Ahmadiyya Priangan Timur

.

Friday, 30 May 2014

Wawancara bersama K.H. Agus Zaenal Mubarok

Wawancara bersama K.H. Agus Zaenal Mubarok (Denden), Ketua Forum Lintas Agama Deklarasi Sancang dan Wakil Ketua PWNU Jabar pada Jalsah Salanah Priatim di Garut, 25 Mei 2014

Wawancara bersama Guntur Romli

Wawancara bersama Guntur Romli, intelektual muda NU yang hadir pada Jalsah Salanah Priangan Timur di Garut, 25 Mei 2014

Ijtima Lajnah Imaillah Daerah Garut

 Liputan MTA Biro Priatim Kegiatan Ijtima Lajnah Imaillah daerah Garut pada tanggal 1 Mei 2014.


SEKEDAR PERNYATAAN BAIAT ADALAH KULIT

”Janganlah beranggapan bahwa hanya dengan melakukan baiat saja Allah menjadi ridha (senang). Itu hanyalah kulit, sedangkan inti terdapat di dalamnya. Kebanyakan hukum alam itu adalah terdapat sebuah kulit sedangkan inti terdapat di dalamnya. Kulit bukanlah barang yang berguna, inti itulah yang diambil.

Sebagian ada yang di dalamnya tidak ada inti lagi, dan seperti telur ayam yang kosong – yang di dalamnya tidak ada kuning dan putih telurnya – mereka tidak dapat digunakan untuk apa pun, dan mereka dicampakkan bagaikan sampah. Ya, untuk satu-dua menit dapat saja untuk sarana bermain bagi anak kecil..

Demikianlah orang yang menyatakan baiat dan iman, jika dia tidak memiliki inti kedua hal itu dalam dirinya maka dia hendaknya merasa takut, bahwa suatu saat akan tiba dimana dia bagaikan telur kosong menjadi remuk akibat tertekan sedikit saja lalu akan dicampakkan.

Begitulah orang yang menyatakan baiat dan iman, ia hendaknya menimbang, "Apakah saya ini kulit semata ataukah inti?” Selama inti belum terwujud, pernyataan­-pernyataan iman, kecintaan, ketaatan, baiat, itikad, menjadi murid, Islam, bukanlah suatu pernyataan yang benar. Ingatlah, ini suatu perkara yang benar, bahwa di hadapan Allah Ta’ala, kecuali inti maka kulit-kulit sedikit pun tidak ada harganya. Ingatlah baik-baik, sebab tidak tahu kapan maut (kematian) itu datang, yang pasti bahwa maut (kematian) mutlak pasti ada.

Jadi, janganlah merasa cukup dengan sekedar pernyataan [baiat] belaka, dan jangan menjadi senang, ia sama-sekali dan sama-sekali tidak memberikan manfaat. Selama seorang insan tidak menerapkan banyak maut (kematian) atas dirinya dan tidak melewati banyak sekali perubahan serta revolusi, dia tidak dapat menemukan maksud tujuan manusia yang sebenarnya”. (Ma1fuzat, jld.II, hlm.l67).

KEBAHAGIAAN YANG TAK TERPISAHKAN

”Hadhrat Abu Bakar adalah orang yang pada fitratnya memiliki “bahan bakar” (minyak) dan “sumbu rahmat”, sehingga begitu beliau mendapat ajaran murni dari Rasulullah saw. beliau langsung “menyala”. Beliau tidak membantah Rasulullah saw., beliau tidak meminta tanda (mukjizat). Begitu beliau mendengar tentang pendakwaan Rasulullah saw., beliau bertanya pada Rasulullah saw. apakah betul beliau saw. telah mendakwakan diri sebagai nabi.

Setelah mendapat penegasan, beliau r.a. menjawab, “Anda menjadi saksi bahwa saya termasuk orang yang pertama beriman kepada anda." Kejadian ini menunjukkan bahwa orang yang banyak menuntut pertanyaan biasanya mahrum (luput) dari petunjuk. Tentu saja mereka yang menganggap baik orang lain dan sabar, mereka punya peluang benar untuk mendapat petunjuk.

Dua macam contoh ini terdapat dalam wujud Hadhrat Abu Bakar r.a. dan Abu Jahal. Hadhrat Abu Bakar r.a. tidak membantah dan beliau tidak meminta sebuah Tanda (mukjizat), malah beliau sendiri menjadi contoh yang sempurna. Abu Jahal melawan, menentang dan tidak berhenti memperlihatkan kebodohannya. Dia menjadi saksi tetapi tidak melihatnya, akhirnya dia menjadi tanda bagi orang lain dan mati sebagai musuh.

Hal itu dengan jelas menunjukkan bahwa mereka yang memiliki cahaya keimanan dalam fitratnya tidak butuh banyak penjelasan. Hanya dengan satu hal mereka sampai pada kesimpulan. Mereka memiliki cahaya dalam hati mereka. Begitu mereka mendengar seruan, mereka langsung menyala. Kekuatan ruhani dalam diri mereka bangkit dengan mendengar seruan [penyeru dari Tuhan]. Dia mulai berkembang, sedangkan bagi mereka yang tidak memiliki kekuatan ini, mereka mahrum (luput) dan mengalami kehancuran. Ini sudah terjadi sejak jaman awal sekali.

Hendaklah setiap orang mengetahui dan takut bahwa jika seorang Mushlih (Pembaharu/reformer) muncul di suatu zaman, mereka yang beriman kepadanya adalah orang yang diberkati, sedangkan dia yang segan dalam hatinya dan dirinya tidak tertarik untuk beriman kepadanya hendaknya mengerti, karena ini adalah tanda dari akhir yang buruk dari kemahruman (keluputan).” (Malfuzat, jld. II, hlm. 165-167)

IMAN YANG HIDUP KEPADA TUHAN

Pendapat saya -- dan mata dapat melihat dan meyakini bahwa hal ini benar -- bahwa hanya ada satu jalan untuk memperoleh kemajuan, dan itu adalah orang-orang harus mengenal Tuhan dan memiliki iman yang hidup kepada-Nya.

Jika kita mengatakan kepada sekumpulan orang-orang duniawi, mereka akan menertawakannya. Tetapi kita mengasihani mereka. Kita kasihan karena mereka tidak dapat melihat apa yang kita lihat. Tuhan telah memberi kalian kesempatan melalui jarak yang jauh untuk sampai di sini (Qadian), dan kalian telah mengalami susahnya perjalanan. Menurut saya, jika bukan karena iman kuat yang kalian miliki, kalian tidak akan mampu melalui segala macam kesusahan ini.

Semoga Tuhan membalas kalian dan meningkatkan keimanan kalian, sehingga kalian memiliki mata yang dapat melihat cahaya yang Tuhan turunkan di zaman ini melalui karunia-Nya”. (Malfuzat, jld. II, hlm. 159).

JANGAN MELUPAKAN TUHAN

”Saya tidak menyuruh orang Islam harus menjadi lesu. Islam tidak menjadikan seseorang menjadi lesu. Mereka harus menjalankan perniagaan dan pekerjaan mereka sebagaimana biasa. Tetapi apa yang sangat tidak saya sukai adalah mereka tidak menyediakan tempat untuk Tuhan. Mereka hendaknya berniaga jika waktunya berniaga, tetapi selama berniaga mereka harus bertakwa kepada Tuhan, sehingga perniagaan mereka juga menjadi satu bentuk ibadah.

Pada waktu salat, mereka harus melaksanakan salat dan jangan meninggalkannya. Pekerjaan apa pun di tangan, mereka harus mendahulukan agama, sasaran utama mereka janganlah untuk meraih keuntungan dunia, melainkan hendaknya untuk meraih keuntungan agama. Dalam hal ini, urusan-urusan dunia mereka juga menjadi urusan-urusan agama.

Lihatlah para sahabat Rasulullah saw., mereka tidak meninggalkan Tuhan bahkan pada saat-saat kesulitan yang terbesar. Kalian mengetahui bahwa medan peperangan adalah tempat yang sukar, smapai-sampai sekedar memikirkannya pun menakutkan orang-orang. Berada di medan perang adalah melalui saat-saat yang menggemparkan tetapi bahkan pada saat semacam ini mereka tidak meninggalkan Tuhan, mereka tidak meninggalkan shalat mereka, mereka luluh dalam berdoa kepada Tuhan.

Masalahnya sekarang, apakah orang-orang berusaha sekuat tenaga, mereka berpidato panjang-lebar, mereka mengadakan rapat terbuka, semuanya, sehingga orang-orang Islam dapat maju. Tetapi mereka melupakan Tuhan, yaitu mereka tidak pernah mengingat Tuhan. Oleh karena apa yang mereka harapkan dari keadaan semacam ini? Bagaimana mungkin upaya mereka akan membuahkan hasil? Semua yang mereka lakukan hanya untuk dunia ini.

Kalian harus ingat, bahwa kecuali Lā ilaha illallāh meresap jauh ke dalam hati dan menyebar ke seluruh jaringan tubuh – serta cahaya dan ketinggian Islam tampak darinya – tidak akan ada kemajuan yang dapat diperoleh. Jika kalian mencontoh negara-negara Eropa dan beranggapan bahwa sejak mereka mengalami kemajuan maka kalian pun akan maju dengan mengikuti mereka, kalian harus tahu, bahwa itu tidak akan pernah terwujud, sebab keadaan kalian berbeda.

