Ringkasan Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz
tanggal 17 April 2015 di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ. (آمين)
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz
tanggal 17 April 2015 di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ. (آمين)
Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ‘anhu pernah menjelaskan perihal pentingnya doa dalam kaitannya dengan bagaimana terjadinya pencapaian besar diraih dengan berdoa.
Dalam hubungannya dengan hal itu, Hudhur ra membicarakan perihal mesmerisme (hipnotisme) dengan bersabda, “Orang-orang yang yang ahli dalam menghipnotis pun bisa membawa perubahan pada orang lain melalui ilmu dan ketrampilan mereka, namun perubahan tersebut bersifat sementara dan perorangan serta tidak membawa manfaat yang revolusioner. Akan tetapi, ketika doa dilakukan dengan semua persyaratan yang sesuai dan dengan penuh adab, itu bisa merubah nasib bangsa dan memperbaiki mereka.”
Berkaitan dengan hal ini, Hadhrat Mushlih Mau’ud ra menceritakan sebuah kisah dari kehidupan Hadhrat Masih Mau’ud as mengenai Tuan Sufi Ahmad Jan. Tuan Sufi menghabiskan waktunya bertahun-tahun mengkhidmati seorang Pir dan melakukan upaya dan latihan spiritual. Kemudian, ia mengabdikan dirinya kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as yang dikenalnya sebelum pendakwaan beliau sebagai al-Masih.
Sebelum mendakwakan diri sebagai al-Masih, Hadhat Masih Mau’ud as telah menulis buku “Barahin Ahmadiyah” yang meraih popularitas besar dikalangan orang saleh dan ulama Islam. Ketika itu Tuan Sufi, salah satu dari orang-orang suci yang begitu takut kepada Tuhan di masa itu, melihat poster Hadhrat Masih Mau’ud as dan mulai melakukan surat-menyurat dengan beliau. Tuan Sufi adalah seorang mukhlis yang juga memperoleh keahlian dalam menghipnotis. Ia meminta Hadhrat Masih Mau’ud as mengabarinya jika nanti berkunjung ke Ludhiana supaya mereka dapat bertemu.
Ia mengundang makan Hadhrat Masih Mau’ud as di kediamannya dan saat mereka berjalan pulang setelah makan, Tuan Sufi berkata kepada Hadhrat Masih Mau’ud as bahwa ia sudah begitu lama mengkhidmati seorang Pir yang telah memberikannya begitu banyak kekuatan dalam berkonsentrasi, sehingga apabila ia fokus dan berkonsentrasi orang yang berjalan di belakang mereka bisa jatuh. Mendengar itu, Hadhrat Masih Mau’ud as berhenti dan perlahan mencungkil tanah dengan ujung tongkatnya. Beliau mencungkil tanah dengan ujung tongkatnya bila mana beliau merasakan gairat akan sesuatu hal. Beliau bertanya, “Tuan Sufi jika orang itu jatuh apa untungnya bagi anda atau dia?”
Tuan Sufi memiliki pandangan jauh ke depan. Ia merenungkan ucapan tersebut secara mendalam dan berkata bahwa ia menyesal dan akan meninggalkan praktek seperti itu. Ia mengatakan bahwa kini ia menyadari jika hal tersebut merupakan perbuatan duniawi dan tidak ada hubungannya dengan kerohanian. Ia telah mengumumkan bahwa tidak boleh seorangpun dari pengikutnya menganggap praktek tersebut sebagai bagian dari keyakinan dalam Islam melainkan menganggapnya praktek duniawi.
Pandangan jauh Tn Sufi terbukti dari fakta bahwa ketika Hadhrat Masih Mau’ud as menulis ‘Barahin Ahmadiyah’ Tn Sufi menyadari bahwa beliau as akan menjadi al-Masih yang dijanjikan kendati Tuhan masih belum mewahyukan kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as supaya membuat sebuah pendakwaan. Tuan Sufi menulis bait syair Urdu kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as dalam sebuah surat: ‘Kami, yang sedang sakit ini hanya melihat anda semata, Karena Tuhan, Anda adalah al-Masih!’ Tuhan telah mengabarkannya mengenai Hadhrat Masih Mau’ud as oleh karena itu sebelum wafatnya Tn Sufi menasehatkan kepada anak-anaknya untuk segera menerima Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad begitu beliau as membuat suatu pendakwaan.
Hadhrat Mushlih Mau’ud ra bersabda bahwa tekad dan konsentrasi seorang penghipnotis tidak seberapa dibandingkan dengan tekad dan konsentrasi dari keimanan dan itupun tidak bisa bertahan lama. Tekad dan konsentrasi yang diberikan Tuhan kepada setiap individu itu berbeda. Satu kali Hadhrat Masih Mau’ud as sedang duduk di Masjid Mubarak berbicara dalam sebuah pertemuan dan saat itu juga seorang akuntan Hindu yang datang dari Lahore datang kepada beliau as. Akuntan Hindu itu adalah seorang ahli hipnotis yang datang dengan niat menghipnotis Hadhrat Masih Mau’ud as, dalam pertemuan tersebut ia ingin, naudzubillah, membuat beliau as berjoget.
