Ringkasan Khutbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz
tanggal 29 Mei 2015 di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz
tanggal 29 Mei 2015 di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ. (آمين)
أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ. (آمين)
Hadhrat Rasulullah saw bersabda bahwa:
تكون النبوة فيكم ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة فتكون ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء الله أن يرفعها ثم تكون ملكا عاضا فيكون ما شاء الله أن يكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون ملكا جبرية فتكون ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة ثم سكت
“Akan terjadi Kenabian (nubuwwah) itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhaajin nubuwwah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Kekuasaan yang menggigit (Mulkan ‘Aadhdhon), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Kekuasaan yang memaksa (diktator) (Mulkan Jabariyah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhaajin nubuwwah). Kemudian beliau saw diam.”
Selama masa-masa yang berbeda dalam sejarah Islam, banyak raja dan penguasa yang menyebut diri mereka sebagai Khalifah dan menganggap kedudukan mereka sebagai Khalifah. Namun sebagian besar umat Islam hanya menganggap 4 Khalifah yang mengikuti Hadhrat Rasulullah saw sebagai Khulafa Ar-Rasyidin. Itu artinya, masa Khulafa Ar-Rasyidah ini merupakan masa dimana mereka memperoleh petunjuk untuk menjalankan nizam sesuai dengan teladan Hadhrat Rasulullah saw dan ajaran Al-Quran. Khulafa Ar-Rasyidah ini bukanlah berdasarkan kesukuan atau kekeluargaan semata, melainkan Allah ta’ala menganugerahi mereka jubah Khilafat melalui jamaah kaum mum’inin. Sedangkan khalifah (raja-raja) setelah mereka menjaga kekuasaannya berdasarkan kesukuan.
Dengan demikian keadaan yang berubah ini, nubuatan Hadhrat Rasulullah saw yang disebutkan di atas telah terpenuhi kata demi katanya. Sungguh, bagian awal nubuatan tersebut telah tergenapi dan pastilah bagian akhir dari nubuatan tersebut juga akan tergenapi. Melihat kemerosotan umat Islam, sifat Rahim Allah Ta’ala menjadi tergerak. Allah Ta’ala telah mengirimkan Hadhrat Rasulullah saw dengan syariah yang akan berlaku hingga akhir zaman maka Rahim-Nya akan kembali turun sekali lagi dengan mendirikan Khilafat ‘Ala Minhaajin Nubuwwat. Kita sebagai orang Ahmadi dengan teguh meyakini bahwa sifat Rahim Allah Ta’ala telah tergerak untuk memenuhi janji-Nya kepada Hadhrat Rasulullah saw dan melalui perantara Hadhrat Masih Mau’ud as, Khilafat ‘Ala Minhaajin Nubuwwat sekali lagi didirikan di muka bumi. Allah Ta’ala telah memberikan Hadhrat Masih Mau’ud as kedudukan nabi ummati dan gelar Khatamul Khulafa (penghulu semua Khalifah) karena telah ditetapkan bahwa mata rantai Khilafat hanya berjalan melalui beliau; seorang pecinta sejati Hadhrat Rasulullah saw.
Kita sangatlah beruntung telah merasakan penggenapan kabar suka Khilafat ‘Ala Minhaajin Nubuwwat dan kita termasuk di antara golongan yang disebutkan dalam ayat surat Al-Jumuah: 4 {وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ} “Dan, Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka…” (62:4) Kita menerima seseorang yang mengenainya telah disabdakan oleh Hadhrat Rasulullah saw bahwa ia akan membawa Islam dari bintang Tsurayya ke bumi. Kita diberikan taufik oleh Allah Ta’ala untuk menyampaikan salam kepada Almasih yang kepadanya juga Hadhrat Rasulullah saw berikan/titipkan untuk diberi salam dari beliau saw. Kita juga telah meraih karunia untuk berbaiat kepada para Khalifah Hadhrat Masih Mau’ud as.
Segala keberkatan ini menuntut setiap Ahmadi untuk bersyukur atas karunia Ilahi dan menciptakan perubahan suci di dalam diri mereka dan ini merupakan tugas bagi seluruh pengikut beliau as sehingga mereka dapat memenuhi syarat-syarat baiat. Hadhrat Masih Mau’ud as membawa keimanan dan Islam kembali dari bintang Tsurayya dan mengisi hati para Ahmadi dengannya. Setiap Ahmadi menjadi saksi telah sempurnanya hal ini. Bagaimanapun juga, menumbuhkan keimanan ini tidak terbatas hanya pada masa hidup Hadhrat Masih Mau’ud as saja atau hanya pada beberapa dekade setelah kewafatan beliau as, melainkan makna diamnya Hadhrat Rasulullah saw setelah membuat nubuatan kabar suka Khilafat ‘Ala Minhaajin Nubuwwat ialah, bahwa iman ini akan tetap tegak berdiri dengan megah dan agung hingga hari kiamat.
