Ahmadiyya Priangan Timur

.

Friday 16 May 2014

Ali Imran

Surah 3
ALI 'IMRAN
Diturunkan    :    Sesudah Hijrah
Ayatnya         :    201 dengan bismillah
Rukuknya      :    20.

READ ONLINE VIA ALISLAM.ORG


Hubungan dengan Surah-surah Lainnya
Antara Surah ini dan yang terdahulu, Al-Baqarah, ada perhubungan yang begitu mendalam dan jauh jangkauannya sehingga keduanya disebut Az-Zahrawan (Dua Surah Yang Cemerlang). Sementara Al-Baqarah membahas kepercayaan-kepercayaan yang salah dan kebiasaan-kebiasaan buruk orang-orang Yahudi yang dengan mereka dimulai syariat Nabi Musa a.s. — Surah ini pada pokoknya membahas ajaran-ajaran dan dogma-dogma agama Kristen dan pokok masalah itu merupakan titik puncaknya. Surah ini diberi nama Ali-’Imran (keluarga ‘Imran). ‘Imran atau ‘Amran itu ayah Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s., leluhur keluarga yang menurunkan Siti Maryam, ibunda Nabi Isa a.s. yang berkenaan dengan tugas beliau secara ringkas diuraikan dalam Surah ini. Karena erat hubungannya dengan Al-Baqarah dapat diperkirakan Surah ini diwahyukan segera setelah Al-Baqarah. Penyebutan secara terinci Perang Uhud yang terjadi pada tahun ketiga Hijrah menunjukkan bahwa Surah ini diwahyukan pada tahun ketiga Hijrah.
Ali-’Imran mempunyai perhubungan ganda dengan Al-Baqarah. Pertama, adanya pertautan yang kuat dan mendalam antara pokok pembahasan seluruh Surah ini dengan seluruh pokok pembahasan Surah Al-Baqarah. Pertautan lain yang sama kuatnya ialah antara bagian akhir Al-Baqarah dengan ayat-ayat permulaan Surah ini. Pada hakikatnya, penataan dalam Alquran ada dua macam. Suatu Surah yang diakhiri dengan masalah itu dilanjutkan dalam Surah berikutnya, atau seluruh pokok masalah Surah yang terdahulu dirujuk kembali dalam Surah berikutnya. Kedua macam perhubungan ini terdapat pula di antara Al-Baqarah dan Ali-’Imran. Perhubungan seluruh pokok masalah Ali-’Imran dengan pokok Al-Baqarah terutama terletak pada penjelasan tentang sebab-sebab yang menjuruskan kepada peralihan kenabian dari syariat Nabi Musa a.s. kepada syariat Islam. Inilah masalah pokok Al-Baqarah, dan dalam memberikan penjelasan tentang perpindahan itu, kemerosotan kaum Yahudi dibahas agak luas dalam Surah itu. Tetapi, dalam Al-Baqarah agama Kristen yang merupakan puncak syariat Nabi Musa a.s., sangat sedikit sekali diterangkan. Hal demikian dapat menimbulkan keraguan yang nampaknya beralasan bahwa meskipun agama Yahudi, yang merupakan permulaan syariat Nabi Musa a.s., telah menjadi rusak namun pemuncaknya, agama Kristen, masih murni; dan oleh karena itu agaknya tidak ada keharusan mendatangkan dan menegakkan agama baru — Islam. Untuk melenyapkan keraguan itu, kehampaan dogma-dogma Kristen dijelaskan dalam Surah ini.
Nama Surah.
Surah ini dikenal dengan beberapa nama dalam hadis, ialah Az-Zahra (Yang Cemerlang), Al-Aman (Damai), Al-Kanz (Khazanah), Al-Mu’inah (Penolong), Al-Mujadalah (Pembelaan), Al-Istighfar (Permohonan Ampun) dan Ath-Thayyibah (Yang Suci-Murni).
Karena yang menjadi tujuan Surah ini ialah hendak membuktikan kepalsuan itikad-itikad Kristen, maka Surah ini tepat sekali mulai dengan isyarat bahwa disebabkan agama Kristen sudah menjadi rusak dan merosot keadaannya, ia tidak dapat menjadi penghalang terhadap kedatangan satu syariat yang baru dan lebih baik. Sebaliknya, agama Kristen sendiri merupakan bukti yang kuat akan keperluan datangnya syariat baru. Sesuai dengan itu, Sifat-sifat Allah — Yang Maha Hidup, Berdiri Sendiri, dan Pemelihara segala sesuatu — telah dicantumkan di awal Surah ini untuk menolak itikad-itikad pokok agama Kristen. Perhubungan lain antara kedua Surah, ialah, hubungan bagian penutup Al-Baqarah dengan kata-kata pembukaan Surah ini nampak jelas dari kenyataan bahwa Al-Baqarah berakhir dengan doa untuk kebangunan kembali dan pembaharuan kaum Muslimin serta kemenangan Islam terhadap musuh-musuhnya, dan Sifat-sifat Allah — Yang Maha Hidup, Berdiri Sendiri, dan Pemelihara segala sesuatu — telah diletakkan pada permulaan Surah ini untuk meyakinkan kaum Muslimin bahwa Tuhan pasti akan menolong mereka, karena disebabkan Tuhan itu Maha Hidup, Berdiri Sendiri, dan Pemelihara segala sesuatu, maka kekuasaan-Nya tidak pernah menjadi lemah atau berkurang.
Ikhtisar Surah.
Surah ini, seperti Surah sebelumnya, mulai dengan huruf-huruf muqatha’at Alif Lam Mim (Aku Allah Yang lebih Mengetahui), yang dimaksudkan untuk menarik perhatian kepada Sifat Maha Mengetahui. Disebutnya Sifat-sifat Maha Hidup, Berdiri Sendiri, dan Pemelihara segala sesuatu ialah untuk menegaskan bahwa dalam Surah ini sifat Maha Mengetahui itu didukung oleh Sifat-sifat Maha Hidup, Berdiri Sendiri, dan Pemelihara segala sesuatu; sebab, kenyataan bahwa Tuhan itu Maha Hidup, Berdiri Sendiri dan Pemelihara segala sesuatu merupakan bukti bahwa Tuhan itu Maha Mengetahui. Kematian dan kehancuran merupakan akibat dari kehabisan ilmu. Surah ini seterusnya mengatakan bahwa disebabkan umat Yahudi dan Kristen telah sesat dari jalan lurus, azab Ilahi akan menimpa mereka, dan kenyataan bahwa mereka itu pengikut Taurat dan Injil tidak akan menyelamatkan mereka dari azab Ilahi. Sebab Kitab-kitab itu telah dimansukhkan dan oleh karena itu tidak mampu memenuhi kepentingan dan keperluan manusia. Sesudah itu Surah ini mengatakan kepada kaum Muslimin untuk melenyapkan segala keraguan atau was-was dari alam pikiran mereka, mengingat keunggulan dan jumlah bilangan kaum Yahudi dan Kristen, dan lebih banyaknya sarana-sarana kebendaan yang dimiliki mereka, kaum Muslimin tidak dapat mengatasi mereka; sebab, Tuhan sebelumnya telah menganugerahkan kepada mereka kemenangan dan kekuasaan atas musuh-musuh mereka yang lebih kuat, ialah, Bani Quraisy dan kabilah-kabilah kufar Arab lainnya. Keadaan serupa itu sekarang akan terulang lagi. Tambahan pula, kemenangan-kemenangan nasional bukan semata-mata sebagai hasil keunggulan dalam sarana-sarana kebendaan, tetapi terutama sekali dan sebagian besar dari keunggulan dalam akhlak. Dan, kemenangan terakhir akan datang kepada kaum Muslimin sebab meskipun mereka kekurangan dalam sarana-sarana kebendaan, mereka memiliki kekayaan akhlak dan kerohanian yang luhur dan juga karena mereka menganut agama yang benar.
Kemudian, Surah ini selanjutnya meluruskan alam pikiran musuh-musuh Islam dari hayalan palsu yang dengan asyiknya dipegang oleh mereka bahwa adat kebiasaan mereka lebih unggul daripada adat kebiasaan kaum Muslim. Selanjutnya, mereka diperingatkan bahwa dengan berpegang pada kepercayaan sesat dan lari kepada kebiasaan-kebiasaan buruk itu, mereka nampaknya mengabaikan hukum sebab dan akibat yang tidak akan dapat diperolok-olokkan tanpa hukuman. Kemudian, Surah ini menguraikan masalah bahwa kemajuan dan kesejahteraan bagi kaum Muslimin tidak tercapai dengan jalan mengikuti cara-cara kaum-kaum lain, tetapi dengan jalan mengikuti Islam dan Rasulullah s.a.w. setepat-tepatnya. Sesudah itu, penjelasan terinci yang terang dan mengenai masalah yang sebenarnya, digarap oleh Surah dengan menyinggung secara singkat permulaan agama Kristen dan sangkalan terhadap ajaran itu merupakan salah satu dari masalah yang utama. Kemudian, perhatian kaum Ahlulkitab ditarik kepada kenyataan bahwa, bila kaum Muslimin pun percaya bahwa agama Ahlulkitab itu pun benar bersumber dan berpangkal pada wahyu Ilahi mengapa mereka membuang-buang tenaga dan harta kekayaan dengan memerangi kaum Muslimin; daripada demikian, hendaknya kedua-duanya bersama-sama bertabligh kepada orang-orang musyrik mengenai Keesan Tuhan — yang disetujui oleh mereka bersama — dan hendaknya membatasi perbedaan-perbedaan itikad mereka masing-masing dalam batas-batas yang wajar. Kemudian, kaum Kristen secara khusus diperingatkan bahwa mereka tidak dapat mengharapkan terus-menerus menjadi “Orang-orang Terpilih” Tuhan, dan menikmati  rahmat dan kasih-sayang Ilahi bila mereka mengingkari agama baru itu; mereka itu ditanya, sesudah turut memberi dukungan kepada itikad bahwa kebenaran itu senantiasa diwahyukan oleh Tuhan dari waktu ke waktu, bagaimanakah mereka dapat menentang asas itu? Selanjutnya, dinyatakan bahwa perkara-perkara yang mengenai itu kaum Ahlulkitab berbantah dan berselisih dengan kaum Muslimin tidak begitu berat, sebab mula-mula beberapa di antara perkara-perkara itu dipandang halal oleh nenek-moyang mereka sendiri. Masalah itu kemudian diuraikan lebih jauh  dengan  mengemukakan bahwa kaum Muslimin dan orang-orang Yahudi mempunyai titik pertemuan dalam diri Nabi Ibrahim a.s., dan karena Nabi Ibrahim a.s.-lah yang meletakkan dasar-dasar Ka’bah, mengapa Bani Israil harus bercekcok dengan kaum Muslimin atas dasar perbedaan-perbedaan hayali dan remeh-temeh? Kemudian, suara peringatan didengungkan kepada kaum Muslimin bahwa para Ahlikitab telah begitu jauh dalam menentang mereka sehingga, jika para Ahlikitab dapat melaksanakan kehendak mereka, mereka pasti akan menyesatkan kaum Muslimin. Tetapi, kaum Muslimin tidak akan tersesat, karena mereka itu penerima rahmat Ilahi. Mereka akan menjumpai perlawanan dan penindasan keras dari pihak Ahlikitab dan mereka harus menerimanya dengan ketabahan dan berusaha memperkokoh perhubungan mereka dengan Tuhan serta mengeratkan perhubungan satu sama lain atas dasar yang lebih kuat lagi, karena mereka segera akan perlu membentuk satu garis pertahanan bersama, ketika kelak dihadapkan kepada serangan hebat dari kaum Kristen. Sebelum waktu itu datang, mereka harus menambah jumlah mereka dengan menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain sebanyak mungkin. Mereka kemudian diperingatkan untuk tidak berpegang pada harapan hampa bahwa pada saat terjadinya pertempuran dengan kaum Kristen, kaum Yahudi akan menolong umat Islam. Kebalikannya, orang-orang Yahudi tidak akan melepaskan satu usaha pun untuk mengganggu dan menindas mereka. Sekalipun adanya peringatan terhadap kaum Yahudi itu, Surah ini tidak mengabaikan, mengakui kebaikan di mana saja kebaikan itu dijumpai dan mengatakan bahwa tidak semua Ahlikitab buruk. Di antara mereka terdapat pula orang-orang baik, tetapi hanya mereka yang mempunyai rencana-rencana jahat terhadap Islam akan mendapat kesusahan. Dengan mereka itulah kaum Muslimin harus menjauhi segala hubungan persahabatan untuk mencegah agar jangan terpengaruh oleh akhlak mereka yang buruk.
Kemudian, secara singkat disinggungnya Perang Badar. Kepada kaum Muslimin diberitahukan bahwa sebagaimana dalam keadaan yang sangat tidak menguntungkan, Tuhan melindungi dan menolong mereka dalam pertarungan dengan lawan yang jauh lebih besar dan memberikan kepada mereka kemenangan yang nyata atas kaum musyrik Mekkah, hal semacam itu juga akan terjadi bertalian dengan kaum Ahlikitab; rahmat dan karunia Tuhan akan menyertai mereka, dalam menghadapi perlawanan kaum Ahlikitab itu. Kaum Ahlikitab mengandalkan kekuasaan dan kekuatan kebendaan mereka pada jual-beli yang berdasarkan bunga. Tetapi, mengambil dan memberikan bunga itu, bertentangan dengan akhlak yang baik. Dengan cara mengambil bunga, mereka menindas hamba-hamba Allah dan dengan berpegang pada itikad penebusan dosa dan kepada kepercayaan bahwa taubat itu tidak dapat diterima, mereka menyatakan seolah-olah Tuhan itu kejam dan ganas seperti diri mereka sendiri. Selanjutnya orang-orang Mukmin diperintahkan untuk menjalankan kewajiban mereka, mengadakan pengorbanan-pengorbanan yang pantas, dan mempergunakan dengan tepat sarana-sarana kebendaan yang dimiliki mereka, dengan menyerahkan selebihnya kepada Allah s.w.t. untuk keberhasilan tugas hidup mereka. Kemudian, Surah ini mempermaklumkan satu asas yang sangat kuat, ialah, bahwa Rasulullah s.a.w. itu hanya seorang Rasul Tuhan; bila beliau wafat atau mati terbunuh dalam peperangan (meskipun sesuai dengan janji Allah hal itu tidak mungkin terjadi), kaum Muslimin tidak boleh berputus asa dan tidak boleh menaruh keraguan tentang kebenaran Islam, karena untuk sukses dan kesejahteraannya, Islam tidak bersitumpu pada perseorangan betapa pun agung dan mulianya. Suatu tata tertib lainnya yang harus diperhatikan pada waktu perang ialah, para pemimpin kaum Muslimin harus berlaku lemah-lembut lebih daripada waktu biasa terhadap orang Muslim lainnya dan harus memperhatikan dengan sebaik-baiknya hal-hal yang mudah mempengaruhi mereka sehingga musuh tidak akan mendapat kesempatan untuk menimbulkan kekacauan dan perselisihan di antara mereka. Selanjutnya, diperintahkan pula supaya pada masa-masa seperti itu, segala perkara diputuskan setelah bermusyawarah. Kemudian, kaum Muslimin diperingatkan akan kebaikan besar yang telah dilakukan oleh Tuhan kepada mereka ialah, Dia telah membangkitkan bagi mereka seorang Rasul yang agung. Mereka harus mengikuti beliau dan menjauhi jalan yang ditempuh oleh pengacau-pengacau keamanan. Surah ini meletakkan asas, bahwa mereka yang mati syahid akan berhak mendapat kehormatan khusus. Dengan kematian mereka, mereka mendapatkan kehidupan kekal-abadi dan seolah-olah memberikan kepada kaum mereka kehidupan baru. Pula, disinggungnya tentang kaum Ahlikitab dengan mengatakan bahwa ditilik dari segi akhlak mereka telah begitu rusak sehingga di satu pihak mereka menda’wakan diri sebagai “Umat Pilihan” Tuhan, di pihak lain mereka ragu-ragu membelanjakan uang mereka di jalan Allah. Kaum Muslimin diperintahkan mengambil pelajaran dari keadaan itu. Selanjutnya, dikemukakan bahwa kebobrokan akhlak kaum ini, bertentangan dengan pengakuan mereka sendiri, bahwa mereka mendapat perintah untuk hanya menganut Rasul yang akan meminta pengorbanan terbesar dari mereka. Surah itu mengatakan bahwa rasul-rasul serupa itu sungguh telah datang di tengah-tengah mereka, tetapi mereka mengingkari wujud-wujud itu. Kemudian, masalah pengorbanan diuraikan dan orang-orang mukmin diberi peringatan bahwa benar-benar dungu, jika mereka takut mengadakan pengorbanan bagi kepentingan umat. Lalu, mereka diperingatkan bahwa iman mereka akan mendapat ujian yang berat. Mereka hendaknya jangan beranggapan bahwa mereka akan mencapai kemajuan tanpa melalui api dan darah. Dalam beberapa ayat berikutnya beberapa sifat dan ciri khas orang-orang mukmin sejati disebutkan dan kepada mereka itu diajarkan doa-doa tertentu yang adalah sangat penting bagi kemajuan dan kesejahteraan umat. Surah ini berakhir dengan mengatur tata tertib peri laku yang dengan mengamalkannya, kaum Muslimin dapat mencapai kemajuan dan keunggulan dalam kehidupan di dunia dan mendapat keridhaan Ilahi di akhirat.

Terjemah surah 3
1.   Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.
2. aAku Allah Yang lebih Mengetahui.362A
aLihat 2 : 2.
3. bAllah, tiada tuhan  selain Dia, Yang Maha Hidup Yang Tegak atas Dzat-Nya sendiri dan Penegak segala sesuatu.363
bLihat 2 : 256.
4. aDia menurunkan kepada engkau Kitab yang hak364 dan menggenapi yang ada sebelumnya; dan, Dia menurunkan Taurat365 dan Injil.366
a4 : 106; 5 : 49; 29 : 52; 39 : 3.
5.    Hal itu sebelum ini sebagai petunjuk bagi manusia; dan, Dia menurunkan bPembeda367 yang hak dari yang batil. Sesungguhnya orang-orang yang  ingkar kepada Tanda-tanda Allah, bagi mereka ada siksaan sangat keras. Dan cAllah Maha Perkasa, Yang Empunya Pembalasan.
b2 : 54, 186; 8 : 42; 21 : 49; 25 : 2.  c5 : 96; 14 : 48; 39 : 38.
6. Sesungguhnya bagi Allah atiada sesuatu pun yang tersembunyi baik di bumi maupun di langit.
a14 : 39; 40 : 17; 64 : 5; 86 : 6.
7. bDia-lah Yang membentuk kamu di dalam rahim368 sebagaimana Dia kehendaki; tiada tuhan selain Dia, Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
b22 : 6; 23 : 12 - 15; 39 : 7; 40 : 65; 64 : 4.
8. Dia-lah yang menurunkan Kitab kepada engkau, adiantaranya ada ayat-ayat yang muhkamat,369 itulah dasar-dasar370 Kitab, dan byang lain adalah ayat-ayat mutasyabihat.371 Adapun   orang-orang yang di dalam hati mereka ada kebengkokan, mereka mengikut apa yang mutasyabihat di dalamnya karena ingin menimbulkan fitnah dan ingin mencari tafsirannya   yang   salah.   Dan, tak ada yang mengetahui tafsirannya372 akecuali Allah. bDan mereka yang matang dalam ilmu, mereka berkata, “Kami beriman kepadanya; semuanya dari Tuhan kami.” Dan, tiada yang meraih nasihat kecuali orang-orang berakal.373
a11 : 2.  b39 : 24.
a7 : 54; 18 : 79.  b4 : 163.
9. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bengkokkan hati kami sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami,374 dan berilah kami rahmat dari sisi Engkau; sesungguhnya Engkau Maha Pemberi;
10. Ya Tuhan kami, asesungguhnya Engkau akan menghimpun manusia pada Hari yang tiada keraguan tentangnya; sesungguhnya Allah tidak akan menyalahi janji.”
a3 : 26; 4 : 88; 45 : 27.
R.2
11. Sesungguhnya orang-orang yang ingkar,375 tidak akan berguna sedikit pun bagi mereka aharta mereka dan anak-anak mereka melawan Allah; dan mereka itulah bahan bakar Api.
a3 : 117; 58 : 18; 92 : 12; 101 : 3.
12. bPeristiwa mereka,376 seperti keadaan kaum Firaun dan orang-orang sebelum mereka; mereka mendustakan Tanda-tanda Kami, maka Allah menghukum mereka disebabkan dosa-dosa mereka, dan hukuman Allah sangat keras.
b8 : 53, 55.
13. Katakanlah kepada orang-orang yang ingkar, c”Niscaya kamu akan dikalahkan dan dihimpun ke Jahannam; dan alangkah buruknya tempat kediaman itu.”
c8 : 37; 54 : 46.
14. Sesungguhnya telah ada satu Tanda377 bagimu dalam adua golongan yang saling berhadapan, segolongan berperang di jalan  Allah dan yang lain ingkar, mereka melihat kepada mereka itu dua kali jumlah mereka dalam pandangan mata zahir.378 Dan, demikianlah bAllah memperkuat dengan pertolongan-Nya siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya dalam hal ini ada pelajaran bagi mereka yang bermata.
a8 : 42, 43.  b8 : 27.
15. cDitampakkan indah bagi manusia kecintaan terhadap segala yang menarik, yakni,  perempuan dan anak laki-laki dan kekayaan yang berlimpah berupa emas dan perak, dan kuda pilihan dan ternak dan sawah ladang. dYang demikian adalah perlengkapan hidup379 di dunia, dan Allah, di sisi-Nya tempat kembali yang baik.
c18 : 47; 57 : 21. d3 : 186; 9 : 38; 10 : 71.
16. Katakanlah, “Maukah kamu Aku kabarkan ayang lebih baik dari yang demikian itu?” Bagi orang-orang yang bertakwa, di sisi Tuhan mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka akan menetap di dalamnya, dan bjodoh-jodoh suci dan ckeridhaan dari Allah. Dan, Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
a8 : 47; 19 : 77.  bLihat 2 : 26.  c3 : 163, 175; 5 : 3; 9 : 72; 48 : 30; 59 : 9.
17. Orang-orang yang mengatakan, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman; maka, dampunilah bagi kami dosa-dosa380 kami dan peliharalah kami dari azab Api.”
d3 : 194; 7 : 156; 23 : 110; 60 : 6.
18. aOrang-orang yang sabar dan yang benar, dan yang taat, dan yang membelanjakan  di jalan Allah dan borang-orang yang memohon ampunan di akhir malam.381
a33 : 36.  b51 : 18, 19. 
19. Allah memberi kesaksian bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Dia dan demikian pula malaikat-malaikat dan orang-orang berilmu, yang aberpegang teguh pada keadilan;381A tiada tuhan selain Dia, yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.382
a5 : 9; 7 : 30.
20. Sesungguhnya agama byang benar di sisi Allah ialah Islam383 dan tiada berselisih orang-orang yang diberi Kitab melainkan setelah datang kepada mereka ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Dan, barangsiapa ingkar kepada Tanda-tanda Allah, maka sesungguhnya Allah cepat dalam menghisab.
b3 : 86.
21. Kemudian jika mereka berselisih dengan engkau, maka katakanlah, a”Telah kuserahkan seluruh diriku kepada Allah, dan demikian juga orang-orang yang mengikutiku.” Dan, katakanlah kepada orang-orang yang diberi Alkitab384 dan orang-orang Ummi,385 “Sudahkah kamu menyerahkan diri?” Maka, jika mereka telah menyerahkan diri, pasti mereka akan mendapat petunjuk;386 dan jika mereka berpaling, maka sesungguhnya kewajiban bengkau hanya menyampaikan. Dan, Allah Maha Melihat kepada hamba-hamba.
a4 : 126.  b5 : 93, 100; 13 : 41; 16 : 83.
R.3
22. Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Tanda-tanda Allah, dan cmembunuh nabi-nabi tanpa hak, dan membunuh orang-orang yang menyuruh berbuat adil di antara manusia, maka berilah mereka kabar tentang azab yang pedih.387
cLihat 2 : 62.
23. Mereka itulah orang-orang ayang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan bagi mereka tidak ada penolong-penolong.388
a2 : 218; 7 : 148; 18 : 106.
24. Tidakkah engkau melihat orang-orang yang diberi sebagian dari Alkitab?389 bMereka diseru kepada Kitab Allah supaya Kitab itu menghakimi di antara mereka, kemudian segolongan dari mereka berpaling dan mereka membelakangi.
b24 : 49.
25. Yang demikian itu disebabkan mereka berkata, “Sekali-kali aApi tidak akan menyentuh kami kecuali terbatas beberapa hari saja.”390 Dan, telah memperdayai mereka apa yang pernah diada-adakan oleh mereka tentang agama mereka.
a2 : 81; 5 : 19.
26. Maka, bagaimanakah keadaan mereka bapabila Kami himpun mereka pada Hari yang tak ada keraguan di dalamnya; dan tiap-tiap jiwa akan diganjar sepenuhnya untuk apa yang telah diusahakannya dan mereka  tidak akan dianiaya.391
b3 : 10; 4 : 88; 45 : 27. 
27. Katakanlah, Ya cAllah, Pemilik kerajaan, Engkau memberikan kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau mencabut kerajaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Dan, Engkau memuliakan siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau merendah-kan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkau-lah segala kebaikan. Sesungguhnya, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.392
c2 : 285; 5 : 19, 41; 35 : 14; 40 : 17; 48 : 15.
28. a”Engkau memasukkan malam ke dalam siang dan Engkau memasukkan siang ke dalam malam.393 Dan, bEngkau mengeluarkan yang-hidup dari yang-mati dan Engkau mengeluarkan yang-mati dari yang-hidup. Dan, Engkau memberi rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.”394
a7 : 55; 13 : 4; 22 : 62; 35 : 14; 39 : 6; 57 : 7.  b6 : 96; 10 : 32;  30 : 20.
29. cJanganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi sahabat395 dengan mengesampingkan orang-orang mukmin, dan barangsiapa berbuat demikian, maka tak ada hubungan dengan Allah sedikit pun, kecuali bila kamu menjaga diri dari mereka396 dengan suatu penjagaan sebaik-baiknya. Dan, Allah mem-peringatkan kamu terhadap hukuman-Nya;397 dan kepada Allah kamu akan kembali.
c3 : 119; 4 : 140, 145.
30. Katakanlah, a”Baik kamu sembunyikan apa yang ada di dalam dadamu atau pun kamu menzahirkannya, niscaya Allah mengetahuinya; dan Dia mengetahui apa yang ada di seluruh langit dan apa yang ada di bumi. Dan, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
a27 : 75; 28 : 70.
31. Waspadalah terhadap Hari aketika setiap orang akan mendapati dihadapannya segala kebaikan yang telah dikerjakan  dan segala kejahatan yang telah dikerjakannya. Ia menginginkan, alangkah baiknya jika di antara dia dan kejahatan itu ada jarak jauh. Dan, Allah memperingatkan kamu terhadap hukuman-Nya. Dan,  Allah Maha Penyantun terhadap hamba-hamba.
a18 : 50.
R.4
32. Katakanlah, b”Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah398 aku, kemudian Allah akan mencintaimu dan akan mengampuni dosa-dosamu. Dan, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
b4 : 70.
33.   Katakanlah,  c”Taatilah Allah dan Rasul ini, kemudian, jika mereka berpaling, maka ketahuilah sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang kafir.
c4 : 60; 5 : 93; 8 : 47; 24 : 55; 58 : 14.
