau tidak; percaya kepada Tuhan atau tidak. Dunia telah menjadi global village (kampung besar). Jarak yang ada di dunia ini telah semakin sempit. Segala kelebihan maupun kekurangan dari semua orang dapat terlihat dengan jelas dan tentunya satu dengan yang lain akan saling mempengaruhi. Lingkungan kita pasti mempengaruhi kita. Para orang tua bisa saja menanamkan nilai-nilai mereka kepada anak-anak mereka namun lingkungan juga memberikan pengaruh kepada mereka. Anak-anak menghabiskan sebagian besar hari-hari mereka di sekolah dan di rumah, dan teman-teman mereka juga dapat menjadi sarana yang bisa memberikan pengaruh buruk kepada mereka. Dan begitu juga halnya dengan orang dewasa. Anak-anak tidak mendengar orang tua mereka dan beberapa orang tua berbalik dengan sikap yang tidak baik serta menekan anak-anak dan hal ini membuat anak-anak menjadi tidak hormat kepada orang tua.
Kelemahan dan kekurangan ini tidak lagi menjadi kelemahan individu namun sudah menjadi kelemahan/penyakit bersama dan banyak rumah tangga yang menjadi hancur. Para orang tua membunuh anak-anak mereka secara rohani dan juga jasmani. Beberapa Ahmadi juga sedang terpengaruh oleh penyakit masyarakat dunia Barat. Sebelum kelemahan-kelemahan ini mempengaruhi kita lebih jauh, maka kita perlu memberikan upaya yang lebih keras untuk memperbaikinya. Seluruh bagian dalam Jemaat Ahmadiyah ini hendaknya berfikir secara kolektif serta merencanakan upaya untuk menghapuskan penyakit-penyakit dunia Barat ini sebelum mereka masuk ke dalam Jemaat kita sebagai penyakit komunal. Kita telah berbaiat dan menyatakan untuk memperbaiki dunia dari segala penyakitnya. Bagaimana hal ini dapat terjadi jika orang-orang yang hendak mengobati malah juga terinfeksi!
Secara umum, Jemaat kita telah mempunyai banyak masjid dan pusat di seluruh dunia namun ada beberapa wilayah dimana hanya ada beberapa rumah Ahmadi saja. Dan bukannya mendirikan shalat secara berjamaah, para Ahmadi tersebut melaksanakannya di rumah. Hal ini terjadi karena beberapa orang sibuk sementara yang lainnya menjamak shalat mereka disebabkan oleh jadwal pekerjaan yang padat. Tidak ada perhatian khusus untuk mendirikan shalat berjamaah serta ada kecenderungan untuk menjamak shalat. Seolah-olah hal ini sedang menjadi kelemahan-kelemahan kita bersama. Ada suatu kebutuhan mendesak untuk memperbaiki hal ini.
Kelemahan ini tidak pada individunya namun sedang mengarah pada kegagalan serta kelemahan bersama. Makna dari pentingnya mendirikan shalat berjamaah telah menurun. Meskipun memang ada para Ahmadi yang mendirikan shalat mereka di rumah dengan penuh kelembutan dan kerendahan hati yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh Muslim lainnya, namun Muslim selainnya (yang bukan Ahmadi) itu sangat teratur untuk datang ke masjid walaupun hanya untuk datang saja. Dan tentu suatu kali di masjid mereka menyatakan hal-hal omong kosong tentang Jemaat yang malah menciptakan penyakit di kalangan mereka sendiri sedangkan tujuan kita untuk pergi ke masjid adalah untuk menghilangkan penyakit-penyakit kita. Kita perlu memberikan perhatian bahwa masjid adalah tempat yang hendaknya dipenuhi dan dipadati oleh para mukmin sejati.
Ketika kita mencatat ada anak-anak yang tidak memperoleh pemahaman mengenai pentingnya shalat berjamaah dan bahkan ada beberapa di antaranya yang mengatakan shalat itu dikerjakan tiga kali sehari (karena seringkali dijamak), maka perihal tidak mendirikan shalat di masjid atau seringkali menjamak shalat menjadi hal yang sangat berbahaya bagi Jemaat kita. Dibutuhkan pemikiran serta perencanaan yang cepat mengenai hal ini di setiap tempat. Jika tidak, maka hal ini dapat menjadi penyakit bagi generasi Jemaat mendatang. Dan satu penyakit akan menyerang yang lainnya sedangkan keimanan memang akan tetap ada dalam diri semua orang namun kosong dari nilai kerohaniannya. Ada semacam kebutuhan yang besar dalam menciptakan upaya untuk menghindari penyakit kerohanian ini.
