“Hal yang sebenarnya adalah, bahwa hubungan sahabat-sahabatku denganku adalah bagaikan anggota tubuh. Dan hal ini kita alami dalam kehidupan sehari-hari, yakni anggota tubuh yang sekecil-kecilnya sekali pun jika sakit – misalnya jari tangan -- maka seluruh anggota tubuh menjadi tidak enak dan gelisah. Allah Ta’ala benar-benar mengetahui, persis seperti itu bahwa setiap waktu dan setiap saat aku selalu berpikir dan merenung, bagaimana supaya sahabat-sahabatku dapat hidup dengan segala macam ketenangan dan ketenteraman.
Solidaritas dan rasa sependeritaan ini tidak dibuat-buat, melainkan sebagaimana seorang ibu senantiasa memikirkan bagaimana supaya setiap anaknya mendapat ketenangan dan ketenteraman, seperti itulah aku, semata-mata demi Allah, memiliki gejolak solidaritas dan sependeritaan terhadap sahabat-sahabatku. Dan solidaritas ini sudah begitu melekat, sehingga ketika aku menerima surat dari salah seorang sahabat-sahabatku, mengabarkan bahwa ia mengalami suatu penderitaan atau jatuh sakit, maka langsung saja hatiku merasa riasau dan resah, dan timbul suatu kesedihan.
Semakin banyak sahabat yang demikian, semakin dalam pula kesedihan yang timbul, dan tidak ada atau waktu kosong dimana aku tidak merasa resah dan sedih. Sebab dari antara sekian banyak sahabat, tentu ada saja yang sedang mengalami kedukaan dan penderitaan, dan dengan mengetahui kabar mereka maka di kalbuku timbul kesedihan serta kerisauan.
Aku tidak dapat ungkapkan, berapa banyak waktu yang aku lalui dengan kedukaan-kedukaan, karena kecuali Allah Ta’ala tidak ada satu wujud lain yang dapat membebaskan kita dari kedukaan dan kerisauan semacam itu, oleh karenanya aku senantiasa memanjatkan doa. Dan doa yang paling diutamakan adalah supaya Allah memelihara sahabat-sahabatku dari kesedihan dan kedukaan-kedukaan, sebab karena kedukaan serta merisaukan merekalah aku menjadi sedih. Kemudian doa ini aku panjatkan secara umum, yakni jika ada yang mengalami suatu kedukaan dan penderitaan, semoga Allah Taala membebaskannya dari itu.
Inilah segenap upaya dan gejolak dalam diriku yaitu aku berdoa kepada Allah Taala. Banyak harapan-harapan besar dalam keterkabulan doa.”
(Malfuzat, jld I, hln.105-106).
0 komentar:
Post a Comment