34. Sesungguhnya, Allah telah memilih Adam dan Nuh dan keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran399 di atas seluruh alam pada zamannya.
35. aMereka adalah keturunan yang sebagiannya dari sebagian yang lain. Dan, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
a6 : 88; 19 : 59.
36. Ingatlah, ketika perempuan ‘Imran400 berkata, “Ya Tuhan-ku sesungguhnya aku telah menazarkan kepada Engkau apa yang ada dalam kandunganku untuk berkhidmat.401  Maka, terimalah dia dari aku; sesungguhnya, hanya Engkau-lah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
37. Maka tatkala ia telah melahirkannya, berkatalah ia, “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya yang kulahirkan itu seorang perempuan;402  dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya,402A dan anak lelaki yang diharapkannya itu tidaklah sama seperti anak perempuan,dan bahwa aku menamainya Maryam402B dan aku memohonkan dia dan keturunannya dalam perlindungan Engkau402C dari syaitan yang terkutuk.”402D
38. Maka Tuhan-nya telah menerimanya dengan penerimaan yang baik, dan menumbuhkannya dengan pertumbuhan yang baik dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria.403 Setiap kali Zakaria datang menemuinya di mihrab didapatinya ada rezeki padanya. Berkatalah ia, “Hai Maryam, dari manakah engkau dapat ini?” Jawabnya, “Itu dari sisi Allah.”404 Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.
39. Di sanalah Zakaria berdoa405 kepada Tuhan-nya, dia berkata, a”Ya Tuhan-ku, anugerahilah aku  dari sisi Engkau keturunan yang suci; sesungguhnya, Engkau Maha Mendengar doa.”
a19 : 6, 7; 21 : 90, 91.
40. Maka malaikat menyerunya ketika ia bsedang berdiri shalat di tempat yang baik di rumah, “Sesungguhnya cAllah memberi engkau kabar suka tentang Yahya,406 yang akan menggenapi dkalimat dari  Allah, dan ia seorang pemimpin, pengekang hawa nafsu, dan seorang nabi407 dari antara  orang-orang saleh.”
b19 : 12.  c19 : 8; 21 : 91.  d3 : 46; 4 : 172.
41. Berkata ia, a”Ya Tuhan-ku, bagaimanakah aku akan mendapat anak laki-laki,408 sedang masa tua telah menjelangku dan istriku mandul?” Dia berfirman, “Demikianlah kekuasaan Allah, Dia berbuat apa yang Dia kehendaki.”
a19 : 9, 10.
42. bBerkata ia, “Ya Tuhan-ku, berikanlah kepadaku suatu Tanda.409 Dia berfirman, “Tanda bagi engkau ialah, engkau tidak boleh berbicara dengan manusia selama tiga hari410 ckecuali dengan isyarat. Dan, berzikirlah kepada Tuhan engkau sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah petang dan pagi.”
b19 : 11.  c19 : 12.
R.5
43. Dan, ingatlah, ketika malaikat-malaikat411 berkata, “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih412 engkau dan mensucikan engkau, dan telah amemilih engkau di atas wanita-wanita semesta alam.”
a3 : 34. 
44. “Hai Maryam, patuhilah Tuhan engkau dan sujudlah dan ruku'lah kepada Tuhan bersama orang-orang yang ruku'.”
45. aYang demikian itu sebagian dari kabar-kabar gaib413 yang Kami wahyukan kepada engkau. Dan, engkau tidak bersama mereka ketika mereka melemparkan panah-panah mereka untuk mengundi bsiapakah di antara mereka yang akan memelihara Maryam, dan tidak pula engkau bersama mereka ketika mereka berbantah.
a11 : 50; 12 : 103.  b3 : 38.
46. Ketika berkata malaikat-malaikat, “Hai Maryam, sesungguhnya cAllah memberi engkau kabar suka dengan dsatu kalimat414 dari-Nya tentang seorang anak laki-laki; namanya Al-Masih415 Isa416 Ibnu Maryam,417 yang dimuliakan di dunia dan di akhirat, dan ia adalah dari antara orang-orang dekat kepada Allah.418
c19 : 30.  d3 : 10; 4 : 172.
47. Dan, aia akan berkata-kata dengan manusia dalam buaian418A dan ketika sudah setengah umur418B dan ia dari antara orang-orang saleh.
a5 : 111.
48. Berkata dia, “Ya Tuhan-ku, bbagaimanakah aku akan mempunyai anak  laki-laki, pada-hal belum pernah aku disentuh seorang laki-laki?”419 Dia berfirman, “Demikianlah kekuasaan Allah, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. aApabila Dia memutuskan sesuatu hal, maka Dia berfirman tentang itu, ‘Jadilah!’ maka jadilah itu.”
b19 : 21.
aLihat 2 : 118.
49. “Dan aDia akan mengajarkan kepadanya Alkitab, Hikmah, Taurat, dan Injil”
a5 : 111.
50. b”Dan sebagai rasul kepada Bani Israil,419A dengan pesan, ‘Sesungguhnya caku datang kepadamu membawa Tanda dari Tuhan-mu, ialah, aku menciptakan420 untukmu suatu makhluk yang bersifat tanah420A seperti bentuk420B burung,420C kemudian aku tiupkan ke dalamnya jiwa baru, maka jadilah ia burung dengan izin Allah; dan aku menyembuhkan420D orang buta420E dan orang kusta, dan aku menghidupkan orang mati, dengan izin Allah;420F dan aku akan memberitahukan kepadamu tentang apa-apa yang kamu makan420G dan apa-apa yang kamu simpan di rumah-rumahmu. Sesungguhnya, dalam hal ini ada suatu Tanda bagimu, jika kamu orang-orang mukmin.
b43 : 60; 61 : 7.  c5 : 111.
51. “Dan aku datang untuk amenggenapi421 apa yang telah ada sebelumku, yakni Taurat; dan aku menghalalkan bagimu sebagian dari yang telah diharamkan atasmu,421A dan aku datang kepadamu membawa suatu Tanda dari Tuhan-mu. Maka, bertakwalah kepada Allah dan taatilah aku
a43 : 60; 61 : 7.
52. “Sesungguhnya, bAllah itu Tuhan-ku dan Tuhan-mu; maka sembahlah Dia; inilah jalan yang lurus.”
b5 : 73, 118; 19 : 37; 43 : 65. 
53. Maka ketika Isa menyadari adanya kekufuran pada mereka, berkatalah ia, a”Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku422 di jalan Allah?” Berkata para hawari, “Kamilah penolong-penolong Allah. Kami beriman kepada Allah. Dan, saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang taat.”
a5 : 112; 61 : 15.
54. “Ya Tuhan kami, kami beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami mengikuti Rasul ini; maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi.”
55. Dan mereka, byakni musuh Al-Masih, membuat rencana dan Allah pun membuat rencana; dan Allah adalah sebaik-baik Perencana.423
b8 : 31; 27 : 51.
R.6
56. Ingatlah ketika Allah berfirman, “Hai Isa, sesungguhnya aAku akan mematikan engkau424 secara wajar dan bakan meninggikan424A derajat engkau di sisi-Ku dan akan membersihkan engkau dari tuduhan orang-orang yang ingkar dan akan menjadikan   orang-orang yang mengikut engkau di atas424B orang-orang yang ingkar hingga Hari Kiamat; ckemudian kepada Aku-lah kamu kembali, lalu Aku akan menghakimi di antaramu tentang apa yang kamu perselisihkan.”
a3 : 194; 4 : 16; 7 : 127; 8 : 51; 10 : 47, 105; 12 : 102; 13 : 41;  16 : 29, 33; 22 : 6; 39 : 43; 40 : 68, 78; 47 : 28. b4 : 159; 7 : 177; 19 : 58.
c5 : 49; 6 : 165; 11 : 24; 31 : 16; 39 : 8.
57. “Adapun orang-orang yang ingkar, akan Aku azab mereka dengan azab yang keras di dunia dan di akhirat, dan tiada bagi mereka seorang penolong pun.”
58. “Dan, adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka aDia akan memberikan penuh kepada mereka ganjaran mereka. Dan Allah tidak mencintai orang-orang aniaya.”
a4 : 174; 35 : 31; 39 : 11, 70.
59. Demikianlah Kami membacakannya kepada engkau sebagian dari Tanda-tanda dan Al-Zikr yang penuh hikmah.
60. Sesungguhnya misal Isa di sisi Allah adalah seperti misal Adam.425 Dia menjadikannya dari debu,425A kemudian Dia berfirman kepadanya, “Jadilah!”, maka jadilah ia.
61. aIni adalah hak dari Tuhan engkau, maka janganlah engkau termasuk orang-orang yang ragu.
a2 : 148; 6 : 115, 10 : 95.
62. Maka, barangsiapa berbantah dengan engkau tentang dia setelah datang kepada engkau ilmu, maka katakanlah, “Marilah kita memanggil anak-anak laki-laki kami dan anak-anak laki-laki kamu dan perempuan-perempuan kami, dan perempuan-perempuan  kamu dan orang-orang kami dan orang-orang kamu; kemudian kita426 aberdoa supaya laknat Allah ditimpakan atas orang-orang yang berdusta.”
a62 : 7, 8.
63. Sesungguhnya ini adalah  kisah yang benar. Dan tak ada tuhan selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
64. Dan, jika mereka berpaling, maka ingatlah bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui perusuh-perusuh.
R.7
65. Katakanlah, “Hai Ahli-kitab, marilah kepada satu kalimat yang sama di antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah kecuali kepada Allah, dan tidak pula kita mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dan asebagian kita tidak menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.” Tetapi, jika mereka berpaling, maka katakanlah, “Jadilah saksi bahwa kami orang-orang yang menyerahkan diri kepada Tuhan.”426A
a9 : 31.
66. Hai Ahlikitab, bmengapa kamu berbantah mengenai Ibrahim, padahal tidaklah diturunkan Taurat dan Injil melainkan sesudahnya? Maka, tidakkah kamu mau mengerti?
b2 : 140.
67. Perhatikanlah, kamu adalah orang-orang yang telah berbantah mengenai apa yang kamu mempunyai sedikit pengetahuan. Maka, mengapa kamu berbantah pula mengenai apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan sama sekali?427 Sedangkan Allah mengetahui dan kamu tidak me-ngetahui.
68. Ibrahim bukan seorang Yahudi dan abukan pula seorang Nasrani, akan tetapi ia seorang yang selalu bcenderung kepada Tuhan dan menyerahkan diri kepada-Nya, dan bukan dari antara orang-orang musyrik.
a2 : 141.  b3 : 96; 4 : 126; 6 : 162; 16 : 121, 124.
69. Sesungguhnya, manusia yang paling dekat kepada Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya, dan cNabi ini dan  orang-orang yang beriman kepadanya. Dan Allah adalah sahabat orang-orang mukmin.
c16 : 124.
70. dSegolongan dari Ahlikitab menginginkan agar mereka menyesatkan kamu;427A tetapi, mereka tidak menyesatkan kecuali diri mereka sendiri, namun mereka tidak menyadari.
d4 : 90.
71. eHai Ahlikitab, mengapa kalian mengingkari ayat-ayat   Allah, padahal kalian menyaksikan?427B
e3 : 99.
72. Hai Ahlikitab, amengapa kamu mencampuradukkan yang hak dengan yang batil dan bmenyembunyikan yang hak padahal kalian mengetahui?427C
a2 : 43.  bLihat 2 : 43.
R.8
73. Dan segolongan Ahlikitab berkata, “Percayalah kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang yang beriman di waktu permulaan hari dan ingkarlah di waktu akhirnya, barangkali mereka akan kembali,428”
74. “Dan cjanganlah kamu percaya kecuali kepada orang yang mengikuti agamamu.” Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk yang benar ialah petunjuk dari Allah, bahwa seseorang diberi seperti apa yang telah diberikan kepadamu, atau amereka akan bertengkar dengan kamu428A di hadapan Tuhan-mu.” Katakanlah, “Sesungguhnya karunia428B itu bdi tangan Allah. Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas pemberiannya, Maha Mengetahui.”428C
c2 : 121.
a2 : 77.  b57 : 30.
75. “Dia amengkhususkan rahmat-Nya bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan, Allah adalah Yang Empunya karunia yang sangat besar.”
a2 : 106.
76. Dan, di antara para Ahli-kitab ada orang yang jika engkau mengamanatkan kepadanya setumpuk harta, niscaya akan dikembalikannya kepada engkau; dan, di antara mereka ada pula orang yang jika engkau mengamanatkan kepadanya satu dinar, tidak akan dikembalikannya kepada engkau, kecuali jika engkau tetap berdiri menagih atasnya. Hal demikian itu disebabkan mereka berkata, “Tak ada tuntutan atas kami mengenai orang-orang ummi.”429 Dan mereka berkata dusta terhadap Allah pada hal mereka mengetahui.
77. Tidak, bahkan bbarangsiapa memenuhi janjinya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa.
b5 : 2; 6 : 153; 13 : 21; 16 : 92; 17 : 35.
78. Sesungguhnya, orang-orang yang menukar janji mereka kepada Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan aharga yang rendah, mereka inilah yang tiada satu bagian pun bagi mereka di akhirat dan bAllah tidak akan bercakap-cakap dengan mereka dan tidak akan memandang mereka430 pada Hari Kiamat, dan tidak pula akan mensucikan mereka; dan bagi mereka ada siksaan yang pedih.
aLihat 2 : 42.  b2 : 175; 23 : 109.
79. Dan, sesungguhnya di kalangan mereka ada segolongan cyang memutar lidahnya dari Alkitab431 supaya kamu menyangka hal itu dari Alkitab, padahal itu bukan dari Alkitab. Dan, mereka mengatakan, “Itu adalah dari  Allah,” padahal itu bukan dari Allah, dan mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui.
c2 : 76; 3 : 47; 5 : 42.
80. Tidak layak432 bagi seorang manusia yang kepadanya Allah memberi Alkitab dan kekuasaan serta kenabian, dan kemudian ia aberkata kepada manusia, “Jadilah hamba-hambaku dan bukan hamba-hamba Allah;” bahkan hendaklah ia berkata, “Jadilah kamu orang berkhidmat432A hanya kepada Tuhan, karena kamu senantiasa mengajarkan Alkitab dan senantiasa mempelajarinya.”432B
a5 : 117, 118.
81. Dan tidak pula ia menyuruhmu supaya kamu mengambil malaikat-malaikat dan nabi-nabi menjadi tuhan-tuhan. Adakah ia akan menyuruhmu menjadi kufur setelah kamu menjadi muslim?
R.9
82. Dan ingatlah aketika Allah mengambil perjanjian433 dari manusia melalui nabi-nabi, “Apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan Hikmah dan kemudian datang kepadamu seorang rasul yang menggenapi433A apa yang ada padamu, maka haruslah kamu beriman kepadanya dan haruslah kamu membantu-nya.” Dia berfirman, “Adakah kamu mengakui dan menerima tanggung-jawab yang Aku bebankan kepadamu mengenai itu?” Mereka menjawab, “Kami mengakui.” Dia berfirman, “Maka kamu hendaknya menjadi saksi dan Aku pun besertamu termasuk orang-orang yang menjadi saksi.”433B
a5 : 13.
83. Dan abarangsiapa berpaling sesudah itu, maka merekalah orang-orang fasik.
a5 : 48; 24 : 56.
84. Adakah mereka mencari suatu agama selain agama Allah padahal kepada Dia-lah tunduk segala yang ada di seluruh langit dan bumi, dengan rela atau terpaksa,434 dan kepada-Nya mereka akan dikembalikan?
85. Katakanlah, b”Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim dan Ismail dan Ishak dan Ya’kub dan keturunannya dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa dan sekalian nabi  dari Tuhan mereka.435 Kami tidak membedakan salah seorang di antara mereka,435A dan kepada-Nya kami menyerahkan diri.”
b2 : 137, 286.
86. Dan, abarangsiapa mencari agama selain Islam, maka  tidak akan diterima darinya, dan ia di akhirat termasuk orang-orang rugi.
a3 : 20; 5 : 4.
87. Bagaimanakah Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang ingkar setelah mereka beriman, dan mereka telah menjadi saksi bahwa rasul itu benar, dan telah datang kepada mereka dalil-dalil yang nyata?436 Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum aniaya.
88. Inilah orang-orang yang balasan mereka, bahwa atas mereka ada alaknat Allah, malaikat dan manusia seluruhnya.
a2 : 162; 4 : 53; 5 : 79.
89. bMereka akan tinggal lama di dalamnya. Siksaan mereka tidak akan diringankan dan tidak pula mereka akan diberi tangguh;
b2 : 163.
90. cKecuali orang-orang yang bertobat setelah itu dan memperbaiki436A diri. Maka, sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
c2 : 161; 4 : 147; 5 : 40; 24 : 6.
91.   dSesungguhnya,  orang-orang yang ingkar sesudah mereka beriman, kemudian mereka bertambah kekufuran mereka, sekali-kali tidak akan diterima tobat mereka,437 dan mereka itulah   orang-orang sesat.
d4 : 138; 63 : 4.
92. Sesungguhnya aorang-orang yang ingkar dan mati dalam keadaan  kufur, maka sekali-kali tidak akan diterima dari seorang pun di antara mereka sekalipun emas sepenuh bumi, walaupun ia menebus dirinya dengan itu. Itulah orang-orang yang bagi mereka ada azab yang pedih, dan tiada bagi mereka penolong-penolong.
a2 : 162; 4 : 19; 47 : 35.
JUZ  IV
R.10
93. bSekali-kali kamu tidak akan mencapai kebaikan yang sempurna,438 sebelum kamu membelanjakan sebagian dari apa yang kamu cintai; dan apa pun yang kamu belanjakan, maka sesungguhnya tentang itu Allah Maha Mengetahui.
b9 : 34, 111; 63 : 11.
94. Segala makanan dahulunya halal439 bagi Bani Israil, kecuali apa yang diharamkan oleh Israil,440   atas dirinya sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah, “Bawalah Taurat, maka bacalah itu, jika kamu orang-orang benar.”
95. Dan, barangsiapa mengada-ada kedustaan terhadap Allah sesudah itu,441 maka mereka itulah orang-orang aniaya.
96. Katakanlah, “Allah telah menyatakan yang benar; maka, ikutilah agama Ibrahim ayang selalu cenderung kepada Allah442 dan ia bukanlah dari orang-orang musyrik.”
aLihat 3 : 68.
97. Sesungguhnya aRumah pertama yang didirikan untuk  manusia, ialah yang ada di Bakkah443 yang penuh dengan berkat dan petunjuk bagi seluruh alam.
a5 : 98; 27 : 92; 28 : 58; 29 : 68; 106 : 4, 5.
98. Di dalamnya ada Tanda-tanda yang nyata; btempat berdiri Ibrahim; dan cbarangsiapa memasukinya maka amanlah ia. Dan, dberziarah ke Rumah itu merupakan kewajiban atas manusia karena Allah, bagi orang-orang yang mampu444 menempuh jalan ke sana. Dan, barangsiapa ingkar, maka   sesungguhnya Allah Maha Kaya, dari sekalian alam.
b2 : 126. c14 : 36 ; 28 : 58; 29 : 68. d22 : 28.
99. Katakanlah, a”Hai Ahli-kitab, mengapa kamu mengingkari Tanda-tanda Allah padahal Allah menjadi saksi445 atas apa yang kamu kerjakan?”
a3 : 71.
100. Katakanlah, “Hai Ahli-kitab, bmengapa kamu menghalangi orang-orang beriman dari jalan Allah; kamu menghendakinya bengkok,446 padahal kamu menjadi saksi tentang itu. Dan, Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.”
b7 : 46, 87; 8 : 48; 9 : 34; 14 : 4; 22 : 26.
101. cHai orang-orang yang beriman, jika kamu menuruti suatu golongan dari antara orang-orang yang diberi Alkitab, mereka akan mengembalikan lagi kamu menjadi orang-orang ingkar setelah kamu beriman.
c2 : 110; 3 : 150.
102. Dan, bagaimana kamu akan ingkar padahal Ayat-ayat  Allah dibacakan kepadamu, dan Rasul-Nya hadir di tengah-tengahmu? aDan barangsiapa berpegang teguh kepada Allah,447 maka sesungguhnya ia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
a4 : 147, 176.
R.11
103. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada  Allah dengan ketakwaan yang sebenarnya, dan bjanganlah kamu mati kecuali dalam keadaan menyerahkan diri.448
b2 : 133.
104. Dan, cberpegangteguhlah kamu sekalian kepada tali449   Allah, dan janganlah bercerai-berai; dan dingatlah akan nikmat Allah atasmu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu eDia menyatukan hatimu dengan kecintaan450 antara satu sama lain sehingga dengan nikmat-Nya kamu menjadi bersaudara; dan kamu dahulu berada di tepi jurang Api,451 kemudian Dia menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menjelaskan Ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu mendapat petunjuk.
c3 : 106; 6 : 160; 8 : 47.  d2 : 232.  e8 : 64.
105. Dan hendaklah ada di antaramu segolongan ayang mengajak manusia kepada kebajikan,452 dan menyuruh kepada kebaikan dan melarang terhadap keburukan.453 Dan mereka itulah orang-orang yang berjaya.
a3 : 111, 115; 7 : 158; 9 : 71; 31 : 18.
106. Dan, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang aberpecah-belah dan berselisih454 sesudah Tanda-tanda yang nyata datang kepada mereka. Dan,  orang-orang inilah yang bagi mereka ada azab besar.
a3 : 104; 6 : 160; 8 : 47.
107. Pada hari bketika beberapa muka akan menjadi putih, dan beberapa muka akan menjadi hitam.455 Ada pun orang-orang yang muka mereka akan menjadi hitam, dikatakan kepada mereka, “Adakah kamu ingkar sesudah beriman?” Maka, rasakanlah azab ini disebabkan keingkaranmu.
b10 : 27, 28; 39 : 61; 80 : 39 - 43.
108. Dan, cada pun orang-orang yang putih muka mereka, maka mereka akan berada di dalam rahmat Allah; mereka akan menetap di dalamnya.
c10 : 27.
109. Inilah Ayat-ayat Allah yang mengandung kebenaran,456 Kami membacakannya kepada engkau; dan Allah tidak menghendaki suatu keaniayaan atas sekalian alam.
110. Dan, akepunyaan Allah apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi; dan kepada Allah segala perkara dikembalikan.
a3 : 130, 190; 4 : 132; 57 : 11.
R.12
111. bKamu adalah umat terbaik, dibangkitkan demi kebaikan umat manusia; ckamu menyuruh berbuat kebaikan dan melarang berbuat keburukan,457 dan beriman kepada Allah. Dan, sekiranya Ahlikitab beriman, niscaya akan lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka orang-orang fasik.
b2 : 144.  c3 : 105, 115 ; 7 : 158; 9 : 71; 31 : 18.
112. Mereka sekali-kali tidak akan dapat memudaratkan kamu kecuali menyebabkan  sedikit sakit hati. Dan ajika mereka memerangi kamu, niscaya mereka akan membalikkan punggung mereka kepadamu. Kemudian mereka tidak akan ditolong.
a59 : 13.
113. bDitimpakan kepada mereka kehinaan di mana saja mereka ditemukan,458 kecuali kalau mereka dilindungi dengan suatu janji dari Allah atau suatu janji dari manusia. Dan, mereka kembali dengan  kemurkaan dari Allah dan ditimpakan kepada mereka kesengsaraan. cYang demikian itu ialah karena mereka   mengingkari  Ayat-ayat  Allah, dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa hak. Yang demikian itu ialah disebabkan mereka telah durhaka dan senantiasa melampaui batas.
b2 : 62, 91; 5 : 61; 7 : 160.  c2 : 62, 92; 3 : 22.
114. aTidaklah mereka itu sama. Di antara Ahlikitab ada satu golongan yang berdiri teguh atas janji,459 mereka membaca ayat-ayat Allah di waktu malam dan mereka bersujud di hadapan-Nya.
a4 : 163.
115. Mereka beriman kepada Allah dan Hari Akhir dan mereka bmenyuruh berbuat kebaikan dan melarang berbuat keburukan dan mereka cberlomba-lomba dalam pelbagai kebajikan. Dan, mereka termasuk orang-orang saleh.
b3 : 105, 111; 9 : 71. c21 : 91; 23 : 62; 35 : 33.
116. Dan dkebaikan apa pun yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dihalangi menerima ganjarannya460 dan  Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa.
d28 : 85; 99 : 8.
117.   aSesungguhnya orang-orang yang ingkar, harta mereka dan anak keturunan mereka tidak akan dapat menyelamatkan mereka sedikit pun dari azab Allah dan mereka itulah penghuni Api; mereka akan tinggal lama di dalamnya.
a3 : 11; 58 : 18.
118. bPerumpamaan apa yang mereka belanjakan di dalam kehidupan dunia ini adalah seumpama angin yang di dalamnya mengandung suhu amat dingin menimpa ladang suatu kaum yang berlaku aniaya terhadap diri mereka, lalu angin itu menghancurkannya.461 Dan tidaklah  Allah menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
b10 : 25; 68 : 18 - 21.
119. Hai orang-orang yang beriman, cjanganlah kamu mengambil teman kepercayaan di luar golongan kamu; dmereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemudaratan462 bagimu. Mereka senang melihat kamu463 dalam kesusahan. Kebencian sesungguhnya telah zahir dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan dada mereka lebih besar lagi. Sesungguhnya telah Kami jelaskan kepadamu Ayat-ayat Kami, seandainya kamu menggunakan akal.
c3 : 21; 4 : 140, 145.  d9 : 47.
120. Ingatlah, kamu orang- orang yang mencintai mereka, padahal mereka tidak mencintaimu. aDan, kamu beriman kepada Kitab464 seluruhnya. Dan, apabila mereka bertemu dengan kamu, mereka berkata, “Kami beriman;” dan, apabila mereka menyendiri, mereka menggigit-gigit jari karena sangat marah terhadap kamu. Katakanlah, “Matilah kamu karena kemarahanmu.”465 Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui rahasia-rahasia dalam dada.
a2 : 15, 77; 5 : 62.
121. aJika kamu mendapat keberhasilan, mereka bersedih hati, dan jika kamu mendapat kesusahan, mereka bersenang hati. Dan jika kamu bersabar dan bertakwa, maka tipu muslihat mereka tidak akan dapat memudaratkan kamu sedikit pun. Sesungguhnya Allah menghancurkan apa-apa yang dikerjakan mereka.466
a9 : 50.
R.13
122. Dan, ingatlah ketika engkau berangkat pagi hari dari keluarga engkau guna menetapkan orang-orang mukmin tempat kedudukan mereka untuk berperang.467 Dan, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
123. Ketika dua golongan dari antaramu468 memperlihatkan sifat pengecut karena takutnya, padahal Allah adalah Pelindung mereka. Dan hanya kepada Allah orang-orang mukmin harus bertawakkal.
124. aDan, sesungguhnya  Allah telah menolongmu di perang Badar469 bketika kamu masih lemah. Maka, bertakwalah kepada Allah supaya kamu menjadi orang-orang bersyukur.
a8 : 8, 11; 9 : 25.  b2 : 250.
125. Ketika engkau berkata kepada orang-orang mukmin, c”Tidakkah cukup bagimu bahwa Tuhan-mu menolongmu dengan tiga ribu470 malaikat yang diturunkan dari langit?”
c8 : 10.
126. Mengapa tidak!471 Jika kamu bersabar dan bertakwa, dan mereka menyerang kepadamu dengan seketika itu juga, tentu Tuhan-mu akan menolongmu dengan lima ribu472 malaikat yang menggempur dengan dahsyat-nya.473
127. Dan, aAllah tidak menjadikan yang demikian itu melainkan sebagai kabar suka bagimu dan supaya hatimu tenteram474 karenanya, dan tiada pertolongan kecuali dari Allah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
a8 : 11.