Dengan demikian ini merupakan tugas bagi setiap orang yang telah mengimani dan berbaiat agar senantiasa tetap teguh dan setia terhadap Khilafat yang bergerak di atas jalan Hadhrat Masih Mau’ud as serta menyebarkan Ketauhidan Ilahi di dunia.
Allah Ta’ala telah mengirimkan Hadhrat Rasulullah saw untuk tugas ini (menyebarkan Ketauhidan Ilahi) dan untuk tugas ini jugalah, Dia telah mengutus seorang pecinta beliau saw, Hadhrat Masih Mau’ud as serta untuk tugas ini jugalah Hadhrat Rasulullah saw telah menubuatkan tentang Khilafat yang akan berlangsung hingga hari kiamat. Sungguh, ketika Hadhrat Masih Mau’ud as memberikan kabar yang menyedihkan kepada Jemaatnya tentang kewafatannya, beliau as juga memberikan kabar suka akan berdirinya Khilafat. Beliau as menulis: “Karena sejak dahulu begitulah sunnatullah, bahwa Allah Ta’ala menunjukan dua kudrat-Nya supaya diperlihatkan-Nya bagaimana cara menghapuskan dua kegirangan yang bukan-bukan dari musuh, maka sekarang tidak mungkin Allah Ta’ala akan meninggalkan sunah-Nya yang tidak berubah-ubah itu. Maka janganlah kalian bersedih hati karena uraian yang aku terangkan di depan kalian ini. Janganlah hati kalian menjadi kusut karena bagi kalian perlu pula melihat Kudrat yang kedua. Kedatangannya kepada kalian membawa kebaikan karena Dia selamanya akan tinggal bersama kalian dan sampai hari kiamat, silsilah ini tidak akan terputus.” (Alwasiyat, hal 7)
Tatkala Allah Ta’ala mengirimkan kudrat kedua untuk menumbuhkan keimanan di dunia ini, Dia tidak menghendaki para penentang agama merasa gembira karena agama ini akan dihilangkan sekali lagi. Dengan demikian, Khilafat telah didirikan oleh Allah Ta’ala setelah kewafatan Hadhrat Masih Mau’ud as agar keimanan ini tetap terjaga. Allah Ta’ala juga menganggapnya sebagai tugas tanggungjawab bagi mereka yang menyatakan setia terhadap Nizam Khilafat ini untuk menjadi penolongnya dan teguh dalam menjaga keyakinan mereka serta menyebarkan pesan keimanan ini kepada yang lain.
Hadhrat Masih Mau’ud as telah menyampaikan bahwa merupakan sunnah Allah Ta’ala sejak dahulu bahwa Dia memperlihatkan dua macam Kudrat. Kita sepenuhnya mengetahui bahwa kudrat kedua itu mengacu kepada Khilafat. Nizam Khilafat berhubungan dengan kemajuan agama dan ini merupakan bagian dari Syariah Islamiyah. Kita semua mengetahui bahwa kemajuan agama tidak dapat diraih tanpa Khilafat. Keabadian Khilafat ini merupakan bagian dari keimanan. Mereka yang menolak ketidakpatuhan pada masa Hadhrat Khalifatul Masih I ra juga mengetahui hal-hal ini. Alhamdulillah, berkat kekuatan keimanan mereka, generasi mereka sedang menikmati berkat-berkat Khilafat.
Pengorbanan terbesar dalam hal ini diberikan oleh Hadhrat Khalifatul Masih II ra. Beliau ra mengalami tuduhan yang mengerikan yang dilancarkan terhadap pribadi beliau ra dan di bawah ini, bagaimana beliau ra menceritakan beberapa kisah di antaranya. Beliau ra bersabda, “Saya mengundang Maulwi Muhammad Ali ke dalam kamar di rumah tempat wafat Hadhrat Khalifatul Masih I ra dan mengatakan, ‘Hendaknya Tuan tidak menimbulkan kontroversi (perdebatan) berkenaan dengan ada atau tidaknya Khilafat. Hendaknya Tuan membatasi pemikiran Tuan perihal terpilihnya seorang khalifah yang akan menjaga Jemaat ini pada tangannya dan dia mampu bekerja demi kemajuan Islam. Hal demikian karena pelepasan tuntutan dan persatuan dapat terjadi dalam hal mempersembahkan pengorbanan di dalamnya.’”