Kalian telah diberikan sebuah Kitab dan kebenaran telah dibawa dengan meyakinkan ke hadapan kalian. Mereka (orang-orang Eroa) akan diperlakukan secara berbeda. Berkaitan dengan kalian, jika kalian meninggalkan Kitabullah tersebut maka kalian akan menjumpai neraka kalian di dunia ini juga.

Organisasi-organisasi dibentuk dan berbagai konferensi dilakukan di setiap kota untuk kesejahteraan orang Islam. Tetapi malangnya tidak seorang pun mengatakan bahwa mereka harus menjadikan Al-Quran sebagai pemimpin (imam) mereka dan harus bertindak sesuai dengan ajaran Kitab itu.

Setiap orang berbicara untuk mempelajari bahasa Inggris, mendirikan perguruan tinggi, meraih gelar untuk menjadi ahli hukum. Hal itu jelas menunjukkan bahwa orang-orang tidak memiliki keimanan kepada Tuhan. Padahal, seorang dokter terkemuka pun setelah beberapa hari – karena tidak melihat hasilnya – mengubah resepnya.

Aneh! Orang-orang terus mengalami kegagalan tetapi tidak juga meninggalkan hal itu. Jika mereka menganggap tidak ada Tuhan, biarlah mereka mencoba sekuat tenaga untuk maju. Tetapi Tuhan ada dan Dia benar-benar ada di sana. Mereka tidak akan pernah meraih kemajuan tanpa Dia.” (Malfuzat, jld. II, hlm. 158-159).

IKUTILAH AL QURAN

”Sama sekali tidak mungkin mendapat keberhasilan tanpa mengikuti ajaran Al-Quran. Jika seseorang berpikir sebaliknya, itu hanyalah semata-mata khayalan, orang-orang (duniawi) mengejar keberhasilan semacam ini. Kalian harus mengikuti contoh para sahabat Rasulullah saw.. Lihatlah mereka, mereka mengikuti Rasulullah saw. dan mendahulukan agama daripada urusan dunia, dan sebagai hasilnya Tuhan memenuhi semua janji yang Dia berikan kepada mereka.

Pada awalnya para musuh mengejek mereka karena mereka tidak dapat keluar secara terbuka, [namun demikian] mereka menyatakan akan menjadi raja dunia. Tetapi setelah mereka larut dalam ketaatan yang sempurna kepada Rasulullah saw., mereka dapat meraih apa-apa yang tidak akan pernah menjadi milik mereka selama berabad-abad. Mereka mencintai Al Quran dan Rasulullah saw. dan mereka sibuk mengikuti keduanya siang dan malam.

Mereka tidak mengikuti orang-orang ingkar bahkan dalam hal kebiasaan mereka. Selama Islam melalui keadaan demikian, dia berada dalam puncak kehebatannya, alasannya adalah: Jika Tuhan bersama kalian, kalian tidak perlu khawatir akan segala sesuatu.

Kunci keberhasilan dan kemenangan orang-orang Islam adalah iman.” (Malfuzat, jld. II, hlm. 157).

CONTOH PARA SAHABAT

”Sekali lagi  saya perlihatkan kepada kalian contoh dari para sahabat Rasulullah saw.. Setelah beriman kepada Rasulullah saw. mereka menunjukkan dalam kehidupan mereka bahwa Tuhan Yang Gaib – yang tidak terlihat oleh para penyembah berhala -- telah mereka lihat melalui mata mereka. Jika bukan ini, coba katakan, apa yang membuat mereka tidak mempedulikan hal-hal yang lain?

Mereka meninggalkan lingkungan mereka, kerabat mereka dan teman-teman mereka. Mereka menyerahkan semua keyakinan mereka kepada Tuhan, dan setelah menyerahkan semua keyakinan mereka hanya kepada-Nya, mereka melakukan hal-hal yang mengejutkan – terlebih lagi bagi mereka yang melihat sejarah. Iman itulah dan hanya iman sajalah yang membuat mereka melakukan hal-hal tersebut.

Rencana dan tindakan para musuh sangat hebat tetapi tidak ada yang sukses melawan para sahabat Rasulullah saw. Musuh banyak jumlahnya, mereka memiliki peralatan yang lebih banyak dan bagaikan kelompok yang gagah perkasa, tetapi mereka tidak memiliki iman. Dan karena tidak memiliki iman itulah mereka dihancurkan tanpa memperoleh keberhasilan.

Tetapi berkenaan dengan  para  sahabat  Rasulullah saw., mereka memperoleh segala sesuatu melalui iman mereka. Ketika mereka mendengar seruan seseorang – yang meskipun tumbuh sebagai seorang ummiy (butahuruf) namun dikenal jujur dan terpercaya – dan menyatakan bahwa dia telah diutus Tuhan maka mereka mengikutinya. Selanjutnya mereka mengikuti beliau s.a.w. seolah-olah mereka telah tersihir.

Sekali lagi  saya katakan, bahwa iman itulah yang menjadikan mereka seperti itu. Ingatlah, iman kepada Tuhan adalah sesuatu yang sangat penting.” (Malfuzat, jld. II, hlm. 154).

KEKUATAN IMAN

”Hanya iman yang menggerakkan hati manusia untuk menjalani kesulitan-kesulitan dan menghadapi segala macam bentuk kesusahan. Iman adalah sebuah kekuatan yang memberi keberanian sejati kepada seseorang. Kita mendapati contoh hal ini dalam kehidupan para sahabah Rasulullah saw.. Ketika mereka mengikuti Rasulullah saw. nyata-nyata tidak ada yang membuat mereka mengharapkan imbalan, karena Rasulullah saw. saat itu adalah seorang yang lemah dan tak berdaya. Tampaknya mereka hanya menganggap bahwa mereka akan menjadikan semua orang sebagai musuh mereka dan itu akan mengakibatkan kesulitan-kesulitan dan mereka akan disusahkan, dan dihabisi.

Tetapi ada mata lain yang tidak mempedulikan segala kesulitan ini dan dengan menyerahkan diri untuk kepentingan ini merupakan kegembiraan yang besar. Mata ini melihat hal yang tidak dapat dilihat mata yang lain, yaitu apa yang tersembunyi dan jauh dari penglihatan mata jasmani. Mata itu adalah mata iman, dan kekuatan iman itulah yang membuat semua kesulitan tidak ada artinya.

Pada akhirnya keimanan akan memperoleh kemenangan dan memperlihatkan mukjizat. Keimanan mengangkat orang yang dianggap lemah dan tak berdaya ke kemuliaan yang tak terbayangkan. Ganjaran yang pada awalnya tersembunyi dari penglihatan menjadi begitu jelas, sehingga setiap orang dapat menyaksikannya dan menyadari bahwa itu adalah buah dari keimanan.

Karena iman itulah para sahabat tidak merasakan lelah dan tidak menjadi kendor; mereka memperlihatkan perbuatan yang luar biasa melalui kekuatan iman, dan meskipun demikian mereka mengatakan, bahwa mereka tidak (belum) mampu melakukan apa yang mereka rasa seharusnya mereka kerjakan.” (Malfuzat, jld. II, hlm. 151).

JEMAAT DAN SAHABAT RASULULLAH SAW.

“Lihatlah keadaan para sahabah radhiallaahu ‘anhum, apa saja yang tidak mereka lakukan untuk dapat hidup dalam pergaulan bersama Rasulullah saw.? Segala sesuatu yang telah para sahabat lakukan, begitu pulalah mutlak bagi Jemaat saya untuk menciptakan corak demikian dalam diri mereka. Tanpa itu mereka tidak akan dapat meraih tujuan sejati yang untuknya aku telah diutus.

Apakah Jemaat saya mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan keperluan-keperluan lebih banyak daripada yang dihadapi para sahabat dahulu? Tidakkah kalian melihat betapa hausnya mereka untuk salat bersama Rasulullah saw. dan untuk mendengarkan sabda-sabda beliau?

Allah Ta’ala telah menganugerahkan derajat ini kepada Jemaat yang bersama Masih Mau’ud, yakni Jemaat ini akan dihubungkan dengan Jemaat para sahabat: Wa aakhariina minhum lammaa yalhaquu bihim – (dan juga golongan lain yang belum pernah bertemu dengan mereka” – Al-Jumu’ah, 4). Para ahli tafsir telah mengakui bahwa ini merupakan Jemaat Masih Mau’ud a.s., dan mereka seakan-akan Jemaat para sahabat.

Mereka ini tidak bersama Masih Mau’ud a.s. melainkan pada hakikatnya bersama Rasulullah saw., sebab Masih Mau’ud a.s. akan datang sebagai suatu keindahan Rasulullah saw. juga, dan Masih Mau’ud a.s. akan diutus untuk penyempurnaan di bidang tabligh dan penyebaran [Islam/Al-Quran]..

Untuk itu kalbu saya senantiasa tenggelam dalam kesedihan, yakni semoga Allah Ta’ala mengaruniai Jemaat saya ini dengan anugerah-anugerah para sahabat radhiallaahu ‘anhum . Semoga di dalam Jemaat ini timbul kejujuran, kesetiaan, keikhlasan, dan ketaatan seperti yang dahulu terdapat di kalangan para sahabat. Dan semoga Jemaat ini menjadi suatu kelompok yang tidak takut kepada siapa pun kecuali Allah. Semoga mereka menjadi mutaki (orang bertakwa), sebab kecintaan Allah Ta’ala itu tertuju pada orang mutaki, “Innallaaha ma’al-muttaqiin (“sesungguhnya Allah beserta orang-orang bertakwa” – Al-Baqarah, 195)”. (Malfuzat, jld. II, hlm. 150).

