Ahmadiyya Priangan Timur

.

Monday, 16 February 2015

SEGALA SESUATU ADA MANFAATNYA

segala-ada-manfaat
“Hal ini pun hendaknya benar-benar diingat, bahwa segala sesuatu mengandung manfaat. Perhatikanlah dunia. Dari tumbuh-tumbuhan tinggi sampai ke serangga-serangga dan tikus pun, tidak ada suatu benda yang tidak bermanfaat dan berfaedah bagi manusia Segenap benda ini – apakah benda-benda bumi maupun benda-benda langit – merupakan bayangan dan fenomena Sifat-sifat Allah Ta’ala. Dan tatkala di dalam Sifat-sifat-Nya saja sudah demikian besar manfaat yang ada, maka bayangkanlah betapa hebatnya manfaat yang terkandung di dalam Dzat itu sendiri.

Di sini hendaknya diingat, bahwa sebagaimana pada waktu tertentu muncul kemudaratan dari benda-benda ini, hal itu adalah akibat kesalahan dan ketidakpahaman sendiri, bukan karena dalam nafs ammarah benda-benda itu terdapat kemudaratan. Tidak, melainkan karena kesalahan dan kesilapan sendiri.

Demikian pula kita, dikarenakan tidak memiliki pengetahuan tentang Sifat-sifat Allah Ta’ala maka kita terpuruk ke dalam kesusahan dan bala bencana, sebab Allah Ta’ala itu Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Inilah rahasia di balik kesusahan dan kedukaan di dunia, yakni kita terperangkap dalam bala bencana disebabkan oleh tangan kita sendiri, oleh pemahaman yang tidak benar, oleh pengatahuan yang keliru.

Melalui celah mata sifat inilah kita menemukan Allah Ta’ala sebagaiWujud penuh Manfaat, Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang serta lebih tinggi dari perkiraan. Dan orang yang paling banyak menyaksikan manfaat-manfaat itu adalah dia yang paling dekat dan qarib dengan-Nya.

Derajat ini hanya diraih oleh orang-orang yang disebut mutaki (orang yang bertakwa). Mereka memperoleh tempat di dekat Allah Taala. Semakin dekat seorang mutaki (bertakwa) dengan Allah Ta’ala, dia mendapatkan suatu nur hidayah (cahaya petunjuk), yang menciptakan suatu jenis cahaya khusus di dalam pengetahuan-pengetahuan dan akal mereka.

Semakin jauh seseorang [dari Allah Ta’ala], sebuah kegalapan fatal akan menguasai kalbunya dan pikirannya, sampai akhirnya mereka mengalami kehinaan dan kehancuran setelah menjadi, "Shummun- bukmun 'umyun fahum lā yarji’ūn (mereka tuli, bisu, buta maka mereka tidak akan kembali – Al-Baqarah, 19).

Namun sebaliknya, manusia yang memperoleh penglihatan dari nur (cahaya) akan memperoleh ketentraman dan kehormatan yang tinggi derajatnya, demikianlah Allah Ta’ala sendiri telah berfirman:

 Hai jiwa yang tentram, kembalilah kepada Tuhan engkau dengan ridha (senang) lagi diridhai 
Al Fajr, 28-29
(Malfuzat, jld. I, hlm. 110-111).

0 komentar:

Post a Comment