(Ringkasan Khutbah Jumat Hazrat Khalifatul Masih V, 29 Agustus 2014)
Setelah membaca Surah Al-Fatihah, Huzur [atba] mengumumkan peresmian Jalsah Salanah UK 2014 karena Khutbah Jumat pun merupakan bagian dari Jalsah Salanah. Pada Khutbah Jumat sebelumnya, Huzur [atba] bersabda bahwa beliau telah menyebutkan beberapa maksud dan tujuan dari mengikuti Jalsah Salanah, yang didalamnya termasuk untuk memperoleh pengetahuan agama dan meraih kemajuan ruhaniah. Jalsah salanah menyediakan sebuah lingkungan yang ditengah-tengahnya berisi sekumpulan sahabat-sahabat pria dan wanita yang bertakwa, oleh karenanya hal ini menginspirasi kita untuk memperbaiki standar ketakwaan kita sendiri. Kita sebagai Ahmadi telah berikrar untuk mendahulukan keimanan diatas semua masalah-masalah duniawi, dan Jalsah memberikan peluang yang baik untuk mengidentifikasi cara mengimplementasikan ikrar tersebut dengan cara sebaik mungkin. Jalsah juga memberikan kita kesempatan untuk mengintensifkan gairat kita dalam berdzikir kepada Allah, dan juga untuk mengasah kewajiban kita terhadap sesama manusia. Selama Jalsah Salana, kita mesti memberikan perhatian khusus kepada ibadah kita, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman .
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah Kami ciptakan Jin dan Manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.”
Oleh karena itu, hari-hari selama Jalsah Salanah tersebut harus dimanfaatkan oleh seluruh partisipan (baik tamu maupun panitia) guna melakukan segala upaya untuk meraih kedekatan dan keridhoan Allah Ta’ala, atau jika tidak, perjalanan yang melelahkan demi menghadiri pertemuan penuh berkat ini hanya menjadi sia-sia belaka. Malahan sebenarnya, tanggungjawab ganda ada di pundak para panitia sebab mereka tidak hanya melayani para tamu Jalsah, namun juga harus mendengarkan acara Jalsah dan meraih faedah darinya. Hal ini penting untuk diingat bahwa tiga hari Jalsah Salanah merupakan kesempatan untuk mengimplementasikan secara praktis maksud dan tujuan kita sebagaimana yang disebutkan diatas demi meningkatkan keimanan.
Masih Mau’ud [as] bersabda: “Qalbu pengikutku yang sejati sesungguhnya cenderung kearah Akhirat.” Maksudnya bahwa para pengikut yang sejati selalu konsen untuk meraih ganjaran yang paling tinggi yaitu keridhaan Allah Ta’ala. Hal ini penting sebab seseorang tidak hanya berupaya secara individu dan pribadi untuk mengimplementasikan secara praktis tujuannya tersebut, namun juga untuk memohon kepada Allah Ta’ala agar membantunya untuk meraih tujuan akhirnya tersebut. Wahai Allah, bimbinglah kami kejalan yang lurus dengan Rahmat dan Berkat-Mu. Penuhilah qalbuku dengan Kasih Sayang-Mu supaya setiap langkahku menuntunku ke jalan yang mengarahkanku kepada-Mu.
Allah Ta’ala telah mengajarakan kepada kita caranya memohon, dan mengajarkan kepada kita nilai-nilai akhlak yang mulia. Masih Mau’ud [as] bersabda bahwa seseorang tidak akan dapat meraih standar keimanan yang paling tinggi sebelum orang itu mengutamakan kesenangan saudaranya diatas kesenangannya sendiri. Beliau [as] bersabda bahwa seseorang harus merasakan kesusahan saudaranya sebagai kesusahan dirinya sendiri.
