Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Quran oleh Maliha Nasir, yang diikuti dengan terjemahannya oleh Wajahat Bhatti. Kemudian acara dilanjutkann dengan pembacaan Hadits Nabi Saw dan Malfudzat oleh beberapa waaqifaat. Setelah lantunan Nazm karya Hz. Masih Mau’ud as dibacakan, berbagai presentasi kemudian ditampilkan oleh beberapa Waaqifaat-e-Nau dengan berbagai topik diantaranya fashion, penggunaan Handphone yang tidak tepat, film-film dan drama yang tidak senonoh, Hari April Mop, serta tradisi-tradisi yang non-Islami dalam pernikahan dan mehndis. Presentasi-presentasi tersebut berisi sabda-sabda Hz. Masih Mau’ud as dan petunjuk serta nasehat yang diberikan oleh para Khalifah Ahmadiyah berkenaan dengan topik-topik tersebut. Waaqifaat-e-Nau menjelaskan bahwa agar kita terlindungi dari perbuatan-perbuatan buruk dan tradisi-tradisi semacam itu, maka sangat penting bagi setiap orang untuk membaca sabda dan petunjuk-petunjuk tersebut berulang kali dan bertingkah laku sesuai dengan nasehat dan petunjuk tersebut. Presentasi-presentasi tersebut dapat dibaca dibawah ini:
Menghindari bid’ah dan Tradisi-tradisi BurukJika kita mengamati sejarah dunia, kita menemukan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan serius dalam Islam dan merupakan penyebab utama dari menurunnya (akhlak, pent) Umat Muslim adalah bid’ah-bid’ah dan tradisi-tradisi buruk, yang masuk ke dalam islam akibat pengaruh dari negara-negara non-muslim dan juga pengaruh budaya. Bid’ah-bid’ah serta tradisi-tradisi ini melahirkan keburukan-keburukan sosial yang menjangkiti masyarakat bagaikan racun yang mematikan.
Hz. Masih Mau’ud as menjelaskan kepada Jemaat beliau suatu pemahaman yang benar dan sejati dari Ajaran Islam. Beliau telah menasihati jemaat beliau agar benar-benar terhindar dari segala macam bentuk bid’ah-bid’ah dan tradisi-tradisi yang buruk. Hz. Masih Mau’ud menekankan perkara ini dalam 10 syarat baiat yang diumumkan pertama kali pada tanggal 12 Januari 1889.
Syarat baiat 1: “Di masa yang akan datang hingga masuk ke dalam kubur senantiasa akan menjauhi syirik”
Syarat Baiat 6: “Akan berhenti dari adat yang buruk dan dari menuruti hawa nafsu dan benar-benar akan menjungjung tinggi perintah Al-Qur’an suci di atas dirinya. Firman Allah dan Sabda Rasul-Nya itu akan menjadi pedoman baginya dalam tiap langkahnya.”
Dengan karunia Allah Taala, sebagian besar dari anggota jemaat kita telah melindungi diri mereka sendiri dari penemuan-penemuan dan budaya seperti itu dan mengikuti ajaran Islam yang sejati. Akan tetapi ada segelintir orang yang dikarenakan kelemahan alami mereka, cenderung untuk mengikuti penemuan-penemuan dan tradisi-tradisi buruk tersebut, baik itu sengaja maupun tidak disengaja. Memperingari hari ulang tahun, hari “Valentine”, mehndis, hari “April Mop”, Halloween dan kemudian mengikuti fashion-fashion dengan berlebihan, menonton drama dan film yang tidak sesuai, Facebook, penyalahgunaan Internet, dan lain sebagainya merupakan sedikit saja dari berbagai macam penemuan dan tradisi-tradisi buruk. Contoh dari praktek-praktek yang salah tersebut, yang menjadi semakin lumrah di masyarakat kita, dijelaskan secara singkat dibawah ini:
Fashion yang Berlebihan
Allah Taala berfirman:
“Wahai Bani Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian penutup aurat mu sebagai perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang terbaik. Hal demikian itu sebagian dari Tanda-tanda Allah swt, mudah-mudahan mereka mendapat nasihat.” (QS. Al-A’raf: 27)
Dewasa ini, dengan mengikuti trend fashion terbaru, beberapa perempuan mengenakan celana panjang ketat dengan blus (pakaian wanita, pent), dimana pakaian semacam itu tidak bisa dikatakan sebagai tata cara berpakaian yang sopan dan takwa. Di dalam sebuah pertemuan, Hz. Khalifatul Masih V aba bersabda bahwa bahkan sekalipun pakaian yang tidak sopan itu dikenakan di dalam rumah, maka hal itu pun perlu dikoreksi. Huzur aba menyatakan bahwa ada perbedaan diantara menggunakan chooridaar piyama dengan menggunakan celana panjang ketat dari fasion terbaru. Bentuk kaki tidak akan terlihat jika menggunakan chooridaar piyama, sedangkan tidak begitu halnya apabila mengenakan celana panjang ketat. Keseluruhan bentuk kaki, dimulai dari tumit dapat terlihat. (Al-Fazl Internasional, 23 Desember 2011)
Begitu juga pada satu kesempatan ketika berbicara tentang jilbab (niqaab), Huzur aba bersabda: “Nampaknya beberapa perempuan ketika datang untuk bertemu dengan saya, mereka mengenakan kerudung mereka setelah sekian lama (tidak mengenakannya). Kerudung ini tidak boleh dikenakan hanya untuk acara mulaqat saja tetapi mereka harus diingatkan setiap hari dan contoh terbaik hendaknya ditunjukkan oleh Waaqifaat-e-Nau.” (Waaqifaat-e-Nau Class Norwegia, Al-Fazl Internasional, 2 Desember 2011)
Berkenaan dengan pakaian hangat yang berlengan pendek, Huzur aba bersabda kepada peserta Waaqifaat-e-Nau Class: “Suatu ketika di London, seorang waqifat (Waqf-e-nau Perempuan) datang kepada saya dan ia mengenakan sebuah pakaian hangat yang berlengan hanya sampai ke sikunya saja. Pardah semacam ini tidaklah ada gunanya.” (Al-Fazl Internasional, 2 Desember 2011)
Hazrat Khalifatul Masih V aba meminta kita untuk mengurangi trend fashion yang berlebihan dalam menggunakan burqa (pakaian hangat). Di setiap pertemuan, beliau selalu memberitahu setiap perempuan ahmadi tentang status dan kedudukan mereka. Saya tidak meminta kepada mereka suatu pekerjaan besar, tapi cukup hanya dengan memperhatikan perkara-perkara ini saja. Melaksanakan shalat dengan dawam, mengenakan pardah, mendidik anak dengan baik, dan menghindari mengikuti trend fashion secara membabi buta adalah perkara-perakara yang mesti diperhatikan.” (Al-Fazl Internasional, 11 Desember 2004)