SIKAP TERHADAP ISTRI

”Kalian jangan menganggap perempuan (istri) sangat rendah dan tidak ada artinya sama sekali. Tidak demikian. Penuntun sempurna kita, Rasulullah saw. bersabda: Khairukum khairukum li-ahlihi – sebaik-baik kamu adalah yang bersikap baik kepada istrinya. Dia (suami) yang tidak memperlakukan istrinya dengan baik tidak dapat disebut sebagai orang salih.

Seseorang dapat berbuat baik kepada orang lain hanya jika dia berbuat baik kepada istri. Dia yang bertengkar dengan istrinya dan memaki istrinya karena hal-hal yang kecil (sepele) dan memukulnya, sama sekali tidak dapat [disebut] berbuat baik kepada orang lain.

Kadang-kadang terjadi seseorang begitu marah kepada istrinya dan memukulnya, sehingga beberapa bagian tubuh istrinya yang halus terluka dan ia meninggal dunia. Untuk menghindari hal semacam inilah Tuhan berfirman, “ashiru hunna bil ma'ruf -- berlakulah kepada istri dengan layak.”

Tentu saja jika dia (istri) melakukan sesuatu yang tidak pada tempatnya, dia bisa diperingatkan. Tugas laki-laki untuk mengatakan kepada perempuan (istri) bahwa dia (suami) tidak menyukai hal-hal yang bertentangan dengan perintah agama, tetapi juga dia (suami) harus menyampaikan bahwa dia (suami) tidak kasar dan tidak berperasaan, sehingga tidak mempedulikan mengacuhkan kelemahan-kelemahan istrinya.” (Malfuzat, jld. II, hlm. 147).

KERENDAHAN HATI SAAT SHALAT

”Salah satu arti Al-Fatihah adalah menaklukkan, ia membuktikan seseorang menjadi beriman atau ingkar. Dengan kata lain ia membedakan antara yang dua tersebut. Ia membukakan hati dan memberikan pengertian. Itulah sebabnya surah Al-Fatihah harus dibaca begitu sering, dan seseorang harus menghayati doa ini dengan khusyuk. Dia menjadikan seseorang betul-betul seperti seorang pengemis dan sangat membutuhkan.

Sebagaimana seorang pengemis merendahkan dirinya dan meminta kemurahan dengan menunjukkan dia sangat membutuhkan atau dengan mengubah nada suaranya, seseorang hendaknya merendah dan kemudian memohon kepada Tuhan mencukupi kebutuhannya.

Kecuali jika orang merendahkan dirinya saat salat dan menjadikan salat sebagai permohonannya, maka salat tidak dapat dinikmati dengan sepenuhnya.” (Malfuzat, jld. II, hlm. 145).

KEYAKINAN ATAS WAHYU

”Saya siap bersumpah di halaman Ka’bah, bahwa wahyu yang saya terima dari Tuhan adalah benar-benar dari-Nya, saya siap melakukan berbagai macam sumpah yang kalian minta. Saya sangat yakin bahwa jika saya menolak (mengngkari) kenyataan ini atau memiliki keraguan mengenai [kebenaran]nya], saya seketika itu juga menjadi sorang kafir.” (Malfuzat, jld. II, hlm. 143)

KEYAKINAN HADHRAT MIRZA GHULAM AHMAD A.S. TERHADAP WAHYU

”Kemarin malam jari saya sakit, begitu sakitnya sampai-sampai aku berfikir bagaimana mungkin bisa tidur malam [itu]. Akhirnya, timbul kondisi ringan antara sadar dan tidak, dan turunlah ilham: "Ya nāru kuwniy bardaw-wa salāma" (hai api, jadilah dingin dan sarana keselamatan). Dan belum lagi kata salama selesai, langsung saja rasa sakit itu hilang seolah-olah tidak pernah terjadi sebelumnya…….

Terhadap Kalam Allah Ta’ala yang turun kepada kami dalam bentuk wahyu kami begitu yakin dan meyakininya sebagai suatu bashirat yang tinggi, sehingga jika ada [orang] yang mau bersumpah berdiri di Baitullah [menafikannya] silakan bersumpah. Bahkan keyakinan saya sedemikian rupa, jika aku mengingkari hal ini, atau sekedar menganggap ini bukan berasal dari Allah, maka saya langsung menjadi kafir.” (Malfuzat, jld. II, hlm. 142-143).

KERETA API DUNIA

”Dunia adalah [bagaikan] sebuah  kereta api, dan kepada kita semua telah diberikan karcis umur, di mana saja telah sampai stasiun bagi seseorang maka dia pun diturunkan, yakni dia wafat. Jadi,  untuk kehidupan apa sebenarnya manusia ini mempersiapkan makanan yang tidak nyata serta mengikat harapan-harapan yang panjang?” (Malfuzat, jld. II, hlm. 136).

RAHMĀNIYYAT DAN RAHĪMIYYAT

”Rasulullah  saw. adalah penjelmaan sempurna dari Rahmāniyyat, karena Muhammad berarti “dia yang sangat terpuji.” Rahmān berarti dia yang memberi tanpa adanya upaya untuk itu dan tanpa meminta  [imbalan],  dan dia yang memberi kepada setiap orang tanpa membedakan orang yang beriman atau orang kafir. Dan sudah jelas bahwa orang yang memberikan sesuatu tanpa meminta [imbalan] adalah terpuji. Dengan demikian Muhammad memiliki (merupakan) penjelmaan Rahmāniyyat dalam diri beliau.

 Berkenaan dengan nama beliau  [Muhammad saw.] di dalamnya terdapat penjelmaan Rahiimiyyat, karena Rahiim berarti dia yang tidak membiarkan upaya menjadi sia-sia, dan Ahmad juga berarti “dia yang memuji”. Juga sudah jelas, bahwa siapa saja yang telah berbuat baik kepada seseorang maka yang disebut terakhir akan sangat gembira dan memberi balasan atas apa yang telah dia perbuat, dan lebih jauh dia akan memujinya. Demikianlah Rahiimiyyat dijelmakan dalam Ahmad, dengan demikian Allah adalah Muhammad (Rahmān) dan Ahmad (Rahīm). Dengan kata lain Rasulullah saw. adalah penjelmaan sempurna dari dua sifat agung Rahmaaniyyat dan Rahīmiyyat (Malfuzat, jld. II, hlm. 135).

MENERAPKAN AKHLAK-AKHLAK ALLAH

”Di dalam kalbu saya hal ini timbul, yakni dari ayat ini terbukti bahwa manusia hendaknya menerapkan sifat-sifat berikut:

Yakni, untuk Allah Ta’ala segala sifat [yang sempurna] adalah wajib, yaitu yang merupakan Rabbul ‘alamin – “Tuhan seluruh alam”, di dalam nuthfah (embriyo) dan sebagainya, di dalam seluruh alam, ringkasnya di setiap alam. Kemudian Ar-Rahmaan, lalu Ar-Rahiim dan Maaliki yaumid-din.

Doa yang dipanjatkan, “Iyyaaka na’budu (hanya kepada Engkau-lah kami menyembah), dalam penyembahan itu pun manusia hendaknya menyerap bayangan sifat-sifat tersebut di dalam dirinya: Rabbubiyyat, Rahmaaniyyat, Rahiimiyyat dan Maalikiyyat.

Kemuliaan seorang manusia hamba adalah, “Takhallaqu bi-akhlaqillaah, yakni menerapkan warna-warna (Sifat-sifat) Allah Ta’ala. Selama belum mencapai derajat ini janganlah penat dan jangan berhenti. Setelah itu dengan sendirinya timbul suatu magnet dan daya tarik yang menarik ke arah ibadah Ilahi, dan kondisi ini timbul pada diri orang yang: "Yaf’aluuna maa yu­maruun - [mereka mengerjakan apa saja yang diperintahkan kepada mereka” – An-Nahl, 51)” (Malfuzat, jld. II, hlm. 132-133).

TUJUAN PENGUTUSAN MASIH MAU’UD

”Hamba yang lemah ini  telah diutus hanyalah untuk menyampaikan amanat (pesan) ini kepada umat manusia, bahwa dari seluruh agama yang ada hanya agama [Islam] inilah yang benar dan yang sesuai dengan kehendak Allah Ta’ala, yaitu agama yang telah membawa Quran Karim. Dan pintu untuk masuk ke dalam daarun-najah (rumah keselamatan)  adalah Laa ilaaha illallaahu muhammadur- rasulullah (Tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah).” (Malfuzat, jld. II, hlm. 132)

TANDA-TANDA IMAN

”Memang ini merupakan pendakwaan setiap umat bahwa mereka menjalin kecintaan dengan Allah Ta’ala, namun hal yang perlu dibuktikan adalah apakah Allah Ta’ala pun mencintai mereka atau tidak? Dan kecintaan Allah Ta’ala adalah, pertama-tama Dia mencabut hijab (tabir) dari kalbu-kalbu tersebut, yaitu tabir yang mengakibatkan manusia tidak dapat mempercayai secara benar Wujud Allah Ta’ala serta dengan meraba-raba dan dengan makrifat (pengetahuan) yang gelap mengakui Wujud-Nya. Bahkan kadang-kadang pada saat dilanda cobaan manusia mengingkari Wujud-Nya. Dan pencabutan tabir tersebut tidak dapat terjadi tanpa melalui mukaalamah Ilahiyah (percakapan dengan Allah Ta’ala).