Huzur [atba] mengarahkan perhatian terhadap beberapa nilai akhlak mulia yang kita semua harus lakukan dengan segala upaya agar dapat meraihnya. Hal ini sangatlah esensial guna menjauhi semua ego dan meraih kemajuan dalam memperoleh ketaqwaan. Jika seseorang ingin meraih keberkatan dari menghadiri Jalsah Salanah, ia harus melihat ke masa lalu adakah perbedaan atau konflik yang mungkin ia miliki dengan saudaranya sesama Ahmadi. Huzur [atba] bersabda bahwa kita tidak seperti umat Islam kebelinger lainnya yang memiliki pemimpin-pemimpin dungu yang menginspirasi pengikut mereka untuk menggorok leher orang-orang tak berdosa. Kita harus berdoa bagi umat Islam yang kebelinger tersebut bahwa alih-alih merusak nama Islam, mereka mungkin bisa dibimbing kearah ajaran yang benar dan mempresentasikan keindahan Islam kepada dunia. Nabi [saw] bersabda :
وَيَدِه، لِسَانِهِ مِنْ الْمُسْلِمُونَ سَلِمَ مَنْ الْمُسْلِمُ
“Seorang Mukmin adalah orang yang tangan dan lidahnya memberikan keselamatan kepada orang lain.”
Huzur [atba] selanjutnya menilawatkan ayat al-Quran berikut ini:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu adalah umat terbaik, dibangkitkan demi kebaikan umat manusia; kamu menyuruh berbuat kebaikan dan melarang berbuat keburukan, dan beriman kepada Allah swt.”
Huzur [atba] mengekspresikan hasrat beliau bahwa umat Islam di dunia kini akan memahami keindahan ajaran Islam yang demikian. Beliau bersabda bahwa sejak para pemimpin umat Islam menolak pendakwaan Masih Mau’ud [as], adalah kewajiban para Ahmadi untuk menunjukan wajah cantik Islam kepada dunia.
Huzur [atba] bersabda adalah amat sangat penting untuk merawat orang-orang yang kurang mampu diantara kita, bukan dengan memanfaatkan mereka, namun dengan memahami hal tersebut sebagai hak yang diberikan Tuhan kepada mereka. Dalam hal ini, Huzur [atba] menyebutkan survey terbaru yang menunjukan bahwa inilah [Jemaatlah] komunitas agama yang memberikan sebagian besar kegiatan amalnya di dunia, dan dari antara komunitas agama, inilah [jemaatlah] komunitas Islam yang paling terdepan dalam hal kedermawanan dan kebaikan hatinya.
Jalsah Salanah adalah sebuah acara dimana kenyamanan orang lain diperhitungkan dan karena banyaknya orang yang berkumpul di sekitar area kecil, banyak pula kejadian yang muncul, seperti seseorang yang harus menampilkan sikap menyayangi dan mengorbankan dirinya demi orang lain, bahkan mengorbankan kenyamanannya sendiri. Demikian juga, seseorang yang harus menghilangkan semua kebanggannya dan mulai beradaptasi dengan sikap rendah hati. Pada hakekatnya, ekspresi ketulusan dan kejujuran harus berlaku dalam semua tingkah laku kita, bahkan sekalipun hal itu berarti harus memberikan kesaksian yang bertentangan dengan orang yang kita cintai. Maaf dan Sabar merupakan akhlak yang harus dipraktekan setiap Ahmadi. Perintah-perintah al-Quran yang begitu indah berkaitan dengan kejujuran dan persaudaraan yang absolute tidak ada perbandingannya di dalam kitab agama mana pun juga.
Ketika seluruh peserta Jalsah Salanah mengadopsi standar akhlak yang tinggi tersebut, sebuah atmosfer yang begitu indah akan tercipta, dimana secara natural akan menarik orang-orang kearah Ahmadiyah. Huzur [atba] bersabda bahwa bisa jadi ada banyak audience yang menjadi sumber inspirasi bagi orang lain untuk menerima Ahmadiyah, sebagaimana orang-orang dari seluruh dunia menulis surat mengenai pengalaman positif dan ruhani mereka di Jalsah Salanah. Mereka sering mengekspresikan kekaguman mereka karena bagaimana caranya sekerumunan besar manusia dapat berkumpul dalam satu tempat. Selama Jalsah Salanah Jerman yang berlangsung dua bulan yang lalu, pasangan non-Muslim yang memiliki kesan negative terhadap Islam menghadiri Jalsah tersebut dengan niat menjadikan acara tersebut bahan sasaran kritikan. Namun sebaliknya mereka malah amat terinspirasi dan kagum dengan event tersebut sehingga mereka menerima Ahmadiyah dan melangsungkan Bai’at.