Orang Hindu itu sendiri yang menceritakan kisah ini kepada seorang Ahmadi. Kejadiannya seperti ini bahwa saat itu Hadhrat Masih Mau’ud as memberikan salah satu buku beliau kepada seorang Ahmadi dari Lahore dengan pesan agar memberikan buku itu kepada seorang Hindu tertentu. Ketika sang Ahmadi telah memberikannya, ia bertanya kepada orang Hindu itu, “Mengapa Hadhrat Tn. Mirza mengirimkan buku ini kepada Anda. Apa hubungan antara Anda dengan beliau?” Orang Hindu itu mengatakan, “Saya terkenal sebagai seorang ahli Hipnotis. Jika mau, saya dapat menghipnotis orang asing yang tidak saling mengenal dengan saya yang sedang berjalan menjadi orang yang berlari di belakang kereta kuda yang sedang saya tumpangi.”
Ia (orang Hindu ahli hipnotis itu) mengatakan bahwa ia mendengar banyak hal tentang Hadhrat Masih Mau’ud as dari buku-buku beliau yang menentang ajaran Hindu sehingga ia memutuskan untuk mempermalukan beliau di depan para pengikut beliau. Dengan niatan itu ia pergi ke Qadian dan duduk di depan pintu Masjid tempat Hadhrat Masih Mau’ud as mengadakan pertemuan. Ia berupaya keras berkonsentrasi (memusatkan perhatian dan pikiran) untuk menghipnotis beliau as namun nampak tidak ada pengaruhnya terhadap Hadhrat Masih Mau’ud as, dan ia berpikir ia harus memiliki kesungguhan tekad yang luar biasa, maka ia pun memutuskan lebih berkonsentrasi menghipnotis beliau as. Tetap, tidak terjadi apa-apa.
Dengan pantang menyerah, ia mencoba mengerahkan segala kemampuannya untuk menghipnotis Hadhrat Masih Mau’ud as. Saat itulah ia melihat seekor singa siap menerkam dirinya. Dengan ketakutan, ia mengambil sepatunya dan lari. Hadhrat Masih Mau’ud as mengirim seseorang untuk menyusulnya. Orang itu mengejar dan menangkapnya. Si Hindu itu berkata, “Mohon lepaskan saya! Saya dalam keadaan tidak sadar, nanti saya akan menulis surat ke Tn. Mirza menceritakan semua yang terjadi.” Ia pun dilepaskan oleh salah seorang murid Hadhrat Masih Mau’ud as yang menangkapnya. Memang setelah itu ia menulis surat menceritakan semuanya kepada Hadhrat Masih Mau’ud as dan diantaranya menuliskan, “Saya telah berani berbuat kurang ajar kepada Anda dikarenakan ketidaktahuan saya atas kedudukan tinggi dan agung Anda. Mohon, maafkanlah saya.”
Hadhrat Mushlih Mau’ud ra bersabda bahwa Miyan Abdul ‘Aziz Mughal, penduduk Lahore (keturunan beliau sekarang banyak tinggal di Inggris) meriwayatkan kepada kami, “Saya bertanya kepadanya (orang Hindu ahli hipnotis itu), ‘Mengapa Anda tidak beranggapan bahwa Tn. Mirza itu ahli seni hipnotis, tetapi Anda beranggapan beliau lebih ahli dan kemampuannya melebihi Anda sehingga mampu menangkal hipnotis Anda?’ Orang Hindu itu menjawab, ‘Hipnotis itu memerlukan konsentrasi sempurna, ketenangan sempurna dan keheningan sempurna bagi seseorang yang akan menghipnotis, sementara Tn. Mirza sedang berbicara dalam pertemuan saat saya mencoba untuk menghipnotisnya, jadi قوته الإرادية ‘Quwwat al-Iradiyah’ (kekuatan tekad) beliau itu berasal dari Langit.’”
Kekuatan tekad yang dipelajari seseorang ibarat mainan anak-anak bila dibandingkan dengan kekuatan tekad anugerah Tuhan sebagaimana yang dibuktikan dalam kisah Hadhrat Musa as dengan tukang sihir dan ularnya.
Hadhrat Mushlih Mau’ud ra bersabda bahwa dalam rangka kemajuan sebuah komunitas (umat, bangsa, Jemaat) adalah teramat penting untuk menyerap semua kebenaran baik terkait masalah apa saja maupun akidah (kepercayaan). Sebagai contoh, tidak hanya sekedar telah menerima keyakinan bahwa Yesus as (Nabi Isa) sudah wafat, dan itu sudah merasa cukup. Melainkan, kita pun harus merefleksikan kewafatan Yesus tersebut dan berusaha memahami mengapa keyakinan telah wafatnya Nabi Isa as itu penting untuk diterima!
