Ahmadiyya Priangan Timur

.

Wednesday, 11 February 2015

JALANILAH HIDUP DENGAN KERENDAHAN HATI DAN KESEDERHANAAN

kerendahan-hati
“Untuk menjadi seorang mutaki terdapat syarat supaya menjalani hidup ini dengan kerendahan hati dan kesederhanaan. Ini adalah sebuah cabang ketakwaan, yang dengan perantaraannyalah kita akan melawan amarah (murka) yang bukan pada tempatnya. Tahapan yang terakhir dan yang paling sulit bagi orang-orang yang memperoleh makrifat serta bagi para shiddiq adalah menghindarkan diri dari amarah (murka)
 
Kesombongan dan keangkuhan timbul dari amarah, dan kadang-¬kadang amarah itu sendiri merupakan hasil dari kesombongan dan keangkuhan, sebab amarah tersebut timbul tatkala seorang manusia menganggap dirinya lebih tinggi dari yang lain. Aku tidak ingin kalau warga Jemaatku satu sama lain saling menganggap hina atau menganggap lebih tinggi, atau bersikap angkuh terhadap satu sama lainnya maupun memandang rendah. Tuhan mengetahui siapa yang besar atau siapa yang kecil. Hal demikian itu adalah semacam kenistaan. Dirisaukan bahwa kehinaan tersebut tumbuh besar bagaikan benih dan mengakibatkan kehancuran baginya.

Sebagian orang menemui orang-orang besar dengan penuh hormat. Akan tetapi orang besar adalah dia yang mendengarkan (memperhatikan) perkataan orang miskin dengan kerendahan hati, membahagiakan hatinya, menghormati perkataannya, tidak mengeluarkan kata-kata sinis yang dapat melukai hatinya. Allah Ta’ala berfirman:

 “dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan, seburuk-buruk panggilan adalah yang buruk sesudah iman, dan barangsiapa yang tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang aniaya” - (Al-Hujurat, 12).

Yakni, “Janganlah kalian saling mengimbau dengan panggilan buruk. Sikap yang demikian itu adalah suatu perbuatan buruk dan dosa. Barangsiapa mengejek-ejek orang lain, dia tidak akan mati sebelum dia sendiri tenggelam dalam hal seperti itu. Janganlah kalian menganggap hina saudara-saudara kalian.

Kalian semua minum dari satu telaga yang sama, maka siapa yang tahu bahwa sudah nasib seseorang ia akan minum air yang lebih banyak. Seseorang tidak dapat menjadi terhormat dan terpandang berdasarkan ketentuan-ketentuan duniawi. Di sisi Tuhan, orang yang besar itu adalah orang yang mutaki (bertakwa):

 “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” - Al-Hujurat, 14 
 
(Malfuzhat, jld I, hlm. 36 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897).

Related Posts:

  • KESEMPURNAAN HENDAKNYA MENULAR “Kalian harus ingat bahwa kesempurnaan hendaknya seperti penyakit menular. Orang-orang mukmin yang telah diperintahkan untuk menjadikan tingkah-la… Read More
  • KETIDAK-ABADIAN DUNIA “Dunia adalah tempat yang fana (tidak abadi), akhirnya akan mati juga. Kebahagiaan terdapat pada perkara-perkara dīn (agama/keruhanian). Tujuan yan… Read More
  • RAMADHAN BULAN PENUH BERKAT Pada tanggal 15 Januari 1981 Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: “Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkat (mubarak) [untuk banyak memanjatk… Read More
  • TAKABBUR & PENYEMBAH BERHALA Orang-orang dengan bebas dapat berbicara pada Hadhrat Masih Mau’ud a.s., mengenai hal itu beliau a.s. bersabda:  ”Bukanlah cara hidupku a… Read More
  • PEMBENAHAN AKHLAK ”Keadaan akhlak hendaknya baik sedemikian rupa, yakni dengan niat baik memberi penjelasan kepada seseorang serta memberitahukan kesalahannya pada … Read More

0 komentar:

Post a Comment