Beliau ra berkata kepada Maulwi Muhammad Ali, “Saya dapat mengorbankan perasaan saya berkenaan dengan masalah-masalah pribadi demi Anda, namun tidak untuk hal-hal yang prinsip karena meninggalkan hal-hal prinsip dalam corak apapun tidaklah dibenarkan.”
Beliau ra mengatakan padanya, “Satu-satunya perbedaan antara saya dan Anda sekalian ialah saya menganggap Khilafat sebagai masalah agama dan keberadaan Khilafat adalah satu keharusan. Anda sendiri juga tidak bisa beranggapan adanya Khilafat tidak perlu karena Anda baru saja lepas dari baiat selama 6 tahun terhadap seorang Khalifah.” (Artinya, “Anda telah baiat kepada Khalifah Awwal ra yang sekarang telah wafat yang Anda telah selesai/lepas dari baiatnya setelah wafatnya sementara sekarang Anda berkata, ‘Khilafat tidak perlu ada dan sekarang kita telah lepas terbebas darinya.’)
Beliau ra mengatakan kepadanya, “Tuan telah melewati masa baiat selama 6 tahun. Bagaimana mungkin hal yang jaiz/boleh pada masa tersebut dapat menjadi haram pada masa berikutnya, apalagi secara khusus Allah Ta’ala telah perintahkan untuk menegakkannya [yaitu menegakkan Khilafat]. Satu-satunya perbedaan antara saya dan Anda sekalian ialah jika Anda melepaskan apapun yang menjadi pendapat Anda yang sekarang maka Anda tak pelak lagi akan memilih apa-apa yang tetap pada diri Anda hingga hari itu, yaitu tetap dalam baiat kepada Khalifah Awwal. Sementara jika kami melepaskan pendapat kami (tentang keharusan Khilafat) maka tentu itu berarti kami dipaksa meninggalkan sesuatu ke arah sesuatu yang bertentangan dengan pendapat kami dan keimanan/agama kami yang mana itu tidak pernah kami lakukan mengingkarinya. Maka, yang sesuai dengan tuntutan sikap adil adalah sekarang hendaknya Tuan menempuh jalan yang telah Tuan tempuh hingga hari itu (wafat Khalifah Awwal) dan tidak menaruh kebencian pada kami dengan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan agama dan cara hidup kami. Bahasan yang akan bermanfaat bagi kemajuan Jemaat dan membuat solid bangunan Islam ialah kami (Hudhur II ra, keluarga dan siapapun yang mendukung beliau) menerima siapapun Khalifah yang Anda (Maulwi Muhammad Ali) setujui orangnya menjadi Khalifah.”
Mayoritas Jemaat, dengan karunia Allah, menghendaki agar memulihkan Nizham Khilafat karena perkara yang dibangun bagi Masih Mau’ud ada di hadapan mereka.
Tatkala pertemuan itu tidak selesai hingga waktu yang lama dan Maulwi Muhammad Ali bersikeras pada pandangannya [yaitu tidak perlu ada Khilafat dan Khalifah melainkan sebuah organisasi saja] maka orang-orang yang menunggu di luar pun mulai mengetuk-ngetuk pintu dan meminta keputusan cepat agar dapat segera mengambil baiat.
Hadhrat Khalifatul Masih II ra meriwayatkan bahwa waktu itu beliau mengatakan kepada Maulwi Muhammad Ali, “Persoalan yang ada hendaklah siapa yang akan menjadi Khalifah selanjutnya dan bukan apakah harus ada Khalifah atau tidak!” Maulwi Muhammad Ali menjawab, “Saya paham sekali bahwa Anda hanya menekankan hal ini karena Anda sudah tahu siapa yang akan menjadi Khalifah selanjutnya [siapa yang akan orang-orang Jemaat pilih untuk jadi Khalifah].”
Akan tetapi beliau ra menjawab, “Saya tidak tahu siapa yang akan menjadi Khalifah dan akan mengambil baiat kepada siapapun yang Maulwi Sahib pilih.”
Itu artinya, Hudhur ra (Hadhrat Khalifatul Masih II ra) bersabda, “Karena saya bersedia berbaiat kepada orang yang Anda pilih sebagai Khalifah, itu artinya para penyokong Khilafat akan menaati saya dalam hal ini, jangan mencemaskan bahwa Anda akan menghadapi keberatan/protes dalam hal ini/dalam hal orang yang Anda pilih jadi Khalifah.”