Bagi kita, keyakinan Yesus yang hidup, merupakan indikasi (isyarat tanda) dari keunggulan Yesus atas Rasulullah saw meskipun tidak ada nabi Allah yang memiliki kemuliaan daripada Rasulullah saw. Jadi, pemikiran tersebut bertentangan dengan kepercayaan Islam dan sebuah pemikiran yang tidak bisa menghibur kita barang sejenak pun. Menerima keyakinan bahwa Rasulullah saw dikuburkan di bumi sedangkan Yesus as bersemayam di langit keempat adalah pelanggaran (serangan) besar bagi Islam.
Selain itu, ide tentang Yesus hidup di atas langit merupakan serangan pencederaan atas wahdaniyyat (Keesaan) Allah, Yang Tunggal. Seandainya dua poin tersebut tidak ada, kita tidak akan perduli apakah Yesus as itu ada di langit atau di bumi. Namun bagaimana mungkin kita bisa menerima kekurangajaran terhadap Rasulullah saw dan sesuatu yang bertentangan dengan Keesaan Tuhan.
Hadhrat Mushlih Mau’ud ra mengatakan bahwa pada umumnya para Ahmadi nampak tidak merasa bergairah ketika berdiskusi tentang kematian Yesus as. Beliau ra mengatakan bahwa beliau menyaksikan sendiri betapa besarnya gairat semangat yang dirasakan Hadhrat Masih Mau’ud as tatkala berdiskusi mengenai kewafatan Yesus. Beliau as akan bergetar dengan kekuatan emosi yang dirasakannya dan suara beliau begitu agung sewaktu mengatakan bahwa beliau akan menghapus rintangan besar di jalan yang menuju kepada kemajuan dunia. Dunia ada dalam kegelapan dan beliau membawanya kepada cahaya. Melihat gairat Hadhrat Masih Mau’ud as seperti itu terasa bahwa beliau sedang mengambil kembali takhta Rasulullah saw dari Yesus as.
Demikianlah gairah semangat beliau as atas Baginda Nabi Muhammad saw. Namun, sangat mengherankan bahwa para ulama penentang zaman sekarang menuduh beliau as mengunggulkan diri beliau sendiri diatas Nabi saw atau mengistimewakan Ahmadiyah diatas Islam. والعياذ بالله Wal ‘iyadz biLlaah.
Saat Tuhan menganugerahkan derajat kerohanian yang tinggi pada seseorang, Dia sendiri yang akan menuntun mereka dan membukakan rahasia-rahasia umat manusia. Mereka menerima bimbingan petunjuk tersembunyi yang tidak dapat kita sebut itu wahyu namun juga kita tidak dapat pula menyebutnya bagian yang terpisah dari wahyu. Kita tidak dapat menamainya wahyu karena bimbingan tersebut bukan berbentu kalimat ucapan. Begitu pula tidak dapat kita menyebutnya bukan wahyu karena diterima dalam bentuk wahyu secara perbuatan. Tatkala Allah menurunkan nur-Nya kepada qalbu orang tersebut dan mengungkapkan kebenaran berbagai perkara kepada mereka sementara itu tidak terdapat padanya tanda wahyu secara kalimat.
Hadhrat Mushlih Mau’ud ra melanjutkan bahwa seringkali Allah memberitahukan dengan jelas sebuah perkara yang ini dinamai kasyaf. Hadhrat Masih Mau’ud as pernah berkata bahwa ketika banyak orang menjumpai beliau, beliau nampak melihat cahaya nur yang seakan keluar dari mereka yang membuatnya sadar akan kebaikan dan kelemahan yang tersembunyi dari orang-orang tersebut. Namun beliau tidak diijinkan untuk mengungkapkan hal tersebut (kelemahan mereka) kepada orang-orang itu. Ini adalah sunnah (cara kebiasaan) Tuhan, kecuali jika orang itu sendiri yang menyebabkan kelemahannya terungkap dengan amal perbuatannya ia tidak dianggap termasuk orang-orang berdosa. Selaras dengan sunnah Ilahiyah tersebut, merupakan sunnah para Nabi Allah bahwa mereka tidak mengungkapkan kepada manusia perihal keadaan batiniah seseorang yang berupa kelemahan ruhani hingga orang itu sendiri yang menyebabkan kelemahannya tersebut terungkap dengan perbuatannya sendiri.