Penggunaan Handphone yang tidak sesuaiDewasa ini, kemajuan teknologi telah membuat kehidupan kita begitu mudah. Handphone merupakan salah satu penemuan pada abad ini yang terkenal dan sangat bermanfaat. Akan tetapi, kita dapat melihat bahwa terdapat banyak sekali permasalahan-permasalahan sosial dimasyarakat yang diakibatkan oleh penyalahgunaan penemuan-penemuan tersebut (handphone). Kita menemukan anak-anak dan kaum remaja menghabiskan waktu mereka untuk saling berkirim pesan. Ketika tengah duduk dalam suatu pertemuan, mereka asyik dengan handphone di tangan mereka dan sambil berkirim pesan, mereka pun mulai memainkan games serta melihat atau mengambil foto dengan handphone mereka. Hal ini tidak hanya bertentangan dengan etika ketika tengah berada dalam suatu pertemuan, tetapi dengan melakukan hal yang demikian, mereka juga melalaikan pardah mereka. Tidak hanya waktu yang terbuang percuma, tapi kaum remaja ini juga melupakan lingkungan di sekitar mereka. Ketika menasehati Atfal di Jerman, Hazrat Khalifatul Masih V aba bersabda: “Ada suatu masalah yang menyebar di sini dimana anak-anak meminta kepada orang tua mereka untuk membelikan mereka handphone. Beberapa diantara mereka baru berumur 10 tahun dan mengatakan bahwa mereka harus memiliki handphone. Apakah kalian sedang melakukan semacam bisnis? Atau apakah kalian sedang melakukan suatu pekerjaan yang membutuhkan update berita setiap menitnya? Ketika ditanyakan kepada mereka, mereka menjawab, “Kami memerlukannya untuk menghubungi orang tua kami.” Jika diperlukan, maka orang tua kalian akan memanggil kalian sendiri (tanpa menggunakan Handphone, pent). Jika orang tua kalian tidak khawatir, maka tidak perlu bagi kalian untuk khawatir karena handphone bisa membimbing kalian kepada kebiasaan-kebiasaan buruk. Melalui Handphone, beberapa orang menghubungi anak mereka secara langsung sehingga menarik serta mendorong mereka masuk ke dalam kebiasaan-kebiasaan buruk dan juga melibatkan mereka di dalam kegiatan-kegiatan yang tidak layak. Oleh karena itu, handphone juga merupakan suatu benda yang sangat berbahaya yang mengakibatkan anak-anak kehilangan segala kepekaannya (sosial) dan menjerumuskan mereka kedalam perilaku-perilaku yang tidak baik. Maka, hindarilah hal tersebut. (Pidato Hazrat Khalifatul Masih V aba pada Ijtima Khuddam Jerman, 17 September 2011)
Drama dan Film Yang Tidak SenonohPenemuan-penemuan seperti internet, tv cable, satelit dan televisi telah membuat dunia menjadi satu kesatuan. Berita-berita dari satu penjuru dunia akan cepat tersebar ke penjuru lainnya hanya dalam sekejap dengan melalui alat-alat tersebut. Penemuan-penemuan tersebut tentu memiliki sisi positif-nya, akan tetapi manusia mulai memanfaatkannya dengan cara yang tidak benar. Para orang tua mendudukkan anak mereka di depan televisi dan kembali sibuk dalam pekerjaan mereka sendiri, tanpa mengetahui apa yang anak-anak mereka tonton di televisi. Di beberapa rumah tangga, film-film India disaksikan bersama-sama oleh laki-laki, perempuan dan anak-anak. Film-film tersebut tidak hanya mengandung hal-hal yang tidak senonoh, tetapi juga akan mengakibatkan ketidaksucian dsb.
Hazrat Khalifatul Masih IV rh bersabda pada khutbah Jumat tanggal 3 Mei 1996 bahwa laporan yang beliau terima dari Pakistan menunjukkan suatu pemandangan yang menakutkan. Melalui televisi, hal-hal yang berbau porno dan juga berhala-hala telah masuk ke dalam rumah-rumah. Film India yang ditampilkan di televisi adalah penuh dengan hal-hal yang tidak senonoh. Film-film tersebut tidak hanya penuh dengan hal-hal yang tidak senonoh, melainkan juga sia-sia belaka dan sama sekali tidak mengadung etika yang baik. Film-film tersebut penuh dengan khayalan-khayalan liar yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan Tauhid (Keesaan Allah). Maksudnya bahwa ketika ketidaksucian ini meracuni hati, maka sebagai akibatnya tidak akan ada lagi tempat untuk Tauhid di lubuk hati yang yang paling dalam sekalipun. (Daily Al-Fazl, 18 April 2001)
“APRIL MOP”: Suatu Tradisi yang buruk dan Menjijikan“April Mop” dirayakan setiap tahun pada tanggal 1 April, khususnya di negara-negara barat. Pada hari itu, orang-orang melontarkan candaan-candaan dan dengan berbohong atau menipu, mereka mengerjai teman atau kerabat mereka, dll. Apa yang orang-orang tidak sadari adalah bahwa ini semua merupakan kebohongan belaka, sekalipun mereka anggap sebagai gurauan.
Allah Taala berfirman dalam Al-Quran:
Menghindari bid’ah dan Tradisi-tradisi BurukJika kita mengamati sejarah dunia, kita menemukan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan serius dalam Islam dan merupakan penyebab utama dari menurunnya (akhlak, pent) Umat Muslim adalah bid’ah-bid’ah dan tradisi-tradisi buruk, yang masuk ke dalam islam akibat pengaruh dari negara-negara non-muslim dan juga pengaruh budaya. Bid’ah-bid’ah serta tradisi-tradisi ini melahirkan keburukan-keburukan sosial yang menjangkiti masyarakat bagaikan racun yang mematikan.
Hz. Masih Mau’ud as menjelaskan kepada Jemaat beliau suatu pemahaman yang benar dan sejati dari Ajaran Islam. Beliau telah menasihati jemaat beliau agar benar-benar terhindar dari segala macam bentuk bid’ah-bid’ah dan tradisi-tradisi yang buruk. Hz. Masih Mau’ud menekankan perkara ini dalam 10 syarat baiat yang diumumkan pertama kali pada tanggal 12 Januari 1889.
Syarat baiat 1: “Di masa yang akan datang hingga masuk ke dalam kubur senantiasa akan menjauhi syirik”
Syarat Baiat 6: “Akan berhenti dari adat yang buruk dan dari menuruti hawa nafsu dan benar-benar akan menjungjung tinggi perintah Al-Qur’an suci di atas dirinya. Firman Allah dan Sabda Rasul-Nya itu akan menjadi pedoman baginya dalam tiap langkahnya.”