Huzur [atba] mengingatkan para pekerja bahwa melalui model prilaku dan pengkhidmatan mereka, mereka sebenarnya sedang melakukan Tabligh tanpa suara [diam]. Namun pada dasarnya, setiap tamu (pria, wanita, anak-anak) yang menghadiri Jalsah Salanah sedang melakukan Tabligh tanpa suara juga. Prilaku seperti ini patut ditiru dan selama Jalsah tidak boleh menampilkan jenis prilaku yang sifatnya sementara, namun masing-masing individu harus berupaya keras untuk membawa perubahan permanent kearah kebaikan. Huzur [atba] menekankan pentingnya mengucapkan “Salam” satu sama lain. Tindakan mengucapkan salam ini sesungguhnya bisa menjadi sumber tegaknya perdamaian di dunia sekarang ini, kondisi tersebut berarti bahwa seseorang harus mengucapkan salam kepada setiap orang [tidak hanya kepada sahabat dan kerabat] dengan niatan yang terbaik dan dengan kasih sayang yang paling tulus.
Pada akhirnya, Huzur pun menarik perhatian seluruh peserta Jalsah terhadap beberapa masalah organisasi. Pria yang disertai dengan anak-anak mereka yang berusia 7 tahun keatas harus tetap tinggal di tenda gah dan menyimak acara Jalsah bukan malah berkeliaran di luar, yang menyebabkan gangguan serta kurangnya kedisplinan. Demikian pula, wanita yang membawa anak-anak kecil harus menahan dirinya dari mengobrol (bercakap-cakap) saat acara sedang berlangsung dan berusaha keraslah untuk menyimak setiap ceramah tersebut. Kita harus mendengarkan seluruh penceramah bukannya malah memilah-milih beberapa penceramah, karena setiap penceramah penuh dengan ilmu pengetahuan dan penuh dengan sumber keberkatan. Para panitia yang sedang bertugas harus melaksanakan tugas mereka dengan penuh tanggungjawab dan para peserta diminta untuk mendengarkan para panitia tersebut, bahkan sekalipun para panitia tersebut lebih muda daripada usia mereka. Khususnya ketika puncaknya acara, perlihatkanlah kesabaran dan tunjukanlah kedisiplinan yang patut ditiru. Setiap orang, termasuk para panitia dan peserta, bertanggungjawab atas keamanan, sehingga dapat mengawasi lingkungan disekeliling kalian dan melaporakan segala tindakan yang mencurigakan kepada pihak yang berwenang.
Semoga Allah memberikan karunia kepada kita untuk meraup keberkatan dari acara yang penuh berkat ini, Aamiin.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah Kami ciptakan Jin dan Manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.”
Oleh karena itu, hari-hari selama Jalsah Salanah tersebut harus dimanfaatkan oleh seluruh partisipan (baik tamu maupun panitia) guna melakukan segala upaya untuk meraih kedekatan dan keridhoan Allah Ta’ala, atau jika tidak, perjalanan yang melelahkan demi menghadiri pertemuan penuh berkat ini hanya menjadi sia-sia belaka. Malahan sebenarnya, tanggungjawab ganda ada di pundak para panitia sebab mereka tidak hanya melayani para tamu Jalsah, namun juga harus mendengarkan acara Jalsah dan meraih faedah darinya. Hal ini penting untuk diingat bahwa tiga hari Jalsah Salanah merupakan kesempatan untuk mengimplementasikan secara praktis maksud dan tujuan kita sebagaimana yang disebutkan diatas demi meningkatkan keimanan.
Masih Mau’ud [as] bersabda: “Qalbu pengikutku yang sejati sesungguhnya cenderung kearah Akhirat.” Maksudnya bahwa para pengikut yang sejati selalu konsen untuk meraih ganjaran yang paling tinggi yaitu keridhaan Allah Ta’ala. Hal ini penting sebab seseorang tidak hanya berupaya secara individu dan pribadi untuk mengimplementasikan secara praktis tujuannya tersebut, namun juga untuk memohon kepada Allah Ta’ala agar membantunya untuk meraih tujuan akhirnya tersebut. Wahai Allah, bimbinglah kami kejalan yang lurus dengan Rahmat dan Berkat-Mu. Penuhilah qalbuku dengan Kasih Sayang-Mu supaya setiap langkahku menuntunku ke jalan yang mengarahkanku kepada-Mu.
