Ahmadiyya Priangan Timur

.

Friday, 24 July 2015

Khutbah Jumat: PENTINGNYA SHALAT JUMAT

Ringkasan Khutbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz
17 Juli 2015 di Baitul Futuh, London, UK.

أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.

بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ. (آمين)

Hai, orang-orang yang beriman ! Apabila dipanggil untuk Shalat pada hari Jumat. maka bersegeralah untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli. Hal demikian adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Dan, apabila telah diselesaikan Shalat, maka bertebaranlah kamu di bumi dan carilah karunia Allah, dan ingatlah kepada Allah banyak-banyak, supaya kamu mendapat kebahagiaan. [Al-Jumua’ah, 62:10-11]

mirza-masroor-ahmad
Bulan Ramadhan segera berakhir. Di beberapa tempat, hari ini adalah hari terakhir berpuasa sementara di tempat lainnya, besok baru merupakan hari terakhir berpuasa. Dan dengan demikian bilangan hari berpuasa akan terpenuhi. Banyak di antara kita telah meraih karunia dalam bulan Ramadhan dan telah merasakan pengalaman kerohanian yang baru. Sekarang, doa dan usaha hendaklah dilakukan untuk menjadikan pengalaman kerohanian ini bagian dari kehidupan kita dan segala langkah yang diambil menuju Allah Ta’ala selama bulan Ramadhan hendaklah tidak cukup berhenti di situ saja melainkan senantiasa terus maju dan berkembang. Semoga setiap langkah kita dapat menarik keberkatan-Nya yang tak terbatas.

Sekarang adalah hari Jumat, suatu hari dimana kebanyakan kita secara dawam menunaikan Shalat Jumat namun ada juga banyak orang yang hanya mementingkan Shalat Jumat terakhir dalam bulan Ramadhan. Jemaat kita sedang berkembang di seluruh dunia dan orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat sedang masuk ke dalam Jemaat serta amalan mereka sebelumnya meninggalkan sebuah kesan. Akan ada beberapa orang yang akan memberikan perhatian khusus kepada Jumat terakhir di bulan Ramadhan serta menganggap bahwa menghadiri Shalat Jumat pada hari Jumat terakhir di bulan Ramadhan ini yang disebut Jumatul Wida (Jumat Perpisahan/terakhir, konsep non Ahmadi), akan menjadi sarana memperoleh keselamatan dari segala dosa sepanjang tahun dan mungkin dengan melaksanakan Shalat Jumat pada kesempatan ini akan memenuhi segala kewajibannya sepanjang tahun.

Meskipun hanya ada segelintir orang yang beranggapan demikian, saya (Hadhrat khalifatul masih V) tetap mengingatkan mereka bahwa menghadiri Shalat Jumat pada kesempatan seperti ini tidaklah berarti telah memenuhi tujuan hidup kita.  Hal ini jelas terlihat dari sabda Hadhrat Rasulullah saw bahwa hanya menghadiri Shalat Jumat terakhir dalam bulan Ramadhan bukanlah sumber keselamatan kita. Para generasi muda kita dan mereka yang lalai menghadiri Shalat Jumat hendaknya senantiasa mengingat bahwa mungkin ada suatu konsep Jumatul Wida di kalangan non-Ahmadi namun sesuai dengan ajaran-Nya dan Hadhrat Rasulullah saw, para Ahmadi hendaknya tidak memegang konsep seperti ini. Memang, jika seseorang menghadiri Shalat Jumat pada kesempatan ini dengan perhatian khusus dan fokus untuk membersihkan dirinya dari segala kelemahan sejak hari ini, maka barulah hari ini dan Jumat ini menjadi sangat berarti. Kesempatan untuk menciptakan perubahan suci ini akan menjadi Lailatul Qadr baginya; dimana ia akan masuk ke dalam cahaya setelah kegelapan malam. Sebagaimana yang dijelaskan pada Khutbah Jumat yang lalu, Hadhrat Masih Mau’ud as menguraikan bahwa Lailatul Qadr juga merupakan saat pensucian bagi seseorang ketika ia berpaling kepada Allah Ta’ala.

