Ahmadiyya Priangan Timur

.

Monday, 20 July 2015

Khutbah Jumat: PRASANGKA DAN KEIMANAN

Ringkasan Khutbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz
tanggal 22 Mei 2015 di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran: “Hai orang-orang yang beriman, hindarilah banyak prasangka karena sebagian prasangka dosa.” (Surah al-Hujuraat; 49:13)
mirza-masroor-ahmad

Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: “Segala hal akan menjadi buruk  (rusak) ketika manusia mulai membuat praduga yang salah dan menimbulkan keraguan di dalam hati. Berpikiran positif atau positive thinking bisa membuat manusia bergerak maju ke depan. Adalah sulit untuk mencapai suatu tujuan jika ia tersandung pada tahapan yang pertama. Berpikiran buruk kepada yang lain merupakan ancaman yang mengerikan dan hal tersebut menghalangi manusia dari berbagai kebajikan. Begitu banyaknya dan bertambahnya prasangka buruk sehingga manusia mulai berpikiran buruk terhadap Allah Ta’ala.

“Kita tidak tahu apa yang tersembunyi di kedalaman hati manusia dan adalah dosa untuk membuat praduga berkenaan dengan itu. Menganggap sesuatu itu buruk berarti ia lebih buruk daripadanya… Tidaklah hal yang baik dan tidak terpuji untuk tergesa-gesa berprasangka buruk terhadap yang lain. Membayangkan bahwa seseorang tahu apa yang ada di dalam hati seseorang yang lain merupakan perkara yang sangat serius dan berbahaya; dan hal ini telah menyebabkan kehancuran banyak bangsa karena mereka berprasangka buruk terhadap para Nabiullah dan ahli bait (keluarga) mereka/para Nabi itu, hal ini lebih lanjut membuat manusia bersangka jahat kepada Allah Ta’ala.  

Berbicara tentang mereka yang senantiasa berprasangka buruk terhadap yang lain, Hadhrat Mushlih Mau’ud ra bersabda bahwa Allah Ta’ala telah menjadikan diri beliau sebagai Khalifah dan telah memelihara beliau dalam karunia dan pertolongan-Nya. Hanya mereka yang fanatik buta saja yang akan mengingkari bahwa Allah Ta’ala telah selalu menurunkan pertolongan-Nya dari langit bagi diri beliau. 

Berbicara tentang mereka yang mengkritik tentang pembayaran candah [mereka keberatan bahkan mencela atas pembayaran iuran dalam Jemaat bahkan menghasut anggota Jemaat untuk tidak membayarnya], beliau ra bersabda bahwa kritik semacam itu juga disampaikan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as yang menjawab dengan mengatakan kepada para pengkritik itu, “Haram (terlarang) bagi kalian, tidak perlu kalian memberikan sedikit iuran jenis apa pun setelah hari ini, namun nanti lihatlah apakah kalian dapat membuat rugi/menyulitkan Jemaat ini atau tidak.”

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra bersabda bahwa beliau juga menjawab dengan cara yang sama kepada orang-orang semacam itu yang mengkritik beliau ra tidak membayar candah apa pun yang seharusnya, “Haram (terlarang) bagi kalian, tidak perlu kalian memberikan sedikit iuran jenis apa pun untuk membantu Jemaat setelah hari ini. Saya tidak terbiasa memakai bahasa keras namun saya katakana kepada para pencela ini, ‘Jika kalian mempunyai sedikit rasa malu dan muruah (kehormatan) maka hendaknya kalian tidak membayarkan iuran apapun dan kemudian lihatlah bagaimana Jemaat ini akan berjalan ataukah tidak. Betapa Allah akan menyediakan sarana-sarana guna menolongku dan bagaimana Allah Ta’ala menurunkan orang-orang ikhlas dari tempat manapun dengan hasrat yang luar biasa dalam berkorban dengan harta mereka yang mereka berikan di jalan Jemaat-Nya!’” 