Jadi, pada hari itu manusia terjun menyelam ke dalam mata air makrifat (pengetahuan) hakiki, yaitu pada hari ketika Allah Ta’ala berkata-kata dengannya serta memberikan kabar suka kepadanya bahwa "Anal maujud – (Aku ada)”, barulah makrifat (pengetahuan) manusia tidak hanya terbatas pada perkiraan-perkiraan kiasan atau pemikiran-pemikiran yang berlandaskan pada kisah-kisah belaka, melainkan dia menjadi begitu dekat dengan Allah Ta’ala, sehingga seakan-akan dia melihat-Nya. Dan ini benar serta sangat benar, bahwa keimanan sempurna diraih manusia pada hari ketika Allah Ta’ala mengabarkan kepada manusia tentang Wujud-Nya.

Kemudian tanda kedua bagi kecintaan Allah Ta’ala, Dia tidak hanya mengabarkan tentang Wujud-Nya saja kepada hamba-hamba kesayangan­-Nya, tetapi juga Dia secara khusus menzahirkan tanda-tanda rahmat serta karunia-Nya pada mereka, dan hal itu berlangsung sedemikian rupa, yakni doa-doa mereka -- yang tampaknya tidak mungkin jika dilihat dari harapan-harapan zahiriah -- dikabulkan oleh-Nya, dan hal itu Dia beritahukan kepada mereka melalui ilham dan Kalam-Nya (Firman-Nya). Barulah kalbu mereka menjadi puas bahwa, “Ini adalah Tuhan kita Yang Maha Kuasa, Yang mendengar doa-doa kita, dan Dia memberitahukan kepada kita serta menyelamatkan kita dari kesulitan-kesulitan.” Pada hari itu masalah najat (keselamatan) pun akan dimengerti dan Wujud Allah Ta’ala juga akan diketahui.

Walaupun pihak-pihak lain juga – untuk membangunkan dan memperingatkan mereka -- kadang-kadang memperoleh mimpi benar, akan tetapi derajat, kemuliaan, serta corak kondisi [orang beriman] ini berbeda dari itu. Ini merupakan mukaalamah (percakapan) Allah Ta’ala yang hanya berlangsung dengan para muqarrab khas (orang yang memperoleh kedekatan khusus). Dan tatkala manusia yang telah memperoleh kedekatan itu memanjatkan doa maka Allah Ta’ala akan menampakkan manifestasinya (perwujudannya) pada orang itu dengan keperkasaan Ilahiyah-Nya, dan Dia menurunkan Ruh-Nya pada orang itu, dan dengan kata-kata yang dipenuhi oleh kecintaan Dia memberikan kabar gembira kepada orang itu tentang pengabulan doanya.

Orang yang dengannya terjadi mukaalamah (percakapan) ini dalam jumlah besar (sering) dia disebut nabi atau muhaddats. Dan ini juga merupakan tanda agama yang benar, yakni melalui ajaran agama tersebut lahirlah orang-orang baik yang mencapai derajat muhaddats (bercakap-cakap dengan Allah Ta’ala), yaitu orang-orang yang dengan mereka Allah Ta’ala berkata-kata secara berhadapan, dan ini jugalah yang merupakan tanda pertama hakikat serta kebenaran Islam, yakni di dalamnya senantiasa lahir orang-orang baik yang dengannya Allah Ta’ala berkata-kata:

(“Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih” – Al-Fushilat, 31).

Jadi, inilah standar hakiki agama yang benar, yang hidup dan yang diterima [di sisi Allah], dan saya mengetahui bahwa nur (cahaya) ini hanya terdapat di dalam Islam. Agama-agama lain tidak memiliki cahaya ini. Dan untuk membuktikan kebatilan agama-agama tersebut dalil ini lebih hebat daripada ribuan dalil lainnya, yakni yang mati sama sekali tidak dapat melawan yang hidup, dan tidak pula orang yang buta dapat unggul terhadap orang yang tidak buta (melihat)” (Malfuzat, jld. II, hlm. 130-132).

PERBEDAAN ANTARA HIPNOTIS DENGAN PENGARUH PARA NABI

”Perbedaan sangat besar antara hipnotis dan doa para nabi ‘alaihimus-salaam adalah, hipnotis yang dilakukan oleh para ahli mesmerisme adalah suatu hasil latihan gigih, sedangkan pengaruh yang timbul dari doa adalah merupakan suatu anugerah Ilahi. Ketika nabi terpengaruh oleh rasa solidaritas terhadap umat manusia maka Allah Ta’ala menjadikan fitratnya sebagai perhatian semua pihak, dan Dia meniupkan pengabulan di dalamnya.” (Malfuzat, jld. II, hlm. 130).

MASUKAN DARI RASULULLAH SAW

”Sering kali terjadi bahwa Rasulullah saw. memberitahukan sesuatu hal dan aku mendengarnya tetapi aku tidak melihat wajah beliau saw.. Ringkasnya, ini adalah kondisi antara kasyaf dan ilham” (Malfuzat, jld. II, hlm. 125).

DOA YANG PALING BAIK

”Doa paling baik adalah yang mengandung segala kebaikan dan menghindarkan segala kemudharatan. Oleh sebab itu doa "An'amta 'alaihim – (orang-orang yang telah Engkau beri anugerah (karunia/nikmat) kepada mereka)  merupakan doa untuk memperoleh  anugerah-anugerah (karunia-karunia)  segenap mun’am ‘alaihim (orang yang telah memperoleh anugerah) mulai sejak Hadhrat Adam a.s. sampai masa Rasulullah saw., sedangkan di dalam “ghairil- maghdhubi  ‘alaihim wa laadh-dhaalliin (bukan jalan orang-orang yang telah dimurkai dan bukan pula orang-orang yang sesat” – Al-Fatihah, 5). (Malfuzat, jld. II, hlm. 124).