Ayat yang disebutkan di atas menjelaskan bahwa Allah Ta’ala telah menekankan untuk menghadiri Shalat Jumat dengan ketakwaan dan mengesampingkan hal-hal lainnya. Tidak ada disebutkan secara khusus tentang Shalat Jumat di bulan Ramadhan atau bahkan tentang Shalat Jumat terakhir di bulan Ramadhan. Bahkan, pentingnya Shalat Jumat disebutkan tanpa pengecualian dan dikatakan untuk meninggalkan segala bisnis pada hari tersebut dan menghadiri Shalat Jumat seraya menekankan bahwa menghadiri Shalat Jumat merupakan suatu aspek penting dalam keimanan. Mereka yang tidak menghadiri Shalat Jumat tanpa adanya suatu alasan yang dapat diterima hendaknya memikirkan keimanan mereka. Mereka yang terlambat untuk melaksanakan Shalat Jumat pun hendaknya memikirkan hal ini. Mereka hendaknya menyelesaikan pekerjaan mereka di waktu yang tepat sehingga dapat menghadiri Shalat Jumat.

Setiap orang mengetahui waktu-waktu shalat. Di negara-negara eropa, orang-orang hendaknya menyisihkan waktu untuk perjalanan dan sadar akan kemacetan dan waktu yang dibutuhkan untuk parkir mobil. Hadhrat Rasulullah saw bersabda bahwa mereka yang pertama menghadiri Shalat Jumat layak memperoleh banyak pahala. Beliau saw bersabda bahwa pada hari Jumat, para malaikat berdiri di setiap pintu mesjid dan menulis nama-nama mereka yang datang pertama kali ke mesjid di bagian teratas penghisaban serta mempersiapkan suatu daftar mereka yang datang ke mesjid hingga saat imam selesai menyampaikan khutbahnya. Ini juga merupakan saat ketika para malaikat menutup daftarnya. Setiap orang yang datang ke mesjid untuk mengingat Allah dapat meraih pahala. Hadhrat Rasulullah saw secara khusus memberikan peringatan terhadap yang tidak memberikan perhatian untuk melaksanakan Shalat Jumat. Beliau saw juga bersabda bahwa barangsiapa yang secara sengaja meninggalkan Shalat Jumat 3 kali, maka Allah Ta’ala telah mengunci mata hatinya.

Dengan demikian, tidaklah Allah Ta’ala di dalam Al-Quran dan tidak pula Hadhrat Rasulullah saw memberikan penekanan pada Shalat Jumat terakhir pada bulan Ramadhan. Bahkan, semua Shalat Jumat merupakan hal yang penting diperhatikan. Hadhrat Rasulullah saw bersabda bahwa Allah Ta’ala telah menjadikan Jumat sebagai Ied bagi kalian. Hendaknya kalian membersihkan diri serta mempersiapkan diri pada hari tersebut. Hal ini menuntut agar kita meninggalkan segala sesuatunya pada hari tersebut dan berangkat ke mesjid. Hadis-hadis juga menunjukan bahwa Shalat Jumat merupakan kewajiban setiap orang mukmin untuk meningkatkan standar keimanan mereka. Begitu pula disebutkan berkenaan dengan segala aspek negatif dari seseorang yang lalai terhadap hal ini. Mereka perlu memberikan perhatian khusus terhadap hal ini dan hendaknya mereka senantiasa mengintrospeksi diri berkenaan dengan hal ini.

Islam bukanlah agama yang hanya menunjukan kekerasan; tidak hanya tentang peringatan. Pada dasarnya, jika ada suatu alasan khusus maka barulah seseorang boleh meninggalkan Shalat Jumat. Akan tetapi, meninggalkannya tanpa suatu alasan tidak diizinkan. Hadhrat Rasulullah saw bersabda bahwa Shalat Jumat merupakan kewajiban setiap muslim dengan pengecualian bagi para budak, wanita, anak-anak dan orang sakit. Jika para wanita pergi ke mesjid untuk menghadiri Shalat Jumat, maka itu merupakan suatu perbuatan yang baik namun bukanlah menjadi suatu kewajiban bagi mereka. Beberapa wanita datang dengan anak-anak mereka yang masih kecil yang dapat membuat kegaduhan. Para ibu yang masih muda hendaknya tidak datang ke mesjid dengan anak-anak mereka yang masih kecil karena mereka dapat mengganggu orang lain yang sedang melaksanakan Shalat Jumat. Dan beberapa wanita yang sedang berhalangan hendaknya tidak menghadiri Shalat Jumat. Memang, hanya menghadiri Shalat Ied yang menjadi kewajiban bagi mereka bahkan bagi yang tidak sedang melakukan Shalat pada hari tersebut.