Walau bagaimanapun juga, Maulwi Muhammad Ali tidak setuju dengan hal itu dan tetap dalam pandangannya.
Hadhrat Khalifatul Masih II ra berkata, “Saya katakan kepada Tn. Maulwi Muhammad Ali, ‘Tuan sangat berprasangka buruk kepada saya. Andaikan saya mampu membelah dada saya, dapat membuka hati saya kepada Anda untuk saya tunjukan apa yang ada di dalam hati saya itu. Saya bersedia mempersembahkan setiap pengorbanan yang dapat saya lakukan sesuai kemampuan saya.’”
Akhirnya, pintu ruangan pun dibuka. Maulwi Muhammad Ahsan Amrohi (salah seorang Sahabat lainnya) menyebut nama Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad agar menjadi Khalifah kedua bagi Hadhrat Masih Mau’ud as. Jemaat pun setuju dan mendesak agar beliau mengambil baiat mereka. Beliau ra berkata, “Saya bahkan tidak hapal 10 janji baiat.” Namun, Maulwi Sarwar Syah mengatakan pada beliau, “Saya menghapalnya. Saya akan menolong Anda menyebutkan janji baiat tersebut.”
Dengan demikian, Allah menggagalkan usaha yang mengelabui guna menimbulkan fitnah saat berdirinya Kudrat Kedua (Khilafat). Nubuatan Hadhrat Rasulullah saw tergenapi kembali. Allah Ta’ala menegakkan kembali Khilafat ‘ala Minhajin Nubuwwah setelah wafat Hadhrat Masih Mau’ud as. Orang-orang yang menjauh dari Khilafat adalah para cendikiawan agama dan duniawi juga serta juga berpengalaman dan memiliki status dalam masyarakat. Mereka mengambil semua uang kas Jemaat yang ada di Sadr Anjuman namun tetap saja mereka tidak memperoleh kesuksesan.
Setelah terpilihnya Khalifah Tsani (Khalifatul Masih II), Maulwi Muhammad Ali tidak hanya merasa cukup dengan meninggalkan Qadian, bahkan ia menyusupi segolongan orang yang tidak baiat kepada Khilafat dengan fitnah-fitnah yang banyak dalam rangka mencoba untuk menghabisi Khilafat. Akan tetapi mereka tidak berhasil karena Allah Ta’ala telah menjanjikan bahwa Khilafat tersebut akan tegak dan terus berdiri. Ketika mereka mengosongkan kas Jemaat, mereka melihat gedung sekolah Ta’limul Quran di Qadian dan memprediksi bahwa dalam 10 tahun bangunan ini akan berpindah tangan ke orang Hindu Arya atau ke tangan umat Kristen. Akan tetapi, saksikanlah bagaimana Allah Ta’ala memenuhi janjinya dengan kejayaan yang gemilang? Serta perhatikanlah terus bagaimana sabda rasul-Nya yang mulia tergenapi? Perhatikanlah bagaimana Allah Ta’ala menggenapi kabar suka yang Dia anugerahkan kepada kita melalui Hadhrat Masih Mau’ud as hingga hari ini, setiap hari dalam corak yang baru.
Mereka katakan 10 tahun, namun 10 tahun itu telah berlalu serta beberapa dekade pun telah lewat dan pada hari ini, 101 tahun kemudian, Qadian sedang berkembang dengan sangat luar biasa meskipun adanya kondisi yang tidak baik termasuk ketika terjadinya pemisahan anak benua Asia tersebut [yaitu India dan Pakistan]. Pada saat itu Qadian harus diserahkan kepada beberapa orang yang tak lebih dari 300an Darwaisy untuk tetap menetap di sana. Sekarang, bangunan-bangunan modern dan berseni sedang dibangun di Qadian.
Mereka (penentang Khilafat yang menolak baiat kepada Khalifatul Masih II ra) menyebut-nyebut perihal satu sekolah yang akan diambil alih oleh pihak non Ahmadi, tetapi sekarang jutaan rupees sedang dibelanjakan untuk mendirikan sekolah-sekolah baru. Tidak hanya di Qadian namun juga di seluruh dunia. Banyak bangunan besar Jemaat Ahmadiyah yang berhubungan dengan Khilafat senantiasa memperlihatkan sebagai bukti/tanda pertolongan dan bantuan Ilahi demi Khilafat ini. Jemaat Jerman juga sedang mencari karunia ini dimana beberapa hari yang lalu anggota Lajnah dan Anshar di sana membeli sebuah bangunan berlantai 5 seharga € 1.7 juta.