Allah Ta’ala telah mengajarakan kepada kita caranya memohon, dan mengajarkan kepada kita nilai-nilai akhlak yang mulia. Masih Mau’ud [as] bersabda bahwa seseorang tidak akan dapat meraih standar keimanan yang paling tinggi sebelum orang itu mengutamakan kesenangan saudaranya diatas kesenangannya sendiri. Beliau [as] bersabda bahwa seseorang harus merasakan kesusahan saudaranya sebagai kesusahan dirinya sendiri.
Huzur [atba] mengarahkan perhatian terhadap beberapa nilai akhlak mulia yang kita semua harus lakukan dengan segala upaya agar dapat meraihnya. Hal ini sangatlah esensial guna menjauhi semua ego dan meraih kemajuan dalam memperoleh ketaqwaan. Jika seseorang ingin meraih keberkatan dari menghadiri Jalsah Salanah, ia harus melihat ke masa lalu adakah perbedaan atau konflik yang mungkin ia miliki dengan saudaranya sesama Ahmadi. Huzur [atba] bersabda bahwa kita tidak seperti umat Islam kebelinger lainnya yang memiliki pemimpin-pemimpin dungu yang menginspirasi pengikut mereka untuk menggorok leher orang-orang tak berdosa. Kita harus berdoa bagi umat Islam yang kebelinger tersebut bahwa alih-alih merusak nama Islam, mereka mungkin bisa dibimbing kearah ajaran yang benar dan mempresentasikan keindahan Islam kepada dunia. Nabi [saw] bersabda :
وَيَدِه، لِسَانِهِ مِنْ الْمُسْلِمُونَ سَلِمَ مَنْ الْمُسْلِمُ
“Seorang Mukmin adalah orang yang tangan dan lidahnya memberikan keselamatan kepada orang lain.”
Huzur [atba] selanjutnya menilawatkan ayat al-Quran berikut ini:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu adalah umat terbaik, dibangkitkan demi kebaikan umat manusia; kamu menyuruh berbuat kebaikan dan melarang berbuat keburukan, dan beriman kepada Allah swt.”
Huzur [atba] mengekspresikan hasrat beliau bahwa umat Islam di dunia kini akan memahami keindahan ajaran Islam yang demikian. Beliau bersabda bahwa sejak para pemimpin umat Islam menolak pendakwaan Masih Mau’ud [as], adalah kewajiban para Ahmadi untuk menunjukan wajah cantik Islam kepada dunia.
Huzur [atba] bersabda adalah amat sangat penting untuk merawat orang-orang yang kurang mampu diantara kita, bukan dengan memanfaatkan mereka, namun dengan memahami hal tersebut sebagai hak yang diberikan Tuhan kepada mereka. Dalam hal ini, Huzur [atba] menyebutkan survey terbaru yang menunjukan bahwa inilah [Jemaatlah] komunitas agama yang memberikan sebagian besar kegiatan amalnya di dunia, dan dari antara komunitas agama, inilah [jemaatlah] komunitas Islam yang paling terdepan dalam hal kedermawanan dan kebaikan hatinya.
Jalsah Salanah adalah sebuah acara dimana kenyamanan orang lain diperhitungkan dan karena banyaknya orang yang berkumpul di sekitar area kecil, banyak pula kejadian yang muncul, seperti seseorang yang harus menampilkan sikap menyayangi dan mengorbankan dirinya demi orang lain, bahkan mengorbankan kenyamanannya sendiri. Demikian juga, seseorang yang harus menghilangkan semua kebanggannya dan mulai beradaptasi dengan sikap rendah hati. Pada hakekatnya, ekspresi ketulusan dan kejujuran harus berlaku dalam semua tingkah laku kita, bahkan sekalipun hal itu berarti harus memberikan kesaksian yang bertentangan dengan orang yang kita cintai. Maaf dan Sabar merupakan akhlak yang harus dipraktekan setiap Ahmadi. Perintah-perintah al-Quran yang begitu indah berkaitan dengan kejujuran dan persaudaraan yang absolute tidak ada perbandingannya di dalam kitab agama mana pun juga.