Beliau ra menambahkan bahwa hal ini adalah berkenaan dengan derajat mulia keluarga beliau (yaitu istri Hadhrat Masih Mau’ud as atau ibu Hudhur II ra beserta 5 putra-putrinya), “Kalian tidak mengetahui bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as telah mengisyaratkan perihal kedudukan istimewa kami ini, kami kelima putra-putri beliau dan istri beliau as ! Beliau ra bersabda, “Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda, ‘Allah telah mengecualikan keluarga saya dan anak-anak saya telah dikecualikan perihal pemakaman di Behesyti Maqbarah (yaitu, istri beliau dan kelima anak-anak beliau akan dimakamkan di pemakaman ini tanpa ikut Wasiyat) dan siapa pun yang keberatan atas hal ini maka ia termasuk orang-orang munafik.’ Jika kami makan uang sumbangan orang-orang maka Allah takkan menganugerahi kami status khusus ini dan mengizinkan kami dikuburkan di Behesyti Maqbarah tanpa ikut serta Nizham al-Wasiyat. Siapapun yang menyerang kami berarti menyerang Hadhrat Masih Mau’ud as dan pada gilirannya berarti ia menyerang Allah Ta’ala.”

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra meriwayatkan dari pengalaman pribadi beliau bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda bahwa beliau as pernah diperlihatkan pekuburan yang terbuat dari perak dan seorang malaikat berkata kepada beliau as bahwa perkuburan ini adalah untuk beliau, keluarga beliau as dan keturunan beliau as. Maka Allah telah memperlihatkan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as kuburan keluarga beliau yang berwarna perak, hal ini seperti jawaban-Nya atas para pengkritik, “Kalian telah berprasangka bahwa keluarga ini (keluarga Hadhrat Masih Mau’ud as) memakan harta iuran dari orang-orang di masa kehidupannya, maka Kami akan menyediakan berkat-berkat bagi mereka setelah kewafatannya.” Maka sementara Allah Ta’ala telah mengubah tanah-tanah mereka menjadi perak namun sebaliknya para pengkritik telah mengubah perak-perak mereka menjadi debu karena kritikan mereka! 

Karena orang-orang munafik bergerak secara sembunyi-sembunyi, maka Hadhrat Mushlih Mau’ud ra membukakan semuanya ke khalayak ramai meskipun sebenarnya hal ini membuat beliau sangat malu untuk mengungkapkan apa yang telah beliau ra belanjakan demi karena Allah Ta’ala. (Hadhrat Khalifatul Masih II ra mengalami berbagai kesulitan menghadapi pengkritik dan orang-orang munafik lebih banyak dibanding Khalifah Ahmadiyah mana pun hingga saat ini) Semenjak persoalan ini diangkat, beliau ra menjelaskan bahwa jumlah candah keluarga beliau lima kali lebih besar dari jumlah nominal uang candah yang disangkakan oleh mereka telah diambil oleh beliau ra. Logika mana dari orang berakal yang dapat berpendapat bahwa setelah memberikan candah jauh lebih banyak namun seperlimanya diambil dengan satu atau lain cara! Oleh karena itulah, para pencela hendaknya takut kepada Allah dan memperbaiki diri mereka sendiri sebelum iman mereka sendiri hancur dan mereka mati dalam keadaan mulhid dan murtad.

Kemunculan para pengkritik seperti ini terjadi di setiap zaman namun Hadhrat Mushlih Mau’ud ra (Khalifah II ra) pada zamannya menghadapi pengkritik yang jumlahnya lebih banyak.  Telah disebutkan juga tadi bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as juga pada masa hidup beliau telah menghadapi para pengkritik seperti itu. Hadhrat Mushlih Mau’ud ra bersabda, “Mereka yang membelot dari kami (bukan bagian dari kami lagi, Jemaat pengikut Khilafat) menderita penyakit kebiasaan berprasangka buruk dan menyakitkan terhadap saudara-saudara mereka sendiri. Penyakit buruk mereka itu mendorong mereka untuk mencela dan mengkritik Hadhrat Masih Mau’ud as. Mereka (para pengkritik dan pencela tersebut) bahkan berkata tentang Hadhrat Masih Mau’ud as bahwa beliau as menghabiskan dana langgar khana (dapur umum) untuk keperluan pribadi. Hadhrat Masih Mau’ud as mengetahui hal ini di hari-hari akhir beliau dan berkata kepada Hadhrat Mushlih Mau’ud ra, “Orang-orang ini membayangkan bahwa saya bahkan telah menghabiskan uang yang mereka berikan pada saya untuk langgar khana sebagai pengorbanan! Namun, mereka tidak menyadari, tidak memahami bahwa saya membelanjakan uang pribadi saya sendiri untuk Darudh Dhiyafat (Langgar Khanah, penerimaan tamu) hingga sampai-sampai uang hadiah orang-orang bagi nafkah pribadi saya digunakan pula untuk itu.” 