Dengan karunia Allah Taala, sebagian besar dari anggota jemaat kita telah melindungi diri mereka sendiri dari penemuan-penemuan dan budaya seperti itu dan mengikuti ajaran Islam yang sejati. Akan tetapi ada segelintir orang yang dikarenakan kelemahan alami mereka, cenderung untuk mengikuti penemuan-penemuan dan tradisi-tradisi buruk tersebut, baik itu sengaja maupun tidak disengaja. Memperingari hari ulang tahun, hari “Valentine”, mehndis, hari “April Mop”, Halloween dan kemudian mengikuti fashion-fashion dengan berlebihan, menonton drama dan film yang tidak sesuai, Facebook, penyalahgunaan Internet, dan lain sebagainya merupakan sedikit saja dari berbagai macam penemuan dan tradisi-tradisi buruk. Contoh dari praktek-praktek yang salah tersebut, yang menjadi semakin lumrah di masyarakat kita, dijelaskan secara singkat dibawah ini:
Fashion yang Berlebihan
Allah Taala berfirman:
“Wahai Bani Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian penutup aurat mu sebagai perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang terbaik. Hal demikian itu sebagian dari Tanda-tanda Allah swt, mudah-mudahan mereka mendapat nasihat.” (QS. Al-A’raf: 27)
Dewasa ini, dengan mengikuti trend fashion terbaru, beberapa perempuan mengenakan celana panjang ketat dengan blus (pakaian wanita, pent), dimana pakaian semacam itu tidak bisa dikatakan sebagai tata cara berpakaian yang sopan dan takwa. Di dalam sebuah pertemuan, Hz. Khalifatul Masih V aba bersabda bahwa bahkan sekalipun pakaian yang tidak sopan itu dikenakan di dalam rumah, maka hal itu pun perlu dikoreksi. Huzur aba menyatakan bahwa ada perbedaan diantara menggunakan chooridaar piyama dengan menggunakan celana panjang ketat dari fasion terbaru. Bentuk kaki tidak akan terlihat jika menggunakan chooridaar piyama, sedangkan tidak begitu halnya apabila mengenakan celana panjang ketat. Keseluruhan bentuk kaki, dimulai dari tumit dapat terlihat. (Al-Fazl Internasional, 23 Desember 2011)
Begitu juga pada satu kesempatan ketika berbicara tentang jilbab (niqaab), Huzur aba bersabda: “Nampaknya beberapa perempuan ketika datang untuk bertemu dengan saya, mereka mengenakan kerudung mereka setelah sekian lama (tidak mengenakannya). Kerudung ini tidak boleh dikenakan hanya untuk acara mulaqat saja tetapi mereka harus diingatkan setiap hari dan contoh terbaik hendaknya ditunjukkan oleh Waaqifaat-e-Nau.” (Waaqifaat-e-Nau Class Norwegia, Al-Fazl Internasional, 2 Desember 2011)
Berkenaan dengan pakaian hangat yang berlengan pendek, Huzur aba bersabda kepada peserta Waaqifaat-e-Nau Class: “Suatu ketika di London, seorang waqifat (Waqf-e-nau Perempuan) datang kepada saya dan ia mengenakan sebuah pakaian hangat yang berlengan hanya sampai ke sikunya saja. Pardah semacam ini tidaklah ada gunanya.” (Al-Fazl Internasional, 2 Desember 2011)
Hazrat Khalifatul Masih V aba meminta kita untuk mengurangi trend fashion yang berlebihan dalam menggunakan burqa (pakaian hangat). Di setiap pertemuan, beliau selalu memberitahu setiap perempuan ahmadi tentang status dan kedudukan mereka. Saya tidak meminta kepada mereka suatu pekerjaan besar, tapi cukup hanya dengan memperhatikan perkara-perkara ini saja. Melaksanakan shalat dengan dawam, mengenakan pardah, mendidik anak dengan baik, dan menghindari mengikuti trend fashion secara membabi buta adalah perkara-perakara yang mesti diperhatikan.” (Al-Fazl Internasional, 11 Desember 2004)
Penggunaan Handphone yang tidak sesuaiDewasa ini, kemajuan teknologi telah membuat kehidupan kita begitu mudah. Handphone merupakan salah satu penemuan pada abad ini yang terkenal dan sangat bermanfaat. Akan tetapi, kita dapat melihat bahwa terdapat banyak sekali permasalahan-permasalahan sosial dimasyarakat yang diakibatkan oleh penyalahgunaan penemuan-penemuan tersebut (handphone). Kita menemukan anak-anak dan kaum remaja menghabiskan waktu mereka untuk saling berkirim pesan. Ketika tengah duduk dalam suatu pertemuan, mereka asyik dengan handphone di tangan mereka dan sambil berkirim pesan, mereka pun mulai memainkan games serta melihat atau mengambil foto dengan handphone mereka. Hal ini tidak hanya bertentangan dengan etika ketika tengah berada dalam suatu pertemuan, tetapi dengan melakukan hal yang demikian, mereka juga melalaikan pardah mereka. Tidak hanya waktu yang terbuang percuma, tapi kaum remaja ini juga melupakan lingkungan di sekitar mereka. Ketika menasehati Atfal di Jerman, Hazrat Khalifatul Masih V aba bersabda: “Ada suatu masalah yang menyebar di sini dimana anak-anak meminta kepada orang tua mereka untuk membelikan mereka handphone. Beberapa diantara mereka baru berumur 10 tahun dan mengatakan bahwa mereka harus memiliki handphone. Apakah kalian sedang melakukan semacam bisnis? Atau apakah kalian sedang melakukan suatu pekerjaan yang membutuhkan update berita setiap menitnya? Ketika ditanyakan kepada mereka, mereka menjawab, “Kami memerlukannya untuk menghubungi orang tua kami.” Jika diperlukan, maka orang tua kalian akan memanggil kalian sendiri (tanpa menggunakan Handphone, pent). Jika orang tua kalian tidak khawatir, maka tidak perlu bagi kalian untuk khawatir karena handphone bisa membimbing kalian kepada kebiasaan-kebiasaan buruk. Melalui Handphone, beberapa orang menghubungi anak mereka secara langsung sehingga menarik serta mendorong mereka masuk ke dalam kebiasaan-kebiasaan buruk dan juga melibatkan mereka di dalam kegiatan-kegiatan yang tidak layak. Oleh karena itu, handphone juga merupakan suatu benda yang sangat berbahaya yang mengakibatkan anak-anak kehilangan segala kepekaannya (sosial) dan menjerumuskan mereka kedalam perilaku-perilaku yang tidak baik. Maka, hindarilah hal tersebut. (Pidato Hazrat Khalifatul Masih V aba pada Ijtima Khuddam Jerman, 17 September 2011)
Drama dan Film Yang Tidak SenonohPenemuan-penemuan seperti internet, tv cable, satelit dan televisi telah membuat dunia menjadi satu kesatuan. Berita-berita dari satu penjuru dunia akan cepat tersebar ke penjuru lainnya hanya dalam sekejap dengan melalui alat-alat tersebut. Penemuan-penemuan tersebut tentu memiliki sisi positif-nya, akan tetapi manusia mulai memanfaatkannya dengan cara yang tidak benar. Para orang tua mendudukkan anak mereka di depan televisi dan kembali sibuk dalam pekerjaan mereka sendiri, tanpa mengetahui apa yang anak-anak mereka tonton di televisi. Di beberapa rumah tangga, film-film India disaksikan bersama-sama oleh laki-laki, perempuan dan anak-anak. Film-film tersebut tidak hanya mengandung hal-hal yang tidak senonoh, tetapi juga akan mengakibatkan ketidaksucian dsb.
Hazrat Khalifatul Masih IV rh bersabda pada khutbah Jumat tanggal 3 Mei 1996 bahwa laporan yang beliau terima dari Pakistan menunjukkan suatu pemandangan yang menakutkan. Melalui televisi, hal-hal yang berbau porno dan juga berhala-hala telah masuk ke dalam rumah-rumah. Film India yang ditampilkan di televisi adalah penuh dengan hal-hal yang tidak senonoh. Film-film tersebut tidak hanya penuh dengan hal-hal yang tidak senonoh, melainkan juga sia-sia belaka dan sama sekali tidak mengadung etika yang baik. Film-film tersebut penuh dengan khayalan-khayalan liar yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan Tauhid (Keesaan Allah). Maksudnya bahwa ketika ketidaksucian ini meracuni hati, maka sebagai akibatnya tidak akan ada lagi tempat untuk Tauhid di lubuk hati yang yang paling dalam sekalipun. (Daily Al-Fazl, 18 April 2001)
“APRIL MOP”: Suatu Tradisi yang buruk dan Menjijikan“April Mop” dirayakan setiap tahun pada tanggal 1 April, khususnya di negara-negara barat. Pada hari itu, orang-orang melontarkan candaan-candaan dan dengan berbohong atau menipu, mereka mengerjai teman atau kerabat mereka, dll. Apa yang orang-orang tidak sadari adalah bahwa ini semua merupakan kebohongan belaka, sekalipun mereka anggap sebagai gurauan.