128. Karena itu ditetapkan supaya Dia memotong sebagian dari orang-orang  ingkar atau Dia menghinakan475 mereka supaya mereka kembali dengan kegagalan.
129. Engkau tidak punya ke-pentingan sedikit pun dalam urusan ini, baik Dia menerima taubat mereka atau menyiksa mereka, karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang aniaya.476
130. aDan, kepunyaan Allah apa-apa yang ada di  langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan Dia mengazab siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Pe-nyayang.
a3 : 110, 190; 4 : 132; 56 : 11.
R.14
131. Hai orang-orang yang beriman, bjanganlah kamu memakan riba yang berlipatganda477 dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu memperoleh keberhasilan.
b2 : 276; 30 : 40.
132. Dan atakutlah kepada Api478 yang disediakan bagi   orang-orang kafir.
a2 : 25; 66 : 7.
133. Dan, btaatlah kepada  Allah dan Rasul ini supaya kamu dikasihani.
bLihat 3 : 33.
134. cDan, berlomba-lombalah ke arah ampunan dari Tuhan-mu dan sorga yang nilainya479 seluruh langit dan bumi, disediakan bagi orang-orang muttaqi.479A
c57 : 22; Lihat juga 2 : 26.
135. Ialah, orang-orang yang membelanjakan harta di waktu lapang dan di waktu sempit, dan yang menahan marah dan yang memaafkan480 manusia. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan;481
136. Dan, orang-orang yang aapabila mereka melakukan suatu perbuatan keji atau menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu mereka memohon ampunan bagi dosa mereka  dan bsiapakah yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak bersikeras pada apa yang telah dikerjakan mereka482 sedang mereka mengetahui.
a7 : 202.  b14 : 11; 39 : 54; 61 : 13.
137. cOrang-orang itulah, ganjaran mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan kebun-kebun483 yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka akan menetap di dalamnya; dan alangkah baiknya ganjaran orang-orang beramal.
c39 : 75.
138. Sesungguhnya atelah berlalu sebelummu banyak tata tertib perilaku,484 maka bberjalanlah di muka bumi dan perhatikanlah betapa buruk akibat orang-orang yang mendustakan.
a7 : 39; 13 : 31; 41 : 26; 46 : 19. b6 : 12; 12 : 110; 27 : 70.
139. Ini485 csuatu penjelasan bagi manusia dan dsuatu petunjuk dan enasihat bagi orang-orang muttaqi.
c5 : 16; 36 : 70. d2 : 3, 186; 31 : 4. e24 : 35.
140. Dan fjanganlah kamu lesu dan jangan pula bersedih  dan kamu pasti unggul, jika486 kamu orang-orang mukmin..487
f4 : 105; 47 : 36.
141. aJika kamu mendapat luka, maka sesungguhnya kaum kufar itu pun mendapat luka seperti itu.488 Dan, hari-hari488A itu Kami pergilirkan di antara manusia supaya mereka mendapat nasihat, dan supaya Allah menzahirkan489 orang-orang yang beriman, dan Dia mengambil saksi-saksi490 dari antaramu. Dan Allah tidak mencintai orang-orang aniaya.
a4 : 105.
142. Dan, supaya Allah mensucikan orang-orang yang beriman, dan membinasakan orang-orang kafir.491
143. aAdakah kamu menyangka bahwa kamu akan masuk sorga padahal Allah belum menzahirkan siapa-siapa yang berjihad di antaramu dan belum pula menzahirkan orang-orang yang sabar?492
a2 : 215; 9 : 16.
144. Dan, sesungguhnya kamu pernah menginginkan maut493 itu sebelum kamu menemuinya; maka sesungguhnya kamu sekarang telah melihatnya dan kamu sedang menyaksikan.
R.15
145. Dan, aMuhammad tidak lain melainkan seorang rasul. Sesungguhnya telah wafat rasul-rasul sebelumnya. Jadi, jika ia mati atau terbunuh, akan berpalingkah kamu atas tumitmu? bDan, barangsiapa berpaling atas tumitnya maka ia tidak akan memudaratkan Allah sedikit pun.494 Dan, Allah pasti akan memberi ganjaran kepada orang-orang yang bersyukur.
a5 : 76.  b2 : 144, 218; 5 : 55; 47 : 39.
146. Dan, tiada jiwa akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai keputusan yang ditetapkan waktunya. aDan, barangsiapa menghendaki ganjaran dunia, akan Kami beri dia darinya dan barangsiapa menghendaki pahala ukhrawi akan Kami beri dia darinya pula, dan niscaya akan Kami beri imbalan kepada orang-orang yang bersyukur.
a3 : 149; 4 : 135; 42 : 21.
147. Dan, betapa banyaknya nabi telah berperang besertanya sejumlah besar pengikutnya,495 maka bmereka tidak merasa lesu disebabkan kesusahan yang menimpa mereka di jalan Allah, dan mereka tidak lemah dan tidak pula mereka merendahkan diri di hadapan musuh. Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.
b4 : 105.
148. Dan, tiada ucapan mereka selain mereka berkata, a”Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan perbuatan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami, dan teguhkanlah langkah-langkah kami dan tolonglah kami terhadap kaum kafir.”
a2 : 251, 287.
149. bKarena itu Allah memberi mereka pahala duniawi dan juga sebaik-baik pahala akhirat;496 dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.
b3 : 146.
R.16
150. cHai orang-orang yang beriman, jika kamu menaati497  orang-orang yang ingkar, niscaya mereka akan membalikkan kamu atas tumit-tumitmu, maka kamu akan kembali menjadi orang-orang yang rugi.
c2 : 110; 3 : 101.
151. Bahkan dAllah Pelindung-mu, dan Dia sebaik-baik Penolong.
d8 : 41; 9 : 51; 22 : 79.
152. aKami akan memasukkan rasa takut ke dalam hati orang-orang ingkar disebabkan dengan apa yang mereka sekutukan dengan Allah498 sesuatu yang tidak Dia turunkan dalil tentangnya, dan, tempat tinggal mereka ialah Api. Dan alangkah buruknya kediaman orang-orang aniaya.
a8 : 13; 59 : 3.
153. Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya499 kepadamu ketika kamu membunuh dan memusnahkan mereka dengan izin-Nya, hingga apabila kamu telah menampakkan kelemahan500 dan bertengkar mengenai perintah501 Rasul itu, dan kamu durhaka502 sesudah Dia memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai, lalu Dia menarik kembali pertolongan-Nya. Di antaramu ada yang menghendaki dunia503 dan di antaramu ada yang menghendaki akhirat. Kemudian Dia memalingkan kamu dari mereka supaya Dia menguji kamu dan sesungguhnya Dia telah memaafkan kamu. Dan Allah Yang Empunya karunia besar atas  orang-orang mukmin.
154. Ketika kamu melarikan diri  dan tidak menoleh ke belakang kepada seorang jua pun504 padahal Rasul memanggil kamu dari paling belakangmu, kemudian Dia memberi kamu kesedihan atas kesedihan,505 asupaya kamu jangan berdukacita tentang apa yang telah luput darimu dan jangan pula bersedih tentang apa yang telah menimpamu.505A Dan, Allah Mengetahui segala yang kamu kerjakan.
a57 : 24.
155. Kemudian aDia menurunkan kepadamu rasa aman,  setelah kesedihan itu, suatu kantuk506 yang meliputi segolongan di antaramu, sedang segolongan lagi506A mengkhawatirkan diri mereka sendiri. Mereka menyangka yang tidak benar mengenai Allah, seperti sangkaan jahiliah. Berkata mereka, “Adakah bagi kami sesuatu bagian dalam urusan itu?” Katakanlah, “Sesungguhnya, urusan itu seluruhnya kepunyaan Allah.” Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak dinyatakan mereka kepada engkau. Berkata mereka, a”Sekiranya kami mempunyai sesuatu bagian dalam urusan itu, niscaya kami tidak terbunuh di sini.” Katakanlah, “Walaupun kamu tetap di rumah-rumahmu, niscaya orang-orang, yang terhadap mereka berperang506B telah diwajibkan, akan keluar juga ke tempat-tempat kematian mereka,”506C supaya  Allah melaksanakan keputusan-Nya, dan supaya Allah menguji apa-apa yang ada di dalam dadamu dan supaya Dia mensucikan apa-apa yang ada di dalam hatimu. Dan Allah Maha Mengetahui segala apa yang ada di dalam dada.
a8 : 12.
a3 : 169.
156.   Sesungguhnya  orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari ketika dua pasukan saling berhadapan,507 sesungguhnya syaitanlah yang menggelincirkan507A mereka disebabkan sebagian508 perbuatan mereka, dan sesungguhnya Allah telah mengampuni mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun.
R.18
157. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang ingkar dan yang berkata mengenai saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi509 atau berada dalam peperangan, “Sekiranya mereka tetap di samping kami, tidaklah mereka akan mati dan tidak pula akan terbunuh.” Ucapan mereka itu supaya dijadikan oleh Allah suatu penyesalan dalam hati mereka.510 Dan, Allah yang menghidupkan dan yang mematikan, dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
158. Dan, jika kamu terbunuh di jalan Allah atau kamu mati,511 atentu ampunan dan rahmat dari Allah adalah lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.512
a10 : 59; 43 : 33.
159. Dan, jika kamu513 mati atau kamu terbunuh, bniscaya kepada Allah kamu akan dihimpun.
b5 : 97; 6 : 73; 8 : 25; 23 : 80.
160. Dan, oleh karena rahmat dari Allah maka engkau bersikap lemah-lembut514 terhadap mereka, dan jika engkau kasar dan keras hati, niscaya mereka akan cerai-berai dari sekitar engkau. Maka, maafkanlah mereka dan mintalah ampunan dari Allah bagi mereka, dan abermusyawarahlah515 dengan mereka dalam urusan yang penting dan, apabila engkau telah mengambil suatu ketetapan, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal.
a42 : 39.
161. Jika Allah menolong kamu, maka tak ada yang akan dapat mengalahkanmu; dan jika Dia meninggalkan kamu, maka siapakah yang akan menolongmu selain Dia?516 Dan kepada Allah hendaknya bertawakkal orang-orang mukmin.
162. Dan tidaklah mungkin bagi seorang nabi berkhianat,517 dan barangsiapa berkhianat niscaya ia akan membawa apa-apa yang dikhianatkannya itu pada Hari Kiamat. aKemudian tiap-tiap jiwa akan diberi balasan sempurna untuk apa-apa yang diusahakannya; dan mereka tidak akan dianianya.
a3 : 26; 14 : 52; 40 : 18.
163. aAdakah orang yang mengikuti keridhaan Allah serupa dengan orang yang kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah,518 dan tempat kediamannya adalah Jahannam? Dan alangkah buruknya tempat-kembali itu.
a2 : 208, 266; 3 : 16; 5 : 3, 17; 9 : 72.
164. Mereka mempunyai derajat-derajat519 di sisi Allah; dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
165. Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang mukmin ketika amembangkitkan kepada mereka seorang Rasul dari antara mereka520 yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, dan mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan  Hikmah; dan walaupun sebelum itu mereka sesungguhnya ada di dalam kesesatan yang nyata.
a2 : 130, 152; 9 : 128; 63 : 3; 65 : 12.
166. Mengapa, bketika suatu musibah menimpamu, padahal  telah ditimpakan kepada kamu dua kali seperti itu,521 kamu berkata, dari manakah ini? Katakanlah, “Itu adalah dari dirimu sendiri.”522  Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
b4 : 80.
167. Dan, apa yang menimpa kamu pada hari ketika dua pasukan berhadap-hadapan, maka hal demikian adalah dengan izin Allah; dan supaya Dia mengetahui  orang-orang yang beriman.
168. Dan, supaya Dia mengetahui orang-orang yang munafik.523 Dan, dikatakan kepada mereka, “Marilah berperang di jalan Allah dan tangkislah524 serangan musuh;” mereka berkata, “Jika kami mengetahui cara berperang, niscaya kami akan mengikutimu.”525 Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kufur daripada kepada iman. aMereka mengatakan dengan mulut mereka apa yang tidak ada dalam hati mereka. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang disembunyikan mereka.
a48 : 12.
169. Mereka inilah orang-orang yang berkata tentang saudara-saudaranya,526 sedang mereka duduk saja di garis belakang. “Sekiranya mereka menaati kami, atidaklah mereka akan terbunuh.” Katakanlah, “Maka cobalah hindarkan bmaut dari dirimu, jika kamu  orang-orang yang benar.”
a3 : 155.  b4 : 79.
170. cDan janganlah kamu mengira tentang orang-orang yang terbunuh527 di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka, mereka diberi rezeki.
c2 : 155.
171. Mereka gembira528 dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya; dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih di belakang mereka dan belum bergabung dengan mereka; karena tak ada ketakutan akan datang aterhadap mereka, dan tidak pula mereka akan bersedih.
a2 : 63; 6 : 49; 7 : 50; 46 : 14.
172. Mereka bergirang hati dengan nikmat dari Allah dan karunia, dan sesungguhnya bAllah tidak menyia-nyiakan ganjaran orang-orang mukmin.
R.18
b7 : 171; 9 : 129; 11 : 116.
173. Orang-orang yang telah cmengabulkan perintah Allah dan Rasul sesudah luka,529 menimpa mereka. Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara  mereka dan bertakwa tersedia ganjaran yang besar;
c8 : 25.
174. Orang-orang yang kepada mereka manusia berkata, “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan lasykar untuk menyerang kamu, maka takutilah mereka,”530 tetapi hal itu menambah keimanan mereka dan mereka berkata, “Cukuplah Allah bagi kami, dan Dia sebaik-baik Pelindung.”
175. Maka, kembalilah mereka dengan nikmat dan karunia531 dari Allah; keburukan tidak menyentuh mereka dan mereka mengikuti akeridhaan Allah. Dan Allah adalah Yang Empunya karunia besar.
a2 : 208, 266; 3 : 16, 163; 5 : 3, 17; 9 : 72; 57 : 21, 28.
176. Sesungguhnya itu tak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti bkawan-kawan-nya;532 karena itu, janganlah kamu takut kepada mereka, dan takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang mukmin.
b7 : 28; 16 : 101; 35 : 7.
177. cDan, janganlah menyedihkan engkau oleh orang-orang yang cepat-cepat masuk ke dalam kekufuran;  sesungguhnya mereka sekali-kali tidak memudaratkan Allah533 sedikit pun. Allah berkehendak tidak akan memberi sesuatu bagian kepada mereka di akhirat; dan bagi mereka siksaan yang besar.
c5 : 42.
178. Sesungguhnya aorang-orang yang menukar iman dengan kekufuran sekali-kali tidak akan memudaratkan Allah sedikit pun; dan bagi mereka siksaan yang pedih.
a2 : 17, 87; 14 : 29.
179. Dan, janganlah sekali-kali orang-orang yang ingkar menyangka bahwa bKami memberi tangguh kepada mereka itu, baik bagi diri mereka; sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka itu supaya534 mereka bertambah dalam dosa; dan bagi mereka azab yang menghinakan.
b22 : 45.
180. cAllah tidak mungkin membiarkan orang-orang mukmin di dalam keadaan kamu sekarang535 sampai Dia memisahkan yang buruk dari yang baik. Dan Allah tidak akan dmemberitahukan yang gaib kepadamu, tetapi Allah memilih536 di antara rasul-rasul-Nya, siapa yang Dia kehendaki.
Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu ganjaran yang besar.
c8 : 38; 29 : 3,4.  d72 : 27,28.
181. Dan janganlah sekali-kali orang-orang ayang bakhil dalam membelanjakan apa-apa yang telah diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa itu baik bagi mereka, bahkan itu buruk bagi mereka. Akan dikalungkan kepada mereka apa-apa yang mereka telah bakhilkan pada Hari Kiamat. Dan kepunyaan Allah warisan537  seluruh langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
a4 : 38; 17 : 30; 25 : 68.
R.19
182. Sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan orang-orang yang mengatakan, “Sesungguhnya bAllah miskin dan kami kaya.”538 Kami pasti akan mencatat apa yang mereka katakan dan mereka terus-menerus aberusaha membunuh nabi-nabi tanpa  hak dan Kami akan mengatakan, “Kamu rasakanlah azab yang membakar;”
b5 : 65.
a4 : 156.
183. “Itu disebabkan oleh apa yang telah dikerjakan tanganmu sendiri,” dan sesungguhnya bAllah tidak aniaya terhadap hamba-hamba.
b8 : 52; 41 : 47; 50 : 30.
184. Orang-orang yang mengatakan, “Sesungguhnya Allah telah mengamanatkan kepada kami supaya kami tidak beriman kepada seseorang rasul sebelum ia mendatangkan kepada kami kurban yang api memakannya.”539 Katakanlah, “Sesungguhnya telah datang kepadamu rasul-rasul sebelumku dengan cTanda-tanda yang nyata, dan juga apa-apa yang telah kamu katakan. Maka, mengapa kamu membunuh mereka jika kamu adalah orang-orang benar?”
c5 : 33; 14 : 10; 40 : 84.
185. aDan, jika mereka mendustakan engkau, maka sesungguhnya telah didustakan pula rasul-rasul sebelum engkau yang datang dengan Tanda-tanda yang nyata dan Zabur540 dan Kitab Syariat yang menerangi.541
a35 : 5, 26.
186. bTiap-tiap jiwa akan merasai maut. Dan sesungguhnya akan disempurnakan cganjaranmu pada Hari Kiamat. Maka, barangsiapa dijauhkan dari Api dan dimasukkan ke dalam sorga, sesungguhnya ia telah berhasil. Dan, kehidupan dunia ini tidak lain melainkan suatu kesenangan yang memperdayakan.542
b21 : 36; 29 : 58.  c4 : 174; 35 : 31; 39 : 36.
187. aKamu pasti akan diuji543 dalam hartamu dan jiwamu, dan pasti bkamu akan mendengar banyak hal yang menyakiti hati dari orang-orang yang telah diberi Alkitab sebelummu dan dari orang-orang musyrik. Dan jika kamu bersabar dan bertakwa, maka hal demikian sungguh merupakan urusan keteguhan hati.
a2 : 156; 8 : 29; 64 : 16.  b5 : 83.
188. Dan, ingatlah ketika Allah mengambil janji544 dari orang-orang yang telah diberi Alkitab dan berfirman, “Kamu harus menerangkannya kepada manusia dan jangan menyembunyikannya.” Tetapi, cmereka mencampakkannya ke belakang punggung mereka dan menukarkannya dengan harga rendah. Maka, alangkah buruknya apa yang mereka beli.
c2 : 102.
189. Janganlah sekali-kali engkau menyangka bahwa aorang-orang yang sangat berbesar hati dengan apa-apa yang mereka perbuat dan mereka menyukai supaya mereka dipuji dengan apa-apa yang mereka tidak pernah kerjakan, maka janganlah sekali-kali engkau menyangka bahwa mereka akan terpelihara545 dari azab, dan bagi mereka azab yang pedih.
a61 : 3-4.
190. bDan kepunyaan Allah kerajaan seluruh langit dan bumi; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
b5 : 18-19, 121; 24 : 43; 42 : 50.
R.20
191. cSesungguhnya dalam penciptaan seluruh langit dan bumi, dan pertukaran malam dan siang, pasti ada Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal;546
c2 : 165; 3 : 28; 45 : 4, 6.
192. Yaitu, dorang-orang yang selalu mengingat Allah, ketika berdiri dan duduk dan ketika berbaring atas rusuk mereka, dan mereka merenungkan tentang penciptaan seluruh langit dan bumi ,berkata, “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menjadikan ini asia-sia,547 Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari azab Api.”
d4 : 104; 10 : 13; 39 : 10; 62 : 11.
a38 : 28.
193. “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam Api, maka sungguh Engkau telah menghinakannya. Dan tak ada bagi orang-orang aniaya seorang penolong pun.
194. “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mendengar seorang penyeru memanggil kepada keimanan, bahwa, ‘Berimanlah kepada Tuhan-mu,’ maka kami telah beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah bagi kami, dosa-dosa kami,548 dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami dalam golongan orang-orang baik.”
195. “Wahai Tuhan kami, berikanlah kepada kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau hinakan kami pada Hari Kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.”
196. Maka Tuhan mereka telah mengabulkan doa mereka, “Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amalan orang yang beramal, dari antaramu baik laki-laki maupun perempuan. Sebagian kamu adalah dari sebagian lain.549 bMaka orang-orang yang telah berhijrah dan diusir dari rumah-rumah mereka dan disiksa pada jalan-Ku, dan mereka berperang dan terbunuh, niscaya Aku akan menghapuskan dari mereka keburukan-keburukan mereka dan pasti Aku aakan memasukkan mereka ke dalam kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, sebagai ganjaran dari sisi Allah, dan Allah, di sisi-Nya ada sebaik-baik ganjaran.
a4 : 125; 16 : 98; 20 : 113. b16 : 42; 22 : 59, 60.
aLihat 2 : 26.
197. bJanganlah sekali-kali engkau terpedaya550 oleh lalu-lalang orang-orang ingkar di dalam negeri.
b40 : 5.
198. Ini adalah kesenangan551 sementara yang sedikit; kemudian, tempat kediaman mereka adalah Jahannam. Dan, alangkah buruknya tempat itu.
199. Tetapi, orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan mereka, bagi mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka akan menetap di dalamnya, suatu hidangan552 dari sisi Allah. Dan, apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang shaleh.
200. Dan, sesungguhnya adi antara Ahlikitab ada yang beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepadamu, dan kepada apa yang diturunkan kepada mereka, mereka berendah diri di hadapan Allah. Mereka tidak menjual ayat-ayat Allah dengan harga rendah. Orang-orang inilah yang bagi mereka ada ganjaran mereka di sisi Tuhan mereka. Sesungguhnya Allah sangat cepat dalam menghisab.553
a3 : 11.
201. Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah dan tingkatkanlah kesabaran dan bberjaga-jagalah554 di perbatasan serta bertakwalah kepada Allah supaya kamu memperoleh keberhasilan.555
b8 : 61.


Tafsir surah 3
362A. Lihat catatan no. 16.
363. Ayat ini berisikan sanggahan yang kuat terhadap itikad palsu mengenai ketuhanan Isa. Oleh karena itikad ini merupakan salah satu pokok pembicaraan yang dibahas dalam Surah ini, maka ayat-ayat pembukaannya dengan tepat, menunjuk kepada Sifat-sifat Tuhan yang membongkar itikad ini sampai ke akar-akarnya. Sifat-sifat itu, yaitu Yang Maha Hidup, Berdiri Sendiri, dan Pemelihara segala sesuatu, membuktikan di satu pihak bahwa Tuhan, Pemilik Sifat-sifat itu, tidak memerlukan rekan atau pembantu. Di pihak lain membuktikan, bahwa Nabi Isa a.s. — yang tunduk pada hukum kelahiran serta kematian, dan oleh karena itu tidak hidup kekal atau berdiri sendiri dan memelihara segala sesuatu, — tidak mungkin menjadi Tuhan. Sifat-sifat itu membuktikan pula kehampaan itikad Penebusan dosa yang merupakan akibat yang tak terpisahkan dari itikad di atas. Yesus dinyatakan oleh kaum Kristen, menderita kematian untuk menebus dosa umat manusia. Bila hal itu benar, beliau tak mungkin jadi Tuhan, sebab Tuhan itu Hidup Kekal dan tak mungkin menderita kematian untuk selama-lamanya maupun untuk sementara. Sia-sia belaka berkata bahwa kematian Nabi Isa dimaksudkan hanya perpisahan antara Yesus-tuhan dengan wujud jasmaninya.
Perhubungan antara Yesus-tuhan dengan jasad kasarnya, menurut kepercayaan kaum Kristen, hanya bersifat sementara dan harus terputus pada suatu saat, sekalipun Nabi Isa a.s. tidak mati di atas salib. Maka, hanya terputusnya perhubungan itu tidak berguna sedikit pun. Harus ada suatu kematian lain yang membawa penebusan dosa bagi para pengikut beliau yang berdosa. Kematian demikian, menurut kaum Kristen sendiri, telah menimpa Yesus, ketika sesudah disalib, beliau turun ke Hades atau Neraka (Kisah Perbuatan Rasul-rasul 2:21). Jadi, jauh dari kebal terhadap kematian, yang merupakan hak-istimewa Tuhan, Nabi Isa a.s. menderita kematian dalam arti harfiah maupun arti kiasan. Demikian pula sifat-sifat Berdiri Sendiri dan Pemeliharaan segala sesuatu, membuktikan kesesatan itikad Kristen. Tuhan Yang Berdiri Sendiri dan Pemelihara segala sesuatu, bukan saja harus hidup sendiri tanpa bantuan wujud lain mana pun, tetapi semua wujud yang bernyawa lainnya harus menerima bantuan dari Tuhan. Tetapi, Nabi Isa a.s. tak memiliki sifat-sifat itu. Seperti makhluk-makhluk lainnya, beliau dilahirkan oleh seorang wanita, menderita sakit dan kesengsaraan, minta agar orang-orang lain mendoa untuk keringanan penderitaannya, dan akhirnya menurut kata orang-orang Kristen, mati di atas salib. Perjanjian Baru mengandung banyak bukti mengenai semua fakta ini. Tetapi, Tuhan Yang Hidup Kekal, Berdiri Sendiri, dan Pemelihara segala sesuatu itu, jauh dari semua kelemahan-kelemahan jasmaniah seperti ini.
364. Haqqa berarti, sesuatu itu dahulunya adalah atau menjadi adil, layak, betul, benar, asli, sejati, maujud atau nyata; atau sesuatu itu dahulunya adalah atau menjadi satu kenyataan yang pasti atau terbukti kebenarannya; sesuatu itu dahulunya adalah atau menjadi mengikat, keharusan atau kewajiban (Lane). Ungkapan bil-haqq berarti, (1) bahwa Alquran meliputi ajaran-ajaran yang berdasar pada kebenaran-kebenaran yang kekal abadi dan tidak mungkin dapat berhasil dirusak; (2) bahwa mereka yang pertama-tama menerima merupakan kaum yang paling pantas menerimanya; (3) bahwa Alquran datang pada waktu yang telah matang untuk itu dan memenuhi segala keperluan yang sejati umat manusia; (4) bahwa Alquran telah datang untuk tetap lestari dan tiada usaha dari pihak penentangnya dapat membinasakannya atau melemahkannya.
365. Kata Taurat diambil dari kata wara yang berarti ia membakar; ia menyembunyikan (Aqrab). Taurat disebut demikian barangkali karena pada masa permulaan, ketika isinya masih murni, membacanya dan mengamalkan ajarannya menyalakan dalam hati manusia api cinta Ilahi. Mungkin, kata itu mengandung  pula isyarat bahwa nubuatan-nubuatan yang cemerlang mengenai kedatangan Nabi Pembawa Syariat terakhir ada tersembunyi dalam Kitab itu. Taurat adalah nama yang dikenakan kepada lima Kitab Nabi Musa a.s.: Kejadian, Keluaran, Imamat Orang Lewi, Bilangan, dan Ulangan. Nama itu kadang-kadang dikenakan kepada Sepuluh Perintah.