Hadhrat Mushlih Mau’ud ra menulis perihal sebuah peristiwa yang menjelaskan kepada kita bagaimana Allah Ta’ala memperlihatkan tanda-tanda kepada orang selain kita juga sebagai pendukung atas kebenaran orang yang dikasihi-Nya. Peristiwa ini disaksikan oleh orang non Ahmadi. Hadhrat Masih Mau’ud as pergi berkunjung ke Lahore pada tahun 1904. Beliau berbicara pada sebuah konvensi (pertemuan) saat kunjungan tersebut. Ada beberapa tamu non-Ahmadi yang hadir di konvensi itu mengatakan bahwa saat Hadhrat Masih Mau’ud as berbicara, ia melihat gumpalan cahaya yang besar seakan muncul dari kepala Hadhrat Masih Mau’ud as dan menuju ke angkasa. Ia menyebutkan hal itu kepada orang yang duduk di sebelahnya yang juga melihat gumpalan cahaya tersebut. Pengalaman tersebut meninggalkan pengaruh yang besar kepada mereka dan mereka menerima Ahmadiyah pada hari itu juga.
Hadhrat Mushlih Mau’ud ra menulis bahwa beliau ingat satu kali seseorang menulis kepada Hadhrat Masih Mau’ud as yang isinya bahwa saudara perempuannya kerasukan Jin dan Jin tersebut mengatakan agar mereka segera menerima Hahdrat Masih Mau’ud as. Hadhrat Masih Mau’ud as membalas tulisan tersebut dan berkata sampaikan kepada Jin tersebut mengapa mereka mengganggu seorang wanita yang malang dan miskin. Jika mereka hendak mengusik seseorang, datanglah kepada Maulwi Muhammad Hussain Batalwi atau Maulawi Tsana Ullah!!! (Penentang Jemaat)
Hadhrat Mushlih Mau’ud ra menulis, “Jin dalam jenis yang umumnya diyakini manusia itu tidak maujud (tidak ada, konsep tentang jin oleh umumnya manusia itu salah). Tentunya orang-orang yang berpendidikan dalam kebudayaan dan pendidikan English (Inggris) meyakini tidak ada itu Jin. Sebaliknya, orang yang beriman tidak menerima perkara tersebut hanya melalui daya nalarnya saja tapi melihat kebenarannya dari al-Quran. Jika al-Quran mengatakan perihal adanya Jin dalam jenis yang dipercayai oleh umumnya manusia, maka kita katakan: ‘Kita percaya dan bersaksi atas kebenaran tersebut! Akan tetapi, jika telah terbukti dari al-Quran tidak ada itu Jin seperti yang diceritakan itu, selain manusia, maka yang hal ini harus diterima!’
Perhatikanlah bagaimana Allah Ta’ala terkadang menggunakan orang-orang yang sakit jiwa guna meneguhkan kebenaran orang-orang yang dikasihi-Nya. Hadhrat Masih Mau’ud as pernah menceritakan sebuah kejadian bahwa satu kali dalam kunjungannya ke Lahore beberapa sahabat bersikeras untuk mengunjungi seorang majzub (petapa yang sakit jiwa) yang tinggal di Syahdara, sebuah kota di luar Lahore. Sahabat yang lain tidak tertarik dengan ide tersebut karena sang majzub mengucapkan kata-kata kotor. Akan tetapi, mereka yang mendukungnya bersikeras bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as merupakan penerima wahyu Ilahi, menarik sekali untuk melihat apa yang akan diucapkan sang majzub tentang beliau.
Hadhrat Masih Mau’ud as menolak untuk pergi namun para sahabat entah bagaimana membawa beliau bertemu orang tersebut. Saat mereka bertemu, sang Majzub sedang mengucapkan kata-kata kotor namun segera berhenti. Lalu menawarkan buah melon kepada Hadhrat Masih Mau’ud as. Mereka yang mudah terpengaruh dengan hal-hal lahiriah akan yakin sekali tentang majzub tersebut meski Hadhrat Masih Mau’ud as berkata bahwa ia sakit jiwa. Terkadang orang yang sakit jiwa dapat melihat sesuatu yang orang normal tidak bisa; karena mereka terpisah dari dunia ini, mereka dapat menguraikan perkara-perkara yang tidak terlihat.
Dan sekarang ini, saya (Hudhur V atba) hendak menyajikan beberapa hal yang Hadhrat Mushlih Mau’ud ra telah riwayatkan perihal tanda-tanda dan mu’jizat-mu’jizat Hadhrat Masih Mau’ud as. Beliau ra bersabda, “Semua kisah dan peristiwa pada zaman Rasulullah saw tidak tercatat sehingga hal itu membuat kita tidak dapat menemukannya sekarang ini contoh-contoh yang banyak dalam macam dan jenis ini, akan tetapi, tidak diragukan lagi bahwa ada sejumlah ratusan bahkan ribuan contoh seperti ini dalam kehidupan beliau saw. Namun, pada zaman Hadhrat Masih Mau’ud as ada kebutuhan mendesak untuk menghancurkan dan membasmi Ilhaad (Ateisme, paham tak ber-Tuhan) sehingga terkait hal itu terdapat kebutuhan paling tinggi berupa tanda-tanda Samawi. Oleh karena itulah, Allah Ta’ala memperlihatkan melalui perantaraan beliau as tanda-tanda yang sangat banyak yang memungkinkan kita dapat menaksir (mengukur) tanda-tanda yang nampak melalui perantaraan Rasulullah saw.