Dana yang telah disisakan oleh para penentang Khilafat untuk kas Jemaat sebanyak tidak lebih dari 1 rupee namun dua badan Jemaat di suatu negara yang berhubungan dengan Khilafat ini, pada hari ini mengeluarkan dana begitu besar untuk pembelian sebuah gedung. Jika hal ini bukanlah pertolongan Ilahi, lalu apa lagi! Karena bagi mereka yang memutuskan hubungan akan mengalami kekacauan dalam segala urusan mereka sedangkan yang berfitrat suci di kalangan mereka bergabung ke dalam Khilafat dan kemudian terus demikian hingga hari ini.
Pada hari ini, pertablighan berlangsung di bawah naungan Khilafat Ahmadiyah. Sementara nama Islam sedang dihina oleh beberapa kalangan di dunia, namun Jemaat Ahmadiyah yang berhubungan dengan Khilafat mempersembahkan gambaran sejati agama Islam dan dengan demikian Allah Ta’ala senantiasa memperkuat kebenaran Khilafat Ahmadiyah. Dengan membuka hati orang-orang yang berfitrat suci kepada kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud as, Allah Ta’ala tidak hanya memperkuat kebenaran Jemaat Ahmadiyah namun juga kebenaran Khilafat Ahmadiyah.
Mubaligh kita di Niger, sebuah negara di Afrika menulis, “Seorang kepala desa menghadiri sebuah program Jemaat yaitu kelas Ta’lim dan Tarbiyat yang diselenggarakan khusus bagi para imam dari kalangan Mubayyi’in baru di desa-desa sekitar (imam, istilah ketua dan imam shalat di sebuah masjid desa di Afrika). Ia ditanya mengapa ia masuk ke tempat seorang imam. Ia berkata bahwa ia tahu bahwa itu adalah kelas bagi para imam namun ketika ia mengatakan kepada imam lokalnya tentang kelas tersebut pada malam sebelumnya, imam tersebut menolak untuk menghadirinya seraya berkata bahwa para Ahmadi merupakan orang-orang kafir. Kepala desa itu terheran dan merasa sedih mendengar hal tersebut karena dalam kapasitasnya sebagai seorang kepala desa, ia telah mengizinkan para Ahmadi untuk bertabligh. Hal tersebut berarti menjadikannya sebagai seorang kafir yang lebih buruk.
Ia kemudian berdoa dengan khusyuk pada malam tersebut dan melihat mimpi yang kemudian ia ceritakan dengan bersumpah. Di dalam mimpinya, ia melihat bulan dan bintang turun ke rumahnya namun mereka tidak bercahaya. Kemudian datanglah suatu wujud yang berpakaian putih ke rumahnya. ketika wujud tersebut ada di sana, bulan dan bintang itu mengeluarkan cahaya dan kecemerlangan yang menakjubkan. Hal tersebut sangat mengesankan hatinya bahwa wujud tersebut merupakan orang Ahmadi. Ketika ia menceritakan mimpinya kepada mubaligh kita, ia kemudian diperlihatkan foto-foto. Dan ketika melihat foto Khalifah, ia berulang kali berkata bahwa inilah wujud yang telah mengunjungi rumahnya di dalam mimpi itu.”
Tn. Amir Gambia menulis, “Masyarakat sebuah kampung bernama Asambambai kami kabarkan tentang kedatangan Hadhrat Masih Mau’ud as selama pertablighan kami. Syarat-syarat baiat juga kami bacakan kepada mereka. Imam lokal dan kepala panitia pembangunan berkata bahwa Hadhrat Rasulullah saw telah menubuatkan tentang kedatangan Almasih dan Almahdi namun baru kali ini ia mendengar tentang kabar kedatangannya. Ia terkesan dengan Ahmadiyah dan berkata, ‘Para Ahmadi merupakan Muslim sejati karena mereka telah memiliki kekuatan Khilafat.’ Ketika diperlihatkan kepadanya foto Khalifah, ia berkata bahwa ia setiap hari menonton Hudhur di TV. Kemudian, ratusan orang pun baiat.”
Selama peresmian sebuah mesjid di Jerman dalam minggu ini, banyak warga lokal termasuk politisi, guru, pengusaha dan lainnya mengungkapkan pandangan mereka. Seorang tamu wanita berkata, “Saya tahu banyak secara pribadi tentang para Ahmadi. Saya merasa memiliki pandangan yang baik tentang apa Ahmadiyah itu. Bagaimanapun juga, mendengarkan perkataan Khalifah Jemaat Ahmadiyah memberikannya kesan yang tak pernah saya rasakan sebelumnya dan hati saya memahami Islam yang sebenarnya.”