366. Injil, yang berarti kabar suka, menurut Aqrab adalah kata Yunani (bukan berasal dari akar kata bahasa Arab apa pun) yang dari kata itu berasal, kata Inggris “Evangel.” Injil disebut demikian, karena Kitab itu bukan saja mengandung “khabar suka” untuk mereka yang menerima Nabi Isa a.s., tetapi karena Kitab itu mengandung pula nubuatan-nubuatan tentang kedatangan Nabi terbesar yang mengenai kedatangannya dilukiskan oleh Nabi Isa a.s. sebagai kedatangan Tuhan Sendiri (Matius 21 : 40). Kata itu tidak menunjuk kepada keempat Injil sekarang yang ditulis oleh para penganut Nabi Isa a.s. lama sesudah peristiwa penyaliban dan hanya semata-mata berisikan uraian tentang kehidupan dan ajaran beliau, melainkan kepada wahyu yang asli diterima oleh Nabi Isa a.s.
367. Al-furqan boleh ditujukan kepada Alquran atau Tanda-tanda Ilahi yang dianugerahkan kepada Rasulullah s.a.w. yang membuktikan kebenaran beliau.
368. Karena pertumbuhan anak terjadi dalam rahim ibu, tentu saja keturunannya itu terpengaruh oleh keadaan jasmani dan akhlak ibunya. Maka Nabi Isa a.s. yang jasadnya seperti jasad semua manusia lainnya dibentuk dalam rahim seorang wanita, tidak dapat terhindar dari pengaruh keterbatasan-keterbatasan dan kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam diri seorang wanita. Itulah sebabnya mengapa dalam bertukar pikiran dengan orang-orang Kristen dari Najran, Rasulullah s.a.w. secara tepat menyebutkan kelahiran Nabi Isa a.s. sebagai keterangan untuk menyangkal apa yang disebut ketuhanannya. Beliau diriwayatkan telah mengatakan kepada mereka, “Apakah kalian tidak mengetahui bahwa seorang wanitalah yang mengandung Nabi Isa a.s., dan kemudian wanita itu telah melahirkan beliau, sama seperti seorang wanita biasa melahirkan anak?” (Jarir, iii, 101).
369. Muhkam berarti, (1) hal yang telah terjamin aman dari perobahan atau pergantian; (2) hal yang tidak mengandung arti ganda atau kemungkinan ada keraguan; (3) hal yang jelas artinya dan pasti dalam keterangan, dan (4) ayat yang merupakan ajaran khusus dari Alquran (Mufradat dan Lane).
370. Umm berarti, (1) ibu; (2) sumber atau asal atau dasar sesuatu; (3) sesuatu yang merupakan sarana pembantu dan penunjang, atau sarana islah (reformasi dan koreksi) untuk orang lain; (4) sesuatu yang di sekitarnya benda-benda lain dihubungkan (Aqrab dan Mufradat).
371. Mutasyabih dipakai mengenai (1) ucapan, kalimat atau ayat yang memungkinkan adanya penafsiran yang berbeda, meskipun selaras; (2) hal yang bagian-bagiannya mempunyai persamaan atau yang selaras satu sama lain; (3) hal yang makna sebenarnya mengandung persamaan dengan artian yang tidak dimaksudkan; (4) hal yang arti sebenarnya diketahui hanya dengan menunjuk kepada apa yang disebut muhkam; (5) hal yang tak dapat dipahami dengan segera  tanpa pengamatan yang berulang-ulang; (6) sesuatu ayat yang berisi ajaran sesuai dengan atau menyerupai apa yang dikandung oleh Kitab-kitab wahyu terlebih dahulu (Mufradat).
372. Ta’wil berarti, (1) penafsiran atau penjelasan; (2) terkaan tentang arti suatu pidato atau tulisan; (3) penyimpangan suatu pidato atau tulisan dari penafsiran yang benar; (4) penafsiran suatu impian; (5) akhir, hasil atau akibat sesuatu (Lane). Dalam ayat ini kata itu dijumpai dua kali; pada tempat pertama, kata itu mengandung arti yang kedua atau yang ketiga, sedang pada tempat kedua kata itu mempunyai arti yang pertama atau yang kelima.
373. Ayat ini meletakkan peraturan yang sangat luhur bahwa untuk membuktikan sesuatu hal yang mengenainya terdapat perbedaan paham, bagian-bagian sebuah Kitab Suci yang diterangkan dengan kata-kata yang tegas dan jelas harus diperhatikan. Bila bagian yang tegas itu terbukti berlawanan dengan susunan kalimat tertentu yang mengandung dua maksud, maka kalimat itu harus diartikan sedemikian rupa sehingga menjadi selaras dengan bagian-bagian yang tegas dan jelas kata-katanya. Menurut ayat ini Alquran mempunyai dua perangkat ayat. Beberapa di antaranya muhkam (kokoh dan pasti dalam artinya) dan lain-lainnya mutasyabih (yang dapat diberi penafsiran berbeda-beda). Cara yang tepat untuk mengartikan ayat mutasyabih ialah arti yang dapat diterima hanyalah yang sesuai dengan ayat-ayat muhkam. Dalam 39:24 seluruh Alquran disebut mutasyabih dan dalam 11:2 semua ayat Alquran dikatakan muhkam. Hal itu tak boleh dianggap bertentangan dengan ayat yang sedang dibahas ini; menurut ayat ini beberapa ayat Alquran itu muhkam dan beberapa lainnya mutasyabih. Sepanjang hal yang menyangkut maksud hakiki ayat-ayat Alquran, seluruh Alquran itu muhkam dalam pengertian bahwa ayat-ayatnya mengandung kebenaran-kebenaran pasti dan kekal-abadi. Tetapi, dalam pengertian lain, seluruh Alquran itu mutasyabih, sebab ayat-ayat Alquran itu disusun dengan kata-kata demikian rupa sehingga pada waktu itu juga ayat itu mempunyai berbagai arti yang sama-sama benar dan baik. Alquran itu mutasyabih pula (menyerupai satu sama lain) dalam pengertian bahwa tiada pertentangan atau ketidakselarasan di dalamnya,  berbagai ayat-ayatnya bantu-membantu. Tetapi, ada bagian-bagiannya yang tentu muhkam, dan yang lain mutasyabih untuk berbagai pembaca menurut ilmu pengetahuan, keadaan mental, dan kemampuan alami mereka seperti dikemukakan oleh ayat sekarang ini. Adapun nubuatan-nubuatan yang dilahirkan dengan bahasa yang jelas dan langsung menyerap satu arti saja, harus dianggap sebagai muhkam; dan nubuatan-nubuatan yang digambarkan dengan bahasa majas atau perumpamaan dan mampu menyerap tafsiran lebih dari satu, harus dianggap mutasyabih. Karena itu, nubuatan-nubuatan yang digambarkan dengan bahasa majas atau perumpamaan harus ditafsirkan sesuai dengan nubuatan-nubuatan yang jelas dan secara harfiah menjadi sempurna dan pula sesuai dengan asas-asas ajaran Islam yang pokok. Untuk nubuatan-nubuatan muhkam para pembaca diingatkan kepada 58 : 22, sedang 28 : 86 berisikan nubuatan-nubuatan yang mutasyabih. Istilah muhkam dapat pula dikenakan kepada ayat-ayat yang mengandung peraturan-peraturan yang penuh dan lengkap, sedang ayat-ayat mutasyabih itu ayat-ayat yang memberikan bagian dari perintah tertentu dan perlu dibacakan bersama-sama dengan ayat-ayat lain untuk menjadikan suatu perintah yang lengkap. Muhkamat (ayat-ayat yang jelas dan pasti) umumnya membahas hukum dan itikad-itikad agama, sedang mutasyabihat umumnya membahas pokok pembahasan yang menduduki tingkat kedua menurut pentingnya atau menggambarkan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan nabi-nabi atau sejarah bangsa-bangsa, dan dalam berbuat demikian, kadang-kadang memakai tata bahasa (idiom) dan peribahasa-peribahasa yang dapat dianggap mempunyai berbagai arti. Ayat-ayat demikian hendaknya jangan diartikan demikian rupa sehingga seolah-olah bertentangan dengan ajaran-ajaran agama yang diterangkan dengan kata-kata yang jelas. Baiklah dicatat di sini bahwa penggunaan kiasan-kiasan yang menjadi dasar pokok ayat-ayat mutasyabih dalam Kitab-kitab Suci, perlu sekali menjamin keluasan arti dengan kata-kata sesingkat-singkatnya, untuk menambah keindahan dan keagungan gaya bahasanya dan untuk memberikan kepada manusia suatu percobaan yang tanpa itu perkembangan dan penyempurnaan rohaninya tidak akan mungkin tercapai.
374. Makrifat Alquran hanya dianugerahkan kepada mereka yang berhati suci (56: 80).
375. Karena semua ayat ini mengandung acuan (isyarat) istimewa kepada kaum Kristen, maka kata “orang-orang yang ingkar” yang tercantum dalam ayat ini dapat dikenakan kepada mereka.
376. Da’b berarti, kebiasaan, adat atau cara, peristiwa, perkara atau keadaan (Aqrab).
377. Ayat ini mengisyaratkan kepada Perang Badar, saat 313 orang-orang Muslim dengan perlengkapan dan persenjataan yang amat buruk berhasil mengalahkan pasukan Mekkah yang sempurna peralatannya dan lengkap persenjataannya dengan berkekuatan 1000 orang prajurit. Hal itu menyempurnakan dua buah nubuatan — pertama yang terkandung dalam sebuah wahyu Alquran yang paling awal (54; 45 - 49), dan kedua dalam Bible (Yesaya 21:13-17). Sesuai dengan nubuatan Bible kira-kira setahun sesudah hijrah Rasulullah s.a.w. dari Mekkah, kekuasaan Kedar (leluhur kaum Mekkah) telah dihancurkan di Badar dan lenyaplah kebesaran mereka. Kekalahan kaum kufar itu tak disangka-sangka dan telak, seperti halnya juga kemenangan kaum Muslimin. Dengan tepat Perang Badar itu dianggap sebagai salah satu perang yang terbesar dalam sejarah. Pertempuran itu benar-benar menentukan nasib tanah Arab dan menegakkan Islam di atas landasan yang amat kokoh.
378. Anak kalimat ini menunjukkan bahwa lasykar Mekkah nampak kepada kaum Muslimin kurang dari kekuatan yang sebenarnya, ialah hanya dua kali lipat dan bukan tiga kali lipat jumlah kaum Muslim, seperti keadaan yang sesungguhnya. Hal itu selaras benar dengan rencana Ilahi agar pasukan Muslim yang sangat sedikit jumlahnya lagi lemah dan buruk perlengkapannya itu jangan gentar dan cemas melihat kekuatan musuh yang sebenarnya (8: 45). Yang sesungguhnya terjadi ialah, sepertiga tentara Mekkah ada di belakang bukit dan pasukan Muslim hanya melihat dua pertiganya ialah sejumlah 600 orang atau dua kali sebanyak mereka sendiri.
379. Islam tidak melarang mempergunakan atau mencari barang-barang yang baik dari dunia ini; tetapi, tentu saja Islam mencela mereka yang menyibukkan diri dalam urusan duniawi dan menjadikannya satu-satunya tujuan hidup mereka.
380. Dzunub adalah jamak dari dzanb yang berarti kealpaan, perbuatan salah, pelanggaran, sesuatu yang patut dicela jika dilakukan dengan sengaja. Perbedaannya dengan itsm ialah, dzanb itu boleh jadi disengaja atau dilakukan karena kealpaan. Itsm itu yang khusus dilakukan dengan sengaja. Atau dzanb berarti kekeliruan-kekeliruan dan kesalahan-kesalahan yang membawa akibat buruk atau menjadikan sipelakunya layak dituntut. Sesungguhnya dzanb berarti kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang melekat pada fitrat manusia, seperti halnya dzanb (ekor, atau bagian tubuh yang seperti itu pada manusia) melekat pada tubuh artinya, kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan alami pada diri manusia (Lane & Mufradat).
381. Ciri-ciri khas seorang mukmin sejati yang disebut dalam ayat ini melukiskan empat tingkat kemajuan rohani: (1) Bila seseorang memeluk agama sejati, biasanya ia menjadi sasaran aniaya; maka, tingkat pertama yang harus dilaluinya ialah tingkat “kesabaran dan kegigihan.” (2) Bila penganiayaan berakhir dan ia bebas untuk berbuat menurut kehendaknya, ia mengamalkan ajaran-ajaran yang sebelum itu ia tak dapat mengerjakan sepenuhnya. Tingkat kedua ini bertalian dengan “hidup berpegang pada kebenaran,” ialah, hidup sesuai dengan keyakinannya. (3) Bila, sebagai akibat melaksanakan perintah-perintah agama dengan setia, orang-orang mukmin sejati memperoleh kekuasaan, ketika itu pun sifat merendahkan diri tidak beranjak dari mereka. Mereka tetap bersikap “merendah” seperti sediakala. (4) Bukan sampai di situ saja, bahkan rasa pengabdian mereka bertambah besar. Mereka “membelanjakan” apa yang direzekikan Allah kepada mereka untuk kesejahteraan umat manusia. Tetapi, seperti kata-kata penutup ayat ini menunjukkan, sepanjang masa itu mereka terus-menerus mendoa kepada Tuhan, agar memaafkan setiap kekurangan mereka dalam mencapai cita-cita luhur mereka, untuk berbakti kepada umat manusia, di tengah keheningan malam.
381A. Kata-kata itu berarti juga, sesuai dengan keadilan.
382. Satu kenyataan ini yang terdapat di alam dan tak dapat dibantah dan merupakan asas pokok setiap agama sejati ialah Keesaan Ilahi. Seluruh ciptaan Tuhan dengan segala tertibnya yang sempurna mengandung kesaksian yang tak dapat ditolak mengenai kenyataan asasi ini. Para malaikat yang adalah penyampai Amanat kebenaran kepada para nabi, rasul-rasul Allah yang menyebarkannya di dunia, dan orang-orang saleh yang menerima dan meresapkan ke dalam diri mereka ilmu yang hakiki dari rasul-rasul Allah itu, semuanya membubuhkan kesaksian mereka kepada kesaksian Ilahi. Demikian pula, semuanya bersatu memberi kesaksian terhadap kepalsuan gagasan mempersekutukan Tuhan dengan sejumlah banyak — tiga atau pun dua tuhan palsu.
383. Semua agama senantiasa menanamkan kepercayaan Tauhid Ilahi dan kepatuhan kepada kehendak-Nya, namun demikian hanya dalam Islamlah paham kepatuhan kepada kehendak Ilahi mencapai kesempurnaan; sebab, kepatuhan sepenuhnya meminta pengejawantahan penuh Sifat-sifat Tuhan, dan hanya pada Islam sajalah pengejawantahan demikian telah terjadi. Jadi, dari semua tatanan keagamaan, hanya Islam yang berhak disebut agama Tuhan Pribadi, dalam arti kata yang sebenarnya. Semua agama yang benar, lebih atau kurang, dalam bentuknya yang asli adalah agama Islam, sedang para pengikut agama-agama itu adalah Muslim dalam arti kata secara harfiah; tetapi, nama Al-Islam tidak diberikan sebelum tiba saat bila agama menjadi lengkap dalam segala ragam seginya, karena nama itu dicadangkan untuk syariat yang terakhir dan mencapai kesempurnaan dalam Alquran. Seterusnya ayat ini menjelaskan ayat 2 : 63.
384. Ahlulkitab dan ummiyyin (mereka yang tidak menganut sesuatu Kitab wahyu) mencakup seluruh umat manusia.
385. Lihat catatan no. 113A dan no. 1058.
386. Bila Ahlulkitab dan mereka yang tidak menganut sesuatu Kitab wahyu (Ummiyyin), menyerahkan diri kepada Tuhan, niscaya mereka akan menerima Rasulullah s.a.w. dan mendapat petunjuk yang benar; golongan pertama menerima oleh karena adanya nubuatan-nubuatan jelas yang terdapat dalam Kitab-kitab Suci mereka mengenai beliau; dan golongan kedua menerima oleh karena adanya kesaksian alam, hati nurani insani, dan pikiran sehat, secara terpadu.
387. Tiada nabi Allah pernah gagal dalam tugasnya, biar bagaimana pun keadaan yang dihadapkan kepadanya. Tiada penganiayaan atau upaya-upaya membunuh nabi-nabi pernah berhasil menghentikan atau memperlambat lajunya kemajuan agama mereka. Sejarah agama memberikan bukti dan kesaksian yang abadi mengenai kenyataan ini.
388. Orang-orang kafir sedikit pun tidak percaya akan adanya pembalasan di akhirat; maka, sebagai bukti akan kenyataan bahwa perbuatan mereka tidak akan menolong mereka sedikit pun pada Hari Kebangkitan, mereka diberi tahu bahwa dalam kehidupan di alam dunia ini pun usaha mereka membinasakan Islam akan ternyata gagal dan hal itu akan menjadi bukti akan kenyataan bahwa di akhirat pun pekerjaan mereka akan sia-sia bagi mereka.
389. (1) Nubuatan-nubuatan dalam Bible mengenai Rasulullah s.a.w. yang merupakan bagian dari Kitab itu; atau (2) bagian sejati Bible, sebab hanya sebagian Bible saja masih tetap selamat dan terpelihara dari penyisipan, dan itu saja yang dapat disebut bagian yang benar dari Kitab itu; atau (3) Bible hanyalah sebagian saja dari Kitab itu, jika dibandingkan dengan Alquran yang merupakan Kitab yang paling sempurna.
390. Kaum Yahudi dan Kristen kedua-duanya meyakinkan diri mereka sendiri untuk mempercayai bahwa mereka akan selamat dari siksaan di akhirat; orang-orang Yahudi menyangka diri mereka kebal karena mereka itu merasa “orang-orang pilihan Tuhan,” dan orang-orang Kristen menipu diri sendiri dengan khayalan bahwa Nabi Isa a.s., yang disebut mereka anak Tuhan, telah menghapus semua dosa mereka dengan kematiannya di atas salib.
391. Ayat ini merupakan bantahan yang tegas terhadap doktrin (ajaran) bahwa darah seseorang, yakni bukan amal salehnya sendiri, dapat mendatangkan najat (keselamatan).
392. Lihat ayat berikutnya untuk penjelasan dari ayat ini.
393. Kata “siang” di sini menggambarkan kesejahteraan dan kekuasaan suatu kaum dan kata “malam” melukiskan kemunduran dan kemerosotan mereka.
394. Ayat ini dan yang mendahuluinya mengisyaratkan kepada hukum Ilahi yang tak berubah bahwa bangsa-bangsa bangkit atau jatuh, karena mereka menyesuaikan diri dengan atau menentang kehendak Ilahi yang merupakan sumber segala kekuasaan dan kebesaran.
395. Dengan diperolehnya kekuatan politik oleh Islam, seperti dijanjikan dalam ayat-ayat sebelumnya, bagi negara Islam mengadakan persekutuan-persekutuan politik itu menjadi sangat perlu. Ayat yang sedang dibahas ini berisikan pedoman asasi bahwa tiada negara Islam boleh mengadakan perjanjian atau persekutuan dengan negara bukan-Islam yang sama sekali akan merugikan atau mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan-kepentingan negara-negara Islam lainnya. Kepentingan-kepentingan Islam harus berada di atas kepentingan-kepentingan lainnya.
396. Kaum Muslim diperingatkan supaya berhati-hati terhadap hasutan-hasutan dan tipu muslihat kaum kafir. Ungkapan kecuali bila kamu menjaga diri dari mereka, mengacu bukan kepada kekuasaan musuh tetapi kepada kelicikannya yang kaum Muslimin senantiasa harus berjaga-jaga.
397. Nafs berarti, diri pribadi seseorang; maksud, kemauan, atau keinginan; hukuman, dan sebagainya (Aqrab).
398. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tujuan memperoleh kecintaan Ilahi sekarang tidak mungkin terlaksana kecuali dengan mengikuti Rasulullah s.a.w. Selanjutnya, ayat ini melenyapkan kesalahpahaman yang mungkin dapat timbul dari 2:63 bahwa iman kepada adanya Tuhan dan alam ukhrawi saja sudah cukup untuk memperoleh najat (keselamatan).
399. ‘Imran boleh jadi mengisyaratkan kepada dua pribadi: (1) Amran dari Bible yang adalah seorang anak Kahat dan cucu Lewi. Beliau itu ialah ayah Nabi Musa a.s., Nabi Harun a.s., dan Miriam; dari antara ketiga bersaudara itu Nabi Musa a.s. yang termuda (Jew. Enc. pada kata Amran; Keluaran 6:12-20); (2) ‘Imran ayah Siti Maryam, ibunda Nabi Isa a.s. ‘Imran ini anak Yosyhim atau Yosyim (Jarir dan Katsir).
Alquran memilih nama ini dengan dua tujuan: (1) Untuk mencakup juga Nabi Harun a.s., kakak Nabi Musa a.s., di samping Nabi Musa a.s., dan (2) sebagai semacam pendahuluan guna memperkenalkan riwayat Siti Maryam, ibunda Nabi Isa a.s. dan riwayat Nabi Isa a.s. sendiri. Diulangnya nama ‘Imran dalam 3:36 pun membawa kepada kesimpulan yang sama. Memang, sangat menarik bahwa sementara ayat ini menyebut nama-nama Adam a.s. dan Nuh a.s. secara mandiri dan secara individual, maka ayat ini menyebut Nabi Ibrahim a.s. dan ‘Imran sebagai tokoh-tokoh keluarga. Hal demikian ialah untuk menegaskan bahwa kedua nama yang tersebut belakangan mencakup pengisyaratan kepada pribadi-pribadi tertentu dari antara anak-cucu mereka. Jadi, ungkapan “keluarga Ibrahim” bukan saja menunjuk kepada Nabi Ibrahim a.s. pribadi, tetapi pula kepada anak-anak dan cucu-cucunya — Ismail a.s., Ishak a.s., Ya’kub a.s., dan Yusuf a.s. Ayat ini dapat pula mengandung isyarat kepada Rasulullah s.a.w. yang juga keturunan Nabi Ibrahim a.s. Demikian pula kata-kata “keluarga ‘Imran,” mengacu kepada Nabi Harun a.s. dan Nabi Isa a.s. ‘Imran sendiri tidak termasuk karena beliau bukan seorang Nabi.
400. ‘Imran dalam ayat ini berbentuk singkatan dari Ali-’Imran (keluarga ‘Imran, ayah Nabi Musa a.s.) seperti dalam 2:41 itu; Israil adalah singkatan dari Bani Israil (Anak-anak Israil) atau menunjuk kepada ‘Imran, ayah Siti Maryam.
401. Muharrar berarti, yang dibebaskan; anak yang dipisahkan dari segala urusan dunia dan diserahkan oleh orangtuanya untuk berkhidmat kepada rumah peribadatan (Lane & Mufradat). Telah menjadi kebiasaan pada kaum Bani Israil bahwa orang-orang yang dibaktikan untuk mengabdi kepada rumah peribadatan selamanya tidak kawin (Injil Mariam 5:6 dan Bayan 3:36). Dalam ayat ini ibu Siti Maryam, yang bernama Hanna (Enc. Bib.), disebut Imra’at ‘Imran (istri ‘Imran), sedang dalam 19:29 Siti Maryam sendiri dipanggil dengan nama Ukht Harun (saudara perempuan Nabi Harun a.s.). ‘Imran (Amran) dan Nabi Harun a.s. masing-masing ayah dan saudara Nabi Musa a.s., yang mempunyai saudara perempuan yang bernama Miryam. Karena tidak paham akan tata bahasa Arab dan gaya bahasa Alquran, para pujangga Kristen yang menuduh Alquran sebagai karangan Rasulullah s.a.w., menyangka bahwa karena jahilnya, beliau mencampuradukkan Siti Maryam, ibu Nabi Isa a.s. dengan Maryam atau Miriam, saudara perempuan Nabi Musa a.s. Dengan demikian mereka berlagak seolah-olah telah menemukan dalam Alquran suatu anakhronisme (kesalahan penanggalan mengenai kejadian sejarah) yang berat — suatu tuduhan yang sama sekali janggal, sebab banyak sekali kalimat dapat disebutkan untuk memperlihatkan bahwa Alquran memandang Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa a.s. sebagai dua orang nabi yang dipisahkan oleh silsilah (rangkaian) nabi-nabi (2:88; 5:45). Ada riwayat bahwa ketika Rasulullah s.a.w. mengutus Mughirah ke Najran, orang-orang Kristen setempat bertanya kepadanya, “Apakah anda tidak membaca dalam Alquran bahwa Siti Maryam (ibunda Nabi Isa a.s.) disebut sebagai saudara perempuan Harun, sedang anda tahu bahwa Nabi Isa dilahirkan lama sesudah Musa?” “Saya tak tahu jawabannya,” kata Mughirah, “dan ketika aku kembali ke Medinah, aku menanyakan hal itu kepada Rasulullah s.a.w., yang menjawab, ‘Mengapa tak kamu katakan kepada mereka bahwa Bani Israil biasa menamakan anak-anak mereka dengan nama nabi-nabi dan orang-orang suci mereka yang telah wafat?’ (Tirmidzi). Pada hakikatnya, memang betul ada hadis yang mengatakan bahwa suami Hanna, yaitu ayah Siti Maryam dikenal dengan nama ‘Imran yang mempunyai ayah (kakek Siti Maryam) bernama Yosyhim atau Yosyim (Jarir dan Katsir). Dengan demikian ‘Imran ini lain dari ‘Imran ayah Nabi Musa a.s. yang ayahnya sendiri (kakek Nabi Musa) adalah Kehat (Keluaran 6:18-20). Kenyataan bahwa suami Hanna atau ayah Siti Maryam, disebut pula Joachim dalam Kitab-kitab Suci Kristen (Injil Kelahiran Siti Maryam dan Enc. Brit. di bawah kata Mary). Hendaknya jangan membingungkan kita, sebab Yoachim itu sama dengan Yoshim yang disebut Ibn Jarir sebagai ayah ‘Imran. Kitab-kitab Suci Kristen memberikan nama kakeknya dan bukan bapaknya, hal mana merupakan suatu kelaziman. Di samping itu ada contoh-contoh Bible tentang seseorang yang dikenal dengan dua nama. Gideon, umpamanya, disebut juga Yerubbaal (Hakim-hakim 7:1). Maka, tidak usah heran bila nama yang kedua untuk Yosyim itu kebetulan ‘Imran. Tambahan pula, seperti perseorangan, keluarga-keluarga pun kadang-kadang dikenal dengan nama leluhurnya yang terkemuka. Dalam Bible nama “Israil” kadang-kadang dipakai untuk kaum Bani Israil (Ulangan 5: 34) dan Kedar untuk kaum Bani Ismail (Yesaya 21 : 16, 42, 11). Demikian pula Nabi Isa a.s. telah disebut “Anak Da'ud” (Matius 1 : 1). Maka, kata-kata Imra’at ‘Imran dapat pula diartikan Imra’at Ali ‘Imran, ialah wanita dari keluarga ‘Imran. Keterangan ini selanjutnya dikuatkan oleh kenyataan bahwa kata Ali ‘Imran (keluarga ‘Imran) telah dipakai oleh Alquran hanya pada dua ayat sebelumnya. Kata ali (keluarga) di sini dibuang, oleh karena dekatnya penyebutan. Dan, telah diakui bahwa Hanna, ibu Siti Maryam, yang merupakan saudara sepupu Elizabeth (ibunda Yahya), termasuk keluarga Nabi Harun a.s., dan dengan perantaraannya termasuk keluarga ‘Imran (Lukas 1 : 5, 36). Untuk ayat ini dan ayat berikutnya lihat pula “Edisi Besar Tafsir Bahasa Inggris.”