Mereka yang mengambil langkah-langkah pencegahan akan selamat dari penyakit-penyakit tersebut. Dengan demikian, kita juga perlu untuk mengambil langkah-langkah pencegahan. Setelah mengadakan perobahan diri, kita perlu secara terus menerus melindungi diri dari penyakit-penyakit tersebut. Kita hendaknya merenungkan di tempat-tempat mana saja penyakit-penyakit tersebut dapat masuk ke dalam kehidupan Muslim lainnya yang menyebabkan mereka kehilangan arah.
Hendaknya kita jangan terbawa arus; bahkan hendaknya kita sendiri yang menciptakan situasi yang sesuai dengan diri kita. Kita perlu untuk tetap menjalin hubungan dengan Khilafat dan juga perlu untuk menjalin ikatan dengan MTA dan website kita, http://www.alislam.org/. Sarana-sarana ini menyediakan ajaran-ajaran sejati bagi kita. Perlu untuk diingat bahwa umat Islam telah diberikan sebuah kitab yang sempurna yakni Al-Quran. Kendatipun demikian, terjadi kesalahan di kalangan mereka yang mau tak mau kesalahan ini berdampak munculnya penyakit dan kekurangan.
Perkara terbesar yang menjadi sebab munculnya keburukan secara bersama-sama di kalangan umat Muslim ialah keyakinan mereka bahwa Al-Quran adalah kitab sempurna yang mengandung penjelasan segala hal, petunjuk bagi manusia dari awal hingga akhir. Nampak jelas dari pembicaraan ini bahwa sifat keistimewaan Al-Quran dilukiskan dalam kondisi ada kekurangan ketika dikatakan bahwa keistimewaan al-Qur’an tersebut (yaitu sebagai Kitab Sempurna) mempengaruhi mereka secara negatif (buruk), tetapi jika kita berpikir maka kita akan tahu bahwa sifat keistimewaan tersebut tidak memiliki sedikit pun keraguan, namun memahaminya (sebagai Kitab Sempurna) dengan corak pemikiran yang salah sehingga terjadi timbulnya kelemahan yang besar di kalangan umat Muslim.(2)
Tidak diragukan lagi Al-Quran merupakan suatu kitab yang sempurna dan akan menjadi sumber petunjuk hingga hari pembalasan. Memang juga tidak diragukan bahwa Allah Ta’ala yang merupakan pencipta akal manusia Maha Mengetahui bahwa jika akal tersebut tidak dilatih untuk berfikir, maka dia akan kehilangan fungsi dan kemampuannya untuk berkembang. Oleh karena itu, meskipun Allah Ta’ala menciptakan Al-Quran tanpa kekeliruan dan sempurna, namun Dia meninggalkan satu bagian dari setiap perintah di dalam Al-Quran supaya direnungkan oleh akal manusia.
Ada beberapa hal yang sudah jelas dan tegas di dalam Al-Quran sementara yang lainnya memerlukan akal manusia untuk merenungkan serta memikirkannya sehingga akal manusia tidak menjadi sia-sia. Al-Quran telah dinyatakan dalam kata-kata dan firman-firman yang dengan merenungkannya maka akan terbuka segala ma’rifat. Jika tidak demikian, maka Al-Quran telah membuat segalanya menjadi jelas untuk dipahami tanpa perlu direnungkan lagi. Kehendak Ilahi di balik hal ini adalah supaya akal manusia tidak menjadi sia-sia dan sempit. Bagaimanapun juga terdapat peraturan, kaidah dan juga prinsip-prinsip berkenaan dengan hal ini. Pada zaman ini Hadhrat Masih Mau’ud as telah memberikan bimbingan, penafsiran yang jelas serta pendapat beliau as sendiri berkenaan dengan hal ini yang hendaknya selalu kita perhatikan. Dan bagi mereka yang ingin mencari poin-poin baru di dalam Al-Quran, maka hendaknya bertindak sejalan dengan bimbingan Masih Mau’ud as.