Allah Taala berfirman dalam Al-Quran:
“Wahai, orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang jujur.” (QS. At-Taubah 33: 71)
Rasulullah Saw juga secara khusus menyebut Dajjal itu adalah seorang kafir dan pendusta, ketika berbicara tentang ciri-ciri dari Dajjal.
Hz. Masih Mau’ud as pun bersabda bahwa Al-Quran Karim telah mengutuk orang-orang yang mengucapkan suatu kebohongan dengan mengatakan bahwa pembohong adalah temannya setan. Pembohong adalah kafir dan setan turun kepada orang-orang yang berbohong. Al-Quran tidak hanya memerintahkan kepada kita agar tidak berbohong, tapi juga memerintahkan kita untuk meninggalkan suatu kumpulan dari para pendusta dan tidak bergaul dengan para pendusta serta harus senantiasa takut kepada Allah dan bergaul dengan orang-orang shaleh. Al-Quran juga mengajarkan kepada kita untuk berbicara jujur dan tidak berbohong, sekalipun hanya dalam gurauan. Sekarang, dimana dalam Bible ajaran seperti itu dapat ditemukan? Jika Bible mengandung ajaran-ajaran tersebut, maka mengapa tradisi April Mop masih terus saja dilaksanakan? Camkanlah hal ini, tradisi buruk yang terdapat dalam “April Moop” ini adalah berbohong (sekalipun hanya bercanda) dianggap sebagai sesuatu yang telah membudaya. (Noor-ul-Quran, Ruhani Khazain, Vol. 9, hal. 408)
Mehndi dan PernikahanMehndi adalah sebuah ritual/pesta dimana pengantin perempuan akan melaksanakan pesta dengan teman-temannya sebelum ia menikah. Terdapat banyak budaya-budaya non-Islam yang lazim diadakan pada saat Mehndis dan pernikahan, seperti menyelenggarakan mehndis dari pihak mempelai laki-laki hingga ke mempelai wanita. Juga, adat-adat non-islami lainnya seperti meminum susu oleh mempelai pria dan mempelai wanita dan adat menyembunyikan sepatu mempelai wanita yang dilakukan pada saat pernikahan serta adat istiadat lainnya. Hazrat Khalifatul Masih V aba bersabda dalam Khutbah Jumat tanggal 15 Januari 2010:
“Perayaan mehndi mulai diberikan bagian yang sama pentingnya dengan upacara pernikahan. Kartu undangan dicetak, panggung-panggung disiapkan dan rangkaian pesta berlangsung selama beberapa hari, bahkan beberapa minggu sebelum upacara pernikahan dimulai. Setiap hari, sebuah panggung baru didirikan. Ritual-ritual ini juga diadakan disebuah rumah yang di dalamnya tidak memiliki sarana apapun untuk mengadakannya. Beberapa keluaga ahmadi juga melakukan ritual-ritual yang sia-sia dan yang tidak senonoh ini. Sekarang, saya katakan dengan pasti bahwa janganlah mengikuti ritual-ritual dan perayaan semacam ini dan hentikanlah ritual tersebut.”
Di dalam khutbah jum’at beliau tanggal 25 November 2005, Huzur aba bersabda bahwa; “Terkadang dalam pernikahan di negara kita, dinyanyikan lagu-lagu yang yang tidak senonoh dan tak tahu malu sehingga membuat orang pun malu untuk mendengarkannya. Kata-kata yang kotor dan buruk sering digunakan sehingga saya tidak mengerti bagaimana orang-orang itu bisa tahan mendengarkan mereka. Di dalam upacara “Ronak” yang diselenggarakan oleh pihak wanita atau setelah pesta pernikahan ketika perempuan tersebut pergi ke rumah mempelai pria, pada saat itu mereka berdansa dengan diringi musik yang tidak pantas. Hal ini tidak dapat diizinkan dalam keadaan apapun juga.”
Huzur aba berdoa, “Semoga Allah memberikan taufik kepada kita agar terbebas dari segala macam bid’ah-bid’ah yang berbahaya serta adat istiadat yang buruk. Semoga kita termasuk di antara orang-orang yang mengikuti perintah Allah, berperilaku sesuai dengan sunah Rasulullah Saw, dan juga sesuai dengan “hakim adlan” pada masa ini (Hz. Masih Mau’ud as). Semoga kita termasuk diantara orang-orang yang mendahulukan agama dibandingkan dengan perkara-perkara duniawi. Pentingnya mengutamakan kepentingan rohani di bandingkan dengan dunia adalah bahwa hal tersebut akan menghasilkan ketakwaan serta menarik perhatian orang-orang untuk meleyapkan segala macam bentuk adat serta budaya yang membahayakan. Oleh karena itu diperlukan perhatian yang sangat khusus terhadap masalah-masalah tersebut. Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik kepada setiap orang untuk berperilaku sesuai dengan arahan dan petunjuk tersebut.”
(Khutbah-e-Masroor, Vol. 3, h. 685-700)
Sesi Tanya Jawab
Setelah presentasi selesai, Huzur aba mempersilahkan para Waaqifaat-e-Nau untuk mengajukan pertanyaan. Tapi sebelumnya, Huzur aba bersabda bahwa,”Pertama-tama, kalian telah berbicara banyak tentang bid’ah, tapi apakah bid’ah itu? Bid’ah adalah tradisi/perilaku-perilaku yang baru-baru ini ditemukan dan ditambahkan secara keliru ke dalam agama padahal tidak ada dasarnya bahkan dilarang oleh agama. Saya baru tahu kalo Mehndi dilaksanakan di sini. Saya telah memberikan izin untuk menyewa sebuah gedung bagi mereka yang memiliki rumah yang kecil. Pertama, rumah-rumah di German tidaklah sekecil itu. Rumah-rumah di sini mungkin saja kecil untuk orang-orang yang memiliki keluarga besar sekitar 100-150 orang atau untuk mereka yang memiliki banyak kerabat. Pada kasus semacam itu, saya katakan agar kalian menyewa sebuah tempat yang kecil untuk menyelenggarakan perayaan Mehndi. Beberapa orang mengambil manfaat dari perayaan ini dan menyewa gedung-gedung yang besar. Lalu beberapa orang membuat alasan dan mulai mengadakan pesta dengan dalih Ameens” (syukuran, pent) dan mengundang lebih banyak orang dengan alasan sedang diadakan acara Ameens (baca: syukuran). Beberapa orang lainnya merayakan hari ulang tahun dengan dalih syukuran. Kita harus terhindar dari tradisi-tradisi baru (bid’ah,pent) semacam itu. Untuk saat ini, saya tidak tegas terhadap perkara Mehndi ini, akan tetapi di masa yang akan datang, apabila bid’ah semacam itu ditambahkan, saya pasti akan melarang mehndis dengan dalih syukuran ataupun syukuran sebagai pengganti Mehndis. Dimana terdapat satu keluarga besar, maka tidak ada salahnya jika mengundang kaum kerabat selama satu hari di hari menjelang pernikahan untuk makan malam. Akan tetapi, permasalahan yang muncul saat ini adalah bahwa orang-orang kurang memperhatikan perayaan pernikahan yang sesungguhnya, kurang menaruh perhatian kepada Ronaks, dan perayaan Mehndis mendapat perhatian yang lebih dibandingkan dengan pernikahannya itu sendiri. Islam hanya mengizinkan 2 hal dalam perkara ini, akad nikah dan walimah. Diriwayatkan dalam sebuah Hadits bahwa seorang sahabat Rasulullah Saw datang menemui beliau Saw dan ada beberapa warna di pakaiannya. Rasulullah Saw bertanya kepadanya, “Ada masalah apa?” Ia menjawab bahwa ia telah menikah. Rasulullah Saw bertanya kepadanya, “Apakah ia telah menyelenggarakan walimah?” Dia menjawab, “Belum, saya seorang yang miskin sehingga saya tidak sanggup melaksanakannya.” Rasulullah Saw menyuruhnya untuk menyelenggarakan walimah sekalipun hanya dengan kaki kambing, tapi setidaknya beberapa orang harus diundang. Huzur aba bersabda bahwa hanya kaum teman dekat atau kaum kerabat hendaknya harus diundang dan saat itu sangatlah penting. Tidak ada dimanapun Rasulullah Saw bertanya apakah Mehndi dilaksanakan ataukah tidak.