Teladan Jemaat Ahmadiyah

Ringkasan Khutbah Jumah Hazrat Khalifatul Masih V Mirza Masroor Ahmad (aba) Jum'at 23 Mei 2014 di Masjid Baitul Futuh London.
Hadhrat Khalifatul Masih menilawatkan ayat-ayat Alquran berikut ini pada awal Jumat khotbah beliau hari ini:
"Dan tidak ada jiwa bisa mati kecuali dengan izin Allah - Keputusan dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Dan barangsiapa yang menghendaki pahala dunia ini, Kami akan memberinya daripadanya; dan barangsiapa menghendaki pahala dari kehidupan akherat, Kami akan memberinya daripadanya; dan Kami pasti akan mengganjar orang-orang yang bersyukur.
Dan banyak Nabi yang disisinya berjuang sejumlah besar orang-orang saleh. Mereka tidak kendur atas apa yang menimpa mereka di jalan Allah, mereka juga tidak melemah, tidak pula mereka mempermalukan diri di hadapan musuh. Dan Allah mencintai orang yang sabar.
Dan mereka mengucapkan satu katapun kecuali mereka berkata: "Ya Tuhan kami, ampunilah kesalahan kami dan pelanggaran dalam urusan kami, dan teguhkanlah langkah-langkah kami dan tolonglah kami melawan orang-orang kafir'
Jadi Allah memberikan kepada mereka ganjaran di dunia ini, serta yang ganjaran yang sangat baik di akherat; dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."
(QS. Ali Imran, ayat 146-149)
" Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang, yang gugur di jalan Allah, mati. tidak, mereka hidup, di sisi Tuhan mereka, mendapat ganjaran yang baik,
Mereka gembira karena apa yang Allah telah berikan kepada mereka dari karunia-Nya; dan bersukacita bagi orang-orang yang belum bergabung dengan mereka di belakang mereka, karena mereka tidak akan merasa takut, dan tidak pula mereka akan bersedih.
Mereka bersukacita atas nikmat Allah dan karunia-Nya, dan pada kenyataan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan ganjaran orang-orang beriman.”
(QS. Ali Imran, ayat 170-172 )
Ini adalah anugerah dan nikmat Allah yang besar pada Jamaat Hadhrat Masih Mau'ud as. bahwa Dia telah memberikan jemaat ini, orang-orang yang memahami ruh janji mereka dan memahami ruh pengorbanan dan mereka tidak hanya memahami ruh pengorbanan tetapi mereka juga memberikan teladan itu, yang banyak contohnya dapat ditemukan di zaman ini. Jika itu adalah masalah pengorbanan harta, para Ahmadilah yang memperlihatkan hal itu, jika pengorbanan waktu yang dituntut, Jemaat Ahmadiyah memperlihatkan teladan yang sangat baik dalam hal itu. Contoh-contoh pengorbanan kehormatan dapat dilihat diantara para Ahmadi, mereka mendedikasikan hidup mereka untuk menyebarkan pesan-pesan Islam dan jika teladan sejati pengorbanan hidup yang ingin dilihat, sejarah Jemaat Ahmadiyah telah memberikan segel pada hal itu. Singkatnya, setiap pengorbanan yang sesuai dengan perintah Allah, dan untuk Allah, diberikan oleh Jemaat Ahmadiyah.
Hari ini Allah telah menganugerahkan sebuah Jemaat kepada Hadhrat Masih Mau'ud as. yang sebagian besar memahami semangat pengorbanan harta, jiwa, waktu dan kehormatan dan juga siap untuk memberikan pengorbanan. Namun, terkadang, karena kurangnya pengetahuan atau karena sifat manusiawi, beberapa orang mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan martabat seorang mukmin sejati dan dapat mempengaruhi orang-orang yang tidak memiliki pendidikan akhlak yang diperlukan. Beberapa orang bahkan menulis surat kepada Hudhur bahwa masa ujian sudah terlalu lama. Jika masa ujian panjang, semoga Tuhan segera memberikan kemudahan, jemaat para nabi dan orang mukmin sejati yakin pada rezeki yang diberikan melalui pertolongan Tuhan. Namun, mengungkapkan ketergantungan pada cara-cara dan sarana duniawi untuk dukungan, adalah bertentangan dengan martabat orang mukmin.
Misalnya seseorang menulis kepada Hudhur bahwa penganiayaan terhadap Jemaat di Pakistan harus disiarkan melalui sebagian besar jadwal MTA dan cara lain juga harus dimanfaatkan untuk mengangkat suara menentang penganiayaan di dunia. Surat itu memberi kesan bahwa mungkin kita juga harus mengadopsi cara membuat keributan dengan cara duniawi dan membuat protes untuk membuat pemerintah yang menentang kita, memberikan perhatian terhadap hak asasi manusia, dan masa ujian ini berakhir. Dia juga menulis bahwa temannya orang Syiah mengatakan kepadanya bahwa jika apa yang terjadi pada para Ahmadi terjadi pada orang-orang Syiah, mereka akan melakukan aksi unjuk rasa dan demonstrasi dan membuat keributan protes di dunia atas setiap penganiayaan ringan. Dia mengatakan bahwa para Ahmadi tidak melakukan protes yang sepatutnya dan inilah sebabnya masa ujian mereka begitu lama.
Hal pertama yang harus diingat di sini adalah bahwa ketika kita mendakwakan sebagai Jemaat Ilahi kita harus sadar bahwa jemaat semacam itu tidak percaya pada mengandalkan pemerintah duniawi dan protes-protes. Tidak ada campur tangan bantuan duniawi dalam kemajuan jemaat Ilahi. Selain itu, bantuan duniawi tidak pernah tanpa syarat, tidak pernah ditawarkan tanpa klausul menyerah kepada siapa pun yang memberikan bantuan dan mukmin sejati tidak bisa mematuhi hal ini. Mereka mencari pertolongan dari Allah dan berpaling kepada-Nya semata. Ketika kita mencari pertolognan Tuhan pada saat ujian, Dia membuka jalan perkembangan dan kemajuan lebih jauh bagi kita. dewasa ini, para Ahmadi yang tersebar di seluruh dunia, di 204 negara, adalah saksi tentang kenyataan bahwa ujian kita membuka jalan baru keberhasilan bagi Jemaat dan kita melewati tingkat yang lebih tinggi. Kita hendaknya tidak terganggu bahwa masa ujian kita di satu negara lama. Yang harus diingat adalah seberapa jauh jangkauan berkat Tuhan kepada Jemaat. Sejauh berkaitan dengan memanfaatkan sarana duniawi untuk membantu perjuangan kita, memang, ini harus dilakukan dan dengan karunia Allah, kita menggunakan sarana-sarana tersebut dalam batasnya. Kita membuat dunia mengetahui akan penganiayaan dan memberitahu mereka bahwa jika mereka tidak bergabung dalam mengakhiri penganiayaan, itu hanya akan menyebar. Namun, kita tidak bergantung pada pemerintah atau organisasi hak asasi manusia manapun, tetapi hanya pada Allah. Ini adalah masalah yang Hudhur telah uraikan dalam beberapa khotbah Jumat sebelumnya, bahwa orang mukmin harus selalu melihat hanya kepada Allah untuk semua hasil usaha mereka.
Cara yang digunakan oleh orang-orang duniawi adalah demonstrasi kekerasan, protes dan kerusuhan, mereka menanggapi penganiayaan dengan penindasan karena mereka tidak diberikan janji Ilahi bahwa kemenangan akhir akan menjadi milik mereka. Sedangkan kita telah dijanjikan bahwa meskipun adanya penganiayaan yang disokong oleh negara, Tuhan telah menetapkan bahwa kita akan diberikan berkat-berkat yang diberikan kepada orang-orang mukmin sejati melalui rahmat khusus Allah. Kita telah dijanjikan bahwa pengorbanan yang diberikan tidak akan sia-sia dan kemenangan akhir akan menjadi milik kita. Rumus terbesar untuk kemenangan ini adalah tentu saja adalah doa. Semakin kita berpaling kepada doa dan semakin kita mengabdikan diri untuk Tuhan kita, semakin cepat Dia akan menunjukkan tanda-tanda yang luar biasa dalam mendukung kita. Memang, pemikiran kita sangat berbeda dengan pemikiran orang-orang duniawi. kita telah berbai'at kepada Imam Zaman, yang kepadanya Tuhan telah menjanjikan kemenangan, yang sedang kita saksikan. Sejauh berkaitan dengan kelompok Syiah atau yang lain, Hudhur mengatakan dia tidak melihat mereka mendapatkan hak-hak mereka dengan menggunakan cara-cara duniawi berupa protes, yang terjadi adalah bahwa penganiayaan sedang ditanggapi dengan penindasan, yang tidak akan pernah kita lakukan.
Sebagai contoh tentang sikap orang duniawi Hudhur mengatakan, sebuah surat kabar di sini menerbitkan sebuah artikel yang mengatakan bahwa umat Islam tidak setia kepada negara ini dan mereka harus diusir/dideportasi. seksi pers kita menanggapi hal ini dan mengatakan kepada mereka bahwa ini tidak benar, dan Islam mengajarkan untuk setia kepada hukum negara, dan mencintai negaranya. Mereka mengatakan sebagai tanggapan bahwa ini bukanlah bagaimana Muslim lainnya berperilaku, dan meminta kita untuk menulis suatu saran kepada mereka. kita sepakat untuk menulis sesuatu jika mereka siap untuk mencetaknya, dan mengirim kepada mereka pernyataan tertulis sesuai dengan keperluan mereka. Editor atau dewan menolak untuk mempublikasikannya dengan dalih bahwa mereka telah menerima beberapa bahan lain yang harus dicetak meskipun alasan sebenarnya adalah bahwa mereka tidak memiliki keberanian untuk mempublikasikannya. Mereka tidak ingin mengecewakan sekte Muslim lainnya yang anti Ahmadiyah karena mereka takut kepada mereka karena sikap keras dari sebagian umat Muslim.
Hudhur mengatakan bahwa beliau sering memberitahu pemimpin mereka dan pers bahwa untuk menegakkan perdamaian, keadilan harus ditegakkan dan standar ganda dihilangkan. Beberapa dari mereka mengakui bahwa ,meskipun mereka tidak akan secara terbuka mengatakan demikian, tapi mereka memiliki kepentingan dalam agenda yang mereka kejar. Bagaimana kita bisa mengandalkan orang-orang yang bermuka dua! Surat kabar itu tidak siap untuk mempublikasikan sesuatu yang mengekspresikan kecintaan kepada negaranya. Mereka yang menunjukkan kepada kita bahwa kita harus mencari bantuan dari cara-cara dan sarana duniawi harus merenungkan, bagaimana kita bisa melihat orang-orang ini dan mencari dukungan mereka. Jika setiap Ahmadi memahami hakekat tawakal kepada Tuhan dan mulai mengamalkannya, penganiayaan terhadap Ahmadiyah, di mana pun di dunia, akan disingkirkan dengan doa semata. Namun, syaratnya adalah bahwa doa dipanjatkan sesuai syarat-syarat berdoa! Memang, di Pakistan dan beberapa negara lain para Ahmadi diperlakukan sangat buruk, di tempat-tempat itu hal ini dilakukan dengan kedok hukum. Namun, ini tidak mulai beberapa dekade yang lalu. Sebenarnya penganiayaan ini sudah berlangsung sejak zaman Hadhrat Masih Mau'ud as. mendakwakan diri dan mendirikan Jemaat. Ada suatu masa ketika beliau merasa bahwa beliau mungkin harus bermigrasi dari desa leluhur beliau, Qadian yang telah dimiliki oleh keluarga beliau selama berabad-abad.
Ketika kita melihat lebih jauh ke belakang dalam sejarah kita menemukan bahwa seluruh kehidupan Rasulullah saw. adalah periode permusuhan yang ditunjukkan oleh lawan-lawan beliau. Kehidupan seperti apa yang dijalani istri tercinta beliau [Khadijah] yang adalah seorang wanita saudagar kaya dan salah satu orang kaya dari Makkah, setelah menjadi seorang Muslim! beliau menjadi tunawisma di usia tua dan menghabiskan waktu lama di sebuah lembah di pengasingan di mana terjadi kekurangan makanan dan kebutuhan dasar, dan waktu yang dihabiskan di sana menyebabkan beliau akhirnya meninggal. Inilah yang beliau pikul untuk Islam dengan harapan bahwa pengorbanan-pengorbanan tersebut membawa janji Ilahi. Rasulullah saw. juga menderita gangguan dan penganiayaan berat. Tiga belas tahun kehidupan beliau di Mekah dihabiskan dalam diskriminasi konstan yang beliau hadapi dengan berani. Ketika beliau diminta untuk berdoa terhadap seseorang beliau akan berdoa memohon petunjuk untuk mereka dan ketika beliau dilempari batu dan hingga berlumuran darah karena cedera pada hari yang beliau sebut hari terburuk dalam hidup beliau, Tuhan bertanya apakah musuh-musuh beliau harus dihancurkan, beliau meminta mereka untuk dilepaskan, barangkali di masa mendatang akan lahir di antara mereka orang-orang yang menerima Islam. Setelah hijrah ke Madinah perang dimulai yang membawa kisah panjang serangan, kesabaran dan keteguhan. Terlepas dari teladan sempurna dari Rasulullah saw. sahabat juga menunjukkan ketabahan luar biasa karena mereka telah mulai memalingkan pandangan mereka pada janji Ilahi.

