Bertepatan dengan hari libur Nasional yakni Hari Waisak yang jatuh pada tanggal 15 Mei 2014, beberapa anak asrama SMA Plus Al-Wahid beserta Mubaligh Pembimbingnya, yaitu Mln. Mubarak Ahmad melakukan Hiking atau pendakian ke salah satu puncak Gunung Berapi yang ada didaerah Garut yakni Gunung Papandayan. Dengan beberapa Misi yang sudah direncankan, rombongan yang berjumlah 17 orang 3 diantaranya adalah Mubaligh memulai perjalanan dari Mesjid Sanding yang kebetulan satu arah dengan lokasi dimana Gunung Papandayan berada. Rombongan berangkat pada pukul 05.30 WIB dengan menggunakan mobil bak terbuka.
Dalam perjalanan tidak semuanya dapat dilalui tanpa hambatan. Mulai dari mobil yang susah melaju akibat jalanan aspal yang hancur sehingga beberapa anak asrama harus mendorong bahkan ada sampai yang terjatuh, ada juga yang harus berkorban berjalan kaki untuk mengurangi beban. Hal yang sama dirasakan pada saat pendakian yang berlangsung selaman 2,5 jam dengan alur pendakian jalan bebatuan, menyebrangi sungai dan melewati hutan dengan jalanan yang licin. Namun ketika sampai di tempat perkemahan yaitu Pondok Saladah, rasa capek yang sudah bertumpuk kembali luruh dikarenakan keinginan yang menggebu untuk segera mendirikan tenda. Meskipun harus ada tenda yang didirikan ulang karena hujan lebat yang terus menerus sehingga membuat tenda runtuh dan kebanjiran. Pada malam hari, acara dilanjut acara dari hati ke hati sembari duduk mengelilingi api unggun sebagai penghangat jasmani. Para anak asrama pun bercerita mengenai kisah dan kesan mereka selama tinggal dan bersekolah di SMA Plus Al-Wahid. Yang tidak pernah tertinggal yaitu sholat berjamaah di tengah hamparan luas gunung Papandayan.
Ketika hari mulai berganti, dan mentari mulai bersiap-siap menunjukan kehangatannya, rombongan tidak ingin melewatkan moment yang sudah menjadi hal wajib untuk dinikmati oleh para pendaki, yaitu menyaksikan matahari terbit (Sunrise). Meskipun tidak menyaksikan di Puncak, cukup dengan menaiki sedikit lagi dataran yang lebih tinggi dari tempat berkemah, mata ini sudah dimanjakan dengan begitu banyaknya keindahan Tuhan. Dari sana dapat dilihat puncak dari beberapa Gunung pencakar langit yang ada di Jawa Barat yaitu Gunung Ciremay, Galunggung, dan Cikuray yang sempat ditunjukan oleh pendaki lain yang juga ikut menikmati keindahan tersebut.
Ada satu lagi misi yang harus rombongan tunaikan. Saat itu waktu menunjukan pukul 08.00 WIB rombongan yang berada dalam perjalanan pulang ini berusaha menyelesaikan misi dari Amir Jerman, Mr. Abdullah Uwe Wagishauser yaitu menuliskan kalimat “Love for All” pada salah satu spot dijalur pendakian Gunung Papandayan yang biasa dimanfaatkan oleh para pendaki sebagai sarana memorabilia yaitu sebuah lahan luas di bawah jalur pendakian dimana kita bisa menyusun bebatuan menjadi tulisan yang kita inginkan. Kemudian atas inisiatif dari rombongan, akhirnya ditulis pulalah tulisan “AHMADIYAH” dalam ukuran jumbo, sehingga memungkinkan para pendaki lain ketika mendaki melalui jalur itu dapat melihat tulisan tersebut dengan sangat jelas.
Seperti itulah cara anak asrama SMA Plus Al-wahid dalam menyongsong Hari Khilafat yang tinggal beberapa hari lagi. Semoga hal ini dapat menjadi motivasi dan penyemangat bagi pembaca. Khususnya dalam menyebarkan ajaran Khilafat kapan dan dimana saja kita berada.
Dalam perjalanan tidak semuanya dapat dilalui tanpa hambatan. Mulai dari mobil yang susah melaju akibat jalanan aspal yang hancur sehingga beberapa anak asrama harus mendorong bahkan ada sampai yang terjatuh, ada juga yang harus berkorban berjalan kaki untuk mengurangi beban. Hal yang sama dirasakan pada saat pendakian yang berlangsung selaman 2,5 jam dengan alur pendakian jalan bebatuan, menyebrangi sungai dan melewati hutan dengan jalanan yang licin. Namun ketika sampai di tempat perkemahan yaitu Pondok Saladah, rasa capek yang sudah bertumpuk kembali luruh dikarenakan keinginan yang menggebu untuk segera mendirikan tenda. Meskipun harus ada tenda yang didirikan ulang karena hujan lebat yang terus menerus sehingga membuat tenda runtuh dan kebanjiran. Pada malam hari, acara dilanjut acara dari hati ke hati sembari duduk mengelilingi api unggun sebagai penghangat jasmani. Para anak asrama pun bercerita mengenai kisah dan kesan mereka selama tinggal dan bersekolah di SMA Plus Al-Wahid. Yang tidak pernah tertinggal yaitu sholat berjamaah di tengah hamparan luas gunung Papandayan.
Ketika hari mulai berganti, dan mentari mulai bersiap-siap menunjukan kehangatannya, rombongan tidak ingin melewatkan moment yang sudah menjadi hal wajib untuk dinikmati oleh para pendaki, yaitu menyaksikan matahari terbit (Sunrise). Meskipun tidak menyaksikan di Puncak, cukup dengan menaiki sedikit lagi dataran yang lebih tinggi dari tempat berkemah, mata ini sudah dimanjakan dengan begitu banyaknya keindahan Tuhan. Dari sana dapat dilihat puncak dari beberapa Gunung pencakar langit yang ada di Jawa Barat yaitu Gunung Ciremay, Galunggung, dan Cikuray yang sempat ditunjukan oleh pendaki lain yang juga ikut menikmati keindahan tersebut.
Ada satu lagi misi yang harus rombongan tunaikan. Saat itu waktu menunjukan pukul 08.00 WIB rombongan yang berada dalam perjalanan pulang ini berusaha menyelesaikan misi dari Amir Jerman, Mr. Abdullah Uwe Wagishauser yaitu menuliskan kalimat “Love for All” pada salah satu spot dijalur pendakian Gunung Papandayan yang biasa dimanfaatkan oleh para pendaki sebagai sarana memorabilia yaitu sebuah lahan luas di bawah jalur pendakian dimana kita bisa menyusun bebatuan menjadi tulisan yang kita inginkan. Kemudian atas inisiatif dari rombongan, akhirnya ditulis pulalah tulisan “AHMADIYAH” dalam ukuran jumbo, sehingga memungkinkan para pendaki lain ketika mendaki melalui jalur itu dapat melihat tulisan tersebut dengan sangat jelas.
Seperti itulah cara anak asrama SMA Plus Al-wahid dalam menyongsong Hari Khilafat yang tinggal beberapa hari lagi. Semoga hal ini dapat menjadi motivasi dan penyemangat bagi pembaca. Khususnya dalam menyebarkan ajaran Khilafat kapan dan dimana saja kita berada.
(Mln Syihab Ahmad-Sanding)
0 komentar:
Post a Comment