Saya sajikan salah satu tanda tersebut adalah bahwa seorang pelajar bernama Abdul Karim yang telah melakukan serangkaian perjalanan dari Hyderabad Dekkan (India Selatan-Tengah) untuk menerima pelajaran agama di Qadian (Punjab, India Utara). Ia digigit oleh anjing gila dan dikirim ke suatu tempat untuk pengobatan. Awalnya ia merasa lebih baik tapi kemudian merasakan sakit lagi dan akhirnya dokter mengatakan, ‘Nothing can be done for Abdul Karim.’ – ‘Tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk Abdul Karim.’
Ketika Hadhrat Masih Mau’ud as diberitahu hal tersebut, beliau merasa sedih bahwa anak muda yang menempuh perjalanan jauh untuk datang belajar agama telah jatuh sakit. Beliau as berdoa dengan penuh keharuan untuk Abdul Karim. Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda, ‘Ibunya dengan penuh kecintaan dan begitu banyak harapan telah mengirimnya hanya untuk belajar agama. Inilah juga yang membuat terbit di dalam hatiku kepedihan dan gejolak semangat berkobar untuk mendoakannya.’ Sebagai hasil dari doa Hadhrat Masih Mau’ud as itu, Allah Ta’ala memberikan kesembuhan bagi Abdul Karim meskipun dari penyakit yang seperti itu, orang sakit dengan penyakit yang seperti itu tidak pernah ada yang dapat sembuh sejak manusia diciptakan.” (Inilah yang dikatakan dalam Sejarah Pengobatan)
Hadhrat Mushlih Mau’ud ra meriwayatkan mengenai seorang sahabat beliau yang dokter bercerita kepada beliau bahwa ketika di masa kuliahnya di fakultas kedokteran ia mendiskusikan tentang keberadaan Tuhan dengan sesama mahasiswa saat menceritakan peristiwa sembuhnya Abdul Karim sebagai bukti Tuhan mengabulkan doa.
Teman mahasiswanya yang tidak percaya adanya Tuhan menanggapi, “Hal itu bukanlah sesuatu yang besar; orang-orang yang digigit anjing gila dapat diselamatkan.” Kebetulan hari itu rabies merupakan topik kuliah di perguruan tinggi tersebut. Profesor mereka menekankan pada pengobatan yang tepat dengan segera dan cepat setelah digigit anjing gila dan mengatakan bahwa jika pengobatan tepat dan cepat tidak diberikan dan pasien mulai menderita kejang-kejang akibatnya akan fatal. Mahasiswa Ahmadi tersebut mencoba meminta kejelasan pendapat kepada profesor bahwa beberapa orang mengatakan rabies bisa disembuhkan setelah terserang penyakit itu. Sang profesor menjawab dengan tegas, “Tidak ada dan tidak mungkin. Siapa yang mengatakan hal itu berarti dia sangat bodoh.”
Hadhrat Mushlih Mau’ud ra bersabda, “Pengobatan yang efektif dan tepat tidak ada hingga waktu itu dan contoh terjadinya kesembuhan dari penyakit itu sebelumnya pun belum ada, akan tetapi Allah Ta’ala menyembuhkan Abdul Karim dengan perantaraan doa Hadhrat Masih Mau’ud as dan ia masih hidup setelah kesembuhan itu dengan karunia Allah. Jelaslah dari itu bahwa diatas hukum alam, Ada Sang Maha Bijaksana Yang Maha Kuasa dalam menyembuhkan.”
Satu kali dua orang pria dan seorang wanita dari Amerika Serikat mengunjungi Hadhrat Masih Mau’ud as. Salah seorang pria dari mereka mempertanyakan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as perihal pendakwaan beliau. selama percakapan tersebut dibahas pula perihal Yesus as. Orang itu berkata, “Yesus adalah tuhan.” Hadhrat Masih Mau’ud as menanyakan, “Apakah dalil (bukti dan argumentasi) atas ketuhanannya?” Orang tersebut menjawab, “Yesus telah memperlihatkan mukjizat-mukjizat.” Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda, “Saya pun memperlihatkan mukjizat-mukjizat.”
Orang itu meminta Hadhrat Masih Mau’ud as menunjukan mukjizatnya. Hadhrat Masih Mau’ud as mengatakan kepadanya, “Keberadaan Anda adalah salah satu mukjizat saya!” Orang itu berkata, “Bagaimana bisa demikian?” Hadhrat Masih Mau’ud as menjawab, “Qadian adalah desa kecil yang tidak dikenal, bahkan bahan makanan biasa pun tidak tersedia, orang-orang bahkan tidak bisa menemukan tepung seharga satu rupee di sini. Jika seseorang membutuhkannya, ia terpaksa harus membuatnya sendiri, ia menggilingnya sendiri dengan tangannya.