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra bersabda bahwa beliau ra biasa membawa (mengatur) wesel bagi Hadhrat Masih Mau’ud as dari kantor pos, jadi beliau ra tahu betapa kecilnya dana langgar khana dan sebenarnya tidak dapat terus menjalankan langgar khana hanya dengan jumlah uang sebanyak itu. Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda bahwa jika beliau mempercayakan langgar khana kepada mereka yang terlalu banyak mengkritik, maka mereka tidak akan dapat mengaturnya. Sungguh ini adalah apa yang terjadi dan langgar khana berjalan di di zona merah (diambang batas yang mengkhawatirkan) selama masa yang panjang akan tetapi berkat doa-doa Hadhrat Masih Mau’ud as, situasi menjadi lebih baik dan sekarang langgar khana beroperasi di seluruh dunia dengan penuh kesuksesan.

Selanjutnya, Mushlih Mau’ud ra menjelaskan perihal peristiwa yang terjadi tentang kerohanian dan tentang para Nabi, dan tentang keadaan Jemaat para Nabi saat kehidupan dan setelah wafatnya para Nabi tersebut, “Allah Ta’ala mengutus para Nabi-Nya untuk memperbaiki degradasi (kejatuhan) kerohanian umat manusia agar dapat teraih kerohanian tersebut di dunia dan menegakkannya pada umat manusia kearah kemajuan kerohanian. Tak ragu lagi bahwa bersamaan dengan bertambahnya jumlah Jemaat para Nabi, kemajuan jasmaniah pun diperoleh. Namun, puncak tertinggi kemajuan kerohanian terdapat pada masa para kehidupan Nabi. Inilah yang kita lihat pada semua kehidupan para Nabi ‘alaihimus salaam, termasuk Hadhrat Masih Mau’ud as, dengan karunia Allah. Tetapi, setelah kewafatan para Nabi Allah, puncak tertinggi kerohanian tidak tetap terjaga sedemikian rupa seperti pada masa kehidupan para Nabi Allah. Di masa hidup seorang Nabi, kemajuan kerohanian jauh lebih banyak dibanding kemajuan materi/duniawi. Adapun setelah kewafatan seorang Nabi, terjadilah kemajuan materi sejalan dengan janji Ilahi, tetapi kemajuan rohaniah mengalami penurunan.” 

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra bersabda berkenaan dengan hal ini bahwa setelah wafatnya seorang Nabiullah, maka terjadilah masa malam (kegelapan) rohani namun sebaliknya kesuksesan materi (duniawi) akan terbit/mulai seperti terbitnya matahari! Ini adalah apa yang terjadi pada zaman Hadhrat Rasulullah saw, Hadhrat Isa as, Hadhrat Musa as dan tentunya Hadhrat Masih Mau’ud as.

Jalsah terakhir Hadhrat Masih Mau’ud as dihadiri oleh 700 orang. Hadhrat Mushlih Mau’ud ra ingat ketika Hadhrat Masih Mau’ud as pergi berjalan-jalan dan melihat banyaknya orang yang berkumpul, beliau as bersabda di sisi pohon ara Hindi di lingkungan Risyti Salah, “Nampaknya pekerjaan-pekerjaan kami telah selesai karena tanda-tanda keberhasilan dan kemenangan sudah tampak.” Di kesempatan yang lain beliau as bersabda menggambarkan kemajuan Ahmadiyah, “Perhatikanlah! Betapa Allah Ta’ala telah menentukan kemajuan bagi Ahmadiyah! Terdapat 700 orang peserta yang hadir di Jalsah Salanah kali ini. Sekarang tidak akan ada satu orang pun yang dapat melenyapkan Ahmadiyah!”

Artinya, tatkala Hudhur ‘alaihish shalaatu was salaam menyaksikan orang sejumlah itu hadir pada Jalsah kali itu, beliau as menganggap 700 orang adalah angka yang sangat besar dan kemajuan besar bagi Ahmadiyah. Hal demikian sehingga beliau as bersabda, “Tugas yang untuk itu saya diutus oleh Allah Ta’ala telah selesai sekarang dan tidak akan ada satu pun yang dapat melenyapkan Ahmadiyah.”