Setelah itu, Huzur aba mengizinkan Waaqifaat-e-Nau untuk bertanya.
Seorang Waaqifat-e-Nau bertanya kepada Huzur aba, “Kita meyakini bahwa seorang nabi dapat diutus ke dunia ini di masa yang akan datang padahal di sisi lain, kita juga meyakini bahwa Khilafat akan terus berlangsung terus menerus (hingga hari kiamat, pent). Lalu, bagaimana kedua hal ini bisa dikatakan benar, seorang nabi bisa turun ke bumi padahal Khilafat akan tetap ada hingga hari Kiamat nanti?”
Huzur-e-Anwar aba menjawab bahwa, “Apa yang kita dapati dalam hadits Rasulullah Saw adalah beliau Saw bersabda bahwa tidak ada lagi nabi diantara aku dan Isa Ibnu Maryam. Masih Mau’ud yang akan datang merupakan seorang nabi. Point ketiga adalah bahwa seorang nabi dapat datang. Terdapat perbedaan yang sangat besar antara “dapat” dan “akan”. Itu berarti bahwa hal tersebut berada dalam lingkup kekuatan dan kekuasaan Allah Ta’ala dan jika Dia berkehendak untuk mengutus seorang nabi, maka Dia tentu dapat melakukannya. Sebagai contoh, nabi-nabi zaman dahulu, nabi-nabi Bani Israil yang membawa syariat padahal mereka sebenarnya adalah Khalifah. Khilafat juga berada dalam corak kenabian. Hz. Masih Mau’ud as pun mendakwakan diri beliau sebagai “Khatim-ul-khulafat”. Khilafat (semacam ini) akan berakhir dalam diri beliau. Khilafat yang saat ini telah berdiri, dan yang mengikutinya dari sekarang, akan melalui perantaraan beliau. Berkaitan dengan status nubuwat, khilafat dari Masih Mau’ud as ini memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Seorang nabi dapat saja datang akan tetapi kedudukannya di bawah Hz. Masih Mau’ud as. Hz. Masih Mau’ud as telah memperingatkan masyarakat bahwa jika mereka tidak mengubah cara (hidup, pent) mereka dan tidak mengikuti apa yang telah diberitahukan kepada mereka maka mungkin saja seorang nabi akan datang di kemudian hari yang akan bersikap tegas kepada kalian. Oleh karena itu, hal tersebut merupakan satu kemungkinan yang diberikan. Kita tidak dapat meletakkan satu batasan terhadap kekuatan Allah Ta’ala. Beberapa orang bertanya bahwa jika Allah itu Maha Kuasa maka tentu Dia juga mempunyai kekuatan untuk menciptakan tuhan yang lain? Allah Ta’ala senantiasa menampakan kemaha kuasaan-Nya dengan cara yang indah dan juga agung. Masalahnya adalah mengenai status kenabian. Seorang nabi dapat saja datang, atau Allah Ta’ala bisa saja menganugrahkan derajat kenabian kepada khalifah pada masa ini. Hz. Harun as ditinggalkan oleh Hz. Harun as sebagai Khalifah, akan tetapi Allah Ta’ala juga menganugrahkan kepada beliau status sebagai seorang nabi.
.
Seorang Waaqifat-e-Nau berkata bahwa dia adalah sekretaris Tabligh dan untuk kedua kalinya ia mendapat kesempatan untuk menulis sebuah artikel. Dia berkata bahwa topik pertama yang ia tulis adalah tentang “An Introduction to Ahmadiyah”. Humanity First dan Lajnah Imaillah juga tercakup di dalamnya. Dia bertanya kepada Huzur topik apa lagi yang harus ia tulis untuk artikelnya yang kedua?
Huzur aba memberikan masukan kepadanya agar ia menulis tentang keindahan Islam, bahwa Islam menyebarkan pesan perdamaian dan kasih sayang. Kemudian Huzur juga menyarankan untuk menulis artikel lain tentang seseorang yang membawa pesan perdamaian dan kasih sayang tersebut di masa sekarang, yang bernama Hz. Masih Mau’ud as. Pesan ini-lah yang kita sebarkan keseluruh pelosok dunia dan ini-ah yang merupakan islam yang sejati. Kemudian, teruslah menulis artikel sambil memperhatikan perilaku yang lainnya.
Seorang Waaqifah-e-Nau bertanya kepada Huzur aba bahwa di dalam masyarakat ini, terkadang perlu bagi seorang wanita untuk pergi keluar dan juga berkomunikasi dengan kaum lelaki. Jika sebagai akibatnya, laki-laki menaruh rasa curiga kepada wanita (yang pergi keluar,pent) tersebut, maka apakah petunjuk tentang perkara ini?