Al-Quran merupakan kitab sempurna dan terdapat segala hal di dalamnya namun hanya mereka yang diberikan hidayat yang akan membacanya, merenungkan isinya serta berupaya untuk mengamalkannya. Al-Quran memberitahukan kepada kita mengenai penyakit serta kebaikan individu maupun yang ada pada suatu kaum. Allah Ta’ala telah berfirman di dalam Al-Quran bahwa Dia akan mengirimkan utusannya di akhir zaman demi mengajarkan kaum akhirin, memperluas akal pikiran mereka dan untuk memberikan pencerahan serta pemahaman Al-Quran kepada mereka.
Namun mereka yang tidak merenungkannya telah menolak seseorang yang telah dikirim oleh Allah Ta’ala dan dengan demikian mereka menjadi kurang memperoleh keluasan ma’rifat Al-Quran. Mereka hilang dalam ketidak-tahuan dan membawa Islam ke dalam keburukan. Tindakan umat Islam lainnya yang seperti itu hendaknya memacu kita bahkan lebih dari sekedar melihat apa yang terjadi tetapi seraya memahami semangat ajaran Islam, hendaknya kita menghapuskan setiap penyakit sebelum ia menjadi komunal.
Dua shalat jenazah dan 2 shalat jenazah ghaib diumumkan. 2 shalat jenazah: Razia Mussarat Sahiba dan Amir Shiraz Shaib; 2 shalat jenazah ghaib adalah untuk al-Haj Rasheed Ahmad Sahib di Milwaukee, USA dan Hasan Abdullah sahib di Detroit, USA.
Diterjemahkan oleh: Hafizurrahman, editor: Dildaar AD
(2) Keyakinan umat Muslim bahwa Al-Quran merupakan suatu kitab yang sempurna dan menjadi sumber petunjuk adalah benar. Titik besar kesalahan pada corak memahami keyakinan tersebut. Keyakinan kitab suci Al-Qur’an adalah kitab sempurna, malahan menjadi dalih bagi kalangan Muslim tidak merenungkannya dalam-dalam, mengkajinya dan gagal memahami isinya, termasuk menolak kedatangan imam zaman dengan alasan Al-Qur’an sudah cukup dan sempurna.
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz
Tanggal 13 Februari 2015 di Masjid Baitul Futuh, Morden, UK.
أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله. أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
بسْمِ الله الرَّحمَْن الرَّحيم * الحَْمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحمَْن الرَّحيم * مَالك يوَْم الدِّين * إيَّاكَ نعَْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ . (آمين)
Materi pada khotbah Jumat hari ini diambil dari satu khotbah Hadhrat Muslih Mau’ud as berkenaan dengan kelemahan dan kekurangan yang terjadi secara القومية qaumiyah (kebangsaan, umum).
Kelemahan selalu ada dua jenis yakni kelemahan secara individu dan kelemahan secara berkelompok seperti halnya kelebihan yang juga memiliki dua jenis yakni secara individu (perseorangan) dan secara kelompok (umum atau banyak orang atau bangsa). Hendaknya diingat bahwa kelemahan dan kekurangan timbul sebagai akibat dari pengaruh lingkungan. Sebagaimana suatu bibit tidak akan bisa tumbuh tanpa adanya tanah dan meskipun bisa, namun akan layu dengan sangat cepat, maka begitu pula kelemahan dan kebaikan- yang masing-masing timbul karena kekurangan dan kelebihan- dipengaruhi oleh lingkungan. Hal ini membuat faktor-faktor lingkungan menjadi suatu elemen yang penting.