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra ingat betapa khawatirnya Hadhrat Masih Mau’ud as ketika pengeluaran langgar khana meningkat dan tamu yang hadir sangat banyak. Hadhrat Mushlih Mau’ud ra bersabda bahwa namun sekarang (pada zaman Hadhrat Mushlih Mau’ud ra) satu orang orang Ahmadi saja dapat menanggung biaya untuk menjalankan langgar khana.

Setelah nubuatan Hadhrat Masih Mau’ud as sehubungan dengan terjadinya gempa-gempa, banyak orang Ahmadi datang ke Qadian. Hadhrat Masih Mau’ud as keluar rumah bersama para pengikut beliau as ke arah kebun/taman beliau dan memutuskan tinggal di tenda-tenda bersama mereka. Suatu hari, Hadhrat Masih Mau’ud as cukup khawatir tentang keuangan beliau as dan berkata kepada Hadhrat Amma Jaan ra apakah harus mengambil pinjaman untuk memenuhi biaya tersebut? Beliau as berangkat shalat Zhuhur dan setelahnya kembali dengan tersenyum. Beliau as berkata kepada Hadhrat Amman Jaan ra (istri beliau as, ibunda Hudhur II ra) bahwa manusia terkadang berprasangka buruk terhadap Allah Ta’ala meskipun sudah ada tanda-tanda Ilahi. Beliau as mengacu pada saran pertama yang beliau ungkapkan untuk mengambil pinjaman untuk memenuhi biaya langgar khana. Kemudian beliau as bercerita bahwa ada seseorang yang berpakaian tidak rapi (lusuh) mendekati beliau as pada saat shalat dan menyerahkan kepada beliau suatu tas kecil namun berat. Hadhrat Masih Mau’ud as mengira bahwa di dalamnya terdapat banyak uang koin (logam). Namun ternyata terdapat uang kertas senilai ratusan rupees. 

Jika pada hari ini ditawarkan kepada seseorang untuk merasakan satu hari di zaman Hadhrat Masih Mau’ud as dengan syarat bahwa ia memenuhi biaya satu hari langgar khana, maka ia akan mengatakan, “Jangankan satu hari, biaya satu tahun langgar khana dapat saya tanggung. Tapi mohon izinkan saya untuk dapat merasakan satu hari di zaman Hadhrat Masih Mau’ud as.” Bagaimanapun juga, siapakah yang bernasib baik merasakan pengorbanan yang dilakukan oleh mereka pada masa tersebut!

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra bersabda, “Suatu kali saya menulis suatu catatan di Mush-haf Al-Quran koleksi pribadi saya sebagai penjelasan atau uraian tentang perasaan-perasaan atau gejolak-gejolak semangat orang-orang yang mengalami zaman hidup seorang Nabi, dalam mengomentari ayat dari Surah Lailatul Qadr سلام هي حتى مطلع الفجر ‘Salaamun hiya hatta mathla’il fajr’ – ‘Salam sejahtera hingga terbitnya fajar pagi’ dengan kalimat, ‘Oooh, duhai zaman Masih Mau’ud as! Meskipun hanya sebentar mengalaminya namun terdapat kedamaian di dalamnya.’ Lalu Allah Ta’ala memberikan kita banyak kesuksesan namun kesuksesan ini tidak dapat dibandingkan dengan kesuksesan pada zaman Hadhrat Masih Mau’ud as!

Tidak diragukan lagi bahwa sekarang Jemaat kita berada dalam posisi menampilkan pandangan-pandangan kita dan lebih banyak orang-orang penting dan terkemuka dari segi duniawi yang mau memandang dan mendengarkan kita. Kita juga sangat kuat dalam hal keuangan dibandingkan pada masa Hadhrat Masih Mau’ud as. Sekarang, candah beberapa orang Jemaat meningkat hingga ke jumlah yang mungkin pada masa itu hanya dapat dikumpulkan dalam satu atau dua tahun. Namun, siapakah yang dapat mengatakan bahwa zaman ini adalah seperti pada zaman tersebut! Bagaimanapun juga, kita masih dapat menjadi penerima doa-doa Hadhrat Masih Mau’ud as jika kita menanamkan gejolak semangat dan berusaha menyempurnakan pekerjaan-pekerjaan beliau as sebagaimana yang beliau as harapkan dari diri kita. Kita juga berusaha dengan keras untuk kemajuan kerohanian kita sebagaimana yang telah diraih oleh para Sahabat beliau as.