Huzur aba menjawab bahwa pergi ke dokter untuk berobat adalah perlu, begitu juga pergi berbelanja atau pergi membeli makanan. Jika terdapat suatu keperluan, maka pergilah. Siapa yang melarang kalian? Akan tetapi, kalian harus mengenakan pakaian yang sopan ketika pergl keluar. Laki-laki yang melihat wanita dengan penuh kecurigaan, tak pelak lagi mereka adalah suami-suami mereka, saudara-saudara laki-laki mereka atau ayah mereka. Jika kalian suci dan niat kalian bersih, maka berdoalah untuk mereka dan cobalah untuk memperbaiki hal tersebut. Diriwayakan dalam sebuah hadits bahwa jika memang perlu bagi seorang wanita untuk berbicara dengan seorang asing, maka ia harus berbicara dengan cara yang sopan sehingga pikiran-pikiran buruk tidak akan timbul di dalam hati seseorang. Jika kalian berbicara dengan seorang laki-laki yang kalian kenal di jalan atau di sebuah pusat perbelanjaan dengan begitu akrab, maka laki-laki akan melihat kalian dengan penuh kecurigaan. Akan tetapi jika akhlak kalian tetap sama seperti yang dinyatakan dalam hadits ketika berbicara dengan orang asing tersebut, maka tidak ada seorang pun yang akan berani berpikiran yang negatif tentang kalian, maka boleh saja (berpergiain keluar,pent)
Seorang Waaqifah-e-Nau berkata bahwa di dalam pidato Huzur pada saat Khilafat Jubelee, Huzur aba bersabda bahwa seseorang telah menulis kepada saya yang di dalamnya ia menulis bahwa ada suatu rasa kebahagian yang sangat luar biasa pada perayaan 100 tahun khilafat ini, tapi ada juga suatu perasaan gelisah yang mendalam, karena kita menjadi semakin jauh dari masa Hz. Masih Mau’ud as. Dia bertanya kepada Huzur aba, bagaimana caranya agar kegelisahan ini dapat dihilangkan?
Huzur aba menjawab bahwa kalian harus senantiasa menjaga keadaan kalian sendiri agar senantiasa suci dan tetap dekat dengan ketakwaan, ikuti ajaran-ajaran Islam, sunnah Rasulullah Saw, ajaran-ajaran yang terdapat dalam Al-Quran serta ikuti juga petunjuk-petunjuk dan nasihat dari Hz. Masih Mau’ud as. Maka, hanya dengan cara itulah, kita dapat tetap dekat dengan masa Hz. Masih Mau’ud as.
Seorang Waaqifah-e-Nau bertanya, “Apa pentingnya melakukan “Istikhara” di dalam perkara penikahan?”
Huzur aba menjawab bahwa telah diperintahkan untuk melaksanakan shalat Istikhara dalam setiap masalah, untuk mendapatkan bimbingan dan petunjuk dari Allah Taala. Akan tetapi, bukanlah suatu keharusan untuk melihat sebuah mimpi setiap selesai melaksanakan shalat istikharah ataupun berdoa dan bahwa kalian tidak boleh mengatakan “tidak” hingga kalian melihat sebuah mimpi. Jika hati kalian merasa puas/tentram terhadap sesuatu, maka itu berarti itulah kehendak Allah Ta’ala. Lakukanlah shalat 2 rakaat Nafal setelah shalat Isya dan berdoa khusus untuk suatu perkara dan kemudian pergi tidur. Kalian harus berdoa dan memohon pertolongan Allah Taala agar jika lamaran ini cocok dengan saya, maka anugerahkanlah kedamaian dan kepuasan dalam hati saya dan jika tidak cocok, maka letakkanlah batu sandungan di jalannya serta hilangkanlah segala macam maksud dan pikiran tentang lamaran ini dari hari orang tua saya dan juga dari hati saya. Permasalahan yang muncul adalah kadangkala sang ibu merasa puas, kadangkala sang ayah dan kadangkala hanya si perempuan itu sendiri yang merasa puas. Adalah sangat baik jika semuanya merasa puas.
Seorang Waaqifah-e-Nau lainnya bertanya, siapa yang seharusnya melakukan “istikhara”?
Huzur aba menjawab bahwa si perempuan itu sendiri harus melakukan istikhara. Hz. Amma Jan ra berkata bahwa perempuan sebaiknya mulai berdoa untuk kebaikan masa depan mereka sejak berumur 6 atau 7 tahun. Setiap perempuan harus berdoa untuk dirinya sendiri demi kebaikan dirinya, sehingga ketika tiba waktunya bagi dia untuk menikah, semoga Allah melakukan apapun yang terbaik untuknya. Tidaklah baik apabila ia memutuskan akan menikah hanya jika ada lamaran dari seseorang yang kaya raya, dari seseorang yang punya pekerjaan bagus atau dari seseorang yang memiliki keluarga yang baik. Allah Taala Maha Tahu apa yang terbaik bagi dirinya dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib. Dia melakukan apapun yang terbaik bagi yang lainnya. Masalah kecil mungkin saja timbul bahkan setelah diadakannya rishta, akan tetapi permasalahan-permasalahan itu hendaknya diabaikan. Istikhara juga sebaiknya dilaksanakan oleh orang-orang yang tidak memiliki hubungan atau mereka yang tidak memilki hubungan langsung dengan perkara tersebut, karena mereka mungkin saja melihat sebuah mimpi atau mungkin mereka menerima satu petunjuk dari Allah berkenaan dengan masalah tersebut.
Seorang Waaqifah-e-Nau berkata bahwa hari ibu dan hari ayah dirayakan di sini dan terkadang hadiah-hadiah dari taman kanak-kanak atau playgroup tersebut dibawa pulang ke rumah oleh anak-anak untuk diberikan kepada orang tua mereka. Apa petunjuk Huzur tentang hal ini?
Huzur aba menjawab bahwa kalian boleh mengambil hadiah-hadiah itu, akan tetapi Islam mengajarkan bahwa setiap hari adalah Hari Ibu. Kalian dapat merayakan Hari Ibu setiap hari. Ada sebuah perayaan peresmian suatu masjid di London dan beberapa tamu dari Inggris pun turut hadir. Dan pada saat itu bertepatan juga dengan Hari Ibu. Saya katakan kepada mereka bahwa hari ini bagi kalian adalah Hari Ibu, akan tetapi Islam mengajarkan untuk merayakan hari Ibu setiap hari, untuk menghormati orang tua, untuk memperlakukan mereka dengan baik, tidak mengucapkan kata-kata apapun yang mengungkapkan rasa kekesalan serta tidak juga mencela mereka dan membantu pekerjaan-pekerjaan mereka. Jika kalian sanggup memberi mereka hadiah, maka berilah mereka hadiah setiap hari.
Seorang Waaqifah-e-Nau bertanya bahwa pada saat kelahiran seorang anak, maka seekor binatang dikorbankan sebagai wujud syukur. Untuk seorang anak laki-laki, maka 2 ekor binatang dikorbankan dan untuk seorang anak perempuan, hanya satu ekor saja. Mengapa demikian? Lalu, selain mengorbankan seekor kambing, apakah boleh untuk mengorbankan seekor sapi?
Huzur aba menjawab bahwa hal demikian dinamakan “Aqiqah” dan untuk “aqiqah”, binatang yang diperintahkan untuk dikorbankan adalah hanya seekor kambing atau domba. Berkenaan dengan pembagiannya, tentu kalian akan bertanya, mengapa di dalam hak waris, laki-laki mendapat 2 bagian sedangkan perempuan hanya mendapat satu bagian. Tentu terdapat suatu hikmah yang terkandung apabila kita melakukannya, yaitu mengapa Rasulullah Saw memerintahkan untuk mengorbankan 2 binatang untuk anak laki-laki, karena mungkin laki-laki harus lebih terlindungi dari setan dibandingkan dengan anak perempuan. Justru kalian seharusnya senang karena hal tersebut.
Seorang Waaqifah-e-Nau berkata bahwa ia ingin belajar tentang pengobatan, apakah diizinkan?