Begitu pula para budak harus tunduk kepada majikannya. Pada dasarnya, tidak ada seorang pun yang diperbudak pada hari-hari tersebut. Para pekerja tidak termasuk ke dalam klasifikasi demikian terlepas dari beberapa kasus tertentu dimana para majikan tidak mengizinkan mereka untuk pergi dan tidak ada lagi sarana untuk mendapatkan rezeki serta mengakibatkan bahaya kelaparan. Ini merupakan kondisi yang kritis. Bagaimanapun juga, kondisi tersebut tidaklah umum terjadi jika para majikan diberikan pemahaman agar mereka dapat memberikan izin pada setiap hari Jumat. Banyak Ahmadi telah meninggalkan pekerjaanya dimana mereka tidak memperoleh izin pada hari Jumat dan bahkan telah memperoleh pekerjaan yang lebih baik dengan karunia Allah Ta’ala.

Hadhrat Rasulullah saw telah membawa hukum agama terakhir yang paripurna dan lengkap. Beliau saw ingin melihat setiap pengikutnya dengan standar kerohanian yang sangat tinggi. Beliau saw menekankan bagaimana untuk menghindari dosa, bagaimana untuk meraih kedekatan dengan Allah Ta’ala dan bagaimana untuk memenuhi tujuan hidup kita. Hadhrat Rasulullah saw bersabda bahwa suatu Shalat hingga Shalat berikutnya, suatu Jumat hingga Jumat berikutnya dan suatu Ramadhan hingga Ramadhan berikutnya menjadi sarana penebusan dosa bagi seseorang selama ia senantiasa menghindari dosa-dosa besar. Seseorang yang melaksanakan Shalat dan yang senantiasa memperhatikan Shalat berikutnya yang ia harus terus laksanakan tidak akan terlibat dalam hal yang penuh dosa dan tak wajar atau sesuatu yang akan merugikan orang lain. Dan jika ia melakukannya, berarti Shalatnya bukanlah Shalat yang sejati dan ia sedang melakukan dosa besar. Ia tidak mendirikan Shalat bagi Allah Ta’ala serta tidak melakukannya dengan mengingat dosa-dosanya. Shalat orang-orang seperti ini mengakibatkan kehancurannya serta akan menimpa kembali kepada mereka sebagaimana yang Al-Quran jelaskan.

Sebagaimana perhatian kita ditarik kepada kewajiban untuk melaksanakan Shalat lima waktu, demikian pula perhatian kita juga ditarik kepada Shalat Jumat. Ketakwaan yang diraih dengan menghadiri Shalat Jumat hendaknya dijaga hingga Shalat Jumat berikutnya. Dalam situasi seperti itu, suatu Jumat hingga Jumat berikutnya akan melepaskan seseorang dari dosa dan menjadi sumber memperoleh ampunan-Nya. Dengan demikian, pentingnya setiap Shalat Jumat pun disampaikan sebagaimana pentingnya Ramadhan juga dinyatakan. Sungguh penting untuk memenuhi kewajiban Shalat dan begitu pula penting untuk memenuhi kewajiban Shalat Jumat dan kewajiban Ramadhan. Meraih karunia dengan melaksanakan semua hal ini dengan kondisi tertentu senantiasa menyelamatkan seseorang dari dosa dan meningkatkan ketakwaan. Dengan demikian, Allah Ta’ala memberikan kita bimbingan hidup setiap hari, setiap bulan dan setiap tahun bagi reformasi kerohanian kita. Seseorang yang melampaui derajat ini akan dianugerahi ampunan-Nya.