Hadhrat Masih Mau’ud as. akan datang sebagai ظل ( Zil ) bayangan, cerminan dari Rasulullah saw. yang memang demikian, karena itu beliau mengatakan kepada pengikut beliau bahwa beliau dan jemaat beliau akan menghadapi penganiayaan. Beliau tidak mengatakan bahwa jalan beliau adalah tempat tidur bertaburkan mawar namun mengatakan bahwa itu adalah jalan yang sangat keras dan sulit.
Hadhrat Khalifatul Masih mengatakan beliau juga mengatakan kepada para mubayyi’in baru bahwa hidup di Ahmadiyah bukanlah tempat tidur bertaburkan mawar. Hudhur mengatakan baru-baru ini beliau melakukan mulaqat dengan mubayyi’in baru di mana beliau mengajukan pertanyaan ini kepada seorang mubayyi’in baru yang berasal dari Pakistan. Dia menjawab bahwa ia telah Bai'at setelah melakukan berbagai pertimbangan dan siap untuk menghadai segala kesulitan. Para wanita telah meninggalkan keluarga tetapi tidak meninggalkan keimanan. Hal ini karena mereka telah memiliki wawasan mendahulukan keimanan diatas hal-hal duniawi. Mereka menyadari bahwa hidup dan mati ada di tangan Allah dan beruntunglah mereka yang menunjukkan ketabahan dan menjadi penerima berkat Tuhan di dunia ini dan di akhirat. Ini bukan kata-kata belaka; sejarah Jemaat diisi dengan cerita-cerita pengorbanan seperti ini, yang sebagiaannya menakjubkan. Hal ini karena Hadhrat Masih Mau'ud as. telah bersabda di awal bahwa beginilah hal-hal akan terjadi dan telah juga bersabda jangan biarkan keimanan kalian dikompromikan sedikit pun setelah menyaksikan dan tanggunglah situasi seperti ini dan ingat bahwa Allah mengganjar ketabahan di dunia ini dan di akhirat.
Ayat-ayat dibacakan pada awal khotbah juga mengenai masalah ini. Semua orang menghadapi kehidupan dan kematian. Diuraikan bahwa hidup dan mati adalah dengan ketetapan Allah dan mati dengan nama Tuhan membawa kabar suka ganjaran yang besar. Ketika Khalid bin Walid, seorang pejuang besar dari masa awal Islam, berada di ranjang kematiannya seorang teman pergi menemuinya. Khalid bin Walid mulai menangis tersedu-sedu. Orang yang menjenguk berpikir ini adalah karena takut mati, maka dia berkata, “Khalid, engkau melawan musuh dengan gagah berani mengapa engkau menangis sekarang karena takut mati? Dia meminta orang tersebut untuk mengungkap bagian atas tubuhnya. Teman yang menjenguk melihat setiap inci dari bagian atas tubuhnya ditutupi bekas luka. Dia kemudian meminta teman untuk mengungkap kakinya dan teman itu melihat setiap inci kakinya tertutup bekas luka. Khalid bin Walid mengatakan kepada temannya bahwa ia tidak menangis karena takut mati, tapi karena ia selalu berharap untuk mati syahid dan tanda luka tersebut adalah kesaksian keinginannya. Tapi, ia tahu bahwa ia sedang sekarat di tempat tidur dan bertanya-tanya apakah itu karena dosa-dosanya sehingga dia tidak meraih syahid. Demikianlah ketinggian derajat orang-orang yang benar-benar memahami semangat pengorbanan. Memang, Allah juga memberikan kabar suka - surga untuk seorang pejuang pemberani seperti Khalid bin Walid.
Contoh lain dari orang yang memahami semangat pengorbanan ditunjukkan oleh Sahibzada Abdul Latif Syahid. Raja berulang kali memintanya untuk menolak dan menyangkal Hadhrat Masih Mau'ud as. dan menghasutnya dengan kebebasan sebagai imbalan. Setiap kali jawaban Sahibazada Sahib adalah bahwa jika Tuhan memberikan dia sebuah kematian yang menjadikannya salah satu penerima berkat, mengapa ia akan berpaling darinya. Dia mengatakan itu adalah kesepakatan yang bodoh aneh untuk diminta! Memang, ini adalah martabat seorang mukmin sejati, karena Allah telah menyatakan: "Mereka mereka tidak lesu atas apa yang menimpa mereka di jalan Allah , dan tidak melemah, mereka juga tidak mempermalukan diri dihadapan musuh. Dan Allah mencintai orang yang sabar."
Hari ini para penentang kita sama-sama frustrasi mengapa kita tidak gentar dan tunduk kepada mereka. Mereka tidak menyadari bahwa seorang Ahmadi selalu mencari ridha Allah. Dan Allah telah mengajarkan doa untuk tetap teguh pada keimanannya, tidak peduli berapa banyak musuh berusaha untuk melemahkan iman kita: "Ya Tuhan kami, ampunilah kesalahan kami dan tindakan kami yang berlebihan dalam urusan-urusan kami, dan teguhkanlah langkah-langkah kami dan tolonglah kami melawan orang-orang kafir."
Sementara Tuhan telah memberitahu kita untuk kembali kepada-Nya dalam segala hal Dia juga telah mengatakan kepada kita bahwa kesuksesan datang dari-Nya dan untuk itu kita diberitahu untuk kembali kepada-Nya dan memohon kepada-Nya untuk menjadi penerima ganjaran di dunia ini serta akhirat.
Dalam ayat-ayat Surah Ali Imran yang berikutnya, seperti yang dijelaskan sebelumnya, kata-kata jaminan diberikan untuk lebih memperkuat keimanan. Dinyatakan bahwa mereka yang memberikan hidup mereka di jalan Allah tidak mati. pengertian 'mati' selain yang sudah jelas, juga sesuatu yang tidak terbalaskan, atau orang yang tidak punya siapapun dibelakangnya untuk memenuhi tujuannya, atau orang yang sedih dan putus asa . Namun, orang-orang yang terbunuh di jalan Allah tidak 'mati' tetapi dalam kategori orang yang hidup. Allah akan membalas darah mereka, dan kedua, kesyahidan mereka tidak akan melemahkan orang-orang yang ditinggalkan, bahkan akan selalu ada kelompok yang memancarkan ruh kesyahidan, dan ketiga, para syahid ini akan dianugerahkan sebuah kedudukan dan rezeki Allah yang akan memanjakan mereka dan kematian mereka bukan kematian yang menyedihkan tetapi kematian yang menciptakan sarana kebahagiaan. Para syahid akan diberitahu di akhirat bahwa, bukan hanya pengorbanan mereka telah meningkatkan orang-orang yang ingin mempersembahkan pengorbanan, tetapi juga akan menjadi sumber kemenangan akhir atas musuh. Pengorbanan ini, jalan ini dan kesengsaraan sementara tidak menghalangi kemajuan kita dan tidak mendorong kita keputusasaan. Allah menyatakan dalam Al-Qur'an:
"Adapun orang yang mengatakan , " Tuhan kami adalah Allah,' dan kemudian tetap teguh, para malaikat turun pada mereka, dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah kamu bersedih; dan bersukacita di kebum yang dijanjikan kepadamu. ( 41:31 )
Hadhrat Masih Mau’ud as. menjelaskan: "Artinya, kepada mereka yang menyatakan dengan teguh: Allah adalah Tuhan kami, dan berpaling dari dewa-dewa palsu dan mereka sabar, yakni , tetap teguh dalam cobaan dan bencana, para malaikat turun, meyakinkan mereka: Jangan takut atau berduka, dan berbahagialah; dan bersukacitalah bahwa kalian telah mewarisi kebahagiaan yang telah dijanjikan kepada kalian. Kami adalah teman kalian dalam kehidupan ini dan di akhirat.
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa ketabahan memenangkan keridhaan Allah Taala. Memang benar, seperti yang telah dikatakan, ketabahan melebihi kiramah. Kesempurnaan ketabahan adalah bahwa ketika seseorang dikelilingi oleh bencana, dan kehidupan, kehormatan dan nama baik semuanya dalam bahaya di jalan Allah, dan tidak ada sarana kenyamanan yang tersedia, sedemikian rupa sehingga, bahwa bahkan kasyaf dan mimpi dan wahyu ditangguhkan oleh Allah sebagai ujian, dan seseorang ditinggalkan tak berdaya di antara bahaya yang mengerikan, pada waktu itu dia tidak boleh berkecil hati atau mundur seperti seorang pengecut jangan pula kesetiaannya meragu sedikit pun. Dia hendaknya tidak membiarkan ketulusan dan keteguhannya menjadi lemah, dia hendaknya bahagia dengan kehinaannya; dia hendaknya berdamai dengan kematian; dia hendaknya tidak menunggu seorang teman untuk memberikan dukungannya untuk menjaganya tetap teguh;
( Filsafat Ajaran Islam  hlm 171-172 )
Masing-masing dari kita harus berusaha dan bercita-cita untuk menjadi seperti yang dijelaskan oleh Hadhrat Masih Mau'ud as., dan ini tidak mungkin tanpa karunia Allah. Jika seseorang berusaha dan menjadi seperti ini, maka Allah maju ke depan dan memegang orang tersebut dan inilah ketika Allah memberikan kabar suka - surga dan untuk ini Dia telah mengajarkan kita untuk berdoa mohon ketabahan, doa untuk mendapatkan kemenangan atas musuh. Ini menandakan bahwa dengan mengabulkan doa, Allah akan membuka pintu kemenangan sedemikian rupa sehingga musuh tidak akan punya tempat untuk melarikan diri. Insya Allah kemenangan akhir akan menjadi milik kita seperti yang dijanjikan kepada Hadhrat Masih Mau'ud as..
Saudara kita yang lain bergabung dengan barisan orang-orang yang membuat pengorbanan besar. Khalil Ahmad Sahib menjadi syahid pada tanggal 16 Mei di distrik Shiekhupura, Pakistan. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'uun. Pada 13 Mei terjadi argumen dengan penentang Ahmadiyah ketika stiker anti Ahmadi dilepaskan. Para penentang Ahmadiyah menggunakan ini sebagai alasan untuk mengumpulkan massa di mana dilakukan pidato berapi-api dengan pengeras suara dan lalu lintas diblokir dan diajukan tuntutan kepada polisi untuk mengajukan kasus pengadilan terhadap para Ahmadi. Akibatnya polisi menerbitkan surat tuntutan terhadap empat Ahmadi: Mubasyir Ahmad Sahib, Ghulam Ahmad Sahib, Khalil Ahmad Sahib dan Ahsan Ahmad Sahib dan memenjarakan mereka. Sementara jaminan untuk semua yang lain lolos dan mereka dibebaskan, proses jaminan Khalil Ahmad Sahib sedang berlangsung. Pada tengah hari pada 16 Mei seorang pemuda bernama Saleem datang ke tempat Khalil Sahib dipenjarakan dengan alasan bahwa ia telah membawa makanan. Dia meminta ditunjukkan tempat Khalil Sahib dan ketika hal ini dilakukan ia mengeluarkan pistol dan menembak Khalil Sahib di wajah. Penyerang ditangkap dan Khalil Sahib dibawa keluar dari sel, tetapi ia syahid. Meskipun penyerang ditangkap semua ini terjadi tepat di bawah hidung pihak berwenang dan polisi. Para maulwi telah begitu membutakan orang, sehingga dikatakan bahwa setelah menembaki Khalil Sahib, penyerang meneriakkan slogan bahwa ia telah meraih surga. Sementara Allah dan Rasul-Nya mengatakan bahwa hukuman karena membunuh orang-orang yang membaca syahadat adalah Neraka, para maulwi memberikan kabar surga.
Keluarga Khalil Shaheed adalah dari distrik Shiekhupura. Dia berusia 61 tahun dan baru saja pensiun dari WAPDA . Dia adalah seorang Ahmadi saleh yang mengerjakan Salat secara teratur termasuk Tahajjud dan memiliki hubungan yang mendalam dengan Jemaat dan Khilafat. Dia menyaksikan khotbah Jumat dan program MTA lain dengan sangat teratur dan menunjukkan rasa hormat yang besar terhadap waqfin zindegi. Dia adalah seorang Ahmadi yang sangat terpercaya yang giat mengkhidmati umat manusia dan membantu orang miskin. Dia juga berkhidmat di Jemaat dalam berbagai kapasitas. Dia meninggalkan istri, dua anak perempuan dan dua anak laki-laki. Satu anak Laiq Ahmad ada di Jerman sementara yang lain Ahsan Ahmad adalah Qaid di rumah. Mu'allim setempat menulis bahwa Khalil Sahib adalah orang yang sangat tekun berdoa yang memanjatkan doa yang menyayat hati.
Hudhur bersabda beliau akan mengimami shalat jenazah gaib setelah Shalat Jumat. Dua shalat jenazah lainnya juga diumumkan oleh Hudhur.
Maulawi Ahsan Illahi Sahib yang seorang pensiunan mu'allim Waqfe Jadid meninggal pada tanggal 17 Mei pada usia 83 . Dia tinggal di London. Ia adalah anak seorang sahabat Hadhrat Masih Mau'ud as. Rahmat Ali Sahib yang diangkat oleh Hadhrat Masih Mau'ud untuk merawat tanaman di Bahesyti Maqbarah. Ahsan Illahi Sahib telah mengabdikan hidupnya dan bekerja sebagai mu'allim Waqfe Jadid hingga tahun 1999 ketika dia pensiun dan datang ke London untuk tinggal bersama anak-anaknya. Dia adalah seorang Musi dan mendapat taufik untuk mendirikan banyak cabang selama pengkhidmatannya. Dia meninggalkan empat putri dan tiga putra. Salah satu putranya adalah seorang mubaligh , Mahmud Ahmad Shams Sahib.
Nasreen Butt Sahiba meninggal pada 18 Mei setelah serangan jantung. Dia berusia 41 tahun. Dia adalah seorang yang saleh, yang takut pada Allah, anggota aktif Jemaat dan dawam chandah. Suaminya telah meninggal tiba-tiba empat setengah tahun yang lalu. Dia membesarkan anak-anaknya sendiri dan menjaga mereka tetap terhubung ke Khilafat dan Jemaat. Dia memiliki ikatan setia dengan Khilafat. Dia meninggalkan empat putra. Semoga Tuhan menjaga mereka dalam perlindungan-Nya dan menjadikan mereka penerima doa orangtua mereka.
Semoga Allah mengangkat kedudukan tiga almarhum dan menganugerahkan pengampunan kepada mereka.