Huzur aba menjawab bahwa jika anda ingin dan anda juga memiliki kemampuan yang cukup untuk belajar tentang pengobatan, maka tentu boleh, tetapi tidak di Rep. Ceko atau tidak di suatu tempat di luar negeri. Jika anda mendapat izin di Jerman, maka anda boleh belajar tentang pengobatan. Perempuan sebaiknya tidak bepergian ke luar negeri sendirian dan hendaknya belajar tentang pengobatan hanya di negara mereka saja dan di tempat yang diizinkan oleh orang tua anda, tapi tidak di luar negeri.
Seorang Waaqifah-e-Nau lainnya juga bertanya bahwa banyak diantara Waaqifat-e-Nau sedang belajar tentang media dan pengobatan. Bidang apa lagi yang bisa dipilih?
Huzur aba menjawab bahwa mereka dapat memilih jurnalisme atau mereka dapat terjun di bidang pengajaran. Mereka dapat melakukan penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan. Dan di beberapa bidang lainnya dimana Hijab tidak dilarang ketika belajar, maka kalian juga bisa belajar bidang-bidang yang lain. Kalian juga boleh mengambil Master dalam bidang apapun.
Seorang Waaqifah-e-Nau bertanya bahwa sehubungan dengan keadaan di Pakistan, banyak Ahmadi yang hijrah ke negara lain. Apa pendapat Huzur tentang Australia?
Huzur aba menjawab bahwa kalian boleh pergi kemanapun kalian inginkan. Australia merupakan sebuah tempat yang bagus, dimana mereka mengizinkan kalian menetap di sana.
Seorang Waaqifah-e-Nau bertanya bahwa Huzur aba telah melarang perayaan ulang tahun. Dia bertanya apakah perayaan hari ulang tahun pernikahan juga dilarang?
Huzur aba bersabda bahwa bukan hanya beliau saja yang melarang hal tersebut. Huzur aba menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang pernah merayakannya (hari ulang tahun, pent) dan tradisi ini tidak dipraktekkan dalam Islam. Semua Khalifah Ahmadiyah melarang hal tersebut sebelumnya. Apa itu hari ulang tahun pernikahan? Memberikan sedekah di hari pernikahan atau hari ulang tahun lainnya dan mengerjakan shalat nafal 2 rakaat untuk tahun yang dengan karunia Allah Ta’ala telah berlalu dengan baik dan semoga Allah Ta’ala juga menjadikan tahun-tahun berikutnya sebaik tahun sebelumnya. Jika tahun itu tidak baik, maka berdoalah kepada Allah agar tahun berikutnya menjadi lebih baik dan semoga Allah memberikan pengertian kepada suami anda.
Seorang Waaqifah-e-Nau berkata bahwa Ia ingin menanyakan satu pertanyaan tentang menghadiri kelas (mulaqat) yang hanya berlangsung satu tahun sekali. Ada batasan bahwa mereka yang tidak ikut berpartisipasi di dalam ujian Waqf-e-Nau tahunan tidak bisa menghadiri kelas, walaupun tidak di sengaja sekalipun.
Huzur aba bersabda bahwa kelas ini tidak perlu diadakan hanya satu kali dalam setahun saja. Kelas/pertemuan dengan saya diadakan ketika saya berada di sini dan merupakan kebijaksanaan saya apakah pertemuan tersebut dilaksanakan atau tidak. Dan jika kalian mengadakan kelas kalian sendiri, maka sebaiknya kalian adakan satu kali dalam sebulan atau beberapa kali. Mulai tahun ini, saya telah menghilangkan batasan tersebut dan semuanya telah hadir dan saya telah diberitahu bahwa tidak ada batasan tersebut dan semua orang dapat hadir. Bisa saja bahwa dengan menghadiri kelas ini akan membawa dampak positif pada diri anda sehingga anda akan ikut berpartisipasi dalam ujian di waktu yang akan datang.
Seorang Waaqifah-e-nau berkata bahwa dia tidak dapat mengikuti ujian karena kelahiran anaknya.
Huzur aba menjawab bahwa jika anda memilki halangan pada saat waktu ujian, maka sebaiknya anda memberikan ujian tersebut 15 hari setelahnya. Ini bukanlah ujian masuk atau ujian universitas dimana harus dilakukan pada hari yang sama. Tujuan dari ujian ini adalah agar pengetahuan keagamaan atau Sillabus yang telah ditetapkan untuk anda dibaca oleh setiap orang dan tidaklah mengapa jika ujian tersebut diberikan 10 hari atau satu bulan setelahnya. Kapanpun ada waktu dan kesempatan, maka merupakan tugas dari Departemen Waqf-e-Nau untuk menyusun ujian. Tidaklah harus untuk menentukan satu tanggal tertentu. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah anda telah mempelajari pengetahuan-pengetahuan keagamaan atau syllabus yang telah ditetapkan untuk anda. Para panitia telah membuat segala sesuatunya menjadi nampak sulit. Tidak ada batasan-batasan seperti itu.
Seorang Waaqifah-e-Nau bertanya apakah bidang Arkeologi dapat dipelajari?
Huzur aba menjawab bahwa jika anda memiliki ketertarikan terhadap bidang tersebut, maka anda bisa mempelajarinya.
Seorang waaqifah-e-nau bertanya jika Ka’bah Suci telah ada sebelum Hz. Ibrahim as, lalu apa fungsi dari Ka’bah tersebut?
Huzur aba menjawab bahwa tentu ada beberapa tujuan mengapa Ka’bah diciptakan oleh Allah Ta’ala. Ka’bah tadinya merupakan pondasi-pondasi sebelum Hz. Ibrahim as. Allah Ta’ala lalu memberitahu pondasi-pondasi tersebut dan Hz. Ibrahim as membangun kembali pondasi-pondasi itu. Beliau as tidak diminta untuk membangun sebuah pondasi baru tetapi untuk membangun di atas pondasi yang telah ada sebelumnya. Lalu, datang suatu masa ketika bangunan Ka’bah roboh dan kemudian menghilang. Kemudian, datanglah suatu waktu di zaman Rasulullah Saw ketika Ka’bah dibangun kembali. Dan terdapat juga satu peristiwa yang terkenal dimana Hajra-e-Aswad diletakkan oleh Rasulullah Saw. Oleh karena itu, Ka’bah telah melewati zaman-zaman yang berbeda. Jadi, Adam kita, atau bumi kita, sebagaimana kita ketahui, tidak berumur 6000 tahun, melainkan beribu-ribu tahun. Kaum Aborigin di Australia mengklaim bahwa mereka berumur 45 ribu tahun. Bangsa Asli Amerika pun mengklaim bahwa mereka telah tinggal dalam waktu yang sangat lama. Ayat-ayat Al-Quran pun menegaskan bahwa bumi kita berumur jutaan tahun. Sehingga ada sebuah peristiwa di zaman Ibnu Arabi dimana ketika itu beliau tengah menunaikan ibadah haji. Ketika beliau melaksanakan haji, beliau mendapat kasyaf dan di dalam kasyaf tersebut, beliau bertanya kepada seseorang, “Apakah engkau juga termasuk dari keturunan Adam?” Orang itu menjawab, “Adam yang mana yang engkau bicarakan?” Ada ribuan Adam dan oleh karena itu, Allah Ta’ala yang telah menciptakan rumah ini (Ka’bah) berfirman bahwa rumah/bangunan ini merupakan bangunan yang paling tua dan paling kuno di antara semuanya. Bangunan tersebut telah ada di suatu tempat sebelumnya dan tentu ada kelompok masyarakat yang membangunnya.