Nazar ibunda Maryam agaknya diucapkan karena pengaruh golongan Essenes, yang pada umumnya sangat dimuliakan oleh orang-orang pada masa itu dan biasa menjalani hidup membujang seumur hidup dan mengasingkan wanita-wanita dari keanggotaan mereka dan mewakafkan kehidupan mereka untuk berbakti kepada agama dan sesama manusia (Enc. Bib.; Jew. Enc.). Sangat menarik hati ialah, ajaran Injil banyak persamaannya dengan ajaran golongan Essenes itu. Jelas pula dari arti kata muharrar bahwa ibunda Siti Maryam telah bernazar mewakafkan anaknya untuk mengkhidmati rumah peribadatan, dan dengan demikian ia berniat supaya anaknya tidak akan menikah; hal demikian menunjukkan bahwa Siti Maryam dimaksudkan supaya termasuk ke dalam golongan padri. Itulah sebabnya, mengapa di tempat lain dalam Alquran, Siti Maryam disebut saudara perempuan Nabi Harun a.s. dan bukan saudara perempuan Nabi Musa a.s. (19 : 29), meskipun keduanya saudara kandung; sebab, sementara Nabi Musa a.s. itu mendirikan syariat Yahudi, Nabi Harun a.s. itu imam golongan kepadrian Yahudi (Enc. Bib.; Enc. Brit. di bawah kata Aaron). Jadi, Siti Maryam, ibunda Nabi Isa a.s. itu, saudara Nabi Harun a.s. bukan dalam arti saudara kandung, melainkan karena Siti Maryam seperti Nabi Harun a.s. berasal dari golongan kepadrian.
402. Karena berhasrat benar untuk dikaruniai seorang anak laki-laki, ibunda Siti Maryam bernazar hendak mewakafkan anak itu untuk berbakti kepada Tuhan. Tetapi, nyatanya, seorang anak perempuanlah yang telah lahir. Maka, dengan sendirinya beliau menjadi bingung.
402A. Kata-kata, Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya, merupakan kalimat sisipan yang diucapkan oleh Tuhan secara sambil lalu, sedang kata-kata berikutnya, Anak lelaki itu tidaklah sama seperti anak perempuan, dapat dianggap diucapkan oleh Tuhan atau diucapkan oleh ibunda Siti Maryam. Besar kemungkinan kata-kata itu diucapkan oleh Tuhan dan berarti, seperti dalam teks terjemahan, bahwa anak perempuan yang dilahirkan beliau itu lebih baik, daripada anak laki-laki yang diharapkan beliau. Bila dianggap diucapkan oleh ibunda Siti Maryam, kata-kata itu berarti bahwa anak perempuan yang dilahirkan oleh beliau itu, tidak bisa menjadi seperti anak laki-laki yang diinginkan oleh beliau, karena (pada anggapan beliau) hanya anak laki-lakilah yang cocok untuk menunaikan bakti istimewa itu dan beliau ingin mewakafkannya.
Anak kalimat, aku menamainya Maryam, mengandung doa kepada Tuhan secara tidak langsung, untuk menjadikannya seorang anak perempuan yang mulia dan baik serta saleh, seperti nampak dari arti kata Maryam itu (artinya, mulia atau seorang ahli ibadah yang saleh).
402B. Siti Maryam itu ibunda Nabi Isa a.s. Beliau mungkin diberi nama yang sama dengan saudara perempuan Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s., yang dikenal dengan nama Miriam. Kata itu, yang agaknya kata majemuk dalam bahasa Ibrani, berarti bintang laut; nyonya atau wanita bangsawan; mulia; ahli ibadah yang saleh (Cruden’s Concordance; Kasysyaf; dan Enc. Bib.).
402C. Kata-kata itu menimbulkan sedikit kesulitan. Bila ibunda Siti Maryam berniat mewakafkan anaknya untuk berbakti kepada Tuhan, beliau tentunya telah mengetahui bahwa anaknya tidak akan menikah seumur hidup. Jika demikian, maka apakah artinya memanjatkan doa untuk keturunan sang anak itu? Penjelasan yang paling mungkin ialah, bahwa Tuhan telah mengabarkan kepada beliau dalam sebuah kasyaf bahwa anak perempuan beliau itu akan tumbuh hingga dewasa dan akan mendapat seorang anak, dan atas berita itu beliau mendoa agar Siti Maryam dan anaknya dikaruniai perlindungan Ilahi. Namun demikian beliau nampaknya telah menyerahkan hari depan Siti Maryam ke tangan Ilahi dan mewakafkannya, sebagaimana diniatkannya semula untuk mengabdi kepada Tuhan (3 : 36; Injil, Kelahiran Siti Maryam). Hal itu tentu saja merupakan suatu kekecualian; sebab, hanya laki-laki yang dapat dipilih untuk bakti demikian. Dugaan bahwa ibunda Siti Maryam menerima kasyaf mengenai anak perempuannya akan mendapat seorang laki-laki, tercantum dalam Injil Maryam (3 : 5), meskipun barangkali dalam bentuk yang agak lain. Tiada sesuatu yang luar biasa tentang doa Hanna, yang ingin agar Siti Maryam serta keturunannya terpelihara dari pengaruh syaitan. Semua orang tua mendambakan hal seperti itu untuk anak-anak mereka dan mendoa agar mereka itu dibesarkan untuk menempuh kehidupan yang baik lagi lurus. Baik juga dicatat, meskipun Islam menyatakan bahwa semua nabi Allah selamat dari pengaruh syaitan namun Bible tidak menganggap perlindungan itu dinikmati Nabi Isa a.s. (Markus 1 : 12, 13).
402D. Rajim diserap dari kata rajama, artinya: (1) orang yang diusir dari hadirat Tuhan dan kasih-sayang-Nya, atau orang terkutuk; (2) ditinggalkan dan dibiarkan seorang diri; (3) dilempari dengan batu; (4) mahrum (dijauhkan) dari segala kebaikan dan kebajikan (Lane).
403. Zakaria a.s. itu nama seorang orang-suci dari kalangan Bani Israil yang dikemukakan oleh Alquran sebagai seorang nabi (6 : 86), tetapi dalam Bible hanya disebut sebagai seorang imam (Lukas 1 : 5). Orang yang dikemukakan sebagai nabi oleh Bible ialah Zakharya (perhatikan perbedaan-perbedaan ejaannya) yang Alquran tidak menyebutnya. Zakaria a.s. dari Alquran itu ialah ayahanda Yahya a.s. saudara sepupu Nabi Isa a.s.
404. Hadiah-hadiah itu ternyata dibawa oleh orang-orang yang berkunjung ke tempat itu untuk beribadah dan tiada hal luar biasa dalam bunyi jawaban Siti Maryam bahwa hadiah-hadiah itu dari Allah; sebab, tiap-tiap barang baik yang datang kepada manusia sebenarnya berasal dari Allah, karena Tuhan itu Maha Pemberi. Pada hakikatnya, suatu jawaban lain dari seorang anak perempuan dengan didikan agama seperti yang diperoleh Siti Maryam, tentu akan mengherankan.
405. Jawaban yang saleh dari anak itu memberi kesan sangat mendalam pada pikiran Zakaria a.s., dan membangkitkan dalam jiwanya keinginan terpendam yang wajar untuk mempunyai anak sendiri yang saleh seperti dia. Beliau mendoa kepada Tuhan untuk dianugerahi seorang anak seperti Siti Maryam. Doa itu agaknya dipanjatkan berulang-ulang selama satu masa yang panjang seperti disebutkan dengan kata-kata lain di berbagai tempat dalam Alquran (3:39; 19:4-7; 21:90).
406. Yahya a.s. itu seorang nabi yang datang sebelum Nabi Isa a.s. berlaku sebagai perintis bagi kedatangan beliau, sesuai dengan nubuatan Bible (Mal. 3:1 dan 4:5). Kata Ibraninya ialah Yuhanna, yang dalam bahasa itu berarti, Tuhan telah bermurah hati (Enc. Brit.). Nama Yahya itu diberikan oleh Tuhan Sendiri.
407. Yahya datang sesuai dengan nubuatan Maleachi, “Bahwasanya Aku menyuruhkan kepadamu Elia, nabi itu, dahulu daripada datang hari Tuhan yang besar dan hebat itu” (Mal. 4:5).
408. Ghulam berarti anak muda (Lane). Pertanyaan Zakaria a.s. merupakan ungkapan yang tercetus dari rasa heran yang tulus dan polos tatkala mendengar janji Ilahi itu. Pertanyaan itu mengandung pula doa terselubung agar mudah-mudahan ia mendapat umur cukup panjang sehingga dapat melihat anak itu lahir dan tumbuh menjadi seorang pemuda.
409. Zakaria a.s. harus pantang berbicara selama tiga hari, dan kemudian janji itu baru akan dipenuhi. Beliau tidak kehilangan kemampuan bicara, seperti nampaknya dikatakan Bible, sebagai hukuman karena tidak percaya kepada perkataan Tuhan (Lukas 1:20-22).
410. Perintah supaya membisu dimaksudkan agar memberikan kesempatan baik kepada Zakaria a.s. untuk menggunakan waktu beliau dengan bertafakur dan berdoa — suatu syarat yang istimewa sekali, berfaedah untuk menarik rahmat dan berkat Ilahi. Pantang bercakap-cakap juga ternyata sangat berfaedah dalam keadaan tertentu untuk membuat seseorang memulihkan kembali daya hayati dan kekuatan jasmani yang telah hilang. Kebiasaan itu agaknya lazim terdapat di tengah kaum Yahudi di zaman itu.
411. Penggunaan kata “malaikat-malaikat” dalam bentuk jamak mempunyai arti tersendiri. Jika dimaksudkan hanya menyampaikan amanat saja, seorang malaikat pun dapat menjalankan tugas sebagai pembawa amanat. Dalam gaya bahasa Alquran penggunaan bentuk jamak mengandung arti bahwa oleh karena Tuhan berkehendak mendatangkan suatu perubahan besar di dunia mengenai berbagai iklim kehidupan dengan perantaraan putra Siti Maryam, Dia memerintahkan semua malaikat yang mempunyai beragam-ragam tugas di bidang mereka masing-masing supaya ikut serta membawa amanat itu, dengan demikian meminta semua malaikat membantunya dalam melaksanakan perubahan yang dikehendaki.
412. Dalam ayat ini kata “memilih” dipakai dua kali. Di tempat yang pertama, kata itu digunakan mengenai Siti Maryam, tanpa menyebut orang lain siapa pun, menunjukkan kedudukan mulia beliau secara mutlak; sedang di tempat kedua, kata itu dipakai pula untuk menyatakan kemuliaan martabat beliau dalam hubungan dengan wanita-wanita lain pada zaman beliau. Menurut kebiasaan Alquran ungkapan nisaai-il-’alamiin di sini tidak ditujukan kepada wanita-wanita dari segala waktu dan zaman, melainkan khusus hanya kepada golongan wanita pada zaman Siti Maryam.
413. Banyak fakta yang telah dijelaskan oleh Alquran mengenai Siti      Maryam, dan tidak terdapat dalam Kitab-kitab Suci sebelumnya. Oleh karena itu fakta-fakta itu dibicarakan di sini sebagai hal-hal yang “gaib.” Seperti dituturkan dalam ayat-ayat berikutnya, Siti Maryam telah menjadi hamil, padahal beliau sedang hidup mewakafkan diri dan tinggal di tempat peribadatan. Para pendeta menjadi resah, ketika mereka mengetahui kenyataan yang mengejutkan itu. Mereka khawatir jangan-jangan telah terjadi perbuatan tak senonoh dan perselisihan pun terjadi di antara mereka sendiri, lalu mereka mengadakan undian untuk menentukan siapa harus mengurus Siti Maryam dan mengatur pernikahan beliau dengan seseorang. Orang bernama Yusuf, seorang tukang kayu, seperti disebut dalam Injil, dianggap cocok untuk menjadi suaminya. Dibujuklah ia agar menerima keadaan yang kisruh itu. Tentu saja semuanya itu dilakukan secara rahasia dan dengan demikian hal itu merupakan sesuatu yang gaib dan telah disingkapkan oleh Alquran.
414. Kalimah berarti sebuah kata, putusan, perintah (Mufradat). Kata ini bersama-sama dengan kata ruh yang terdapat dalam 4 : 172, menjelaskan tanpa sekelumit pun keraguan bahwa jauh dari membenarkannya malahan kata-kata itu dipakai untuk menghancurkan dan menolak paham yang menganggap Nabi Isa a.s. itu Tuhan dan anak Tuhan. Dalam ayat ini Nabi Isa a.s. disebut Kalimatullah, karena kata-kata beliau membantu untuk kepentingan Kebenaran. Seperti halnya orang yang membela kepentingan kebenaran dengan keberaniannya disebut Saifullah (Pedang Tuhan) atau Asadullah (Singa Tuhan), demikian pula Nabi Isa a.s. disebut Kalimatullah, sebab kelahirannya tidak terjadi dengan perantaraan seorang ayah melainkan atas “perintah” langsung dari Tuhan (19:22). Selain arti harfiah yang tercantum di atas, Alquran telah memakai kata kalimah dalam arti-arti berikut: (1) “Tanda” (66:13 dan 8:8); (2) “hukuman” (10:97); (3) “rencana” atau “rancangan” (9:40); (4) “kabar suka” (7:138); (5) “ciptaan Tuhan” (18:110); (6) “semata-mata ucapan” atau “semata-mata pernyataan” (23:101). Diambil dalam rangkuman salah satu arti di atas, penggunaan kata kalimah tentang Nabi Isa a.s. sekali-kali tidak memberikan kepada beliau suatu martabat yang lebih baik daripada nabi-nabi lainnya. Tambahan pula, bila Nabi Isa a.s. disebut Kalimah dalam Alquran, Rasulullah s.a.w. telah disebut Dzikr, artinya kitab atau wejangan yang baik (65:11, 12), yang tentunya terdiri atas banyak kalimat. Pada hakikatnya, bila kalimatullah diambil dalam arti “Firman Tuhan,” paling-paling kita hanya dapat mengatakan bahwa Tuhan telah menyatakan Diri-Nya lewat Nabi Isa a.s. seperti halnya Dia menyatakan Dia-Nya melalui para nabi lainnya. Kata-kata, adalah tak lain hanya wahana untuk pengungkapan pikiran-pikiran. Kata-kata, tidak merupakan bagian wujud kita dan tidak pula menjadi titisan manusia.
415. Al-Masih diserap dari masaha yang berarti, ia menyapu bersih kotoran dari barang itu dengan tangannya; ia mengurapinya (menggosoknya) dengan minyak; ia berjalan di muka bumi; Tuhan memberkatinya (Aqrab). Jadi, Masih berarti (1) orang yang diurapi; (2) orang yang banyak mengadakan perjalanan; (3) orang yang diberkati. Al-Masih itu bentuk kata Arab dari Mesiah yang sama dengan Masyiah dalam bahasa Ibrani, artinya, orang yang diurapi (dalam upacara pembaptisan, Peny.) (Enc. Bib.; Enc. Rel. & Eth.). Nabi Isa diberi nama itu, karena beliau banyak mengadakan perjalanan. Tetapi, bila mengikuti penuturan Injil, tugas beliau hanya terbatas untuk masa tiga tahun saja, dan perjalanan beliau hanya ke beberapa kota Palestina atau Suriah saja, maka gelar Masih itu sekali-kali tidak cocok bagi beliau. Tetapi, penyelidikan sejarah akhir-akhir ini telah membuktikan, bahwa sesudah beliau pulih dari rasa terkejut dan luka-luka akibat penyaliban, Nabi Isa menempuh perjalanan jauh ke negeri-negeri sebelah timur dan akhirnya sampai ke Kasymir untuk menyampaikan amanat Ilahi, kepada suku-suku Bani Israil yang hilang dan tinggal di bagian-bagian negeri itu. Lihat pula catatan nomor 2000, di sana Nabi Isa dikatakan telah diberi perlindungan di suatu daerah yang berbukit-bukit. Masih seperti disebut di atas, berarti pula “yang diurapi.” Karena kelahiran Nabi Isa tidak sebagaimana lazimnya dan mudah dipandang tidak sah, maka untuk melenyapkan tuduhan yang mungkin dilancarkan, beliau disebut “telah diurapi” dengan urapan Tuhan Sendiri, sama seperti para nabi Allah semuanya telah diurapi (disucikan).
416. Kata ‘Isa agaknya bentuk ubahan dari kata Ibrani Yasu’. Sedangkan Yesus adalah bentuk bahasa Yunani dari kata Yosua dan Yesua (Enc. Bib.).
417. Ibn Maryam itu nama-keluarga Nabi Isa a.s. yang dalam bahasa Arab dikenal sebagai kuniyah. Yesus disebut Ibn Maryam mungkin karena disebabkan lahir tanpa ayah, beliau tidak dapat dikenal kecuali dengan nama ibunya.
418. Ungkapan ini tidak memberikan kepada Nabi Isa martabat yang lebih tinggi daripada seorang abdi-Allah yang muttaqi. Semua orang yang tinggi tingkat ketakwaannya dalam Alquran, disebut sebagai dianugerahi kedekatan kepada Tuhan (56:11, 12).
418A. Arti yang pokok dari kata mahd adalah keadaan atau masa persiapan ketika orang seolah-olah disiapkan dan dibenahi untuk memangku tugas-tugas yang akan diserahkan kepadanya ketika menginjak usia matang. Disebutkannya kedua masa kuhulah dan mahd bersama-sama menunjukkan bahwa tiada waktu-selang yang memisahkan antara kedua masa itu. Seluruh masa sebelum kuhulah (setengah umur) ialah mahd.
418B. Kahl berarti, orang setengah umur atau umur ketika rambutnya mulai bercampur uban; atau kata itu berarti, orang yang berumur antara tiga puluh atau tiga puluh empat dan lima puluh satu, atau 40 dan 51 tahun (Lane & Tsa’labi).
Bahwa Nabi Isa mengucapkan kata-kata penuh hikmah di masa kanak-kanak, tidak merupakan hal yang kemukjizat-mukjizatan atau adikodrati (supernatural). Banyak anak-anak cerdas dan berpendidikan-baik berkata-kata seperti itu. Seluruh kalimat itu berarti bahwa beliau biasa mengucapkan kata-kata yang sarat dengan hikmah dan ilmu rohani yang luar biasa, jauh melebihi umur dan pengalamannya, kesemuanya pada masa persiapan sebagai seorang belia dan juga pada waktu setengah umur. Penunjukkan kepada dua masa yang berlainan dari kehidupan Nabi Isa dapat pula dianggap sebagai isyarat bahwa tutur kata beliau ketika sudah menginjak setengah umur, akan berbeda sifatnya dengan tutur kata beliau waktu masih remaja. Pada waktu setengah umur, beliau biasa berbicara kepada orang-orang sebagai nabi Allah. Jadi kabar suka yang disampaikan kepada Siti Maryam terletak dalam hal bahwa Nabi Isa bukan saja ditakdirkan akan menjadi pemuda yang cerdas, tetapi juga akan hidup sampai masa tua, sebagai abdi-Allah yang muttaqi.
419. Kabar akan mendapat anak itu, betapa pun menggembirakannya dalam keadaan lazim, niscaya telah membingungkan sekali Siti Maryam yang ketika itu bukan saja belum bersuami, tetapi telah direncanakan untuk tetap tak bersuami, seumur hidup. Ayat ini melukiskan kebingungan beliau yang sewajarnya. Hal itu menunjukkan bahwa Nabi Isa tak berayah, seperti diisyaratkan oleh kata-kata Siti Maryam, belum pernah aku disentuh seorang laki-laki. Setelah diwakafkan untuk berbakti di rumah peribadatan, Siti Maryam tidak dapat kawin, sesuai dengan sumpahnya untuk hidup tak bersuami. Jika beliau terpaksa harus kawin dan mendapat anak secara wajar,  maka tiada alasan bagi beliau untuk terperanjat, ketika kelahiran seorang anak dikabarkan kepada beliau oleh malaikat dalam suatu kasyaf. Tiada dara yang normal akan terkejut, bila kepadanya diberitahukan dalam kasyaf bahwa ia akan melahirkan seorang anak laki-laki; sebab, tentunya ia akan berkesimpulan bahwa anak yang dijanjikan itu akan dilahirkan, sesudah ia nikah. Dalam Injil Maryam, sumpah tak akan bersuami itu jelas disebut. Kita dapatkan hal itu dalam fasal 5 Injil tersebut, bahwa ketika Imam Besar membuat perintah umum bahwa semua dara penghuni rumah peribadatan yang telah mencapai umur empat belas tahun, harus pulang ke rumah masing-masing, semua dara menepati perintah itu, tetapi “Siti Maryam, sang dara Tuhan” saja yang menjawab tidak dapat mematuhi perintah itu; dan sebagai alasan, penolakan beliau mengemukakan bahwa beliau dan orangtua beliau telah menyerahkan beliau untuk berbakti kepada Tuhan, dan bahwa beliau bersumpah untuk tetap menggadis bagi Tuhan, dan beliau telah memutuskan tidak akan melanggar sumpah itu (Injil Maryam 5:4,5,6). Jadi, pernikahan beliau kemudian hari dengan Yusuf itu, bertentangan dengan sumpahnya dan berlawanan dengan hasrat beliau sendiri. Tetapi, beliau terpaksa oleh keadaan untuk kawin, ketika beliau menyadari bahwa beliau telah mengandung. Para Imam terpaksa harus mengatur pernikahan beliau untuk menghindarkan kehebohan. Tetapi, tidak nampak dari Injil, bagaimana Yusuf telah dibuat menyetujui, sebab jelas bahwa ia tidak mengetahui keadaan hamilnya Siti Maryam pada saat pernikahan terjadi (Matius 1:18,19). Agaknya beberapa dalih yang dapat diterima telah ditemukan untuk membenarkan pelanggaran sumpah itu. Untuk keterangan yang lebih terinci mengenai cara terjadinya kelahiran Nabi Isa, lihat catatan nomor 1750-1755.
419A. Kata-kata “rasul kepada Bani Israil” menunjukkan bahwa tugas beliau hanya terbatas kepada keturunan Israil. Beliau bukan seorang Utusan Tuhan untuk seluruh dunia (Matius 10:5-6; 15:24; 19:28; Perbuatan 3:25,26; 14:46. Lukas 19:10; 22:28-30).
420. Khalaqa berarti, ia mengukur, membuat, membentuk atau merancang; Tuhan mengadakan atau menjadikan atau mewujudkan sesuatu benda atau makhluk tanpa sesuatu pola atau contoh atau persamaannya yang sudah ada sebelumnya, yaitu Dia paling awal mencipta sesuatu (Lane & Lisan).
420A. Thin berarti lempung, tanah, cetakan, dan sebagainya. Secara kiasan ath-thin berarti orang-orang yang sifatnya penurut, cocok untuk dicetak ke dalam bentuk apa pun yang baik seperti tanah liat.
420B. Hai’ah berarti bentuk; model; busana; keadaan; cara; gaya atau mutu (Lane).
420C. Thair berarti burung. Dalam arti kiasan kata itu mengandung arti, orang yang tinggi martabat kerohaniannya terbang tinggi di kawasan kerohanian, seperti asad (secara harfiah artinya seekor singa) dipakai untuk orang gagah-berani dan dabbah untuk orang yang tak ada harganya, seekor cacing tanah (34:15).
420D. ‘Ubri’u diserap dari kata bari’a yang berarti, ia pernah atau ia menjadi jernih atau bebas dari sesuatu. ‘Ubri’u berarti, saya menyembuhkan; saya menyatakan orang itu bebas dari aib yang dialamatkan kepadanya (Lane).
420E. Akmah berarti, orang yang buta ayam; orang yang buta sejak lahir; orang yang menjadi buta kemudian hari; orang yang tidak punya akal dan pengertian (Mufradat).
420F. Dalam Bible tidak ada keterangan tentang mukjizat yang populer dipercayai telah diperlihatkan oleh Nabi Isa, yaitu beliau menjadikan burung-burung. Bila Nabi Isa sungguh-sungguh telah menciptakan burung-burung, maka tiada alasan mengapa Bible sengaja meninggalkan keterangan ini, apalagi bila penciptaan burung itu suatu mukjizat yang seperti itu tak pernah diperlihatkan sebelumnya oleh nabi mana pun. Dengan menyebutkan mukjizat demikian, pasti dapat membuktikan keluhuran beliau dari semua nabi lainnya, dan niscaya dapat menguatkan pengakuan Ketuhanan, yang telah dikaitkan oleh para pengikut beliau kepada beliau di kemudian hari. Mengenai berbagai arti khalq: (1) mengukur; menetapkan; merencanakan; (2) membentuk; membuat dan menciptakan, dan sebagainya, maka dalam arti pertama kata itulah yang telah dipergunakan dalam ayat ini. Dalam arti “menciptakan” tindakan khalq tidak dikaitkan oleh Alquran kepada sesuatu wujud selain Tuhan (13 : 17; 16 : 21; 22 : 74; 25 : 4; 31 : 11, 12; 35 : 41 dan 46 : 5). Menurut keterangan di atas dan mengingat arti kiasan kata “tanah liat,” seluruh anak kalimat: aku akan menciptakan untukmu suatu makhluk. . . . . . . . maka jadilah ia burung, berarti bahwa orang-orang biasa dari kalangan rendah dan hina, tetapi mempunyai kemampuan tersembunyi untuk tumbuh dan berkembang bila berhubungan dengan beliau dan menerima amanat beliau akan mengalami perubahan dalam kehidupan mereka. Dari manusia yang merangkak-rangkak di atas debu dan tidak melihat lebih jauh dari urusan kebendaan dan kepentingan duniawi, mereka akan berubah menjadi burung-burung yang terbang tinggi ke kawasan-kawasan yang tinggi lagi mulia di angkasa kerohanian. Dan inilah yang sungguh-sungguh telah terjadi. Penangkap-penangkap ikan yang hina dan rendah dari Galilea, berkat pengaruh ajaran dan contoh Junjungan mereka, berangsur melayang tinggi bagaikan burung menyampaikan Kalam Allah ke dunia orang-orang Bani Israil.
Adapun tentang penyembuhan orang buta dan berpenyakit kusta, nampak dari Bible bahwa dahulu penderita-penderita penyakit-penyakit tertentu (kusta dan lain-lain) dianggap kotor oleh orang-orang Bani Israil, dan tidak diizinkan mempunyai hubungan kemasyarakatan dengan orang-orang lain. Kata ‘Ubri’u yang dapat pula diartikan, “Aku menyatakan bebas” menunjukkan bahwa kelemahan dan kesusahan yang dari segi hukum dan kemasyarakatan, dialami oleh para penderita penyakit serupa itu, telah dihapuskan oleh Nabi Isa a.s. Atau, bahwa beliau suka mengobati para penderita penyakit-penyakit itu. Nabi-nabi Allah adalah dokter-dokter rohani; beliau-beliau memberikan mata kepada mereka yang kehilangan pandangan rohani, dan memberi pendengaran kepada mereka yang telinga rohaninya pekak, dan beliau-beliau itu menghidupkan kembali mereka yang telah mati rohaninya (Mat. 13:15). Dalam hal ini kata akmah akan berarti orang yang mempunyai nur keimanan, tetapi karena kekuatan iradahnya lemah, mereka tidak dapat bertahan terhadap cobaan dan ujian. Ia melihat pada waktu siang hari, yakni selama tiada cobaan dan matahari iman memancar-mancar tanpa halangan awan, tetapi bila malam datang, yakni bila ada cobaan dan ujian, dan menuntut pengorbanan, ia kehilangan penglihatan rohaninya lalu berhenti (bandingkan 2:21). Demikian pula, kata abrash (kusta) dalam urusan rohani berarti, orang yang tidak sempurna imannya, mempunyai kulit bercacat, berpenyakit rohani di antara bagian-bagian yang sehat.
