“Orang berdosa adalah dia yang di dalam hidupnya memutuskan hubungannya dengan Allah Ta’ala. Dia diperintahkan supaya menjadi milik Allah Ta’ala, dan supaya menetap bergaul bersama para shiddiqin, tetapi dia menjadi hamba hawa-nafsu dan selalu berteman dengan orang-orang bejad serta para musuh Allah dan Rasul. Dari tingkah lakunya dia memperlihatkan seakan-akan dia telah memutuskan hubungan dengan Allah Ta’ala.
Ini adalah suatu Sunnatullah (kebiasaan Alah Ta’ala), yakni ke mana saja manusia melangkahkan kaki maka dia semakin jauh dari arah yang berlawanan. Dia memisahkan diri dari Allah Ta’ala lalu menjadi hamba hawa-nafsunya, maka Allah menjadi jauh darinya. Semakin kuat hubungan dengan Allah maka semakin berkurang pula hubungannya dengan nafsu...
Jadi, jika manusia melalui amalan menzahirkan ketidakpedulian terhadap Allah Ta’ala, maka pahamilah bahwa Allah Ta’ala juga tidak peduli terhadapnya. Dan jika manusia menjalin hubungan kecintaan terhadap Allah Ta’ala dan tunduk kepada-Nya bagai air [yang mengalir] maka pahamilah bahwa Dia Maha Pengasih. Allah Ta’ala cinta kepadanya melebihi orang yang mencinta. Dia adalah Allah yang menurunkan berkat-berkat kepada orang-orang yang dicintai-Nya. Dan Dia membuat hal ini terasa bagi mereka, bahwa Allah ada bersama mereka. Sampai-sampai Dia menanamkan berkat di dalam kata-kata mereka dan pada bibir-bibir mereka. Orang-orang mengambil berkat dari pakaian-pakaian mereka dan dari setiap hal yang berasal dari mereka.
Bukti tentang keberadaan orang semacam itu di dalam umat Rasulullah saw. sampai sekarang masih ada.”
(Malfuzhat, jld. I, hlm. 143-144).
0 komentar:
Post a Comment