Pada saat itulah Tuhan mengabarkan kepadaku bahwa Dia akan meninggikan dan menyebarluaskan namaku. Dia akan memahsyurkanku hingga ke sudut-sudut dunia. Dia berfirman, ‘Orang-orang dari tempat yang jauh dari berbagai penjuru akan mengunjungimu. Dan akan tersedia sarana-sarana kenyamanan dan peristirahatan bagi mereka di sini.’
Dia berfirman kepadaku, يأتون من كل فجّ عميق، يأتيك من كل فجّ عميق ‘Begitu banyak orang-orang akan datang kepadamu dari dan melalui jalan yang jauh, sukar dan berat sehingga membuat jalan-jalan mendalam. Dan pertolongan akan datang kepadamu dari tempat yang jauh, serta jalan tersebut akan penuh dengan perjalanan dari orang-orang yang berjalan diatasnya.’”1 (Perhatikanlah! Betapa pada hari ini banyak jalan-jalan yang mendalam dan mengeras dikarenakan banyaknya orang yang melewatinya, dikarenakan kedatangan orang-orang. Ambil contoh jalan dari Batala ke Qadian! Tahun lalu pemerintah telah menghabiskan sejumlah dana ribuan Rupees untuk mengaspalnya [memperkerasnya].)
Hadhrat Masih Mau’ud as berkata kepada orang tersebut, “Perhatikanlah, Anda mengunjungi saya dari Amerika Serikat! Apakah ada ikatan antara saya dan Anda sebelumnya? Tak satu pun orang mengenal saya sebelum pendakwaan saya ini? Ada pun hari ini, Anda telah datang setelah menempuh perjalanan nan jauh. Ini adalah tanda kebenaran saya.”
Hadhrat Mushlih Mau’ud ra bersabda, “Saya masih ingat dengan baik saat orang Amerika itu menyebut-nyebut dalam percakapan itu agar ada penampakan tanda kebenaran dan mu’jizat beliau as orang-orang menjadi berteka-teki (bertanya-tanya) dan dalam hati mereka berkata, ‘Apa kiranya jawaban yang diberikan Hadhrat Masih Mau’ud as kepada orang Amerika itu?’ Mereka mengira mungkin beliau akan menyampaikan ceramah yang di dalamnya dijelaskan kepadanya perihal pokok-pokok dan cara penampakan mu’jizat. Namun, ternyata Hadhrat Masih Mau’ud as memberikan jawaban yang berbeda! Segera setelah orang itu menyelesaikan perkataannya dalam percakapan itu, lalu kalimatnya diterjemahkan kedalam bahasa Urdu [dari bahasa Inggris] dan disampaikan [oleh penerjemah] kepada Hadhrat Masih Mau’ud as segera saja beliau as menjawab dengan jawaban yang telah disebutkan tadi.
Bagi sementara kalangan hadirin, hal ini adalah perkara kecil padahal sebenarnya mereka tidak berusaha mencerna dengan akal mereka [perihal penting dan agungnya perkara ini]. Orang yang tidak menggunakan akalnya akan berkata, ‘Mu’jizat apa ini?’ Akan tetapi, mereka yang mata hatinya terbuka dan mempergunakan akalnya dan pemahamannya mengetahui bahwa itu adalah mu’jizat agung dan itu sudah cukup buat siapa saja yang hendak menerima kebenaran.
Hadhrat Masih Mau’ud as telah menulis bahwa telah muncul puluhan ribu tanda untuk membenarkan beliau. Sementara saya berkata bahwa telah muncul tanda-tanda kebenaran beliau yang tidak terhitung banyaknya. Sebagian orang yang jahil (tuna ilmu) berkata, ‘Ilham-ilham Tn. Mirza tidak mencapai jumlah itu bagaimana mungkin tanda-tanda kebenarannya dapat mencapai jumlah itu (tak terhitung)?’ Namun demikian, orang-orang yang berakal mengetahui bahwa ratusan ribu tanda dapat lahir hanya dari satu wahyu yang diterima Hadhrat Masih Mau’ud as saja.”
Ada sebuah kisah yang terkenal perihal pembuatan ‘Laddu’ (manisan atau permen berbentuk bola kecil khas India).2 Seorang paman berkata kepada para keponakannya, “Besok permen ‘Laddu’ akan saya berikan kepada kalian. Pembuatan permen ini mengikutsertakan ribuan bahkan puluhan ribu orang.” Ketika mereka duduk-duduk pada keesokan harinya untuk makan - apa yang mereka harapkan ialah akan makan permen itu – mereka meminta paman mereka datang membawa ‘Laddu’ itu. Sang paman mengeluarkan sebutir manisan berukuran normal (biasa) dari manisan ‘Laddu’ dan meletakkannya di depan mereka, sembari mengatakan, “Ini ‘Laddu’ yang paman janjikan.”