Lingkungan pun ada dua jenis; satu jenis lingkungan hanya dapat memberikan dampak pada individu saja dan tidak mempengaruhi setiap orang di dalam suatu kelompok. Sebagai contoh, lahan di tempat-tempat tertentu baik untuk menumbuhkan jenis tanaman tertentu saja. Seperti daerah-daerah di Pakistan dimana beras Basmati yang harum dapat tumbuh namun tanaman tersebut tidak dapat dikembangkan ditempat lain. Kebaikan ataupun keburukan juga berkembang sebagai akibat dari situasi tertentu di lingkungan kelompok dan menyebabkan jatuh bangunnya bangsa-bangsa. Seorang individu dapat berkembang dan maju melalui usahanya namun usaha yang dilakukan oleh seorang individu itu tidak dapat mempengaruhi kebaikan atau keburukan di lingkungan kelompok. Seorang individu hanyalah satu elemen dari satu kelompok dan kelemahan yang terjadi pada suatu kelompok tidak dapat diperbaiki hanya melalui reformasi satu elemen saja.
Jika racun berbahaya dikonsumsi maka akan berakibat fatal terhadap seluruh bagian tubuh. Demikian pula makanan yang baik dan sehat juga memberikan pengaruh baik terhadap tubuh. Dengan demikian, satu kebaikan ataupun keburukan yang timbul di dalam lingkungan suatu kelompok akan memberikan pengaruh terhadap seluruh bagian kelompok tersebut. Sesuatu yang terjadi secara menyeluruh pastinya berdampak pada semua elemennya dan pada dasarnya adalah bahwa keuntungan dan kerugian yang terjadi secara menyeluruh juga berdampak pada keuntutungan dan kerugian bagi setiap individu.
Seorang individu dapat memperbaiki dirinya sendiri namun seluruh masyarakat perlu untuk mengintrospeksi diri mereka serta berupaya untuk mengadakan reformasi menyeluruh. Ketika menjadi hal yang penting untuk mengadakan introspeksi diri bagi setiap orang, maka juga menjadi hal yang penting pula untuk mengintrospeksi kelemahan-kelemahan yang terjadi di lingkungan kelompok dan kemudian memperbaikinya. Tidak akan ada kesuksesan tanpa adanya perbaikan secara bersama!
Banyak pemerintahan berupaya untuk menghindari kerugian akibat bencana alam dan sebagainya. Dan jika pemerintahan tersebut tidak mengambil tindakan, seperti yang terjadi pada banjir musim panas kemaren di Pakistan, maka orang-orang akan sangat menderita. Jika pemerintah tidak mengambil langkah-langkah pencegahan dan tidak sungguh-sungguh dalam berbuat demikian, maka kerugian yang dialami masyarakat akan semakin hebat.
Hadhrat Muslih Mau’ud as bersabda berkenaan dengan Jemaat Ahmadiyah bahwa hal ini bisa menjadi bermanfaat jika Jemaat memperhatikan kelemahan-kelemahan suatu bangsa dan kemudian memperbaikinya. Berbagai bid’ah di dalam suatu agama dapat menyebabkan tersebarnya keburukan. Keyakinan yang keliru memberikan pengaruh kepada setiap orang dan hal ini juga dapat berpengaruh buruk terhadap kebudayaan. Bagaimanapun juga, kita adalah umat Muslim. Kita mengimani Al-Quran sebagai firman Allah Ta’ala. Kita percaya bahwa seluruh ajaran Al-Qur’an jauh dari setiap cacat, sehingga jelas bahwa hal itu tidak akan menyebabkan hasil yang buruk.
Orang-orang Muslim beranggapan bahwa tidak mungkin keburukan akan menyusup memasuki mereka. Namun, apakah semua umat Islam telah terbebas dari keburukan? Malahan, umumnya umat Islam sekarang ini terlibat dalam tindak keburukan. Hal ini perlu untuk diketahui bahwa Al-Quran sendiri terbebas dari segala kelemahan serta telah membawa syariat agama yang sempurna. Kebanyakan dari apa yang Al-Quran nyatakan telah terjadi. Firman Allah Ta’ala yang mengatakan bahwa ajarannya terbebas dari kekurangan juga benar. Lalu timbul pertanyaan, dimana letak kelemahannya?