Allah Ta’ala telah menempatkan Ramadhan sebagai sarana untuk menciptakan perbaikan kerohanian di setiap tahun dan tidak hanya terbatas pada Jumatul Wida saja. Karena untuk mencari karunia hari Jumat, Hadhrat Rasulullah saw bersabda bahwa setiap Jumat merupakan karunia dan sarana untuk memperoleh ampunan. Setiap Jumat hendaknya menjadi saksi di hadapan Allah Ta’ala bahwa seseorang melewati hari-hari dengan rasa takut pada Allah Ta’ala dan tidak melakukan hal-hal yang tidak diridhai Allah Ta’ala secara sengaja. Barulah setiap Jumat akan menjadi saksi bahwa orang ini senantiasa berusaha melewati hidupnya dengan rasa takut pada-Nya. Begitu pula, jika Shalat 5 waktu dilaksanakan untuk mencari keridhaan-Nya, mereka akan menjadi saksi untuk mendukung kita dan hal tersebut sama dengan berpuasa selama bulan Ramadhan. Inilah yang dimaksud dengan penebusan dosa bahwa segala ibadah memberikan saksi untuk mendukung kita dan menjadi sarana untuk memperoleh ampunan-Nya.

Seraya menyebutkan keindahan dan keutamaan hari Jumat, Hadhrat Rasulullah saw bersabda bahwa hari Jumat merupakan hari terbaik di antara hari-hari lainnya. Sampaikanlah shalawat sedalam-dalamnya pada hari ini; shalawat yang disampaikan pada hari ini akan dipersembahkan kepadaku. Tentu ini pun keberkatan hari Jumat lainnya. Tidak ada disebutkan dimana pun bahwa shalawat yang disampaikan pada hari Jumat terakhir di bulan Ramadhan ini akan dipersembahkan kepadaku. Beruntunglah mereka yang meraih manfaat dari karunia ini.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَءَالِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ءَالِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَّجِيْدٌ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمِ عَلَى ءَالِ إِبْرَاهِيْمِ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

Wahai Allah ! pada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad saw kirimlah salam sejahtera, sebagaimana Engkau telah mengirim kesejahteraan pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Engkau maha terpuji dan Maha mulia. Wahai Allah ! berkatilah pada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad  sebagaimana Engkau telah memberkati pada Ibrahim dan kepada keluarga  Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha terpuji maha mulia.

Setiap orang hendaknya berusaha mencari keberkatan hari Jumat ini. Allah Ta’ala menyatakan bahwa penuhilah kewajiban pada hari Jumat seraya memperhatikan keutamaannya dan mengesampingkan segala perjanjian dan urusan bisnis lainnya. Hal ini akan memberikan kalian faedah kerohanian. Kemudian untuk meraih faedah duniawi, maka kembalilah kepada perjanjian dan urusan bisnis kalian setelah Shalat dan carilah keberkatan-Nya. Sungguh, Allah Ta’ala akan memberkati bisnis kalian. Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa sungguh Allah Ta’ala lah yang senantiasa memberkati segala hal. Jika sedikit pengorbanan waktu diberikan karena Allah Ta’ala pada hari Jumat, Dia akan memberkati bisnis kalian. Dia memiliki segala kekuatan dan memperbaiki segalanya. Dia akan memperbaiki kerugian serta akan memberkatinya. Dengan demikian bagi seorang mukmin sejati yang memperoleh rezeki juga merupakan keberkatan dari Allah Ta’ala. Bekerjalah dengan keras untuk urusan bisnis kalian setelah Shalat Jumat dan begitu pula ketika mengingat Allah Ta’ala dan melakukan urusan duniawi kalian sesuai dengan kehendak ilahi. Hendaknya tidak ada satu hal pun yang kalian lakukan yang bertentangan dengan kehendak ilahi karena hal itu akan mengesampingkan dzikir ilahi. Sebagaimana yang disebutkan pada Khutbah Jumat yang lalu, hendaknya kita sadar bahwa apapun yang kita lakukan, Allah Ta’ala senantiasa melihat kita. Hal ini akan memenuhi kewajiban untuk mengingat-Nya serta kewajiban terhadap tanggung jawab kita.