Thursday, 29 May 2014

Ahmadiyah Gelar Media Gathering

Amir Nasional JAI KH Abdul Basith (tengah) saat menjelaskan tentang Ahmadiyah. (Foto: Luthfie)
JAKARTA (KRjogja.com) - Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) menggelar Media Gathering di aula JAI Jalan Balikpapan Cindeng Gambir Jakarta Pusat, Selasa (27/05/2014). Acara yang dihadiri wartawan dari berbagai media ini dimaksudkan untuk mempererat hubungan antara awak media dengan JAI.

Dalam acara bertema "Islam Damai untuk Indonesia Damai" ini Amir Nasional JAI KH Abdul Basith menjelaskan, pada dasarnya Islam adalah agama yang damai dan membawa damai untuk umat manusia. "Karena itu kita sebagai umat Islam tidak boleh melakukan aniaya terhadap orang lain," katanya.

Dijelaskan juga Ahmadiyah yang berdiri sejak tahun 1889 (125 tahun lalu) belum pernah membuat track record yang tidak baik dan membawa kedamaian sesuai ajaran agama Islam. Karena itu sekarang Ahmadiyah sudah berkembang di 206 negara dengan pengikut sekitar 150 juta orang.

"Di Indonesia sendiri masuk tahun 1925, jadi sudah hampir satu abad. Selama ini kami tidak pernah menularkan kekerasan. Bahkan sekitar 500 ribu orang pengikut Ahmadiyah di Indonesia yang tersebar di 365 cabang adalah kader-kader bangsa Indonesia yang jujur dan amanah dan dengan sifatnya ini mempunyai kontribusi besar kepada bangsa dan negara Indonesia," paparnya. (Fie)
sumber krjogja.com

Ahmadiyah Tolak Manifesto Gerindra

TEMPO.CO, Jakarta - Amir Nasional (Ketua Umum) Pengurus Besar Jamaah Ahmadiyah Indonesia Abdul Basit menolak manifesto Partai Gerindra yang menyerukan pemurnian agama. Dia menilai manifesto partai yang mengusung Prabowo Subianto sebagai calon presiden itu akan membuat negara bertambah kacau. Alasannya, Indonesia memiliki banyak golongan minoritas yang termarginalkan.

"Misalnya Ahmadiyah diberangus, kemudian nanti akan merembet ke yang lain," katanya, Selasa, 27 Mei 2014. Pemberangusan itu, kata dia, merupakan contoh sikap tak menghargai hal yang sudah dijadikan sebagai dasar negara oleh para pendiri bangsa. (Baca juga: Kata Prabowo Soal Subsidi BBM Sampai KPK)

Manifesto Gerindra menyebutkan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama atau kepercayaan. Namun pemerintah atau negara wajib mengatur kebebasan dalam menjalankan agama atau kepercayaan. Negara juga dituntut menjamin kemurnian ajaran agama yang diakui oleh negara dari segala bentuk penistaan dan penyelewengan.

Abdul mempertanyakan dasar penilaian murni-tidaknya suatu agama atau kepercayaan. Meski demikian, ia mengatakan pengeluaran manifesto merupakan hak setiap kubu pengusung calon presiden.

Dasar itulah yang dijadikan pedoman Ahmadiyah dalam menentukan pilihan soal calon presiden. Namun Abdul tidak mau menyebut nama calon presiden yang akan dia pilih. "Kami akan memilih capres yang mendukung Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, yang berusaha melindungi golongan minoritas," katanya.