Demikianlah karunia-karunia yang Allah Ta’ala percayakan kepada Khilafat. Adapun saya (Hudhur) merupakan seorang hamba yang lemah dan sadar akan diri saya sepenuhnya. Saya tidak memiliki kualitas apapun yang pantas atas diri saya, namun itu semua adalah disebabkan Allah Ta’ala telah berjanji untuk menganugerahkan pertolongan dan bantuan-Nya kepada Khilafat sebagaimana yang telah Dia lakukan dan terus akan berlanjut selamanya, إن شاء الله sebagaiman telah disabdakan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as.
Inilah kudrat kedua yang didirikan oleh Allah Ta’ala dan sungguh kita melihat pertolongan Ilahi untuk itu dan mereka yang tetap dalam kekuatan iman senantiasa akan terus melihat tanda-tanda dan pertolongan Ilahi ini. Maka dari itu, berusahalah secara berkelanjutan untuk memperkuat iman anda sekalian dan mengeratkan jalinan hubungan dengan Khilafat Islam Ahmadiyah dan menunaikan kewajiban-kewajiban yang terletak pada pundak mereka yang mendapatkan janji Allah Ta’ala dengan nikmat Khilafat. Umat Islam telah kehilangan nikmat Khilafat pada masa permulaan Islam ketika materialisme dan keduniawian masuk ke dalam diri mereka dan itu lebih mereka unggulkan.
Karunia Khilafat sekarang ada di sini dan terus berlanjut namun mereka yang tidak paham atau melupakan janji mereka sendiri, yaitu janji mengutamakan keimanan/agama diatas hal-hal duniawi, tetapi malah lebih mendahulukan duniawi daripada keimanan mereka sendiri, akan kehilangan karunia ini. Dan jika mereka tidak memenuhi syarat-syarat yang telah Allah Ta’ala tetapkan (percayakan) untuk karunia nikmat Khilafat, maka mereka akan kehilangan dari karunia tersebut. Allah Ta’ala telah berjanji untuk mengubah ketakutan menjadi kedamaian melalui Khilafat, namun, janji ini ialah bagi mereka yang memenuhi huququllah (hak-hak Allah), yang pertama dari antara huququllah (hak-hak Allah) adalah (يعبدونني) ‘ya’buduunanii’ – “Mereka senantiasa beribadah kepada-Ku” – “Jika kalian ingin menikmati karunia Khilafat tersebut, maka mau tak mau kalian harus menunaikan hak ibadah, senantiasa jagalah shalat-shalat kalian yang lima dan berihal perhatian penunaiannya dengan cara yang sebaik-baiknya.” Segi yang kedua dari huququllah (hak-hak Allah) adalah (لا يشركون بي شيئا) ‘laa yusyrikuuna bii syai-a’ “mereka tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun.” Bagi setiap manusia ada hal-hal yang lebih disukai di dunia ini. Di negeri ini khususnya (Jerman), mereka yang mengejar dan berlomba-lomba dalam hal materi sedemikian rupa, dan nampaknya sebagian orang Jemaat mengutamakan hal-hal duniawi daripada perintah-perintah Allah Ta’ala sampai-sampai mereka mengunakan kedustaan untuk memperoleh manfaat-manfaat duniawi. Itu termasuk salah satu corak dari syirk, menyekutukan Allah Ta’ala. Orang-orang semacam itu tidak dapat menikmati keberkahan Khilafat.
Seseorang Ahmadi dari Jerman menulis surat kepada saya bahwa ia mempunyai seorang teman. Ia telah cukup memahami semua pemahaman Ahmadiyah dan meyakini kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud as. Akan tetapi ketika diminta untuk berbaiat, ia berkata bahwa ia mengenal banyak Ahmadi yang melakukan penggelapan pajak dan berkata dusta serta melakukan hal-hal buruk lainnya. Ia berkata bahwa ini bukanlah jalannya dan ia tidak dapat ikut bergabung ke dalam Jemaat yang seperti ini.
Meskipun jawaban orang yang ditablighi itu tidak benar karena ia telah memahami apa yang Allah Ta’ala dan Nabi-Nya katakan tetapi tetap tidak menerimanya; dan dengan demikian hal itu membuat dirinya sendiri pun bersalah. Namun demikian, para Ahmadi yang melakukan perbuatan buruk berarti telah melakukan kesalahan berlipat ganda dan hendaknya mereka merenungkan hal ini.