Tentu kelemahannya dan kesalahannya adalah adanya ketidakbenaran atau kesalahan dalam pemahaman dan pengamalan ajarannya. Berbagai kekeliruan ini mungkin telah masuk melalui pemahaman yang buruk oleh para ulama yang lalu maupun yang sekarang. Para ulama ini memiliki sudut pandang pemahaman mereka sendiri namun diikuti secara membabi-buta oleh suatu bangsa tersebut meskipun beberapa diantara yang mengikutinya merupakan orang-orang yang sangat terdidik. Dan dengan demikian kekurangan dan kelemahan tersebut masuk ke dalam masyarakat dan berdampak kepada lingkungan. Pengaruh buruk dari budaya agama-agama lain diambil dan nilai-nilai kebudayaan kemudian diangggap sebagai nilai-nilai keagamaan.
Merupakan karunia dari Allah Ta’ala bahwa kita beruntung menjadi bagian dari Jemaat Masih Mau’ud as maka riwayat-riwayat lama [yang salah] dan segala tafsir-tafsir yang kosong dari hikmah kebijaksanaan hendaknya jangan sampai mempengaruhi kita. Bagaimanapun juga, kita juga tidak sepenuhnya sudah selamat. Berbagai macam orang dengan sudut pandang berbeda-beda masuk kedalam Jemaat dan beberapa ulama baru menafsirkan berbagai masalah sesuai dengan pikiran mereka sendiri. Memang tidak dilarang untuk melakukan hal demikian; namun ada beberapa prinsip yang perlu diikuti dalam hal ini. Hendaknya para ulama (cendekiawan dalam Jemaat, termasuk Muballigh) mengungkapkan pandangan mereka di bawah bimbingan Khilafat dan Nizam Jemaat agar terhindar dari memberikan konsep yang salah. Dengan karunia Allah Ta’ala, Jemaat kita secara umum terbebas dari isu-isu demikian namun ada suatu kebutuhan agar secara terus-menerus memperhatikan hal ini.
Kita harus melihat dan merenungkan kekurangan bersama yang terjadi pada orang-orang yang hidup di sekitar kita, baik itu mereka yang ada hubungan dengan agama atau tidak; percaya kepada agama atau tidak; percaya kepada Tuhan atau tidak. Dunia telah menjadi global village (kampung besar). Jarak yang ada di dunia ini telah semakin sempit. Segala kelebihan maupun kekurangan dari semua orang dapat terlihat dengan jelas dan tentunya satu dengan yang lain akan saling mempengaruhi. Lingkungan kita pasti mempengaruhi kita. Para orang tua bisa saja menanamkan nilai-nilai mereka kepada anak-anak mereka namun lingkungan juga memberikan pengaruh kepada mereka. Anak-anak menghabiskan sebagian besar hari-hari mereka di sekolah dan di rumah, dan teman-teman mereka juga dapat menjadi sarana yang bisa memberikan pengaruh buruk kepada mereka. Dan begitu juga halnya dengan orang dewasa. Anak-anak tidak mendengar orang tua mereka dan beberapa orang tua berbalik dengan sikap yang tidak baik serta menekan anak-anak dan hal ini membuat anak-anak menjadi tidak hormat kepada orang tua.
Kelemahan dan kekurangan ini tidak lagi menjadi kelemahan individu namun sudah menjadi kelemahan/penyakit bersama dan banyak rumah tangga yang menjadi hancur. Para orang tua membunuh anak-anak mereka secara rohani dan juga jasmani. Beberapa Ahmadi juga sedang terpengaruh oleh penyakit masyarakat dunia Barat. Sebelum kelemahan-kelemahan ini mempengaruhi kita lebih jauh, maka kita perlu memberikan upaya yang lebih keras untuk memperbaikinya. Seluruh bagian dalam Jemaat Ahmadiyah ini hendaknya berfikir secara kolektif serta merencanakan upaya untuk menghapuskan penyakit-penyakit dunia Barat ini sebelum mereka masuk ke dalam Jemaat kita sebagai penyakit komunal. Kita telah berbaiat dan menyatakan untuk memperbaiki dunia dari segala penyakitnya. Bagaimana hal ini dapat terjadi jika orang-orang yang hendak mengobati malah juga terinfeksi!