Terdapat beberapa kutipan-kutipan lain dari Hadhrat Mushlih Mau’ud ra perihal peristiwa-peristiwa pada zaman Hadhrat Masih Mau’ud as yang menguak berbagai segi peri kehidupan beliau as. Hadhrat Mushlih Mau’ud ra ingat bahwa beliau menyaksikan kecintaan dan sanjungan dari mereka yang berada di sekitar Hadhrat Masih Mau’ud as atau para sahabat beliau as. Mereka yang datang di kemudian hari atau bahkan mereka yang masih muda pada saat itu tidak dapat mengira besarnya kecintaan dan sanjungan ini. Beliau ra bersabda, meskipun beliau masih muda pada saat itu, Allah Ta’ala telah menganugerahi beliau hati sedmikian rupa peka sehingga dicondongkan kepada masalah-masalah ini sejak usia muda. Beliau ra melihat dari tahun ke tahun para sahabat Hadhrat Masih Mau’ud as kehilangan keceriaan mereka setelah kewafatan beliau as. Hadhrat Maulana Hakim Nuruddin, Khalifatul Masih I ra yang memiliki kesabaran dan ketabahan yang luar biasa berkata kepada Hadhrat Mushlih Mau’ud ra secara pribadi, “Mian, setelah wafatnya Hudhur as, saya merasakan kehampaan di dalam tubuh saya dan juga merasakan kesunyian di dunia sekitar saya. Saya berjalan-jalan bersama orang-orang. Saya bekerja diantara orang-orang. Namun, saya merasa tidak ada siapa-siapa di sekitar saya.”

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra menyampaikan suatu riwayat seraya menasehati para pekerja Jemaat terutama yang tinggal di wilayah dengan harga-harga tinggi atau yang banyak terdapat kemiskinan, “Hendaklah kalian meminta kepada Allah Ta’ala, dan bukannya hanya melayangkan pandangan (mengharapkan) kepada para pengurus Anjuman (Organisasi Jemaat) saja.”

Beliau as menceritakan hal sederhana terkait bahasan ini bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as biasa merasa kedinginan dan menggunakan/memakan minyak kasturi (musk, misik) sebagai obat. Obat tersebut ialah resep yang diberikan beberapa dokter di sekitar beliau. Beliau as akan menyimpan sebotol kecil kasturi di dalam saku beliau yang dapat beliau ambil kapanpun beliau perlukan. Sebotol kecil kesturi itu tahan selama dua tahun. Namun, Hadhrat Masih Mau’ud as menceritakan bahwa ketika beliau merasa hanya ada sedikit lagi yang tersisa, kemudian beliau memeriksa isi di dalam botol tersebut seketika kasturi itu ternyata sudah habis. Hadhrat Mushlih Mau’ud ra bersabda bahwa Allah Ta’ala memberi rezeki bagi para hamba-Nya dari sumber yang ghaib dan cara-cara-Nya pun sangat aneh.

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra memberi nasehat kepada para pekerja Jemaat untuk hanya meminta dari Allah Ta’ala yang khazanah-Nya tak terbatas serta tidak bergantung dan tidak pula terlalu berharap kepada Jemaat yang memiliki sumber daya yang terbatas.

Ratusan nubuatan Hadhrat Masih Mau’ud as terpenuhi setelah kewafatan beliau as. Berbicara tentang nubuatan Hadhrat Mushlih Mau’ud ra, beliau ra bersabda bahwa suatu nubuatan menyatakan bahwa: Dia akan ditandai dengan kemegahan, kebesaran dan kemakmuran”. Semasa hidup Hadhrat Masih Mau’ud as, kekayaan beliau berjumlah 10 ribu rupees. Kita mengetahui hal ini karena beliau as memberikan tantangan kepada para penentang bahwa jika mereka dapat membuktikan bahwa beliau salah, maka beliau akan memberikan segala harta kekayaan duniawi yang beliau miliki yang berjumlah 10 ribu rupees kepada mereka. Hadhrat Mushlih Mau’ud ra bersabda bahwa sekarang harta kekayaan ini bernilai ratusan ribu rupees dan ini semua adalah berkat karunia Ilahi.