Anak kalimat aku hidupkan yang telah mati tidak mengandung arti bahwa Nabi Isa sungguh-sungguh telah menghidupkan kembali orang yang sudah mati. Mereka yang benar-benar sudah mati, tidak pernah dihidupkan kembali di dunia ini. Kepercayaan demikian adalah bertentangan sekali dengan seluruh ajaran Alquran (2:29; 23:100, 101; 21:96; 39:59, 60; 40:12; 45:27). Perubahan yang ajaib pada akhlak dan kerohanian yang dilaksanakan oleh Nabi-nabi Allah, dalam kehidupan para pengikutnya, menurut istilah kerohanian disebut “membangkitkan dan menghidupkan orang mati.”
420G. Seluruh anak kalimat berarti bahwa Nabi Isa menerangkan kepada para pengikutnya, apa yang harus mereka makan, yakni apa yang harus mereka belanjakan untuk memenuhi keperluan badan, dan apa yang harus mereka simpan, yakni, apa yang harus disimpan oleh mereka yakni apa yang harus ditabung oleh mereka sebagai khazanah rohani di sorga. Dengan perkataan lain, beliau mengatakan bahwa penghasilan mereka harus dicari dengan jujur dan sah, dan bahwa mereka harus membelanjakan tabungan mereka di jalan Allah seraya tidak memikirkan hari esok yang harus diserahkan kepada Tuhan (Matius 6:25, 26).
421. Nabi Isa datang sebagai penyempurnaan nubuatan-nubuatan para nabi yang tersebut dalam Taurat. Tetapi, beliau tidak membawa syariat baru karena beliau adalah pengikut syariat Musa a.s. Beliau sendiri sadar akan pembatasan dan wewenangnya (Matius 5:17, 18).
421A. Ungkapan ini tidak mengisyaratkan kepada sesuatu pergantian atau perubahan dalam syariat Nabi Musa a.s. Rujukan itu hanya mengisyaratkan kepada hal-hal yang orang-orang Yahudi sendiri menyatakannya haram untuk mereka (4:161; 43:64). Dua ayat ini menunjukkan bahwa ada pertentangan-pertentangan di antara berbagai golongan Yahudi mengenai halal-haramnya hal-hal tertentu, dan bahwa karena dosa-dosa dan pelanggaran-pelanggaran mereka menjadi mahrum (terasing) dari beberapa rahmat-Tuhan tertentu. Jadi, Nabi Isa datang sebagai hakim untuk memutuskan bahwa dalam hal-hal apa saja kaum Yahudi menyimpang dari jalan benar dan untuk mengatakan kepada mereka bahwa rahmat yang telah diasingkan dari mereka akan diberikan lagi kepada mereka bila mereka mengikuti beliau (Katsir, Fath dan Muhith).
422. Hawariyyun itu jamak dari hawariy, yang berarti, (1) penatu; (2) orang yang diuji dan didapati bebas dari dosa atau kesalahan; (3) orang yang mempunyai watak murni, dan tak bernoda; (4) orang yang menasihati atau memberi musyawarah atau bertindak jujur dan setia; (5) seorang sahabat atau penolong yang benar dan tulus; (6) seorang sahabat pilihan dan penolong seorang nabi (Lane dan Mufradat).
423. Orang-orang Yahudi telah merencanakan supaya Isa a.s. harus mati terkutuk di atas salib (Ulangan 21:24), tetapi rencana Tuhan adalah beliau harus selamat dari kematian semacam itu. Rencana orang-orang Yahudi gagal dan rencana Ilahi berhasil, sebab beliau tidak mati di atas salib, melainkan diturunkan dalam keadaan hidup, dan wafat secara wajar di Kashmir dalam usia sangat lanjut, dan jauh dari tempat beliau mengalami peristiwa penyaliban.
424. Mutawaffi diserap dari kata tawaffa. Orang mengatakan tawaffallahu zaidan, artinya, Tuhan telah mengambil nyawa si Zaid; ialah, Tuhan telah mematikannya. Bila Tuhan itu subyek dan manusia itu obyek kalimat, maka tawaffa tak mempunyai arti lain, kecuali mencabut nyawa pada waktu tidur atau mati, Ibn Abbas r.a. telah menyalin mutawaffiika sebagai mumiituka, ialah, Aku akan mematikan engkau (Bukhari). Demikian pula Zamakhsyari, seorang ahli bahasa Arab kenamaan mengatakan, “Mutawaffiika berarti, Aku akan memelihara engkau dari terbunuh oleh orang dan akan menganugerahkan kepada engkau kesempatan hidup penuh yang telah ditetapkan bagi engkau dan akan mematikan engkau dengan kematian yang wajar, tidak terbunuh” (Kasyaf). Pada hakikatnya, para ahli kamus Arab sepakat semuanya mengenai pokok itu bahwa kata tawaffa seperti digunakan dalam cara tersebut tidak dapat mempunyai tafsiran lain dan tiada satu contoh pun dari seluruh pustaka Arab yang dapat dikemukakan tentang kata itu, bahwa kata itu telah digunakan dalam suatu arti yang lain. Para alim dan ahli-ahli tafsir terkemuka, seperti (1) Ibn Abbas, (2) Imam Malik, (3) Imam Bukhari, (4) Imam Ibn Hazm, (5) Imam Ibn Qayyim, (6) Qatadah, (7) Wahhab, dan lain-lain mempunyai pendapat yang sama (Bukhari, bab tentang Tafsir; Bukhari, bab tentang Bad’al Khalq; Bihar; Al-Muhalla, Ma’ad hlm. 19; Mantsur ii; Katsir). Kata itu dipakai pada tidak kurang dari 25 tempat yang berlainan dalam Alquran dan pada tidak kurang dari 23 dari antaranya berarti mencabut nyawa pada waktu wafat. Hanya dalam dua tempat artinya, mengambil nyawa pada waktu tidur; tetapi, di sini kata-keterangan “tidur” atau “malam” telah dibubuhkan (6 : 61; 39 : 43). Kenyataan bahwa Nabi Isa telah wafat itu tidak dapat dibantah. Rasulullah s.a.w. diriwayatkan telah bersabda, “Seandainya Musa a.s. dan Isa a.s. sekarang masih hidup, niscaya mereka akan terpaksa mengikuti aku” (Katsir). Beliau malahan menetapkan usia Isa a.s. 120 tahun (Ummal). Alquran dalam sebanyak 30 ayat telah menolak kepercayaan yang bukan-bukan, tentang kenaikan Isa a.s. dengan tubuh kasar ke langit dan tentang anggapan bahwa beliau masih hidup di langit.
424A. Rafa’ mengandung makna menaikkan kedudukan dan pangkat seseorang dan memuliakannya. Bila mengenai seseorang yang dikatakan bahwa ia rafa’ kepada Tuhan, maka senantiasa berarti kenaikan rohaninya; sebab, Tuhan itu tak berwujud kasar atau tak terbatas pada suatu tempat, maka kenaikan kepada Tuhan dengan wujud kasar tidak mungkin terjadi. Kata itu dipakai dalam Alquran dalam arti ini (24 : 37 dan 35 : 11). Kenaikan Isa a.s. disebut dalam ayat ini, sebagai jawaban atas pengakuan palsu orang-orang Yahudi bahwa beliau telah mati terkutuk di atas salib.
424B. Ja’ala berarti, ia membuat; ia mempersiapkan atau membuat; ia menunjuk; ia mengucapkan; ia menjunjung tinggi (2 : 144), ia memegang, dan sebagainya, (Lane).
425. Kata Adam utamanya berarti orang laki-laki, yakni anak-cucu Adam a.s. seumumnya. Dengan demikian Isa a.s. dinyatakan seperti makhluk lainnya tunduk kepada hukum mati dan semuanya dijadikan dari debu (40 : 68), maka oleh karena itu, tiada sifat Ketuhanan melekat pada diri beliau. Tetapi, bila kata “adam” diartikan menunjuk kepada leluhur umat manusia, maka ayat itu harus diartikan mengisyaratkan kepada persamaan antara Isa dan Adam dalam hal adanya telah dilahirkan tanpa perantaraan seorang ayah. Kenyataan bahwa Nabi Isa a.s. itu mempunyai ibu, tidak mempengaruhi persamaan itu; dan seperti dinyatakan di atas, persamaan itu tidak seharusnya lengkap dalam segala hal.
425A. Di tempat lain dinyatakan bahwa manusia dijadikan dari tanah liat (6:3). Perbedaan yang hendak dikemukakan dengan penggunaan kata “debu” dan “tanah liat” ialah bahwa, bila dipakai kata “debu,” wawasan mengenai wahyu (air rohani) tidak dimasukkan, tetapi kalau “tanah liat” yang dipakai, maka wawasan wahyu juga termasuk di dalamnya.
426. Pembahasan ajaran Kristen yang digarap oleh Surah ini telah berakhir dalam ayat ini. Rujukan (referensi) itu, seperti telah disebut di atas, tertuju kepada suatu perutusan orang-orang Kristen dari Najran, terdiri atas enam puluh orang dipimpin oleh kepala kabilah mereka, ‘Abd-al-Masih, terkenal dengan nama Al-Aqib. Mereka menjumpai Rasulullah s.a.w. di masjid beliau, dan pertukaran pikiran tentang i’tikad yang dinamakan mereka ketuhanan Isa berlangsung beberapa lama. Ketika masalahnya telah dibahas secukupnya dan para anggota delegasi ternyata masih tetap berpegang pada ajaran mereka, maka Rasulullah s.a.w. mematuhi perintah Ilahi yang tercantum dalam ayat ini, sebagai langkah penghabisan mengajak mereka untuk ikut serta dengan beliau dalam semacam adu kekuatan doa dan yang secara teknis disebut mubahalah yakni menyeru agar kutukan Tuhan menimpa penganut kepercayaan palsu. Tetapi, karena orang-orang Kristen itu agaknya tak merasa yakin mengenai dasar kepercayaan mereka, mereka menolak menerima tantangan itu; dengan demikian secara tidak langsung mengakhiri kepalsuan i’tikad mereka (Zurqani). Secara sambil lalu baiklah disebutkan bahwa sewaktu berlangsung tukar pikiran dengan delegasi Kristen dari Najran itu, Rasulullah s.a.w. mengizinkan mereka mendirikan shalat di masjid beliau dengan cara mereka sendiri, dan mereka melakukan dengan menghadap ke timur — suatu sikap toleransi keagamaan yang tiada taranya, dalam sejarah agama (Zurqani).
426A. Ayat ini dengan keliru dianggap oleh sementara orang seakan-akan memberikan dasar untuk mencapai suatu kompromi antara Islam di satu pihak dan Kristen serta agama Yahudi di lain pihak. Dikemukakan sebagai alasan bahwa bila agama-agama tersebut pun mengajarkan dan menanamkan Keesaan Tuhan, maka ajaran Islam lainnya yang dianggap menduduki tempat kedua dalam kepentingannya, sebaiknya ditinggalkan saja. Sukarlah dimengerti bahwa gagasan kompromi dalam urusan agama pernah dianjurkan dengan kaum yang dalam ayat-ayat sebelum ayat ini dikutuk dengan sangat keras atas kepalsuan kepercayaan mereka dan ditantang begitu hebat untuk bermubahalah. Rasulullah s.a.w. dalam menulis surat dakwah kepada Heraclius memakai ayat ini pula, malahan mendesak Heraclius supaya menerima Islam dan mengancamnya dengan ancaman azab Ilahi, bila ia menolak berbuat demikian (Bukhari). Hal itu tak ayal lagi menunjukkan bahwa kepercayaannya terhadap Keesaan Tuhan semata-mata, menurut Rasulullah s.a.w., tidak dapat menyelamatkan Heraclius dari azab Ilahi. Memang, ayat ini dimaksudkan untuk menyarankan satu cara yang mudah dan sederhana yang dengan itu orang-orang Yahudi dan Kristen dapat sampai kepada keputusan yang tepat mengenai kebenaran Islam. Kaum Kristen, kendatipun mengaku beriman kepada Tauhid Ilahi, percaya pula kepada ketuhanan Isa; dan orang-orang Yahudi, sungguhpun mengaku berpegang kuat kepada Tauhid, mereka mengikuti dengan membuta rahib-rahib dan ulama-ulama mereka, dan dengan demikian seolah-olah menempatkan mereka dalam kedudukan yang sama dengan Tuhan sendiri. Ayat ini menyuruh kedua golongan itu kembali kepada kepercayaan asal mereka, yakni Tauhid Ilahi, dan meninggalkan penyembahan tuhan-tuhan palsu yang menjadi perintang bagi mereka untuk masuk Islam. Jadi, daripada mencari kompromi dengan agama-agama itu, ayat ini sesungguhnya mengajak para pengikut agama itu untuk menerima Islam dengan menarik perhatian mereka kepada Tauhid yang sedikitnya dalam bentuk lahir, merupakan i’tikad pokok yang sama pada agama-agama tersebut, dapat berlaku sebagai satu dasar titik-temu untuk penyelidikan lebih lanjut. Secara sambil lalu, baiklah di sini diperhatikan bahwa surat yang disebut oleh Bukhari dan ahli-ahli hadis lainnya, dialamatkan oleh Rasulullah s.a.w. kepada Heraclius dan beberapa kepala pemerintahan lain — Muqauqis, raja muda Mesir itu satu dari antara mereka — disusun dengan kata-kata dari ayat ini dan mengajak mereka untuk menerima Islam, akhir-akhir ini telah ditemukan dan ternyata mengandung kata-kata yang persis dikutip oleh Bukhari (R. Rel. jilid V, no. 8). Hal itu mengandung bukti kuat tentang keotentikan Bukhari dan pula kita-kitab hadis lainnya yang telah diakui.
427. Isyarat itu tertuju kepada ajaran Alquran atau kepada pendirian kaum Yahudi dan Kristen tentang Ibrahim a.s. yang disebut dalam ayat sebelumnya.
427A. Kesederhanaan, kejujuran, dan kesempurnaan agama Islam acapkali menimbulkan rasa penghargaan yang begitu kuat dalam hati para Ahlikitab sehingga mereka tak tertahankan merasa tertarik kepadanya; tetapi, karena rasa permusuhan dan iri-hati, penghargaan mereka sering mengambil bentuk yang ganjil, sungguhpun tidak bertentangan dengan ilmu jiwa. Mereka perlahan-lahan dirangsang oleh hasrat, agar orang-orang Muslim pun menjadi seperti mereka.
Mengambil maksud kata dhalah dalam artian kebinasaan (40:35) ungkapan yudhiluunakum (menyesatkan kamu) dapat diterjemahkan “membuat kamu binasa” dan jika demikian halnya maka anak kalimat, tetapi, mereka tidak menyesatkan  kecuali diri mereka sendiri, dapat diartikan bahwa dengan berupaya membinasakan orang-orang Muslim, mereka hanya membinasakan diri mereka sendiri, sebab siapa yang membangkitkan amarah musuh, berarti menjatuhkan dirinya sendiri.
427B. Penolakan Tanda-tanda Ilahi merupakan kejahatan besar bagi siapa pun, tetapi lebih besar lagi kejahatan penolakan itu bagi orang yang langsung menjadi saksi akan Tanda-tanda itu.
427C. Dengan perantaraan Tanda-tanda yang disebut dalam Kitab-kitab Suci mereka tentang Rasulullah s.a.w., kaum Ahlikitab dengan mudah dapat mengetahui bahwa Muhammad s.a.w. itu sesungguhnya Nabi Yang Dijanjikan itu, namun disebabkan oleh rasa permusuhan dan iri-hati, mereka tidak dapat mengenal beliau dan akan tetap lebih suka mencampuradukkan kebenaran dengan kesesatan daripada menerima kebenaran dalam kemurnian yang semurni-murninya.
428. Orang-orang Yahudi pada waktu itu dipandang dengan rasa hormat sekali oleh orang-orang musyrik Arab karena ilmu keagamaan mereka. Mereka itu menyalahgunakan kehormatan itu dan mencari akal untuk menyesatkan kaum Muslim dari agama mereka dengan pura-pura memeluk Islam pada pagi hari dan meninggalkannya pada sore hari; dengan jalan itu, mereka mencoba memberi kesan kepada orang-orang Arab yang buta huruf itu bahwa tentunya ada sesuatu ketidakberesan yang bersifat serius dalam agama Islam; sebab, jika tidak demikian, para alim serupa mereka itu, tidak akan begitu cepat meninggalkannya lagi. Tetapi, orang-orang tolol itu mempunyai prakiraan yang sama sekali keliru tentang keimanan yang tak tergoyahkan para sahabat Rasulullah s.a.w.
428A. Seandainya kami telah berpegang pada pandangan ini, kemudian mereka harus melenyapkan salah pengertian itu dengan suatu dalil dari Tuhan.
428B. “Karunia” di sini dapat diartikan kenabian.
428C. (1) Anak kalimat, Dan janganlah kamu percaya kecuali kepada orang yang mengikuti agamamu, merupakan kelanjutan anak kalimat terakhir ayat yang mendahuluinya. Sesudah itu datang anak-kalimat sisipan yang mulai dengan kata-kata, Katakanlah, sesungguhnya petunjuk yang benar, petunjuk dari Allah, ialah seseorang diberi seperti apa yang telah diberikan kepadamu. Kemudian datang lagi ucapan orang-orang Yahudi dengan kata-kata, atau mereka akan bertengkar dengan kamu di hadapan Tuhan-mu, dan ayat ini akhirnya ditutup dengan perintah Ilahi, Katakanlah, sesungguhnya segala karunia itu .... dan seterusnya. Gaya bahasa ini ciri khas Alquran dan dimaksudkan untuk menimbulkan dampak kejiwaan yang baik. (2). Menurut penafsiran yang lain, hanya kata-kata yang diterjemahkan sebagai, “Katakanlah, petunjuk yang benar, ialah petunjuk dari Allah” dipandang sebagai sisipan dan kata-kata berikut, ialah seseorang diberi seperti apa yang telah diberikan kepadamu, .... di hadapan Tuhan-mu, dianggap merupakan bagian dari ucapan orang-orang Yahudi. (3). Tetapi, menurut penafsiran yang ketiga, ucapan orang-orang Yahudi itu, dianggap berakhir dengan kata-kata, janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu, sedang anak-anak kalimat berikutnya, dianggap sebagai firman Tuhan. Lihat pula Edisi Besar Tafsir bahasa Inggris.
429. Di zaman Rasulullah s.a.w. pikiran itu telah memasyarakat di kalangan kaum Yahudi bahwa tidak berdosa merampok harta dan kekayaan orang Arab, bukan-Yahudi karena mereka menganut agama yang palsu. Mungkin gagasan itu berasal dari hukum bunga uang dalam agama Yahudi yang membuat perbedaan menyolok antara orang Yahudi dan bukan-Yahudi, berkenaan dengan pemberian dan penerimaan bunga (Keluaran 22 : 25; Lewi 25 : 36, 37; Ulangan 23 : 20).
430. Tuhan tidak akan menyapa dengan kata-kata yang ramah kepada mereka, begitu pula tidak akan memandang mereka dengan kasih-sayang, dan tidak pula akan menilai mereka sebagai tak bernoda.
431. Ini merupakan suatu sindiran terhadap kebiasaan jahat sebagian orang Yahudi di zaman Rasulullah s.a.w. Mereka membaca suatu kalimat dalam bahasa Ibrani dengan cara bacaan demikian rupa, sehingga para pendengar akan terpedaya dan menyangka bahwa Tauratlah yang sedang dibacakan itu. Kata “Alkitab” yang dipakai tiga kali dalam ayat ini maksudnya “sebuah kalimat dalam bahasa Ibrani” di tempat yang pertama dan “Taurat” di tempat yang kedua dan ketiga. Kalimat itu disebut “Alkitab”, sebab orang-orang Yahudi berusaha membuatnya nampak seperti itu.
432. Ulangan maa kaana lahu dipakai dalam tiga pengertian, (a) tak layak baginya berbuat demikian; (b) tidak mungkin baginya berbuat demikian; atau tidak masuk akal ia sampai berbuat demikian; (c) tiada kemungkinan ia dapat berbuat demikian, yakni secara fisik mustahil ia berbuat demikian.
432A. Rabbaniyyin itu jamak dari Rabbaniy yang berarti, (1) orang yang mewakafkan diri untuk mengkhidmati agama atau menyediakan dirinya untuk menjalankan ibadah; (2) orang yang memiliki ilmu Ilahiyyat (Ketuhanan); (3) orang yang ahli dalam pengetahuan agama, atau seorang yang baik dan muttaqi; (4) guru yang mulai memberikan kepada orang-orang pengetahuan atau ilmu yang ringan-ringan sebelum beranjak ke ilmu-ilmu yang berat-berat; (5) induk semang atau majikan atau pemimpin; (6) seorang muslih (pembaharu). (Lane, Sibawaih, dan Mubarrad).
432B. Kata-kata, Karena kamu senantiasa mengajarkan Alkitab dan senantiasa mempelajarinya, menunjukkan bahwa telah menjadi kewajiban bagi semua yang telah meraih ilmu kerohanian, agar mereka meneruskannya kepada orang-orang lain dan jangan membiarkan orang-orang meraba-raba dalam kegelapan, kejahilan atau kebodohan.
433. Ungkapan mitsaq an-nabiyyin dapat berarti perjanjian nabi-nabi dengan Tuhan atau perjanjian yang diambil Tuhan dari orang-orang dengan perantaraan nabi-nabi mereka. Ungkapan ini telah dipakai di sini dalam artian yang kedua, sebab qiraah (pembacaan) lain seperti yang didukung oleh Ubayy bin Ka’b dan Abdullah bin Mas’ud ialah mitsaq alladzina ‘utul Kitab, yang artinya perjanjian mereka yang diberi Kitab (Muhith). Penafsiran ini didukung pula oleh kata-kata berikut, ialah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang menggenapi apa yang ada padamu, sebab kepada orang-oranglah rasul-rasul Tuhan datang dan bukan kepada nabi-nabi mereka.
433A. Kata mushaddiq telah dipakai di sini untuk menyatakan tolok ukur yang dengan tolok ukur itu pendakwa yang benar dapat dibedakan dari seorang pendakwa yang palsu. Secara tepat kata itu, telah diterjemahkan di sini sebagai “menggenapi,” sebab hanya dengan “menggenapi” dalam dirinya maka nubuatan-nubuatan yang terkandung dalam Kitab-kitab wahyu terdahulu, seorang pendakwa dapat dibuktikan kebenarannya.
433B. Ayat ini dianggap pula berlaku kepada para nabi pada umumnya dan kepada Rasulullah s.a.w. pada khususnya. Kedua pemakaian itu tepat. Ayat itu menetapkan suatu peraturan umum. Kedatangan setiap nabi terjadi sebagai penggenapan nubuatan-nubuatan tertentu yang dibuat oleh seorang nabi yang mendahuluinya, ketika beliau menyuruh pengikut beliau supaya menerima nabi yang berikutnya bila pun nabi itu datang. Jika nabi itu datang memenuhi nubuatan-nubuatan dalam Kitab-kitab dari satu kaum saja, seperti halnya dengan Isa a.s. dan para nabi Bani Israil lainnya, maka hanya kaum itu saja yang wajib menerima dan membantu beliau; tetapi, bila Kitab-kitab semua agama menubuatkan kedatangan seorang nabi, seperti halnya mengenai Rasulullah s.a.w., maka semua bangsa harus menerima beliau. Rasulullah s.a.w. datang sebagai penyempurnaan nubuatan-nubuatan, bukan hanya dari para nabi Bani Israil saja (Yesaya 21 : 13 - 15; Ulangan 18 : 18; 33 : 2; Yahya 14 : 25, 26; 16 : 7-13), tetapi juga dari ahli-ahli kasyaf bangsa Aria dan rohaniawan-rohaniawan agama Budha dan Zoroaster (Syafrang Dasatir hlm. 188, Siraji Press, Delhi Yamaspi, diterbitkan oleh Nizham Al-Masyaich, Delhi, 1330 Hijrah).
434. Sebagaimana di alam jasmani, orang harus tunduk kepada hukum alam — dan ia tahu dari pengalamannya bahwa kepatuhan demikian itu berfaedah baginya — maka memang dapat diterima oleh akal bahwa dalam urusan rohani pun, saat ia telah dianugerahi sedikit banyak kebebasan, ia hendaknya patuh pula kepada hukum-hukum dan perintah-perintah Tuhan dan dengan demikian mendapat ridha Ilahi bagi kepentingan pribadinya sendiri.
435. Kaum Yahudi menolak kedatangan para nabi bukan-Bani Israil, seperti nampak dari kata-kata, janganlah kamu percaya kecuali kepada orang yang mengikuti agamamu (3:74). Tuduhan itu ditudingkan kepada mereka bahwa sementara mereka menolak semua nabi kecuali nabi-nabi Bani Israil, Islam minta kepada para pengikutnya untuk beriman kepada semua Nabi Allah, tanpa membedakan negeri atau bangsa atau masyarakat asal mereka atau zaman yang mereka hidup di dalamnya. Ini merupakan satu kelebihan Islam di atas semua agama lainnya.
435A. Kata-kata itu tidak berarti bahwa tiada perbedaan pangkat atau kedudukan antara berbagai nabi itu, karena pandangan itu bertentangan dengan 2 : 254. Apa yang sesungguhnya dimaksudkan oleh kata-kata itu ialah mereka sebagai Utusan-utusan Ilahi tidak boleh dibeda-bedakan.
436. Tentu saja suatu kaum yang mula-mula beriman kepada kebenaran seorang nabi dan menyatakan keimanan mereka kepada nabi itu secara terang-terangan dan menjadi saksi atas Tanda-tanda Ilahi tetapi kemudian menolaknya karena takut kepada manusia atau karena pertimbangan duniawi lainnya, mereka kehilangan segala hak untuk mendapat lagi petunjuk kepada jalan yang lurus. Atau, ayat itu dapat pula mengisyaratkan kepada mereka yang beriman kepada para nabi terdahulu tetapi menolak Rasulullah s.a.w.
436A. Hanya semata-mata bertobat dan menyesal atas perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan di masa yang sudah-sudah tidaklah cukup untuk mendapat pengampunan Ilahi; satu janji yang sungguh-sungguh untuk menjauhi perilaku buruk dan satu tekad bulat untuk membenahi orang-orang lain pun diperlukan untuk maksud itu.
437. Ayat ini tidak berarti bahwa tobat orang-orang murtad sama sekali tidak boleh diterima, karena kesimpulan demikian adalah bertentangan dengan 3 : 90 yang menurut ayat itu tobat pada tiap-tiap tingkatan dapat diterima. Yang disinggung di sini ialah, hanya orang-orang yang berikrar tobat tetapi daripada memperkuat ikrar mereka dengan mengadakan perubahan sejati dan nyata dalam kehidupan mereka sebenarnya, mereka malah bertambah dalam kekafiran mereka.
438. Untuk mencapai keimanan sejati, yang merupakan inti segala kebajikan yang sempurna dan merupakan bentuk tertinggi kebaikan, orang harus siap-sedia mengorbankan segala sesuatu yang disayanginya. Taraf tertinggi kebajikan yang sempurna dapat dicapai hanya dengan membelanjakan di jalan Allah apa-apa yang paling dicintainya. Akhlak luhur (birr) tidak dapat dicapai tanpa diresapi jiwa pengorbanan yang sebenarnya.
439. Makanan-makanan tertentu yang dipandang haram oleh orang-orang Yahudi telah dihalalkan oleh agama Islam. Satu barang yang serupa itu ialah urat kerukut pada pangkal paha yang disebut dalam Kejadian 32 : 32. Nabi Ya’kub a.s. menderita encok pangkal paha dan, atas pertimbangan kesehatan, beliau melarang diri beliau sendiri makan urat kerukut. Hal itu adalah urusan beliau pribadi, tetapi berpantang dari makan urat oleh Bani Israil dijadikan suatu peraturan hidup.