Mereka menderita kebingungan yang sangat setelah melihat itu [baru tahu ‘Laddu’ dan ukurannya], mereka pun bertanya, “Bagaimana mungkin puluhan ribu orang telah ikut serta dalam pembuatan manisan ini?” Sang paman berkata kepada mereka, “Paman akan menjelaskan kepada kalian sekarang. Ambillah pena dan kertas! Catatlah bagaimana puluhan ribu orang telah berpartisipasi dalam pembuatan ‘Laddu’.
[Sang paman menguraikan satu per satu bahan-bahan pembuatan ‘Laddu’ seperti tepung, gula pasir, susu dan sebagainya. Sang paman lalu menjelaskan perihal bagaimana tiap-tiap bahan itu menjadi ada dan siap pakai. Contohnya gula. Ada proses dari persiapan lahan siap tanam, proses penanaman tebu, pekerja yang menanamnya, membajaknya, alat untuk membajak, besi yang disiapkan untuk dibuat pembajak dan seterusnya. Atau kayu-kayu yang dipakai dalam penggilingan. Proses penebangan pohon untuk kayu dan seterusnya hingga dibikin alat pembuatan dan seterusnya. Memakan tenaga, waktu dan jumlah orang yang banyak]
Para keponakan yang masih anak-anak itu takkan paham perkara mendalam ini hingga paman mereka yang bijaksana menguraikan kepada mereka bagaimana satu butir ‘Laddu’ berasal dari usaha manusia berjumlah ribuan.
Sang paman itu telah menggemakan kepada mereka sebuah nasihat duniawi, tetapi para ilmuwan rohaniah dan orang-orang saleh juga melakukan seperti yang hendak disebutkan. Berikut adalah peristiwa yang diriwayatkan oleh Hadhrat Mushlih Mau’ud ra perihal Mirza Mazhar Jan Janan yang memberikan dua butir ‘Laddu’ kepada seseorang dari Batala. [Orang itu sangat cepat menghabiskan dua butir ‘Laddu’. Di sisi lain, Mirza Mazhar Jan Janan ketika memakan satu ‘Laddu’ saja merenung sangat lama perihal proses pembuatan ‘Laddu’, orang-orang yang terlibat dalam pembuatan itu, karunia-karunia Allah ta’ala dan seterusnya, sehingga dari waktu Zhuhur sampai waktu Ashar, beliau hanya menghabiskan sebagian kecil saja dari satu butir ‘Laddu’ itu.]
Hadhrat Mushlih Mau’ud ra bersabda, “Mengapa beliau melakukan hal ini wahai orang yang melihat? Karena beliau melihat ribuan ayat-ayat (tanda-tanda) Allah dalam sebutir ‘Laddu’. Orang-orang begitu super cepat setiap kali makan 4 atau 5 atau 10 atau 20 butir ‘Laddu’, tetapi bagi Mirza Mazhar Jan Janan memakan salah satunya saja terasa begitu berat sehingga seperti mematahkan punggungnya.3 Melalui mengingat karunia-karunia Ilahi, orang bijak dapat melihat tanda-tanda yang besar dari sesuatu hal yang kecil, tapi orang yang bodoh tidak melihat apa-apa bahkan dalam hal-hal besar raksasa. Orang bijak melihat tanda-tanda agung dari Tuhan bahkan dengan hal-hal yang kecil, sementara orang bodoh tidak melihat apapun bahkan dengan sesuatu yang skalanya besar.
Hadhrat Masih Mau’ud as telah biasa mengatakan bahwa telah muncul puluhan ribu tanda untuk membenarkan beliau. Hal ini benar adanya. Hadhrat Mushlih Mau’ud ra berkata bahwa telah muncul tanda-tanda kebenaran beliau yang tidak terhitung banyaknya. Kepada siapa tanda-tanda Ilahi ini Dia perlihatkan? Ialah kepada orang-orang yang mau berpikir dan merenungkan. Bangunan depan masjid Aqsha di Qadian, setiap bangunan-bangunan di arah utara Qadian, tiap bangunan bahkan tiap partikel dari bahan bangunan adalah menjadi tanda kebenaran beliau. Seluruh orang yang kalian lihat berjalan di Qadian, baik Ahmadi maupun bukan Ahmadi adalah sebagai tanda kebenaran beliau. ... Orang-orang datang untuk menemui Hadhrat Masih Mau’ud as setelah beliau membuat pendakwaan dan mereka mendapatkan faedah dari pergaulan dengan beliau.