Dia yakin suara jemaahnya tak akan terpecah. "Kalau saya bilang A, semua mesti A," ujarnya. Jemaah Ahmadiyah, kata dia, diperintahkan untuk tak golput dalam pemilihan nanti.
sumber:

http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/05/28/269580739/Ahmadiyah-Tolak-Adanya-Manifesto-Gerindra?utm_medium=twitter&utm_source=twitterfeed

IMAM JEMAAT MUSLIM AHMADIYAH MENYAMPAIKAN PESAN KHUSUS DALAM ACARA HARI KHILAFAT

Imam Jemaat Muslim Ahmadiyah, Yang Mulia Hazrat Mirza Masroor Ahmad V, Menyampaikan pesan khusus kepada anggota Jemaat Ahmadiyah di seluruh dunia dalam siaran langsung program berbahasa Arab MTA Internasional pada tanggal 27 mei 2014.
Program ini dipandu oleh Muhammad Sharif Odeh, merayakan hari khilafat yang ke-106 tahun. Air mata tampak menetes dari mata pemandu acara dengan hadirnya keberkatan atas kehadiran khalifah dalam program acara tersebut.
Dalam pesannya, Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan bahwa sejarah membuktikan bahwa Khilafat yang dipimpin oleh Jemaat Muslim Ahmadiyah telah ditolong oleh Tuhan yang Maha Gagah Perkasa.
Beliau mengatakan Khilafat Ahmadiyah telah ambil bagian dalam melanjutkan misi Masih Mau'ud Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, untuk menyebarkan ajaran Islam yang benar dan damai ke seluruh bagian dunia.
Selama wawancara, Yang Mulia Khalifah berbicara mengenai status Masih Mau'ud yang telah datang tunduk kepada pendiri Islam, Nabi Suci Muhammad SAW.
Hazrat Mirza Masroor Ahmad Mengatakan:
"Nabi Muhammad SAW kedatanganya untuk seluruh dunia, untuk seluruh masa dan untuk seluruh tempat untuk menghilangkan penyakit dan kesalahan dunia dan segala jenis ketidakpatuhan.
dan berdasarkan nubuatan besar Nabi Muhammad SAW di masa kini, Allah Yang Maha Kuasa telah mengutus Masih Mau'ud untuk patuh kepada Nabi Muhammad SAW. Menjadi hamba Nabi Suci (SAW), tugasnya juga untuk menghapus semua kesalahan dan ia juga diutus untuk semua masa, untuk seluruh dunia hingga akhir masa."
Yang Mulia Khalifah mengatakan semenjak kewafatan Masih yang dijanjikan pada tahun 1908 tugas Hadhrat Masih Mau'ud dipegang oleh Lembaga Khilafat.
Berbicara mengenai kemajuan dan pelayanan Jemaat Muslim Ahmadiyah, Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan telah menerjemahkan Al Quran kedalam lebih dari 70 bahasa dan setiap tahunnya ratusan orang bergabung kedalam Jemaat.
Mengingat keterbatasan sumber daya, Yang Mulia Khalifah mengatakan bahwa karena atas pertolongan Allah Jemaat Ahmadiyah telah mampu berkembang dan menyebar dengan sukses ke seluruh dunia.
Yang Mulia Khalifah mengatakan dimanapun dan kapanpun ia memiliki kesempatan untuk berceramah kepada pemimpin dunia atau non ahmadi lainnya mengenai ajaran Islam beliau senantiasa menasehati pendengarnya mengenai keadilan, kesetaraan dan kejujuran di semua tingkatan.
Yang Mulia Khalifah mengatakan dengan kehadiran MTA Internasional, anggota Jemaat muslim Ahmadiyah di seluruh dunia dapat mendengar langsung pesan dari Khalifah dan melalui media ini ikatan ruhani yang menyatukan Muslim Ahmadi semakin kuat mengakar.
Yang Mulia Khalifah mengakhiri pesannya dengan mendoakan bagi semua Ahmadi muslim agar memahami tanggung jawab mereka menyebarkan ajaran Islam yang sesungguhnya dan yang penuh kedamaian. Yang Mulia Khalifah juga menyampaikan pesan ucapan selamat kepada Muslim Ahmadi dalam kesempatan hari Khilfat.
Setelah pesan khusus Khalifah, muslim Ahmadi yang berbahasa arab dari beberapa negara mendapat kesempatan menelepon dalam program acara dan menyampaikan salam kepada khalifah yang dibalas khusus oleh Khalifah.
Semua penelepon berbicara penuh dengan emosi keharuan karena telah mendapat kesempatan untuk berkomunikasi dengan Khalifah, setiap muslim ahmadi percaya telah ditetap oleh Illahi.
Program khusus hadir setelah lebih dari 2 bulan sebelumnya Yang Mulia Khalifah menyampaikan pidato pertama berbahasa arab yang disiarkan oleh televisi dalam kesempatan Hari Masih Mau'ud atau hari berdirinya Jemaat Ahmadiyah yang ke-125 tahun.
MEDIA CENTER PRIANGAN TIMUR

Jalsah Salanah Garut dan Keberkatannya

Jum’at merupakan Hari paling beberkah diantara hari lainnya. Oleh karena itu untuk mendapat berkah yang berlimpah, tepat pada hari Jum’at 23 Mei 2014 Jalsah Salanah untuk Daerah Garut diselenggarakan. Diikuti oleh 10 Cabang, antara Lain; Garut (sebagai Tuan Rumah), Sanding, Sukamaju, Nyalindung, Karang Pawitan, Sukawening, Cibatu, Malangbong, Cilimus, dan Samarang. Dengan jumlah peserta yang hadir 530 orang suasana keakraban langsung terasa begitu acara dibuka oleh Muballigh Wilayah, Bpk. H. Saeful Uyun selepas Shalat Jum’at. Pada kesempatan kali itu salah seorang tamu undangan yang turut membuka acara tersebut adalah Asep Maher sebagai perwakilan dari komunitas GusdurianKabupaten Garut. Beliau mengatakan merinding mendengarkan syair Masih Mau'ud yang dibawakan oleh Kaamran siswa Jamiah tingkat akhir.
Materi pertama disampaikan oleh Bapak Muballigh Wilayah, Mln. Syaeful Uyun yaitu Khilafah 'ala Minhajin Nubuwwah : Bercorak Politik atau Agama. Unsur tabligh yang sangat kental beliau sampaikan berkenaan dengan Sistem Khilafah yang ada di dalam Jemaat Ahmadiyah. Setelah itu Mln. Syihab Ahmad menyampaikan berkat-berkat daripada memghadiri Jalsah Salanah ini.
Acara puncak terjadi pada malam harinya. Seharusnya acara tersebut diisi oleh Siaran Langsung Khutbah Huzur, tetapi karena kendala teknismaka acara diganti oleh acara tanya jawab oleh Bpk. Muballigh Wilayah. Acara ini sukses menarik perhatian semua peserta yang hadir. Dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan yang disampaikan baik dari kaum Bapak maupun kaum Ibu.
Pada hari kedua acara diisi oleh ceramah dari berbagai murrabi, diantaranya dari Muballigh Pembina Jemaat Garut, Mln. Jafar Ahmad yang menyampaikan Sirat Nabi Muhammad SAW sertabeberapa pembicara lainnya oleh tokoh-tokoh Jemaat dari berbagai daerah di Garut. Hal yang paling ditunggu-tunggu pada malam kedua ini adalah acara tanya jawab mengenai Waqf-e-nou yang langsung dipandu oleh Pengurus Pusat Waqf-e-nou, Bpk. Gunawan Wardi. Acara pada malam ini pun berhasil menyedot perhatian peserta, karena cara penyampain beliau yang jelas dan mudah dimengerti.
Tiba saatnya hari terakhir Jalsah Salanah Garut. Acara yang disuguhkan pun semakin menarik. Dibuka oleh penyuluhan mengenai donor mata dari Rumah Sakit Cicendo yang mengajak anggota untuk dapat memahami beberapa prosedur mengenai hal tersebut sehingga anggota bisa bertanya apapun mengenai mata dan cara pendonorannya. Disusul oleh sambitan dari tamu undangan lainnya mengenai Jalsah Salanah Jemaat Ahmadiyah daerah Garut yaitu Guntur Romli, tokoh intelektual muda NU yang sudah sangat mengenal Jemaat Ahmadiyah dan Drs. Kunto Sofiyanto, M.Hum; penulis buku Tinjauan Kritis Jemaat Ahmadiyah di Indonesia serta K.H. Agus Zaenal Mubarok wakil ketua PWNU jawa barat. Ada pula kesan dan pesan dari anggota, yaitu oleh Bpk. Udin yang berasal dari Cabang Pangauban. Bpk. Udin sendiri merupakan Mubayyi'in Baru yang langsung terkena intimidasi dari Ghair Ahmadi tak lama setelah beliau Bai’at kedalam Jemaat Ahmadiyah ditangan Khalifatul Masih V. Penyampaian beliau yang apa adanya sempat menarik gelak tawa peserta yang menghadiri acara pentupan tersebut bahkan tamu undangan pun sempat terrsenyum terkesan mendengarkan hal itu.
Beberapa acara seperti pembacaan syair dan penyampaian kesan-kesan dan doa penutupan oleh H. Mln. Saeful Uyun telah dilewati, maka acara pentupan pun berakhir. Peserta pun menuju rumah masing-masing setelah melaksanakan Shalat Berjama’ah dan santap siang.
Jalsah Salanah kali ini sungguh memberikan kesan yang mendalam. Dapat dilihat dari pengurus-pengurus yang bekerja dengan khidmat dan komentar positif dari para peserta yang merasa memperoleh barang dari hasil jual belinya dengan Allah Ta’ala. Semoga jalsah kali ini dapat menarik berkah Allah Ta’ala disamping beberapa saudara kita mendapat tekanan dari pemerintah sehingga tidak dapat melaksanakan acara serupa. Aamiin Allahuma Aamiin.
(Mln Syihab Ahmad)