Ketika seluruh peserta Jalsah Salanah mengadopsi standar akhlak yang tinggi tersebut, sebuah atmosfer yang begitu indah akan tercipta, dimana secara natural akan menarik orang-orang kearah Ahmadiyah. Huzur [atba] bersabda bahwa bisa jadi ada banyak audience yang menjadi sumber inspirasi bagi orang lain untuk menerima Ahmadiyah, sebagaimana orang-orang dari seluruh dunia menulis surat mengenai pengalaman positif dan ruhani mereka di Jalsah Salanah. Mereka sering mengekspresikan kekaguman mereka karena bagaimana caranya sekerumunan besar manusia dapat berkumpul dalam satu tempat. Selama Jalsah Salanah Jerman yang berlangsung dua bulan yang lalu, pasangan non-Muslim yang memiliki kesan negative terhadap Islam menghadiri Jalsah tersebut dengan niat menjadikan acara tersebut bahan sasaran kritikan. Namun sebaliknya mereka malah amat terinspirasi dan kagum dengan event tersebut sehingga mereka menerima Ahmadiyah dan melangsungkan Bai’at.
Huzur [atba] mengingatkan para pekerja bahwa melalui model prilaku dan pengkhidmatan mereka, mereka sebenarnya sedang melakukan Tabligh tanpa suara [diam]. Namun pada dasarnya, setiap tamu (pria, wanita, anak-anak) yang menghadiri Jalsah Salanah sedang melakukan Tabligh tanpa suara juga. Prilaku seperti ini patut ditiru dan selama Jalsah tidak boleh menampilkan jenis prilaku yang sifatnya sementara, namun masing-masing individu harus berupaya keras untuk membawa perubahan permanent kearah kebaikan. Huzur [atba] menekankan pentingnya mengucapkan “Salam” satu sama lain. Tindakan mengucapkan salam ini sesungguhnya bisa menjadi sumber tegaknya perdamaian di dunia sekarang ini, kondisi tersebut berarti bahwa seseorang harus mengucapkan salam kepada setiap orang [tidak hanya kepada sahabat dan kerabat] dengan niatan yang terbaik dan dengan kasih sayang yang paling tulus.
Pada akhirnya, Huzur pun menarik perhatian seluruh peserta Jalsah terhadap beberapa masalah organisasi. Pria yang disertai dengan anak-anak mereka yang berusia 7 tahun keatas harus tetap tinggal di tenda gah dan menyimak acara Jalsah bukan malah berkeliaran di luar, yang menyebabkan gangguan serta kurangnya kedisplinan. Demikian pula, wanita yang membawa anak-anak kecil harus menahan dirinya dari mengobrol (bercakap-cakap) saat acara sedang berlangsung dan berusaha keraslah untuk menyimak setiap ceramah tersebut. Kita harus mendengarkan seluruh penceramah bukannya malah memilah-milih beberapa penceramah, karena setiap penceramah penuh dengan ilmu pengetahuan dan penuh dengan sumber keberkatan. Para panitia yang sedang bertugas harus melaksanakan tugas mereka dengan penuh tanggungjawab dan para peserta diminta untuk mendengarkan para panitia tersebut, bahkan sekalipun para panitia tersebut lebih muda daripada usia mereka. Khususnya ketika puncaknya acara, perlihatkanlah kesabaran dan tunjukanlah kedisiplinan yang patut ditiru. Setiap orang, termasuk para panitia dan peserta, bertanggungjawab atas keamanan, sehingga dapat mengawasi lingkungan disekeliling kalian dan melaporakan segala tindakan yang mencurigakan kepada pihak yang berwenang.
Semoga Allah memberikan karunia kepada kita untuk meraup keberkatan dari acara yang penuh berkat ini, Aamiin.
0 komentar:
Post a Comment