Demikian pula, saya (Hudhur V atba) katakan kepada para pengurus dan karyawan Jemaat, ‘Anda sekalian menyaksikan karunia keberkatan yang Anda saksikan dalam karya-karya dan kerja anda dan Allah menganugerahi Anda kesempatan dan kemampuan untuk mengkhidmati Jemaat ini hanyalah karena hubungan Anda dengan Khilafat. Anda takkan mampu membuat sesuatu prestasi apa pun dengan memisahkan diri dari Khilafat.’ Mudah sekali bagi orang-orang untuk menganggap pengetahuan, kecerdasan dan kerja keras mereka berada di balik kesuksesan mereka. Namun dalam hal keimanan, tidak akan ada berkat tanpa Khilafat sebagaiamana sejarah telah membuktikan demikian. Merupakan kecintaan dan kesetiaan terhadap Jemaat lah yang dapat menarik karunia Ilahi serta menciptakan kesuksesan karena Khilafat merupakan sebuah Nizam yang didirikan oleh Allah Ta’ala. Jika pada pengurus Jemaat merasakan kesombongan di dalam dirinya, maka hendaklah ia senantiasa beristighfar.
Ketahuilah! Kemajuan Jemaat kita tidak bergantung pada keilmuan para ulama [dalam Jemaat], bukan bergantung pada akal kecerdasan orang-orang pintar [dalam Jemaat] dan kemahiran mereka yang menguasai ilmu-ilmu duniawi [di kalangan Jemaat]. Jika mereka yang memiliki wawasan kerohanian serta hikmah kebijaksanaan dan mereka yang memiliki kecerdasan dalam persoalan duniawi serta kemampuan yang luar biasa dapat menciptakan hasil yang gemilang, maka hal itu hanya dan hanya dapat terjadi sebagai sebuah karunia Allah dan berkat hubungan mereka dengan Khilafat karena Allah Ta’ala telah menjanjikan keberkatan-keberkatan dan capaian-capaian dalam hal ini bagi mereka yang berpegang teguh pada Khilafat. Ilmu pengetahuan, kecerdasan, pengalaman dan kemampuan dapat bermanfaat dalam urusan duniawi; namun dalam urusan Jemaat segalanya bekerja dan berperan karena ketaatan kepada Khilafat dalam rangka meraih hasil-hasil terbaik atas kerja-kerja mereka (para pengurus dan anggota Jemaat).
Maka dari itulah, para cendikiawan Jemaat hendaklah memberikan tarbiyat dan mengajarkan (memberikan ta’lim) kepada para anggota Jemaat yang mubayin baru perihal keimanan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as atau kepada para muda-mudi Jemaat atau para anak-anak yang tidak paham tentang kedudukan Khilafat serta pentingnya menjalin hubungan sejati dengan Khilafat. Para pengurus Jemaat juga bertanggung jawab atas hal ini. Saya telah saksikan beberapa pengurus Jemaat namun mereka tidak memiliki pengetahuan tentang agama; dan mereka menyangka jabatan mereka adalah jabatan duniawi. Beberapa orang berkata kepada saya, “Kami memegang/menduduki jabatan/posisi ini dan itu.” Saya (Hudhur) katakan pada mereka, “Janganlah mengatakan, ‘Kami memegang jabatan ini dan itu.’ namun katakanlah, ‘Kami berkhidmat di dalam Jemaat di bidang ini dan itu.’ Jika Allah Ta’ala telah memberi mereka kesempatan mengkhidmati agama, hendaklah mereka menambah terus keilmuan mereka dalam hal agama dan begitu pula terus maju dalam hal keikhlasan, kesetiaan, ketakwaan dan hubungan mereka dengan Khilafat. Beberapa pengurus berusaha keras menyoroti perihal pentingnya dirinya dan jabatannya, namun mengenai Khilafat mereka berpikir bahwa cukuplah telah memenuhi kewajiban dengan memperingati hari Khilafat sekali dalam setahun. Saya (Hudhur V atba) juga menyebutkan sebelumnya tentang hal ini dengan merujuk kepada sabda Hadhrat Muslih Mau’ud ra bahwa Jemaat tidak memberikan penekanan yang cukup terhadap pentingnya Khilafat sebagaimana mestinya. Sejak saya mengingatkan terhadap perkata itu, beberapa upaya telah dilakukan seperti ceramah-ceramah di Jalsah kita sekarang namun masih perlu perbaikan guna menanamkan dalam pikiran para anggota Jemaat untuk menyimak sabda-sabda Khalifah, bertingkah laku sesuai dengan petunjuk beliau serta menjalin ikatan yang erat dan kuat dengan Khilafat.