Seorang Waaqifah-e-Nau bertanya apakah jawaban dari “Jazakallah”?
Huzur aba menjawab, “Jazakallah Ahsan ul Jaza.” Allah Taala berfirman dalam QS. Ar-Rahman: 61 sebagai berikut:
yang artinya bahwa balasan untuk kebaikan tidak lain dan tidak bukan adalah kebaikan. Ketika seseorang mengucapkan Jazakallah kepada kalian, itu berarti dia berlaku baik kepada kalian dan berdoa untuk kalian. Oleh karena itu, kaliah hendaknya berdoa untuknya dan berkata, semoga Allah membalas engkau dengan sesuatu yang paling baik, suatu balasan yang lebih baik, karena engkau telah berdoa untuk saya.
Seorang Waaqifah-e-Nau bertanya bahwa telah diwahyukan kepada Hz. Masih Mau’ud as berkenaan dengan Hazrat Musleh Mau’ud ra bahwa beliau akan merubah 3 menjadi 4. Apa makna dari wahyu tersebut?
Huzur aba menjawab bahwa makna dari wahyu ini belum dapat dipahami, sebagaimana yang tertulis dalam nubuatan itu sendiri. Akan tetapi, terdapat beberapa tafsir yang berbeda tentang wahyu tersebut. Sebagian tafsir juga menafsirkan bahwa wahyu tersebut memiliki hubungan dengan pusat (Markaz), Mekkah, dan Madinah, Qadian dan kemudian Rabwah didirikan sebagai sebuah Markaz. Khususnya dalam kaitannya dengan jumlah populasi Ahmadi, Rabwah-lah yang dijadikan sebagai pusat. Kemudian, berkenaan dengan saudara laki-laki dari Hz. Muslih Mau’ud ra, Hazrat Mirza Sultan Ahmad ra merupakan anak pertama yang dilahirkan dari istri pertama Hz. Masih Mau’ud as. Beliau tidak baiat di tangan Hz. Masih Mau’ud as, sedangkan anak lelakinya, Mirza Aziz Ahmad ra baiat. Hazrat Mirza Sultan Ahmad ra bai’at pada zaman Hazrat Khalifatul Masih II pada saat akhir menjelang kewafatannya dikarenakan sakit yang beliau derita dan setelah bai’at, beliau akhirnya wafat. Jadi, satu makna dapat juga berarti bahwa beliau akan menjadikan saudara beliau menjadi 4 dan beliau akan membawa mereka semuanya (baiat,pent). Oleh karena itu, bisa jadi Allah Ta’ala akan mengungkapkan beberapa makna lagi dari wahyu tersebut, akan tetapi untuk sekarang, 2 makna itu yang nampak.
Seorang Waaqifah-e-Nau bertanya bahwa berdasarkan Teori Darwin, manusia juga mengalami kemajuan intelektual dan bahwa seorang manusia pada saat ini jauh lebih baik tingkat kepandaiannya daripada manusia zaman dahulu. Apakah itu benar?
Huzur aba menjawab bahwa pertama-tama, kita tidak setuju dengan cara Darwin menjelaskan tentang teori evolusi miliknya, tapi kita memang sepakat dengan adanya evolusi itu sendiri. Sekarang, dalam istilah evolusi, jika kita memperhatikan tingkat kepandaian/intelektual yang berkaitan dengan agama, kita menemukan bahwa Allah Ta’ala telah menjelaskannya dan Hz. Masih Mau’ud as pun telah menerangkannya dengan rinci. Sebagai contoh, dalam kaitannyanya dengan agama, kemampuan dalam memahami agama dan hal-hal yang bersifat spiritual yang dimiliki oleh manusia pada masa lampau sangatlah kurang. Karena itulah mengapa nabi-nabi pada zaman dahulu biasa diturunkan di satu tempat tertentu dan memberikan pengajaran kepada suatu kaum di suatu wilayah tertentu, kota atau di tempat-tempat terpencil dan ajaran yang diajarkan oleh para nabi tidaklah lengkap dan sempurna. Lama-kelamaan, evolusi ini (maksudnya evolusi ruhani) semakin berkembang. Kemudian, datang suatu masa dimana Hz. Rasulullah Saw dilahirkan dan lalu Allah Ta’ala memberikan suatu ajaran yang lengkap dan sempurna, agama kemudian disempurnakan dan Allah Taala pun melengkapkan karunia-karunia-Nya. Inilah ajaran Al-Quran yang akan tetap ada hingga hari kiamat. Di satu sisi, evolusi ruhani telah disempurnakan dan dilengkapkan pada zaman Hz. Rasulullah Saw, akan tetapi penemuan-penemuan modern tidak ada pada masa itu padahal ajaran Al-Quran telah sempurna. Maka dari itu, Al-Qur’an menubuatkan bahwa akan datang suatu zaman dimana manusia akan berkembang, manusia akan berkembang di bidang pengetahuan serta akal akan berkembang sedemikan rupa sehingga akan membelah bumi ini dan akan menyatukan 2 lautan. Terusan Suez telah dihubungkan dan terusan kanal juga telah dihubungkan. Kemudian, ketika akal pikiran manusia semakin berkembang, kuda-kuda, keledai-keledai dan unta akan ditinggalkan dan mobil-mobil, kereta, pesawat dan kapal yang digerakkan dengan mesin akan digunakan untuk bepergian. Luar angkasa akan dapat dicapai melalui satelit. Ini semua merupakan nubuatan-nubuatan dalam Al-Quran. Para sahabat Hz. Rasulullah Saw tidak mengetahui bagaimana nubuatan-nubuatan itu dapat tergenapi pada waktu itu dan bahkan mereka tidak dapat membayangkannya. Bahkan tidak ada pikiran sama sekali tentang semua itu..
Akan tetapi, semua itu sekarang terjadi dan bisa jadi setelah beberapa tahun, akan ada perkembangan dari akal manusia yang tidak dapat kalian bayangkan sekarang. Jika kalian bertanya kepada nenek kalian atau buyut kalian bahwa semua itu bisa terjadi, mereka akan berkata, “Tidak, kamu berbohong!” Ketika manusia pergi ke bulan, para Maulvi di Pakistan juga biasa mengatakan bahwa hal itu adalah sebuah kebohongan belaka, bagaimana mungkin mereka bisa pergi ke bulan? Roket sangat besar dan bulan begitu kecil, sehingga bagaimana mungkin seorang manusia bisa duduk di dalamnya? Ini adalah cara mereka berfikir pada waktu itu dan juga sekarang. Evolusi ini yang ada hubungannya dengan kemajuan ilmu pengetahuan masih terus berkembang perlahan demi perlahan, akan tetapi, Allah Ta’ala telah menyempurnakannya dengan firman-Nya:
“Hari ini telah kusempurnakan agamamu bagimu dan telah Ku-lengkapkan nikmat-Ku atasmu.” (QS. Al-Maidah: 4)
(Al-Fazl Internasional, 20-26 Juli 2012)
Translated by:
Irfan Hafidhur Rahman
Sumber:
Maryam Magazine (ENG VERSION), Issue 5/ Edisi Jan-Mar 2013, Hal. 37-45
Maryam Magazine (URDU VERSION), Vol. 4/ Edisi Okt-Des 2012, Hal. 23-29
http://alislam.org/maryam
0 komentar:
Post a Comment