Sesungguhnya, kemajuan Qadian, seluruh wilayah Qadian dan semua yang ada di dalamnya merupakan tanda kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud as, Mengestimasikan jumlah tanda-tanda beliau sangatlah sederhana. Tanda-tanda beliau begitu banyak sehingga tanda-tanda tersebut di luar kemampuan manusia dan hanya Tuhan yang mampu mengukurnya.
Hahdrat Mushlih Mau’ud ra bersabda, “Tak perlu berpikir jauh-jauh, tapi lihat masjid ini (tempat beliau berkhotbah), konstruksi, kayu serta semua pilarnya adalah termasuk ayat-ayat (tanda-tanda kebenaran), karena itu semua tidak ada sebelum pendakwaan Hudhur as, tapi semuanya didirikan setelah itu. Ada puluhan ribu ayat yang dapat Anda dapati di sini. Selain itu, banyaknya orang yang hadir pada kesempatan pertemuan tahunan (Jalsah Salanah), dan masing-masing dari mereka adalah sebagai tanda yang Allah perlihatkan setiap tahun, dan akan Dia perlihatkan hingga apa-apa yang Dia kehendaki.
Maka dari itu, perkiraan jumlah tanda-tanda kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud as bahwa itu jumlahnya puluhan ribu adalah perkiraan mudahnya saja. Tidak demikian, melainkan, jumlah banyaknya hingga mencapai tingkat tidak dapat dihitung jumlahnya oleh kemampuan manusia. Tidak dapat menghitungnya kecuali Allah saja yang bisa. Tanda-tanda ini menjadi sarana penyebab penguat iman kita. Demikian pula, tanda-tanda itu menuntun kita sesuai dengan ayat yang telah saya (Hudhur II ra) sebutkan tadi 4 kearah pembukaan mata tiap orang yang datang kemari agar dapat melihat seberapa banyak jumlah tanda-tanda ini dan ia juga dapat melihat bahwa dirinya sendiri itu termasuk sebuah tanda juga.”
Sesungguhnya, para Ahmadi yang tersebarluas hari ini di seluruh dunia, masjid-masjid Jemaat Muslim Ahmadiyah, Markas-Markas mereka, Jamiah-Jamiah mereka, sekolah-sekolah mereka, rumah sakit-rumah sakit mereka, penghargaan dan penghormatan warga dan lingkungan di sekitar para pemukim Ahmadi terhadap para Ahmadi yang tinggal di kawasan mereka yang jumlahnya jutaan di seluruh dunia juga termasuk bagian dari tanda-tanda itu, maka, bagi siapa yang mempunyai mata rohaniah dapat menyaksikannya.
Hadhrat Mushlih Mau’ud ra bersabda, “Saya masih ingat betul bahwa suatu kali seorang Maulwi mendatangi Hadhrat Masih Mau’ud as dan berkata, ‘Saya datang untuk melihat tanda kebenaran dari Anda.’ Hadhrat Masih Mau’ud as tersenyum dan bersabda, ‘Bacalah buku saya ‘Haqiqatul Wahyi’ dan anda akan menyadari betapa banyak tanda-tanda yang Tuhan perlihatkan untuk mendukung saya. Apa manfaat yang telah anda peroleh dari tanda-tanda yang ada di buku ‘Haqiqatul Wahyi’ sehingga kini anda datang untuk melihat lebih banyak lagi tanda-tanda tersebut?’”
Perhatikan bahwa ‘Haqiqatul Wahyi’ juga mengandung tanda-tanda yang muncul dalam hitungan beberapa menit, maka jika muncul di tangan seseorang satu ayat dalam beberapa menit, maka tak diragukan lagi kita harus membenarkannya dalam nubuat-nubuat yang akan terjadi setelah dua tahun atau dua abad, hal demikian karena kita telah melihat beberapa nubuatannya telah sempurna (terjadi) dalam beberapa menit, kita harus mengatakan bahwa nubuatan jangka panjangnya juga pasti terwujud. Tetapi dengan menunjuk nubuatan jangka panjang tanpa melihat tanda-tanda jangka pendek maka kita katakan bahwa apa yang dikatakannya adalah bertentangan dengan akal pikiran.
Telah sempurna nubuatan-nubuatan Hadhrat Masih Mau’ud as di masa hidup beliau, dan terus-menerus sempurna selanjutnya, kemajuan Jemaat di hari-hari ini adalah dalil yang baik atas hal itu. Semoga Allah memberikan bashirah (penglihatan dan pengetahuan yang mendalam) kepada mereka yang belum melihat sempurnanya tanda-tanda Hadhrat Masih Mau’ud as dan mutu penyempurnaannya sehingga mereka dapat menyaksikannya; semoga Dia juga menguatkan keimanan kita di setiap saat dan tempat. آمين.
Penerjemah: Yusuf Awwab & Dildaar Ahmad
0 komentar:
Post a Comment