Maulid Nabi dalam Jemaat Ahmadiyah lebih menekankan pada Sirat atau perjalanan Nabi, sehingga lebih sering di berikan tema Siratun Nabi. Untuk Jemaat Ahmadiyah Tasikmalaya peringatan diadakan bada Maghrib mulai pukul 18.30 sampai 21.00 WIB.
Setelah pembukaan dengan tilawat ayat suci Al Quran surat Al Ahzab 22-24 oleh khuddam Apip Yuhana, acara dilanjutkan dengan pembacaan ringkasan khutbah jumat oleh Ketua Jemaat Ahmadiyah Tasikmalaya bapak Dadang Budiman.
Acara pokok diisi dengan ceramah Mubaligh Wilayah Jemaat Ahmadiyah Priangan Timur, Mln. H. Syaeful Uyun. Dalam awal ceramahnya beliau membuka dengan pertanyaan apa yang harus diberikan oleh umat Islam dan bagaimana sebaiknya menyikapi masalah Charlie Hebdo.
Mln. Syaeful Uyun menuturkan bahwa Maulid bukan memperingati hari kelahiran Rasulullah SAW namun memperingati bahwa telah lahir ke dunia seorang Nabi yang berakhlak agung yang harus kita teladani, "Maulid berbeda dengan Natal yang memperingati kelahiran Nabi Isa kita tetap menghargai dan menghormati mereka" kata Mln. Syaeful Uyun.
Beliau melanjutkan "Wujud berakhlak agung ini harus kita coba teladani dan praktekan teladannya dalam kehidupan sehari-hari, latar belakang peringatan Maulid sendiri baru ada pada masa Sultan Salahudin Al Ayubi pada masa perang salib. Beliau mengumpulkan umat mulsim untuk meningkatkan semangat berjihad dan berkorban yang mulai melemah. Dalam kesempatan Maulid itu di tekankan untuk meneladani semangat jihad Nabi dan sahabat."
Mln. Syaeful Uyun juga menjelaskan makna Nama 'Muhammad' yang berarti 'terpuji' beliau berharap bahwa setelah peringatan Maulid dalam umat Islam khususnya Jemaat akan lahir 'Muhammad' baru sebagai dzili/buruji atau cermin/bayangan Rasulullah SAW dalam sifat-sifatnya.
Ada 2 poin yang ditekan oleh Mln. Syaeful Uyun dalam sifat Rasulullah yaitu kecintaan dan keberanian beliau, kisah Nabi saat di tolak dan dianiaya oleh masyarakat Thaif kota tempat hijrah pertamanya memperlihatkan bagaimana standar kecintaan beliau meski malaikat menawarkan hukuman setimpal dengan melumatkan 2 bukit namun Rasulullah menolak dan beralasan jika kaum Thaif di hancurakn maka kelak tak akan ada anak cucu mereka yang menyembah Allah Taala.
Rasulullah tidak melihat dengan kebencian atau kekerasan terhadap orang yang memusuhi beliau, "Manusia Nabi atau manusia Nabi yang mewarisi sifat Nabi, yang dapat membalas kebencian dengan kecintaan." ujar Mln. Syaeful Uyun dihadapa 80 anggota Jemaat Ahmadiyah Tasikmlaya.
Mengenai perang di zaman Nabi Mubaligh kelahiran Ciamis ini menjelaskan bahwa 13 tahun Rasulullah SAW di Mekah, beliau menghadapi segala penganiayaan tanpa perlawanan atau kekerasan, baru setelah hijrah ke Yastrib atau Madinah peperangan terjadi. Harus diketahui Madinah sendiri berasal dari Madani atau negara yang moderat dimana saat itu Rasulullah dapat menyatukan persekutuan di kota Yastrib tanpa melihat latar belakang agama. Peperangan terjardi kerana adanya penyerangan dari kaum Mekah dalam hal ini Rasulullah dan persekutuan di Madina melakukan peperangan sebagai usaha pembelaan diri dan itu dilakukan setelah ada izin dari Allah Taala untuk mengangkat pedang membela diri.
Poin kedua mengenai keberenian Mln. Syaeful Uyun memaparkan bagaimana keberanian Rasulullah SAW ketika menagihan piutan seorang Yahudi kepada Abu Jahal, kaum Mekah yang saat itu hendak mencelakai Rasulullah dengan menganjurkan seorang Yahudi untuk meminta bantuan menagih hutang kepada Rasulullah tidak menyangka bahwa Abu Jahal yang ditakuti tidak kuasa dengan kharisma Rasulullah saat menagih hutang didepan pintu rumahnya dan Abu Jahal yang susah ditagih hutang segera melunasi hutangnya pada orang Yahudi tersebut.
Menanggapi karikatur penghinaan Mln. Syaeful Uyun menasehatkan agar "Serangan pena dilawan lagi dengan pena bukan dengan senjata." Metode dakwah yang harus diterapkan adalah mengajak umat manusia kejalan Tuhan dengan jalan hikmah dan memberi nasehat yang baik serta bertukar pikiran dengan cara yang baik.
"Jemaat perlu memperhatikan bahwa sifat jamal atau kelembutan bukan berarti lembek, meneladani cinta kasih bukan berarti kegagahan atau keberanian dihapuskan, teladan Rasulullah dalam keberaniaan dapat diikuti dimana saat perang beliau pantang mundur dalam menghadapi musuh bahkan saat kegentaran sahabat beliau menyatukan simpul umat muslim saat itu yang hampir tercerai." nasehat Mln. Syaeful Uyun pada jemaat.
Menutup uraiannya Mln. Syaeful Uyun menyampaikan "Jika ingin meraih kedekatan pada Allah Taala kita hanya bisa dengan cara mengikuti jalan Rasulullah SAW, jika tidak maka kita tidak akan meraih apapun."
Sekitar 80 anggota Jemaat hadir dalam peringatan Siratun Nabi ini, baik kaum bapak, ibu, pemuda maupun anak-anak. Seorang non-ahmadi turut pula hadir mendengarkan ceramah Mln. Syaeful Uyun hingga selesai pukul 21.00 WIB.
Doni Sutriana - Tasikmalaya
0 komentar:
Post a Comment