Beberapa minggu lalu sejumlah mendekati seratus pemuda dari Kanada dan dua ratus dari Amerika Serikat yang terdiri dari berbagai kalangan umur datang mengunjungi saya (Hudhur atba) di London. Beberapa di antara mereka baru mengambil baiat. Mereka tinggal selama 3 hari. Setelah kunjungan tersebut, timbul perubahan dalam perasaan mereka. Mereka mengungkapkan ketulusan dan kesetiaan yang luar biasa yang sangat mengherankan untuk disaksikan. Mereka juga mengungkapkan perasaan mereka dengan menulis surat kepada ketika telah kembali ke tempat mereka semula serta menyebutkan terjadinya perubahan di dalam diri mereka. Mereka berjanji untuk secara dawam mendirikan shalat. Mereka berjanji untuk secara dawam menjalin hubungan dengan Jemaat. Mereka berjanji untuk terus meningkatkan hubungan mereka dengan Khilafat. Sebelumnya, mereka belum pernah dikabarkan banyak hal tentang pentingnya Khilafat dan tidak pula mereka banyak merasakan tanda hubungan secara pribadi dengan Khilafat.
Tidak diragukan lagi, mulaqat secara pribadi dengan Khalifah membangun dua hal yaitu hubungan dan kecintaan di dalam diri mereka. Namun demikian, jika para cendikiawan Jemaat serta para pengurus terus menyampaikan pentingnya Khilafat di kalangan anggota Jemaat, maka keimanan dan jalinan ikatan mereka akan semakin kuat dan erat. Para pengurus, baik laki-laki maupun perempuan, bahkan para ketua لجنة إماء الله Lajnah Imaillah berbicara tentang pentingnya jabatan yang mereka pegang seraya menyebutkan “Saya adalah wakil hudhur”, namun mereka tidak menanamkan pentingnya hubungan dengan Khalifah di dalam hati dan pikiran para Ahmadi sebagaimana mestinya. Jika mereka melakukan hal ini, yaitu menanamkan perihal pentingnya Khilafat dan menjalin hubungan dengan Khalifah, maka pentingnya jabatan yang mereka emban juga akan meningkat. Inilah tanggungjawab para ulama Jemaat. Yang saya maksud dengan para ulama Jemaat (Cendekiawan Jemaat) ialah para du’aat (para dai, mubaligh), pengurus atau mereka yang memiliki pengetahuan agama. Hendaklah mereka menjadi penolong dan penyokong Khilafat; dan hendaklah mereka menjadikan amal perbuatan mereka sesuai dengan petunjuk dan nasehat Khalifah. Hendaklah mereka memberi nasehat kepada yang lain berdasarkan hal itu (yaitu sabda dan petunjuk Khalifah). Adalah salah dengan menganggap selesai menjalankan kewajiban hanya dengan sekali saja memberikan penekanan tentang pentingnya Khilafat, melainkan, berikanlah satu kali, dua kali dan seterusnya perihal penguatan jalinan dengan Khilafat.
Hadhrat Muslih Mau’ud ra bersabda bahwa wajib bagi setiap mukmin yang merasa simpati kepada agama dan ketulusan kepada Jemaat serta yang menginginkan agar pekerjaan Ilahi ini berjalan dengan penuh martabat dan Islam kembali meraih kehormatannya seperti pada masa Hadhrat Rasulullah saw dan yang tidak ingin menyia-nyiakan usaha-usaha Hadhrat Masih Mau’ud as di jalan ini untuk senantiasa berusaha sungguh-sungguh bekerja bersama Khalifah siang dan malam. Hal ini akan memperbaiki Jemaat. Beliau ra bersabda bahwa perkataan Khalifah hendaklah disampaikan berkali-kali kepada Jemaat bahkan kepada mereka yang kurang cerdas agar dapat memahaminya.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa memungkinkan para anggota Jemaat, para ulamanya dan para pengurusnya untuk tidak hanya sekedar mendengarkan perkataan Khalifah namun juga mengamalkannya; dan mereka tidak menyangka telah memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan hanya menyatakan ketulusan, kesetiaan dan saling memberi ucapan selamat pada Hari Khilafat. Kita harus berdoa kepada Allah supaya Dia memberi kita taufik untuk menjaga nikmat Khilafat. آمين Aamiin.
Penerjemah: Hafizurrahman & Dildaar Ahmad Dartono
0 komentar:
Post a Comment