Setelah kewafatan sang ayah as, Hadhrat Mushlih Mau’ud ra diserahi dokumen tanah oleh kakek dari ibu beliau ra (Mir Nasir) dan beliau ra merasa tak berkemampuan mengelolanya. Beliau ra didekati oleh Sheikh Nur Ahmad Sahib yang menawarkan jasa beliau untuk menangani masalah-masalah tanah. Hadhrat Mushlih Mau’ud ra berkata padanya bahwa beliau ra tidak dapat mempekerjakannya karena tidak ada kemampuan menggajinya namun Sheikh Sahib berkata bahwa ia akan melakukan apapun dengan harga upah yang sangat terjangkau dan mulai bekerja setelah diberikan upah 10 rupees saja per bulan. Perjanjian ini diberkati oleh Allah Ta’ala dan kekayaan beliau ra menjadi bernilai selama bertahun-tahun. Ketika datang saat untuk menerbitkan terjemahan Al-Quran untuk yang pertama kali, Hadhrat Mushlih Mau’ud ra ingin keluarga beliau membayarkan segala biayanya. Sementara waktu itu, para anggota saling bertanya satu sama lain, dari mana uang untuk pencetakan. Beliau bermusyawarah dengan Sheikh Sahib yang meminta izin untuk menjual sebidang tanah beliau ra untuk tujuan pembangunan untuk meningkatkan dana yang dibutuhkan. Segera setelah uang yang dibutuhkan terkumpulkan, Muhalla Darul Fazl pun didirikan dan uang tersebut disumbangkan untuk pencetakan terjemahan Al-Quran.

Kecintaan terhadap Qadian dan menyaksikan Qadian yang Hadhrat Masih Mau’ud as miliki dapat dilihat dari riwayat ini. Hadhrat Mushlih Mau’ud ra bersabda, “Tempat-tempat yang ada ikatan khusus dengan Allah Ta’ala, akan senantiasa diberkati selamanya. Qadian adalah desa tempat diutus seorang suci dari sekian banyak orang suci dari Allah Ta’ala, dan Dia menetapkan kehidupan rasul itu di dalamnya, dan ia sangat menyintainya.  Ketika Hadhrat Masih Mau’ud as merasa sakit terakhir kali, pada saat itu beliau sedang berada di Lahore. Beliau berkata kepada saya (Hadhrat Mushlih Mau’ud ra) bahwa beliau merasa bahwa sinar matahari di Lahore agak redup dan gelap sedangkan di Qadian sinar matahari terasa cerah dan terang…”

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra meriwayatkan perihal berkuda atau bagaimana Hadhrat Masih Mau’ud as membandingkan berkuda dengan bersepeda. Sebagai anak muda, ketika Hadhrat Mushlih Mau’ud ra melihat anak laki-laki mengendarai sepeda, timbul keinginan dalam diri beliau untuk memiliki sepeda sendiri. Ketika beliau menyebutkan hal ini kepada ayah tercinta beliau as, ayah beliau ra mengungkapkan rasa ketertarikan beliau as untuk menunggangi kuda seraya berkata bahwa hal ini lebih gagah bagi seorang lelaki. Ketika Hadhrat Mushlih Mau’ud ra meminta sebuah kuda kepada beliau as, Hadhrat Masih Mau’ud as menulis surat kepada seseorang untuk membelikan seekor kuda untuk anak beliau. Seekor kuda diperoleh namun dikirim sebagai hadiah bukan sebagai jual-beli [walau beliau as memesan untuk membelinya]. 

Setelah kewafatan Hadhrat Masih Mau’ud as, Hadhrat Mushlih Mau’ud ra memutuskan untuk menjual kuda tersebut sehingga ibu tercinta beliau tidak harus menanggung biaya untuk perawatannya. Ketika Hadhrat Mushlih Mau’ud ra menyebutkan hal ini kepada seorang sahabat beliau, ia menasehatkan untuk tidak menjual kuda tersebut karena itu adalah hadiah dari Hadhrat Masih Mau’ud as. Hadhrat Mushlih Mau’ud ra pada saat itu sedang berumur 19 tahun namun secara spontan beliau menjawab bahwa tidak diragukan lagi bahwa kuda ini adalah hadiah dari Hadhrat Masih Mau’ud as namun ibu tercinta beliau merupakan hadiah yang lebih besar dan beliau ra tidak ingin memberikan kesulitan bagi ibu beliau karena kuda ini.