440. Nama Israil dianugerahkan kepada Ya’kub a.s. dalam sebuah kasyaf (Kejadian 32 : 28).
441. Dzalika mengisyaratkan kepada ungkapan pada ayat yang mendahuluinya. Mengatakan bahwa bagian makanan ini dan bagian makanan itu dilarang oleh Tuhan, padahal Tuhan tidak melarangnya, adalah sama dengan mengada-ada kedustaan terhadap Tuhan.
442. Dengan mengatakan bahwa Nabi Ibrahim a.s. senantiasa patuh kepada Tuhan diisyaratkan oleh ayat ini bahwa beliau tidak melarang makan sesuatu makanan tertentu menurut kehendak beliau sendiri seperti dilakukan oleh orang-orang Bani Israil. Ayat itu bermaksud mengatakan bahwa dengan berselisih paham dengan Bani Israil dalam urusan ini, Islam tidak menentang cara dan sunnah Nabi-nabi Allah, terutama sunnah Nabi Ibrahim a.s.
443. Bakkah itu nama yang diberikan kepada lembah Mekkah, huruf mim dari Mekkah diubah menjadi ba. Dua huruf itu dapat ganti-berganti seperti lazim dan lazib. Di sini Alquran menarik perhatian kaum Ahlulkitab kepada kenyataan sangat tuanya Ka’bah dengan maksud mengemukakan bahwa Mekkah merupakan pusat yang sesungguhnya dan pusat asli agama Tuhan; pusat-pusat yang dipilih oleh kaum Yahudi dan Kristen itu latar asalnya jauh lebih muda. Lihat pula 2: 128.
444. Sesudah menyinggung kesaksian sejarah mengenai Ka’bah, Alquran selanjutnya mengemukakan tiga sebab guna menunjukkan bahwa Ka’bah berhak dipilih sebagai kiblat atau pusat agama Tuhan untuk selama-lamanya: (a) Ibrahim a.s., Leluhur Agung itu, berdoa di sana; (b) Ka’bah memberi keamanan dan perlindungan; (c) Ka’bah akan tetap menjadi pusat, ke tempat itu manusia dari berbagai-bagai negeri dan bermacam-macam bangsa akan datang menunaikan kewajiban ibadah haji.
445. Syahid berarti, orang yang memberikan penerangan tentang apa yang disaksikannya; orang yang memiliki banyak ilmu; orang yang mati di jalan Allah. Bila dipakai mengenai Tuhan kata itu berarti, Dia Yang tiada sesuatu pun tersembunyi dari pengetahuan-Nya (Lane).
446. Artinya, “Kalian ingin supaya nampak ada kebengkokan dalam Islam,” atau “kalian mau memutarbalikkan ajarannya.”
447. (1) Barangsiapa menjaga diri dari dosa dengan jalan mengamalkan perintah-perintah Tuhan; (2) barangsiapa mengadakan perhubungan dengan Tuhan dan berpegang teguh kepada-Nya.
448. Karena kedatangan saat kematian tidak diketahui, kita dapat berkeyakinan akan mati dalam keadaan menyerahkan diri kepada Tuhan hanya bila diri kita senantiasa tetap dalam keadaan menyerahkan diri kepada Tuhan. Jadi ungkapan itu mengandung arti bahwa kita harus senantiasa tetap patuh kepada Tuhan.
449. Habl berarti, seutas tali atau pengikat yang dengan itu sebuah benda diikat atau dikencangkan; suatu ikatan, suatu perjanjian atau permufakatan; suatu kewajiban yang karenanya kita menjadi bertanggung jawab untuk keselamatan seseorang atau suatu barang; persekutuan dan perlindungan (Lane). Rasulullah s.a.w. diriwayatkan telah bersabda, “Kitab Allah itu tali Allah yang telah diulurkan dari langit ke bumi” (Jarir, IV, 30).
450. Sangat sukar kita mendapatkan suatu kaum yang terpecah belah lebih dari orang-orang Arab sebelum datangnya Rasulullah s.a.w. di tengah mereka, tetapi dalam pada itu sejarah umat manusia tidak dapat mengemukakan satu contoh pun ikatan persaudaraan penuh cinta yang menjadikan orang-orang Arab telah bersatu-padu, berkat ajaran dan teladan luhur lagi mulia Junjungan Agung mereka.
451. Kata-kata “di tepi jurang Api” berarti peperangan, saling membinasakan yang di dalam peperangan itu orang-orang Arab senantiasa terlibat dan menghabiskan kaum pria mereka.
452. Al-khair artinya di sini Islam, sebab ‘kebajikan’ pada umumnya tercakup dalam kata ma’ruf yang datang segera sesudah itu.
453. Rasulullah s.a.w. diriwayatkan telah bersabda, “Bila seseorang dari antaramu melihat suatu kejahatan, hendaklah melenyapkan kejahatan itu dengan tangannya. Bila ia tidak dapat melenyapkan dengan tangannya, maka ia hendaknya melarang dengan lidahnya. Bila ia tidak dapat berbuat hal itu juga, maka hendaknya paling sedikit membenci di dalam hati, dan itulah iman yang paling lemah” (Muslim).
454. Ayat ini menunjuk kepada perpecahan dan perselisihan-perselisihan di tengah-tengah para Ahlulkitab untuk menyadarkan kaum Muslimin akan bahaya ketidakserasian dan ketidaksepakatan.
455. Alquran telah menerangkan warna-warna “putih” dan “hitam” sebagai lambang, masing-masing untuk “kebahagiaan” dan “kesedihan” (3:107, 108; 75:23 - 25; 80 : 39 - 41). Bila seseorang melakukan perbuatan yang karenanya ia mendapat pujian, orang Arab mengatakan tentang dia : ibyadhdhaha wajhuhu, yakni wajah orang itu menjadi putih. Dan, bila ia melakukan suatu pekerjaan yang patut disesali, maka dikatakan tentang dia iswadda wajhuhu, yakni, wajahnya telah menjadi hitam.
456. Ungkapan bil-haqq (secara harfiah berarti “dengan kebenaran” dan diterjemahkan sebagai “mengandung kebenaran”) berarti, pertama, bahwa Tanda-tanda atau Ayat-ayat Tuhan itu penuh dengan kebenaran; kedua, Tanda-tanda telah datang secara hak, yakni, kamu mempunyai hak untuk menerima; ketiga, itulah saat yang paling tepat Ayat-ayat itu diwahyukan. Lihat pula catatan nomor 364.
457. Ayat ini bukan saja mencanangkan bahwa kaum Muslimin itu bangsa yang terbaik — sungguh suatu proklamasi besar — melainkan menyebutkan pula sebab-sebabnya (1) Mereka telah dibangkitkan untuk kepentingan umat manusia seluruhnya; (2) telah menjadi kewajiban mereka menganjurkan berbuat kebaikan dan melarang berbuat keburukan serta beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kemuliaan kaum Muslimin bergantung pada dan ditentukan oleh kedua syarat itu.
458. Ayat ini berisikan suatu nubuatan penting dan jauh jangkauannya mengenai orang-orang Yahudi, ialah, mereka ditakdirkan untuk selama-lamanya menjadi sasaran kehinaan serta kerendahan dan hidup di bawah kekuasaan orang-orang lain. Sejarah kaum Yahudi, semenjak zaman Rasulullah s.a.w. sampai sekarang, mengandung bukti yang nyata tentang kebenaran nubuatan yang mengagumkan itu. Di semua negeri dan di segala zaman, tidak terkecualikan di zaman kemajuan dan toleransi dewasa ini, orang-orang Yahudi pernah menjadi mangsa penindasan yang pahit dan pernah menderita berbagai macam penghinaan dan kerendahan. Berdirinya negara Israil hanyalah merupakan satu tahap sementara dalam sejarah agama Yahudi.
459. Kata-kata ummatun qa’imatun dapat pula berarti : (1) suatu golongan atau kaum yang melaksanakan sepenuhnya dan sejujurnya kewajiban-kewajiban mereka; (2) suatu kaum yang bangun untuk salat pada bagian-akhir malam. Kata-kata itu hanya menunjuk kepada orang-orang Yahudi yang telah memeluk agama Islam.
460. Islam bukan suatu agama nasional atau suku bangsa. Barangsiapa memeluknya, tiada perduli dari masyarakat apa atau dari paham apa ia datang, mendapat karunia yang sama dengan setiap pengikut lainnya agama itu, tentunya dengan syarat bahwa ia bertakwa. Tiada perlakuan yang berlatar belakang purbasangka dikenakan kepada anggota-anggota suatu bangsa tertentu. Seorang Yahudi, dan demikian pula siapa pun, sesudah masuk Islam adalah sejajar dengan orang Muslim berbangsa Arab.
461. Gagasan yang melatarbawahi ayat ini ialah, usaha keras orang-orang kafir terhadap Islam akan menimpa kembali kepada diri mereka sendiri. Apa pun yang diperbuat atau dibelanjakan mereka dengan tujuan merugikan kepentingan Islam hanya akan membawa kerugian kepada diri mereka sendiri.
462. Khabal berarti, kerusakan baik yang berkenaan dengan badan atau pikiran atau pun perbuatan; kerugian atau kemerosotan; kehancuran atau kebinasaan; racun yang mematikan (Aqrab).
463. Mereka berkeinginan melihat kamu ditimpa malapetaka atau kemalangan; binasa atau menjadi lemah dan tak berdaya; atau mereka menginginkan sekali melihat kamu tersesat dari jalan ketakwaan dan menempuh jalan durhaka.
464. Seperti ditunjang oleh konteksnya (letak kalimatnya) maka kata-kata “sementara mereka tidak percaya kepada Kitab seluruhnya” atau kata-kata yang serupa harus dianggap diletakkan di belakang kata-kata kamu beriman kepada Kitab seluruhnya.
465. Kata-kata, Matilah oleh kemarahanmu, dialamatkan kepada orang-orang Yahudi yang memusuhi dan berusaha membinasakan Islam.
466. Tuhan akan meniadakan segala apa yang diperbuat mereka dan Dia akan membinasakan mereka. Oleh karena itu orang-orang Muslim hendaknya tak perlu takut kepada mereka. Segala tipu daya musuh-musuh Islam diketahui Tuhan dan Dia akan menggagalkan upaya mereka.
467. Kata-kata itu mengisyaratkan kepada Perang Uhud. Guna menghapus noda hina dari kekalahan mereka di Perang Badar, kaum Quraisy Mekkah pada tahun ketiga Hijrah berangkat menuju Medinah dengan lasykar sebanyak 3000 prajurit berpengalaman dengan perlengkapan perang yang sangat baik. Berlawanan sekali dengan keinginan pribadi beliau sendiri, Rasulullah s.a.w. berangkat dari Medinah untuk menghadapi musuh. Beliau disertai pasukan berjumlah 1000 prajurit, termasuk 300 pengikut Abdullah bin Ubayy, seorang munafik terkenal yang kemudian meninggalkan lasykar Islam. Pertempuran terjadi dekat Uhud.
468. Dua golongan itu yakni, suku Banu Salmah dan Banu Haritsah, masing-masing berinduk kepada kaum Khazraj dan Aus (Bukhari, Kitab al-Maghazi). Ayat ini menyatakan tidak benar mereka itu menampakkan sifat pengecut, melainkan setelah mereka melihat bahwa, dengan pengkhianatan 300 pengikut Abdullah, lasykar Muslim yang kecil jumlahnya itu telah menjadi sangat berkurang lagi; mereka hanya hampir-hampir akan meninggalkan lasykar Islam, tetapi pada kenyataannya mereka tidak berbuat demikian.
469. Badar adalah nama tempat yang terletak pada jalan antara Mekkah dan Medinah. Nama itu dipakai sesuai dengan nama mata air yang dimiliki seorang yang bernama Badar. Perang Badar yang dimaksud di sini terjadi di dekat tempat itu.
470. Bukan seperti yang disalah-pahami kata-kata ini tidak mengisyaratkan kepada Perang Badar sebagaimana secara sambil lalu telah disebut dalam ayat yang terdahulu untuk memberikan gambaran tentang cara bagaimana Tuhan menolong orang-orang Muslim yang teguh dan tangguh itu dalam keadaan bahaya. Jumlah malaikat yang dikirimkan pada Perang Badar menurut ayat 8 : 10, ada seribu (dan bukan 3000), sama dengan jumlah musuh pada saat itu. Pada Perang Uhud jumlah musuh 3000, maka kaum Muslimin dijanjikan pula bantuan 3000 malaikat. Sempurnanya janji ini disebut dalam ayat                    3 : 153.
471. Kata balaa menyatakan perhubungan antara ayat-ayat itu dan memberi jawaban terhadap pertanyaan pada ayat 3 : 125, ialah, tidakkah akan memadai bagimu? Dengan demikian artinya ialah, “Ya, memang akan memadai bagi kami, dan demikian pula akan memadai 5000 pasukan malaikat jika musuh akan kembali menyerang pada saat itu pula.”
472. Kata-kata itu mengandung arti bahwa jika orang-orang kafir kembali menyerang dengan tiba-tiba tanpa memberi waktu sedikit pun kaum Muslimin untuk menghimpun kekuatan kembali, maka Tuhan akan membantu mereka dengan 5000 malaikat. Perbedaan jumlah malaikat dalam ayat yang sebelumnya — bilangan yang disebut 3000 — disebabkan oleh keadaan kaum Muslimin yang kemudian telah menjadi sangat lemah. Pada saat itu mereka kehabisan tenaga dan menderita pukulan hebat dan oleh karena itu memerlukan pertolongan yang lebih besar. Sesudah berangkat agak jauh menuju arah ke Mekkah, kaum Quraisy memutuskan untuk kembali dan menyerang lagi kaum Muslimin. Ketika Rasulullah s.a.w. mengetahui hal itu keesokan harinya sesudah pertempuran, beliau segera memerintahkan berangkat dan mengatakan bahwa yang boleh ikut serta dengan beliau hanyalah para pengikut beliau yang telah ikut serta dalam Perang Uhud. Kaum Muslimin maju sejauh Hamra al-Asad, satu tempat kira-kira delapan mil dari Medinah. Tetapi, kaum Mekkah begitu kecut hati oleh kemunculan Rasulullah s.a.w. dan para pengikut beliau secara berani dan tak terduga itu sehingga mereka mengambil keputusan untuk cepat-cepat mengundurkan diri ke Mekkah. Hal itu disebabkan rasa takut yang telah ditimbulkan para malaikat dalam hati mereka. Jika tidak demikian, tiada alasan bagi mereka untuk melarikan diri dari hadapan kaum Muslim yang telah ditimpa kerugian begitu besar oleh mereka hanya sehari sebelumnya dan selain sangat berkurangnya dalam jumlah, juga sangat letih, dan menderita cedera berat, akibat pertempuran pada hari sebelumnya.
473. Musawwimin diserap dari sawwama. Orang mengatakan sawwama alaihim artinya : ia dengan tiba-tiba dan dengan dahsyatnya menggempur mereka dan menimbulkan kerugian besar di tengah-tengah mereka (Aqrab).
474. Para malaikat membantu kaum Muslimin; di satu pihak dengan meneguhkan hati mereka dan di pihak lain dengan meresapi hati musuh-musuh dengan rasa gentar dan takut. Jika Tuhan menghendaki, seorang malaikat saja cukup untuk menolong kaum Muslimin pada Perang Uhud, tetapi Tuhan menjanjikan akan mengirimkan sebanyak lima ribu malaikat. Hal itu merupakan isyarat tersembunyi bahwa sejumlah besar kekuatan-alam bekerja menolong mereka. Baik dicatat sambil lalu bahwa beberapa orang mukmin dan begitu pula beberapa orang kafir, menurut riwayat, sungguh-sungguh telah melihat para malaikat dalam Perang Badar (Jarir, IV, 47). Lihat pula ayat 8 : 10.
475. Ketika Rasulullah s.a.w. mengetahui bahwa kaum Mekkah sedang mempertimbangkan akan segera menyerang Medinah, beliau bergerak untuk menghadang mereka. Kaum Mekkah melarikan diri dengan kehinaan.
476. Ada anggapan keliru bahwa ayat ini mengandung teguran terhadap Rasulullah s.a.w. karena beliau telah berdoa kepada Allah s.w.t. supaya Dia menghancurkan kaum Mekkah. Di sini sama sekali tidak disebut-sebut tentang doa demikian, pula tidak ada suatu peristiwa apa pun yang mendesak beliau berdoa semacam itu. Pada hakikatnya, seorang nabi tidak pernah mendoa untuk kehancuran sesuatu kaum tanpa izin Tuhan. Ayat ini hanya dimaksudkan sebagai jawaban kepada mereka yang mengaitkan kekalahan kaum Muslimin di Uhud kepada kesalahan mereka meninggalkan kota dengan menyalahi nasihat orang-orang berpengalaman. Ayat ini mengatakan bahwa kekalahan sementara itu telah terjadi sesuai dengan hikmah luhur Tuhan dan bahwa Rasulullah s.a.w. tidak bersangkut-paut dengan kejadian itu. Salah satu hasil baik dari kekalahan itu ialah, banyak orang kafir telah mendapat taufik masuk Islam, di antaranya Khalid r.a. yang termasyhur itu. Mereka melihat betapa Tuhan telah menolong Rasulullah s.a.w. pada saat-saat yang genting, dan betapa Tuhan telah memberikan perlindungan kepada beliau meskipun pada suatu saat, beliau tertinggal seorang diri di medan pertempuran.
477. Kata-kata adh’aafan mudhaa’afah tidak dipakai sebagai anak kalimat yang membatasi arti riba bunga uang sehingga membatasinya kepada jenis bunga uang tertentu. Kata-kata itu dipakai sebagai anak-kalimat penjelasan untuk mengisyaratkan kepada sifat yang melekat pada riba ialah bahwa riba itu terus-menerus bertambah besar. Penarikan bunga uang, meskipun sekarang disahkan oleh bangsa-bangsa Kristen, dulu dilarang oleh Nabi Musa a.s. (Keluaran 22 : 25; Lewi 25 : 36, 37; Ulangan 23 : 19, 20). Ayat ini tidak berarti bahwa bunga itu diizinkan dengan prosentase yang ringan dan hanya prosentase tinggi sajalah yang dilarang. Segala bentuk bunga itu dilarang, baik ringan maupun secara berlebih-lebihan; dan kata-kata adha’aafan mudhaa’afah yang diterjemahkan: yang berlipatganda, telah ditambahkan hanya untuk menunjuk kepada kelaziman yang berlaku di zaman Rasulullah s.a.w. Jadi, hanya batas ekstrim yang disebut di sini semata-mata untuk mengemukakan keburukannya, sebenarnya segala bentuk bunga uang dilarang, seperti jelas dikatakan dalam ayat-ayat 2 : 276 - 281. Perintah larangan mengenai penarikan bunga dinyatakan pada waktu membahas soal peperangan adalah mengandung arti yang mendalam. Dalam ayat 2 : 280 juga larangan penarikan bunga itu telah disebut sehubungan dengan soal peperangan. Hal itu menunjukkan bahwa perang dan bunga itu saling berkaitan antara satu sama lain — suatu kenyataan yang cukup terbukti dalam peperangan di zaman modern. Pada hakikatnya, riba adalah salah satu penyebab peperangan dan pula membantu memperpanjang peperangan.
478. Dalam ayat 2 : 276 pun larangan penarikan bunga diikuti oleh peringatan terhadap api. Jelas benar bahwa api peperanganlah yang terutama dimaksud di sini. Kata-kata “orang-orang kafir” di samping mengandung artian umum, di sini dapat juga diartikan, mereka yang tidak menaati perintah Ilahi tentang riba.
479. ‘Ardh berarti, (1) harga atau nilai sesuatu benda dalam bentuk lain dari uang; (2) lebarnya; (3) luasnya (Aqrab).
479A. Ayat ini merupakan jawaban kepada mereka yang karena terpukau oleh keadaan sekeliling mereka dewasa ini menyangka bahwa perdagangan atau perniagaan tidak dapat terselenggara tanpa riba. Ayat ini mengatakan bahwa dengan mengikuti ajaran Islam, kaum Muslimin dapat dan akan menikmati segala macam manfaat dan keuntungan. Ayat ini merupakan seruan kepada kaum Muslimin untuk mengikuti perintah dan peraturan Islam. Ayat ini berarti pula bahwa sorga akan meliputi langit dan bumi, yakni, orang-orang mukmin akan berada di sorga, baik dalam kehidupan ini maupun dalam kehidupan yang akan datang, di akhirat kelak. Suatu hadis yang terkenal menjelaskan keadaan sorga dan neraka dengan sangat menarik hati. Bila ditanya, “Jika sorga meliputi langit dan bumi, kemudian di manakah tempat neraka?” Rasulullah s.a.w. balik bertanya, “Di manakah malam bila siang tiba?” (Katsir). Menurut riwayat, beliau pernah bersabda pula bahwa ganjaran sorga terkecil akan sebesar ruang antara langit dan bumi. Hal itu menunjukkan bahwa sorga merupakan keadaan rohani dan bukan suatu tempat jasmani tertentu.
480. Seseorang dikatakan melakukan sifat ‘afw bila ia menghapuskan dari pikirannya, atau sama sekali melupakan dosa-dosa atau pelanggaran-pelanggaran terhadapnya yang dilakukan oleh orang-orang lain. Bila dipakai bertalian dengan Tuhan, maka artinya ialah bahwa Tuhan bukan saja menghapuskan dosa, bahkan juga menghapuskan segala bekas dan nodanya.
481. Ayat ini menyebutkan tiga tingkatan ‘afw. Pada tahap pertama, seorang mukmin bila disakiti, ia menekan atau mengekang kemarahannya. Pada tahap kedua, ia maju selangkah lagi dan memberi maaf dan ampunan tanpa syarat kepada si pelanggar. Pada tahap ketiga, ia bukan saja memberi ampunan sepenuhnya kepada si pelanggar, tetapi ia juga melakukan kebaikan sampingan kepadanya dan memberinya suatu anugerah. Ketiga tahap ini — menahan kemarahan, pengampunan, dan berbuat baik — telah dilukiskan dengan indahnya oleh suatu peristiwa dalam kehidupan Hadhrat Imam Hasan, putra Ali r.a. dan cucu Rasulullah s.a.w. Seorang budaknya pada sekali peristiwa membuat satu kesalahan. Hadhrat Imam Hasan sangat marah dan hampir akan menghukumnya. Seketika itu si budak membacakan bagian pertama ayat tersebut, ialah: mereka yang menahan amarah. Mendengar kata-kata tersebut Hadhrat Hasan menarik tangannya. Kemudian budak itu membacakan kata-kata dan memaafkan manusia. Mendengar perkataan itu Hadhrat Hasan dengan serta-merta mengampunyinya. Budak itu kemudian membacakan, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan. Oleh karena patuhnya kepada perintah Ilahi, hati Hadhrat Hasan sangat terharu dibuatnya sehingga beliau segera memerdekakan budak itu (Bayan, 1.366).
482. Bila orang-orang baik kebetulan membuat suatu kealpaan susila, mereka tidak berupaya mengabsahkan perbuatan mereka itu tetapi dengan terus terang mengakui kesalahan mereka dan berusaha memperbaiki diri.
483. Bila seseorang dengan sungguh-sungguh bertobat kepada Tuhan setelah melakukan suatu dosa, dan juga dengan sungguh-sungguh menyesal atas amal buruknya ia bukan saja dimaafkan oleh Tuhan, tetapi Tuhan membimbingnya untuk mencari taraf-taraf kemajuan rohani lebih tinggi dan menjanjikan sorga kepadanya.
484. Sunan itu jamak dari sunnah, yang berarti, (1) cara, arahan atau tata tertib perilaku; (2) cara berbuat yang ditetapkan atau diikuti oleh suatu kaum dan ditiru oleh orang-orang lain sesudah mereka; (3) watak, kelakuan, sifat atau pembawaan; (4) hukum agama atau syariat (Taj).
485. Kata pengganti hadza dapat diisyaratkan kepada Alquran atau kepada ayat yang baru mendahuluinya, atau kepada masalah tobat yang dibicarakan dalam ayat-ayat sebelumnya.
486. In berarti, jika; tidak; sesungguhnya; oleh sebab; bila, dan sebagainya. (Lane).
487. Ayat ini menyandang asas yang sangat penting; bagaimana suatu bangsa atau perseorangan dapat dan selalu perkasa, kata-kata “janganlah kamu lesu” bertalian dengan bahaya yang bisa terjadi di hari depan, dan “jangan pula bersedih” bertalian dengan kesalahan-kesalahan dan kemalangan-kemalangan di masa lalu. Bangsa-bangsa hanya mundur dan jatuh bila mereka kurang menyadari kewajiban mereka dengan sungguh-sungguh, maka mereka akan mulai lalai dalam upaya mereka, atau karena selalu menyesali masa lampau mereka, maka mereka akan menjadi berputus asa. Ayat ini memperingatkan terhadap kedua bahaya itu.
488. Di tempat lain (3 : 166) dikatakan bahwa kaum Muslimin menimpakan cedera kepada orang-orang kafir dua kali lebih besar dari apa yang diderita oleh mereka sendiri. Ini mengisyaratkan kepada Perang Badar ketika tujuh puluh orang Mekkah tewas dan tujuh puluh orang tertawan; jadi, seluruhnya berjumlah 140 orang. Pada Perang Uhud sebaliknya tujuh puluh orang Muslim gugur, tetapi tiada seorang pun tertawan. Jadi, kaum Muslimin telah menimpakan cedera kepada orang-orang kafir dua kali lipat dalam Perang Badar, jika dibandingkan dengan cedera mereka sendiri pada Perang Uhud. Tetapi, jika kita memperhatikan yang terbunuh dalam kedua pertempuran tersebut jumlahnya sama maka kerugian kaum Muslimin dan orang-orang kafir yang dibicarakan dalam ayat ini sama. Atau, ayat ini dapat dianggap menunjuk kepada sifat atau peri keadaan kemalangan yang serupa dalam dua kejadian tersebut. Dalam hal itu, ayat 166 di bawah dapat dipandang mengisyaratkan kepada kammiat (kuantitas) dan ayat ini kepada kaifiat (kwalitas) kerugian itu.
488A. “Hari-hari kebahagiaan” atau “hari-hari kemalangan.”
489. Tuhan Yang Maha Mengetahui tidak perlu menambah ilmu-Nya. Yang dimaksud di sini hanyalah perbuatan yang membedakan antara dua hal. Ilmu Ilahi itu terdiri atas dua macam. Ilmu yang pertama adalah pengetahuan tentang sesuatu sebelum terjadi, dan yang kedua adalah pengetahuan bilamana dan ketika hal itu benar-benar terjadi. Di sini yang dimaksudkan ialah ilmu dari ragam yang terakhir.
490. Orang-orang mukmin memberi persaksian mengenai kebenaran Islam dengan keteguhan mereka dan dengan contoh mulia yang diperlihatkan mereka di dalam masa percobaan.
491. Kemalangan yang diderita kaum Muslimin di Uhud berhikmah semacam penebusan terhadap kealpaan mereka. Di samping itu pertempuran tersebut memberi kesadaran kepada orang-orang kafir bahwa Islam itu agama milik Tuhan Pribadi. Justru orang-orang Mekkah, yang memainkan peranan penting dalam melawan Islam pada perang itu, masuk Islam, tidak lama berselang sesudah perang itu. Islam telah menaklukkan hati mereka dengan “membinasakan” kekufuran mereka.