Secara umum, Jemaat kita telah mempunyai banyak masjid dan pusat di seluruh dunia namun ada beberapa wilayah dimana hanya ada beberapa rumah Ahmadi saja. Dan bukannya mendirikan shalat secara berjamaah, para Ahmadi tersebut melaksanakannya di rumah. Hal ini terjadi karena beberapa orang sibuk sementara yang lainnya menjamak shalat mereka disebabkan oleh jadwal pekerjaan yang padat. Tidak ada perhatian khusus untuk mendirikan shalat berjamaah serta ada kecenderungan untuk menjamak shalat. Seolah-olah hal ini sedang menjadi kelemahan-kelemahan kita bersama. Ada suatu kebutuhan mendesak untuk memperbaiki hal ini.
Kelemahan ini tidak pada individunya namun sedang mengarah pada kegagalan serta kelemahan bersama. Makna dari pentingnya mendirikan shalat berjamaah telah menurun. Meskipun memang ada para Ahmadi yang mendirikan shalat mereka di rumah dengan penuh kelembutan dan kerendahan hati yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh Muslim lainnya, namun Muslim selainnya (yang bukan Ahmadi) itu sangat teratur untuk datang ke masjid walaupun hanya untuk datang saja. Dan tentu suatu kali di masjid mereka menyatakan hal-hal omong kosong tentang Jemaat yang malah menciptakan penyakit di kalangan mereka sendiri sedangkan tujuan kita untuk pergi ke masjid adalah untuk menghilangkan penyakit-penyakit kita. Kita perlu memberikan perhatian bahwa masjid adalah tempat yang hendaknya dipenuhi dan dipadati oleh para mukmin sejati.
Ketika kita mencatat ada anak-anak yang tidak memperoleh pemahaman mengenai pentingnya shalat berjamaah dan bahkan ada beberapa di antaranya yang mengatakan shalat itu dikerjakan tiga kali sehari (karena seringkali dijamak), maka perihal tidak mendirikan shalat di masjid atau seringkali menjamak shalat menjadi hal yang sangat berbahaya bagi Jemaat kita. Dibutuhkan pemikiran serta perencanaan yang cepat mengenai hal ini di setiap tempat. Jika tidak, maka hal ini dapat menjadi penyakit bagi generasi Jemaat mendatang. Dan satu penyakit akan menyerang yang lainnya sedangkan keimanan memang akan tetap ada dalam diri semua orang namun kosong dari nilai kerohaniannya. Ada semacam kebutuhan yang besar dalam menciptakan upaya untuk menghindari penyakit kerohanian ini.
Mereka yang mengambil langkah-langkah pencegahan akan selamat dari penyakit-penyakit tersebut. Dengan demikian, kita juga perlu untuk mengambil langkah-langkah pencegahan. Setelah mengadakan perobahan diri, kita perlu secara terus menerus melindungi diri dari penyakit-penyakit tersebut. Kita hendaknya merenungkan di tempat-tempat mana saja penyakit-penyakit tersebut dapat masuk ke dalam kehidupan Muslim lainnya yang menyebabkan mereka kehilangan arah.
Hendaknya kita jangan terbawa arus; bahkan hendaknya kita sendiri yang menciptakan situasi yang sesuai dengan diri kita. Kita perlu untuk tetap menjalin hubungan dengan Khilafat dan juga perlu untuk menjalin ikatan dengan MTA dan website kita, http://www.alislam.org/. Sarana-sarana ini menyediakan ajaran-ajaran sejati bagi kita. Perlu untuk diingat bahwa umat Islam telah diberikan sebuah kitab yang sempurna yakni Al-Quran. Kendatipun demikian, terjadi kesalahan di kalangan mereka yang mau tak mau kesalahan ini berdampak munculnya penyakit dan kekurangan.