Perhatian khusus perlu diberikan bahwa kita meninggalkan ibadah Ramadhan baik hari ini maupun besok bukan berarti kita meninggalkan ibadah Shalat Jumat. Jumat selanjutnya akan menjadi penting seperti Jumat pada hari ini. Sementara itu, hendaknya kita berusaha untuk menghilangkan kelemahan kita. Dengan demikian, kita akan mengucapkan selamat tinggal terhadap kelemahan kita namun bukan mengucapkan selamat tinggal terhadap hari Jumat! Kita hendaknya tidak berfikir untuk mengucapkan selamat tinggal terhadap hari Jumat dan tidak pula terhadap Ramadhan. Pikiran seperti itu akan membawa kita jauh dari tujuan penciptaan kita. Dan seseorang yang jauh dari tujuan penciptaannya berarti jauh dari ketakwaan dan seseorang yang jauh dari ketakwaan tidak dapat meraih keberkatan Allah Ta’ala. Seolah-olah kita sendiri membuang-buang sesuatu yang telah kita coba raih selama bulan Ramadhan dan akan kosong dari kesuksesan dan kemakmuran yang telah Allah Ta’ala janjikan dengan datangnya Ramadhan.

Allah Ta’ala telah berfirman bahwa akibat dari berpuasa di bulan Ramadhan adalah tumbuhnya ketakwaan. Pada hari ini, kita perlu merenungkan apakah kita telah meraih hal ini atau belum atau paling tidak apakah kita telah mengambil langkah ke arah itu. Apakah kita telah berjanji untuk tetap kokoh terhadap apapun yang kita raih selama Ramadhan dan apakah kita akan berupaya semakin jauh untuk meningkatkannya.

Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda bahwa bacalah Al-Quran lagi dan lagi dan buatlah daftar mengenai apa-apa yang dilarangnya. kemudian berusahalah dengan pertolongan ilahi dan karunia-Nya untuk menghindari segala penyakit rohani. Ini merupakan tahapan pertama ketakwaan. Hanya ini saja tidaklah cukup untuk meraih keridhaan ilahi. Memang, keburukan hendaknya dihindari dan digantikan dengan amalan baik; tidak akan ada ketulusan tanpa hal ini. Seseorang yang bangga bahwa ia tidak melakukan suatu keburukan apapun merupakan seorang yang bodoh. Islam tidak membawa manusia ke tahapan ini dan kemudian berhenti; pada dasarnya, ketakwaan tersebut menginginkan manusia untuk memenuhi keduanya, yakni, secara sempurna meninggalkan keburukan dan mengamalkan kebaikan dengan ketulusan yang sempurna. Keselamatan tidak dapat diraih tanpa kedua aspek ini.

Ramadhan ini, Jumat ini dan ibadah kita hendaknya membuat kita sadar bahwa sementara kita telah meninggalkan keburukan sebagai tahapan pertama ketakwaan, kita juga harus naik ke tahapan ketakwaan selanjutnya dan memenuhi segala amalan baik dengan ketulusan yang sempurna. Hendaknya kita tidak merasa bangga bahwa kita telah dawam dalam Shalat namun setelah Shalat, kita mulai mengkritik orang lain atau membicarakan masalah-masalah yang tidak ada kaitannya dengan ketakwaan. Jika begitu, kita bahkan tidak akan sampai ke tahapan pertama ketakwaan!

Hadhrat Rasulullah saw bersabda bahwa ada suatu masa dalam hari Jumat dimana doa akan diterima. Kita hendaknya secara khusus berdoa agar kita meninggalkan Ramadhan ini dengan secara utuh melepaskan segala keburukan dan melakukan amal shaleh dengan ketulusan dan sepenuhnya berjalan di atas ketakwaan. Semoga kita dapat memenuhi tujuan kedatangan Hadhrat Masih Mau’ud as dan membawa ajaran Islam yang indah ke seluruh pelosok dunia serta menyampaikan kepada mereka bahwa Islam merupakan satu-satunya agama yang menghubungan manusia dengan Tuhan Yang maha Hidup dan inilah agama yang menarik perhatian kita terhadap cara yang terbaik bagaimana saling memenuhi hak-hak orang lain.

Semoga Allah Ta’ala memungkinkan kita untuk melakukan hal ini! Semoga Allah Ta’ala menghilangkan beban para Ahmadi yang dilanda kesulitan dan semoga Dia menghilangkan kekhawatiran mereka. Semoga Allah Ta’ala memungkinkan umat muslim untuk mengenal Imam Zaman dan mengobati rasa sakit dan masalah mereka! Semoga Allah Ta’ala menghentikan mereka dari kekejaman yang sedang mereka lakukan terhadap yang lain sehingga Islam dapat memanifestasikan kemuliaan sejatinya di setiap negara muslim!

Penerjemah: Hafizurrahman

0 komentar:

Post a Comment