Sebab, cobaan itu penting. Sebagaimana ayat ini mengisyaratkan:
Ahasibannasu ayyutrakuw ay-yakuluww aamanna wahum laa yuftanuwn (Al-ankabut;3)
Allah Ta’ala barfirman bahwa orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami adalah Allah”, serta mereka memperlihatkan keteguhan, maka malaikat-malaikat akan turun pada mereka. Adalah kesalahan para ahli-tafsir,yang mengatakan bahwa turunnya para malaikat adalah pada saat sakratul-maut.Itu tidak benar.
Artinya adalah bahwa orang-orang yang membersihkan hati mereka serta menghindarkan diri mereka dari kekotoran dan najis yang membuat manusia jauh dari Allah, maka di dalam diri mereka akan timbul suatu keserasian/kecocokan bagi rangkaian ilham. Untaian ilham akan mulai mengalir.
Kemudian, mengenai kemuliaan orang mutaki, Dia berfirman di tempat lain:
Alaa inna awliyaa’a allaahi laa khaufun ‘alaiyhim walaa hum yahzanuuwn. (Yunus:63)
Yakni,orang-orang yang merupakan Wali/Sahabat Allah, mereka tidak akan memperoleh kedudukan. Seseorang yang baginya Tuhan itu mencukupi, Orang yang melawannya tidak akan dapat memberikan kemudaratan padanya, yaitu jika Tuhan menjadi sahabat baginya. Kemudian dia berfirman:
Dua Buah Surga Bagi Manusia
Di dalam ajaran Al-Quran ditemukan bahwa terdapat dua buah surga bagi manusia. Seorang yang menjalin kecintaan dengan tuhan, dapatkah dia itu tinggal di dalam kehidupan yang membakar? Tatkala di sini saja sahabat seorang penguasa menjalani sejenis kehidupan surgawi, maka kenapa pula pintu surga tidak akam terbuka bagi sahabat-sahabat Tuhan. Walaupun dunia ini penuh dengan kesengsaraan dan musibah, namun siapa yang tahu bahwa betapa mereka itu merasakan kelezatan. Seandainya mereka memperoleh kesedihan- menanggung derita barang setengah jam saja pun sudah sulit - padhal seluruh umur mereka itu mereka lalui dalam kesengsaraan. Seandainya kepada mereka di berikan sebuah pemerintahan dalam suatu zaman supaya mereka mau menghentikan pekerjaan mereka, maka kapan pula mereka mau mendengar kata orang lain? Demikian pula sekiranya gunung akan meletus, mereka tidak akan meninggalkan iradah mereka. (pidato pertama Hz.Masih Mauud as. pd jalsah salanah 25 Des.1897 / Malfuzhat jld.1,h.16)
Ahasibannasu ayyutrakuw ay-yakuluww aamanna wahum laa yuftanuwn (Al-ankabut;3)
Allah Ta’ala barfirman bahwa orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami adalah Allah”, serta mereka memperlihatkan keteguhan, maka malaikat-malaikat akan turun pada mereka. Adalah kesalahan para ahli-tafsir,yang mengatakan bahwa turunnya para malaikat adalah pada saat sakratul-maut.Itu tidak benar.
Artinya adalah bahwa orang-orang yang membersihkan hati mereka serta menghindarkan diri mereka dari kekotoran dan najis yang membuat manusia jauh dari Allah, maka di dalam diri mereka akan timbul suatu keserasian/kecocokan bagi rangkaian ilham. Untaian ilham akan mulai mengalir.
Kemudian, mengenai kemuliaan orang mutaki, Dia berfirman di tempat lain:
Alaa inna awliyaa’a allaahi laa khaufun ‘alaiyhim walaa hum yahzanuuwn. (Yunus:63)
Yakni,orang-orang yang merupakan Wali/Sahabat Allah, mereka tidak akan memperoleh kedudukan. Seseorang yang baginya Tuhan itu mencukupi, Orang yang melawannya tidak akan dapat memberikan kemudaratan padanya, yaitu jika Tuhan menjadi sahabat baginya. Kemudian dia berfirman:
Wa-absyiruw biljannatil-laty kuntum tuw-‘aduwn (Haamiim As-Sajdah, 41:31).
Yakni,hendaknya kalian bergembira akan surga yang telah dijanjikan bagi kalian.
Yakni,hendaknya kalian bergembira akan surga yang telah dijanjikan bagi kalian.
Dua Buah Surga Bagi Manusia
Di dalam ajaran Al-Quran ditemukan bahwa terdapat dua buah surga bagi manusia. Seorang yang menjalin kecintaan dengan tuhan, dapatkah dia itu tinggal di dalam kehidupan yang membakar? Tatkala di sini saja sahabat seorang penguasa menjalani sejenis kehidupan surgawi, maka kenapa pula pintu surga tidak akam terbuka bagi sahabat-sahabat Tuhan. Walaupun dunia ini penuh dengan kesengsaraan dan musibah, namun siapa yang tahu bahwa betapa mereka itu merasakan kelezatan. Seandainya mereka memperoleh kesedihan- menanggung derita barang setengah jam saja pun sudah sulit - padhal seluruh umur mereka itu mereka lalui dalam kesengsaraan. Seandainya kepada mereka di berikan sebuah pemerintahan dalam suatu zaman supaya mereka mau menghentikan pekerjaan mereka, maka kapan pula mereka mau mendengar kata orang lain? Demikian pula sekiranya gunung akan meletus, mereka tidak akan meninggalkan iradah mereka. (pidato pertama Hz.Masih Mauud as. pd jalsah salanah 25 Des.1897 / Malfuzhat jld.1,h.16)