Perkara terbesar yang menjadi sebab munculnya keburukan secara bersama-sama di kalangan umat Muslim ialah keyakinan mereka bahwa Al-Quran adalah kitab sempurna yang mengandung penjelasan segala hal, petunjuk bagi manusia dari awal hingga akhir. Nampak jelas dari pembicaraan ini bahwa sifat keistimewaan Al-Quran dilukiskan dalam kondisi ada kekurangan ketika dikatakan bahwa keistimewaan al-Qur’an tersebut (yaitu sebagai Kitab Sempurna) mempengaruhi mereka secara negatif (buruk), tetapi jika kita berpikir maka kita akan tahu bahwa sifat keistimewaan tersebut tidak memiliki sedikit pun keraguan, namun memahaminya (sebagai Kitab Sempurna) dengan corak pemikiran yang salah sehingga terjadi timbulnya kelemahan yang besar di kalangan umat Muslim.(2)
Tidak diragukan lagi Al-Quran merupakan suatu kitab yang sempurna dan akan menjadi sumber petunjuk hingga hari pembalasan. Memang juga tidak diragukan bahwa Allah Ta’ala yang merupakan pencipta akal manusia Maha Mengetahui bahwa jika akal tersebut tidak dilatih untuk berfikir, maka dia akan kehilangan fungsi dan kemampuannya untuk berkembang. Oleh karena itu, meskipun Allah Ta’ala menciptakan Al-Quran tanpa kekeliruan dan sempurna, namun Dia meninggalkan satu bagian dari setiap perintah di dalam Al-Quran supaya direnungkan oleh akal manusia.
Ada beberapa hal yang sudah jelas dan tegas di dalam Al-Quran sementara yang lainnya memerlukan akal manusia untuk merenungkan serta memikirkannya sehingga akal manusia tidak menjadi sia-sia. Al-Quran telah dinyatakan dalam kata-kata dan firman-firman yang dengan merenungkannya maka akan terbuka segala ma’rifat. Jika tidak demikian, maka Al-Quran telah membuat segalanya menjadi jelas untuk dipahami tanpa perlu direnungkan lagi. Kehendak Ilahi di balik hal ini adalah supaya akal manusia tidak menjadi sia-sia dan sempit. Bagaimanapun juga terdapat peraturan, kaidah dan juga prinsip-prinsip berkenaan dengan hal ini. Pada zaman ini Hadhrat Masih Mau’ud as telah memberikan bimbingan, penafsiran yang jelas serta pendapat beliau as sendiri berkenaan dengan hal ini yang hendaknya selalu kita perhatikan. Dan bagi mereka yang ingin mencari poin-poin baru di dalam Al-Quran, maka hendaknya bertindak sejalan dengan bimbingan Masih Mau’ud as.
Al-Quran merupakan kitab sempurna dan terdapat segala hal di dalamnya namun hanya mereka yang diberikan hidayat yang akan membacanya, merenungkan isinya serta berupaya untuk mengamalkannya. Al-Quran memberitahukan kepada kita mengenai penyakit serta kebaikan individu maupun yang ada pada suatu kaum. Allah Ta’ala telah berfirman di dalam Al-Quran bahwa Dia akan mengirimkan utusannya di akhir zaman demi mengajarkan kaum akhirin, memperluas akal pikiran mereka dan untuk memberikan pencerahan serta pemahaman Al-Quran kepada mereka.
Namun mereka yang tidak merenungkannya telah menolak seseorang yang telah dikirim oleh Allah Ta’ala dan dengan demikian mereka menjadi kurang memperoleh keluasan ma’rifat Al-Quran. Mereka hilang dalam ketidak-tahuan dan membawa Islam ke dalam keburukan. Tindakan umat Islam lainnya yang seperti itu hendaknya memacu kita bahkan lebih dari sekedar melihat apa yang terjadi tetapi seraya memahami semangat ajaran Islam, hendaknya kita menghapuskan setiap penyakit sebelum ia menjadi komunal.
Dua shalat jenazah dan 2 shalat jenazah ghaib diumumkan. 2 shalat jenazah: Razia Mussarat Sahiba dan Amir Shiraz Shaib; 2 shalat jenazah ghaib adalah untuk al-Haj Rasheed Ahmad Sahib di Milwaukee, USA dan Hasan Abdullah sahib di Detroit, USA.
Diterjemahkan oleh: Hafizurrahman, editor: Dildaar AD
(2) Keyakinan umat Muslim bahwa Al-Quran merupakan suatu kitab yang sempurna dan menjadi sumber petunjuk adalah benar. Titik besar kesalahan pada corak memahami keyakinan tersebut. Keyakinan kitab suci Al-Qur’an adalah kitab sempurna, malahan menjadi dalih bagi kalangan Muslim tidak merenungkannya dalam-dalam, mengkajinya dan gagal memahami isinya, termasuk menolak kedatangan imam zaman dengan alasan Al-Qur’an sudah cukup dan sempurna.
0 komentar:
Post a Comment