Berbicara tentang zaman Hadhrat Masih Mau’ud as, Hadhrat Mushlih Mau’ud ra bersabda bahwa Allah Ta’ala sangat meneguhkan hati beliau bahkan pikiran beliau ra menjadi sangat terenggut bahwa beliau dihadapkan dengan tangung jawab yang besar. Dan membuat janji ini: “Ya Allah, saya berdiri di samping jenazah Al-Masih Engkau dan menegaskan bahwa meskipun jika tidak ada seorang pun di dunia ini yang melakukan tugas ini, saya akan menjalankannya.” Beliau bersabda bahwa beliau merasakan kekuatan yang tak terlukiskan pada saat itu.

Pada saat ini, Hadhrat Mushlih Mau’ud ra mendengar orang-orang mengatakan bahwa kewafatan Hadhrat Masih Mau’ud as terjadi sebelum waktunya. Tidak ada satupun orang yang mengatakan bahwa, naudzubillah, beliau as itu pendusta. Namun mereka mengatakan bahwa beliau as belum menyampaikan pesan Allah Ta’ala secara sempurna kepada orang-orang dan segala nubuatan beliau as belum tergenapi. Beliau ra berdiri di samping jenazah ayah beliau ketika sedang berumur 19 tahun dan berdoa: “Ya Allah, wujud ini adalah Kekasih Engkau dan sepanjang hidupnya, beliau melakukan pengorbanan yang tak terhitung bagi agama Engkau. Sekarang Engkau telah memanggilnya kembali kepada Engkau. Orang-orang mengatakan bahwa kewafatan wujud ini terlalu cepat dan bukan pada saatnya. Mungkin bahwa perkara-perkara seperti itu akan menjadi batu sandungan bagi mereka dan hubungan mereka dengan Jemaat akan bisa hilang. Dengan demikian, Ya Allah! Saya berjanji kepada Engkau meskipun jika seluruh Jemaat berpaling dari Agama Engkau, namun saya akan mengerahkan segalanya untuk itu.”

Beliau ra menulis bahwa beberapa tahun selanjutnya beliau masih dapat merasakan tekad yang saat itu lahir di dalam diri beliau. Ratusan badai penentangan muncul terhadap diri beliau namun kemudian hilang dan dengan karunia yang khas dari Allah Ta’ala, beliau telah memperoleh kejayaan. Begitu banyaknya sehingga orang-orang yang telah mengatakan bahwa kewafatan Hadhrat Masih Mau’ud as terlalu cepat dan bukan pada waktunya menjadi terheran-heran melihat kesuksesan misi beliau. Memang, seseorang yang memiliki tekad kuat akan menghadapi dan menanggung berbagai macam kesulitan dan rintangan.

Setiap anggota Jemaat hendaknya berjanji bahwa mereka harus bekerja demi keimanan mereka. Setiap kesulitan akan berbalik menjadi kenyamanan bagi kita dan kita akan merasakan kebahagiaan di dalam pekerjaan kita. Sungguh, kita akan dihadapkan kepada berbagai kesulitan namun terus bergerak maju ke depan adalah sunnah Rasulullah saw.

Ini adalah tugas Jemaat Ahmadiyah untuk membawa pesan ketauhidan Ilahi ke seluruh dunia dan membawanya di bawah bendera Hadhrat Rasulullah saw. Ini merupakan tugas yang besar dan hanya dapat dilaksanakan dengan pertolongan dan dukungan dari Allah Ta’ala. Tidak ada satupun tugas yang dapat diselesaikan tanpa pertolongan ilahi.

Janji yang Hadhrat Mushlih Mau’ud ra buat di sisi jenazah beberkat ayahanda beliau hendaknya menjadi janji setiap orang dari kita. Selama ilhaad (ateisme) tetap menjalar di setiap bagian dunia, kita harus senantiasa memperbaharui janji tersebut.

Kita sungguh hendaknya berjanji untuk menjauhi syirik dan berupaya sekuat tenaga demi misi Hadhrat Masih Mau’ud as serta memenuhi janji untuk mengibarkan bendera Hadhrat Rasulullah saw. Semoga Allah Ta’ala memungkinkan kita semua untuk dapat melaksanakannya. Amin 
 
(Penerjemah: Dildaar, Hafizurrahman, Yusuf Awwab)

0 komentar:

Post a Comment