492. Percobaan dan kemalanganlah yang menguji watak seseorang; dan tiada kemajuan atau pensucian rohani tanpa percobaan dan kemalangan.
493. Kata “maut” di sini alih-alih kata perang, sebab akibat perang ialah kematian. Perang seolah-olah berarti kematian bagi kaum Muslimin yang sangat lemah keadaannya, baik dalam perlengkapan maupun dalam jumlah ketimbang musuh mereka yang perkasa itu. Dalam Perang Uhud Rasulullah s.a.w. menyarankan agar menghadapi musuh di dalam kota Medinah. Tetapi beberapa sahabat, terutama mereka yang tidak ikut serta dalam Perang Badar; berkata “Sudah lama kami mengharap-harap giliran hari semacam ini. Marilah kita berangkat menghadapi musuh, jangan-jangan mereka menyangka kita pengecut” (Zurqani, i.22). Keinginan kaum Muslimin inilah yang diacu dalam kata-kata, sesungguhnya kamu pernah menginginkan maut itu.
494. Kabar angin tersebar di Uhud bahwa Rasulullah s.a.w. syahid. Ayat ini mengisyaratkan kepada peristiwa itu dan bermaksud mengatakan bahwa meskipun kabar itu tidak benar, tetapi seandainya pun Rasulullah s.a.w. benar dan pada hakikatnya telah syahid, hal itu tidak boleh menjadikan keimanan orang-orang mukmin goyah. Muhammad s.a.w. hanyalah seorang nabi; dan sebagaimana semua nabi sebelum beliau telah wafat, maka beliau pun pasti akan wafat. Tetapi Tuhan kepunyaan Islam itu Hidup kekal. Tercantum dalam tarikh bahwa tatkala Rasulullah s.a.w. wafat, Umar r.a. berdiri di Masjid Medinah dengan pedang terhunus di tangan beliau dan berkata, “Barangsiapa mengatakan Rasulullah s.a.w. wafat, akan aku penggal batang lehernya. Beliau tidak wafat, melainkan telah pergi ke Tuhan-nya (beliau telah naik ke langit) seperti halnya Nabi Musa a.s. pernah pergi kepada Tuhan-nya dan beliau niscaya akan kembali lagi untuk menghukum orang-orang munafik.” Abu Bakar r.a. setiba di tempat peristiwa itu dengan tegas menyuruh Umar r.a. duduk, dan sementara beliau memberi wejangan kepada orang-orang Muslim yang telah berkumpul di masjid, beliau membacakan ayat ini juga; ayat ini meyakinkan mereka bahwa Rasulullah s.a.w. sungguh-sungguh telah wafat, dan dengan demikian mereka diliputi oleh kesedihan yang sangat mendalam. Ayat ini sambil lalu membuktikan bahwa semua nabi sebelum Rasulullah s.a.w. telah wafat; sebab, sekiranya seorang di antaranya masih hidup, maka ayat ini sekali-kali tidak akan ditukil sebagai bukti tentang wafat Rasulullah s.s.w. Sebenarnya Islam tidak mengandalkan kehidupannya atas seseorang, betapa pun besarnya orang itu. Tuhan adalah Pembinanya dan Dia-lah Pemeliharanya dan Penjaganya. Tetapi, ayat ini tidak boleh diartikan bahwa Rasulullah s.a.w. dapat syahid dalam peperangan atau di tangan seorang pembunuh. Kepada beliau dijanjikan perlindungan Tuhan dari segala bahaya yang mengancam jiwa beliau (5 : 68). Musuh bersuka ria ketika kabar angin itu tersebar ke mana-mana bahwa Rasulullah s.a.w. syahid. Tetapi, hal itu ternyata merupakan suatu rahmat tersembunyi untuk kaum Muslimin. Hal itu mempersiapkan mereka untuk menerima pukulan berat yang kemudian menimpa mereka ketika beliau benar-benar wafat. Jika mereka tidak mendapat pengalaman ini, mereka tak akan mampu menanggungnya.
495. Ribbiyyun itu jamak dari ribbiyy, yang diserap dari kata rabba; untuk itu lihat ayat 1 : 2. Ribbiyy berarti seseorang yang bertalian dengan ribbah, yakni suatu rombongan besar atau segerombol manusia yang besar jumlahnya. Jadi, kata itu berarti, mereka yang merupakan suatu rombongan besar atau suatu kelompok besar manusia. Kata itu berarti pula orang-orang berilmu, saleh, dan sabar (Lane).
496. Pahala akhirat itu berbagai-bagai tingkatnya; dan orang-orang mukmin yang keadaan mereka selaras dengan gambaran di atas akan mendapat pahala terbaik. Kata husna yang dialihbahasakan “sebaik-baiknya” tidak hanya menunjukkan tingkat paling tinggi, tetapi juga dipakai untuk melukiskan arti “kesangatan” secara mutlak.
497. Orang-orang Muslim tidak diperintahkan menjauhi perhubungan dengan semua orang bukan-Muslim; mereka itu hanya diperingatkan supaya tidak mengikuti orang-orang ingkar yang secara aktif memusuhi Islam.
498. Penyembahan berhala terbit dari takhayul dan rasa takut; dan orang yang dikuasai oleh takhayul dan takut, tidak mungkin menjadi orang yang benar-benar pemberani.
499. Janji mengisyaratkan kepada janji umum mengenai kemenangan dan kebahagiaan yang berulang-ulang diberikan kepada kaum Muslimin, terutama dalam ayat-ayat 3 : 124-126.
500. Ayat ini menunjuk kepada sekelompok pemanah yang ditempatkan di garis belakang pasukan Muslim di Uhud, dan memaparkan bahwa mereka tidak dapat menahan godaan hati untuk ambil bagian dalam galau pertempuran yang sungguh-sungguh supaya memperoleh bagian rampasan perang; kegagalan mereka dalam menguasai nafsu itu, merupakan satu perbuatan pengecut di pihak mereka. Memang sesungguhnya, hatilah yang merupakan tempat bersemayam sifat keberanian dan keperwiraan yang sebenarnya.
501. Kata “perintah” dapat mengacu kepada perintah Rasulullah s.a.w. yang diberikan kepada regu pemanah di bukit itu untuk tidak meninggalkan pos mereka tanpa izin beliau, atau kepada maksud dan arti yang dikandung oleh perintah itu; yakni, Rasulullah s.a.w. benar-benar telah bermaksud mengatakan kepada mereka supaya tetap tinggal di tempat itu, sekalipun kemenangan telah tercapai; sebagian mengatakan bahwa beliau betul-betul bermaksud demikian dan sebagian lagi berpendapat tidak.
502. Orang-orang Muslim yang ditempatkan pada bukit itu tidak menghiraukan pemimpin mereka. Abdullah bin Jubair, sesuai dengan perintah Rasulullah s.a.w., berseru kepada mereka supaya tidak meninggalkan pos mereka sekalipun kemenangan telah nampak. Mereka tidak dapat menguasai diri, lalu akibatnya ialah perbuatan mereka telah menyebabkan penderitaan besar menimpa kaum Muslimin.
503. Kata-kata itu mengisyaratkan kepada pemanah-pemanah yang telah meninggalkan pos mereka. Anak kalimat dalam bahasa Arab ini dapat pula berarti, beberapa anggota regu menginginkan dunia; yakni, ingin ikut serta dalam pertempuran dan mengumpulkan rampasan perang, sedang yang lain (Abdullah bin Jubair dan anak buahnya yang tidak meninggalkan pos mereka) menghendaki akhirat; yakni, mereka ingat akan akibat pelanggaran terhadap perintah Rasulullah s.a.w. Sebagian berpandangan picik, sedangkan sebagian lagi berpandangan jauh.
504. Kata-kata itu menunjuk kepada peristiwa yang terjadi dalam perang Uhud saat kaum Muslimin diserang dari belakang dan dari muka, dan barisan mereka menjadi berantakan; dalam kekalutan itu banyak dari antara mereka melarikan diri ke berbagai jurusan. Mula-mula, ketika mereka mendengar bahwa musuh datang dari belakang, mereka balik kembali untuk menyerang musuh tetapi ketika itu kebetulan satu pasukan Muslim yang besar datang dari arah itu juga. Dalam keadaan kacau-balau itu orang-orang Muslim itu sendiri disangka musuh oleh kawan lalu diserang. Begitu besar kekacauan dan kekalutan itu sehingga bahkan suara Rasulullah s.a.w. pun tidak terhiraukan.
505. Rasulullah s.a.w. telah menempatkan satu regu pemanah di atas bukit. Mereka meninggalkan pos mereka sebelum waktunya karena menyangka bahwa kemenangan telah tercapai. Akibatnya, kemenangan yang hampir diraih kaum Muslimin itu berubah menjadi kekalahan. Hal ini tentu saja menimbulkan kesedihan pada mereka. Itulah kesedihan pertama. Kesedihan kedua, atau berikutnya, ialah yang dirasakan mereka ketika mendengar kabar angin bahwa Rasulullah s.a.w. telah wafat. Tuhan telah mengatur demikian: kesedihan karena laporan palsu tentang wafat Rasulullah s.a.w. (kesedihan kedua) harus datang sesudah kesedihan (pertama) oleh kekalahan yang telah diderita kaum Muslimin, agar kesedihan yang kedua menghilangkan pengaruh kesedihan pertama karena melihat Rasulullah s.a.w. ada dalam keadaan selamat. Kata-kata ghamman bi ghammin juga berarti kesedihan di atas kesedihan.
505A. Kata-kata “apa yang telah luput darimu” berarti, kemenangan yang hampir ada dalam genggaman kaum Muslimin, dan “apa yang telah menimpamu” berarti kemalangan yang diderita mereka dan kerugian orang-orang Muslim yang syahid.
506. Yang dimaksud dalam ayat ini pun adalah Perang Uhud. Abu Thalhah r.a. berkata, “Saya mengangkat kepalaku, pada hari Uhud, dan perlahan-lahan menengok ke sekitar dan pada hari itu saya lihat tiada seorang pun di antara kami yang kepalanya tidak menunduk karena kantuk” (Katsir, II.303). Karena tidur atau kantuk itu sebuah ciri rasa aman dan tenteram dalam hati, Alquran menyebut peristiwa itu sebagai rahmat Ilahi. Sudah terang bahwa peristiwa itu terjadi ketika galau pertempuran benar-benar telah selesai dan orang-orang Muslim kembali ke bukit yang dekat.
506A. Yang diisyaratkan ialah orang-orang munafik yang telah meninggalkan diri di garis belakang, di Medinah. Mereka lebih mementingkan keamanan mereka sendiri daripada kehormatan Islam dan keselamatan Rasulullah s.a.w. serta kaum Muslimin. Kata-kata, niscaya kami tidak akan terbunuh di sini yang datang beberapa baris kemudian, berarti, “Bila kami mempunyai hak suara dalam memutus perkara, dan bila saran kami telah diterima maka kami, ialah saudara-saudara kami, tidak akan mati terbunuh dalam pertempuran.” Kalimat itu merupakan sindiran bahwa kaum Muslimin sudah berbuat tolol dengan bertolak ke medan perang melawan musuh yang jauh lebih kuat, sedang mereka (kaum munafik) telah berbuat bijak menahan diri dari ikut berangkat bersama mereka. Menurut gaya bahasa Alquran, bunuh diri sendiri kadang-kadang berarti membunuh saudara-saudara atau sahabat-sahabatnya (2:55, 86).
506B. Qatl telah dipakai di sini dalam pengertian qital, ialah, pertempuran (Muhith & Kasysyaf). Lihat 2 : 192 dan Jarir pada 3 : 155.
506C. Kata “tempat-tempat kematian” telah dipakai di sini menunjuk kepada sifat hina lagi pengecut kaum munafik di satu pihak dan kepada kesetiaan dan ketabahan orang-orang mukmin di pihak lain.
Kata itu mengingatkan orang-orang munafik bahwa sementara mereka melarikan diri dan pulang ke Medinah dengan berpikir bahwa perang dalam keadaan demikian berarti pasti mati, demikian pula orang-orang mukmin mempunyai keimanan yang tangguh bahwa, sekali pun mereka itu (yakni orang-orang munafik) sejak awal tidak ikut serta, mereka (yakni orang-orang mukmin) akan dengan gembira berangkat ke medan pertempuran — atau tempat kematian, seperti anggapan orang-orang munafik. Semua hal itu terjadi agar Tuhan mensucikan orang-orang mukmin.
507. Lagi yang diisyaratkan ialah Perang Uhud.
507A. Kata “menggelincirkan” yang disebut dalam ayat ini mengacu kepada pembangkangan terhadap perintah yang diberikan kepada pasukan yang ditempatkan di bukit atau kepada sebagian orang Muslim yang melarikan diri dari medan pertempuran.
508. Kata-kata itu agaknya mengandung pujian tidak langsung terhadap prajurit-prajurit pemanah di bukit itu, yang karena menyalahtafsirkan perintah Rasulullah s.a.w. telah meninggalkan posnya dan berarti bahwa hanya “sebagian” mereka sajalah yang telah menyebabkan kecemaran sementara ini; dalam hal-hal lainnya mereka sebenarnya setia dan patuh kepada Rasulullah s.a.w.
509. Apabila mereka menempuh perjalanan di muka bumi untuk berjihad di jalan Allah.
510. Tujuan orang-orang kafir itu ialah menakut-nakuti kaum Muslimin agar membuat mereka menghindarkan diri dari pertempuran, tetapi kaum Muslimin jauh dari menjadi kecut hati oleh peringatan-peringatan demikian, malahan tekad mereka menjadi bertambah untuk memerangi orang-orang kafir. Hal itu menjadikan orang-orang kafir merasa menyesal atas usaha mereka yang mendatangkan hasil sebaliknya daripada apa yang telah diharapkan mereka.
511. Orang yang berperang dan mengorbankan jiwanya di jalan Kebenaran tidak boleh dianggap mati, sebab ia memberikan jiwanya kepada Allah Yang menguasai segala kehidupan. Ia boleh saja dianggap mati secara jasmani; namun, secara rohani ia hidup selama-lamanya (2 : 155).
512. Sementara orang-orang munafik takut mati karena kekayaan dan harta benda yang harus ditinggalkan mereka, sebaliknya orang-orang mukmin yang mati syahid di jalan Allah akan mendapat sesuatu yang nilainya jauh lebih besar dari apa yang ditimbun orang-orang munafik dengan tamaknya atau lebih besar dari apa yang dapat dikumpulkan oleh orang-orang Muslim sendiri dalam bentuk kekayaan dan harta-benda duniawi lainnya.
513. Kata pengganti “kamu” mencakup kedua-duanya, baik kaum munafik maupun orang-orang mukmin; sebab semuanya akan dikumpulkan di hadapan Tuhan untuk menerima ganjaran atau hukuman menurut keadaan masing-masing.
514. Kata-kata itu melukiskan keindahan watak Rasulullah s.a.w. Di antara perangai yang paling baik lagi menonjol ialah kasih-sayang beliau yang meliputi segala sesuatu. Beliau sarat dengan kemesraan cinta-kasih manusiawi dan beliau bukan saja berlaku baik terhadap para sahabat dan para pengikut beliau, tetapi pula penuh kasih-sayang dan belas-kasih terhadap musuh-musuh beliau yang senantiasa mencari-cari kesempatan untuk menikam dari belakang. Terukir di dalam sejarah bahwa beliau tidak mengambil tindakan apa pun terhadap orang-orang munafik yang khianat dan telah meninggalkan beliau pada waktu Perang Uhud. Beliau malahan meminta musyawarah mereka dalam urusan kenegaraan.
515. Di samping hal-hal lain, Islam mempunyai keistimewaan dalam segi ini bahwa Islam memasukkan unsur musyawarah ke dalam asas-asas pokoknya. Islam mewajibkan kepada negara Islam mengadakan musyawarah dengan orang-orang Muslim dalam segala urusan kenegaraan yang penting-penting. Rasulullah s.a.w. biasa bermusyawarah dengan para pengikut beliau sebelum perang-perang Badar, Uhud, dan Ahzab, dan pula ketika sebuah tuduhan palsu dilancarkan terhadap istri mulia beliau, Siti ‘Aisyah r.a. Abu Hurairah r.a. mengatakan, “Rasulullah s.a.w. mempunyai hasrat amat besar sekali untuk meminta musyawarah mengenai segala urusan penting” (Mantsur, II, 90). ‘Umar r.a., Khalifah kedua Rasulullah s.a.w., diriwayatkan pernah bersabda, “Tiada khilafat tanpa musyawarah” (Izalat al-Khifa ‘an Khilafat al-Khulafa’). Jadi, mengadakan musyawarah dalam urusan penting merupakan perintah asasi Islam dan menjadi suatu keharusan bagi pemimpin-pemimpin rohani maupun pemimpin-pemimpin duniawi di kalangan umat Islam. Khalifah atau kepala negara Islam harus meminta saran dari orang-orang Muslim terkemuka, meskipun putusan terakhir tetap berada di tangannya. Syura atau musyawarah, menurut Islam, bukan suatu bentuk parlemen dalam artian yang dipakai di Barat. Kepala negara Islam mempunyai wewenang penuh untuk menolak saran yang diajukan kepadanya. Tetapi, ia tidak boleh memakai wewenang itu seenaknya saja dan harus menghargai saran dari golongan terbanyak.
516. Ungkapan min ba’dihi diterjemahkan, “selain Dia,” secara harfiah berarti, “sesudah Dia,” dan dapat disalin menjadi “untuk melawan Dia.”
517. Pemanah-pemanah yang ditempatkan oleh Rasulullah s.a.w. di bukit Uhud untuk melindungi barisan belakang lasykar Muslim meninggalkan pos mereka (tetapi tidak semuanya) ketika mereka melihat lasykar Mekkah sedang melarikan diri tunggang-langgang. Mereka menyangka bahwa dengan meninggalkan bukit pada saat itu, mereka tidak melanggar jiwa yang terkandung dalam perintah Rasulullah s.a.w. bahwa mereka tidak boleh meninggalkan pos mereka dalam keadaan apa pun. Selanjutnya mereka menyangka bahwa, sesuai dengan kebiasaan orang-orang Arab, seorang prajurit berhak memiliki barang rampasan yang direbutnya sewaktu bertempur dan mereka akan kehilangan bagian dari rampasan perang itu, bila mereka tetap diam pada pos mereka. Tindakan tergesa-gesa pemanah-pemanah itu menunjukkan bahwa mereka khawatir kalau-kalau Rasulullah s.a.w. tidak akan mengindahkan hak mereka atas barang-barang rampasan. Kekhawatiran itulah yang disesali di sini. Tetapi, samasekali tidak dikandung tuduhan bahwa mereka benar-benar tidak setia terhadap Rasulullah s.a.w. yang dikhawatirkan akan mengabaikan hak mereka atas barang rampasan perang, yaitu hak mereka yang telah ditempatkan oleh beliau sendiri pada suatu posisi tertentu.
518. Tidak gentar oleh pengkhianatan orang-orang munafik di Uhud yang tidak sedikit melemahkan barisan orang-orang Muslim, Rasulullah s.a.w. maju terus menggempur musuh Islam. Sebaliknya, orang-orang munafik, dengan tindakan mereka melarikan diri itu, menarik kemurkaan Tuhan atas diri mereka.
519. Kata-kata, hum darajatun, berarti, “mereka itu pemilik derajat-derajat;” kata ‘ulu (yang empunya) itu dianggap ada (mahzuf) di hadapan kata darajat.
520. Kata-kata itu dimaksudkan untuk membangkitkan di dalam hati orang-orang Muslim suatu keinginan mengikuti Rasulullah s.a.w. yang adalah seperti mereka dan adalah salah seorang dari mereka.
521. Kata-kata itu mengisyaratkan kepada Perang Badar, ketika 70 orang Mekkah terbunuh dan 70 orang tertawan. Di Uhud 70 orang Muslim syahid dan tiada seorang pun tertawan. Jadi, kaum Muslimin lebih dahulu telah menimpakan kerugian dua kali lipat banyaknya terhadap orang-orang Mekkah.
522. Yang dimaksud oleh kata-kata ini ialah, sebab yang sesungguh-sungguhnya dari perbuatan manusia, yang baik maupun yang buruk, adalah terbit dari dirinya sendiri karena ia sendirilah si pelakunya; akan tetapi, karena Tuhan-lah Yang, sebagai Hakim Yang memberi keputusan terakhir, menimbulkan akibat-akibat baik maupun buruk, maka akibat-akibat itu dapat dikatakan juga timbul dari-Nya (4 : 79). Dalam pengertian ini, akibat-akibat baik dan buruk itu kedua-duanya akan dialamatkan kepada Tuhan.
523. Percobaan-percobaan dan kemalangan-kemalangan dimaksudkan guna membedakan orang-orang mukmin sejati dari mereka yang lemah iman. Dengan jalan demikian, penderitaan kaum Muslimin di Uhud terbukti merupakan rahmat tersembunyi. Penderitaan-penderitaan itu berguna sebagai sarana untuk membedakan orang-orang mukmin sejati dari orang-orang munafik yang hingga saat itu berbaur dengan orang-orang mukmin sejati.
524. Kata sambung au yang diterjemahkan sebagai “dan” secara harfiah berarti “atau” dan searti “dengan perkataan lain,” atau “sama halnya seperti” dan sebagainya.
525. Ungkapan, lau na’lamu qitalan, dapat diartikan : (1) Andaikan kami mengetahui bahwa akan ada pertempuran, yakni, kami mengetahui bahwa tidak akan ada pertempuran dan bahwa lasykar Islam akan segera melarikan diri di hadapan musuh mereka yang sangat kuat tanpa memberikan perlawanan. (2) Jika kami mengetahuinya sebagai suatu pertempuran, ialah, bukanlah pertempuran yang akan dihadapi kaum Muslimin melainkan hanya kehancuran yang pasti bagi mereka, mengingat perbedaan menyolok dalam jumlah serta perlengkapan yang dimiliki kekuatan-kekuatan yang saling berhadapan itu. (3) Seandainya kami mengetahui bagaimana harus bertempur. Dalam hal ini, kata-kata itu dapat diartikan sebagai ucapan sindiran yang maksudnya, “Kami tak tahu-menahu tentang teknik peperangan; jika kami telah mengenalnya niscaya kami akan ikut berperang bersama kamu.” Isyarat dalam ayat ini jelas ditujukan kepada pengkhianatan pihak golongan kaum munafik di Uhud, yang berjumlah 300 orang di bawah pimpinan Abdullah bin Ubayy, yang meninggalkan lasykar Islam, lalu kembali ke Medinah.
526. Kata-kata, “berkata tentang saudara-saudaranya,” berarti mengatakan tentang kaum Muslimin; dan dapat pula berarti, “bercakap-cakap di antara mereka tentang kaum Muslimin.”
527. Amwat itu jamak dari mayyit, yang kecuali berarti, orang mati, mengandung makna, (1) orang yang darahnya belum terbalas; (2) orang yang tak meninggalkan penerus-penerus; (3) orang yang menderita sedih dan duka nestapa.
528. Para syuhada (orang-orang mati syahid) merasa gembira bahwa saudara-saudara mereka yang ditinggalkan di dunia ini dan akan mengikuti jejak mereka kemudian akan segera menang atas musuh-musuh mereka. Maksudnya ialah, sesudah mati segala hijab (tabir gaib) diangkat dan para syuhada diberi makrifat tentang kemenangan-kemenangan yang tersedia bagi kaum Muslimin. Mereka mendapat kabar suka mengenai saudara-saudaranya, ialah, para malaikat Tuhan terus-menerus memberitahukan mereka tentang sukses dan kemenangan-kemenangan yang dicapai Islam sepeninggal mereka.
529. Pada ayat ini dan pada ayat berikutnya diisyaratkan tentang dua gerakan militer yang dipimpin oleh Rasulullah s.a.w. melawan orang-orang Mekkah sesudah Perang Uhud. Yang pertama dilakukan pada keesokan harinya sesudah pertempuran itu. Ketika lasykar Mekkah menarik diri dari Uhud, mereka diejek oleh beberapa suku Arab karena tidak membawa barang rampasan perang atau tawanan perang dari medan pertempuran yang menurut pengakuan mereka, telah dimenangkan oleh mereka. Oleh sebab itu mereka berpikir untuk kembali lagi ke Medinah, dengan tujuan menyerang lagi kaum Muslimin dan menggenapkan kemenangan mereka. Rasulullah s.a.w. telah mempunyai firasat tentang kedatangan-kembali mereka; maka beliau menyerukan kepada para sahabat yang telah mengambil bagian dalam Perang Uhud untuk ikut-serta dengan beliau, dalam gerakan militer melawan lasykar Mekkah, dan pada keesokan harinya beliau bertolak dari Medinah dengan 250 prajurit. Ketika kaum Mekkah mendengar hal itu, hati mereka gentar lalu melarikan diri. Rasulullah s.a.w. bergerak sejauh Hamra al-Asad, yang letaknya kira-kira delapan mil dari Medinah di jalur ke arah Mekkah; dan setelah mengetahui bahwa musuh telah melarikan diri, beliau kembali ke Medinah. Gerakan militer kedua datang setahun kemudian. Sebelum meninggalkan medan perang Uhud, Abu Sufyan, panglima lasykar Mekkah, telah menjanjikan kepada kaum Muslimin untuk berhadapan lagi pada tahun kemudian di Badar. Tetapi, oleh karena tahun kemudian datang tahun paceklik, ia tak dapat melaksanakan bualannya. Tetapi, ia mengutus Nu’aim bin Mas’ud ke Medinah untuk menakut-nakuti kaum Muslimin, dengan menyebarkan desas-desus mengenai persiapan besar-besaran yang telah diselenggarakan oleh kaum Mekkah. Akan tetapi, siasat kotor itu, sama sekali gagal membuat takut kaum Muslimin yang datang di Badar pada saat yang ditentukan, dan ternyata kaum Mekkah tidak datang. Ekspedisi ini dikenal sebagai Ghazwah (gerakan) Badr Ash-Shugra (Badar Kecil), untuk memperbedakannya dari perang Badar Besar yang telah terjadi kira-kira dua tahun sebelumnya.
530. Isyarat ini tertuju kepada desas-desus yang disebarkan oleh Nu’aim bin Mas’ud.
531. Kaum Muslimin kembali dari Badr Ash-Shugra setelah meraih keuntungan besar dalam perdagangan di pasar tahunan yang terselenggara di sana. Hal itu disinggung dengan kata “karunia.”
532. Kata-kata itu berarti : (1) syaitan berupaya membuat orang-orang mukmin takut terhadap orang-orang kafir, sahabat-sahabatnya (2) dengan rencananya, syaitan hanya berhasil menakut-nakuti temannya sendiri, ialah, orang-orang kafir.
533. Mereka yang berupaya memberi mudarat kepada Islam atau Rasulullah s.a.w. dan para pengikut beliau, sesungguhnya berusaha merugikan Tuhan sebab tujuan perjuangan Rasulullah s.a.w. ialah tujuan perjuangan Tuhan.
534. Huruf lam dalam ungkapan liyazdaadu adalah lam ‘aqibah dan menyatakan akibat.
535. Ayat ini maksudnya ialah, percobaan dan kemalangan yang telah dialami kaum Muslimin, hingga saat itu tidak akan segera berakhir. Masih banyak lagi percobaan yang tersedia bagi mereka, dan percobaan-percobaan itu akan terus-menerus datang, hingga orang-orang mukmin sejati, akan benar-benar dibedakan dari kaum munafik dan yang lemah iman.
536. Kata-kata itu tidaklah berarti bahwa sebagian rasul-rasul terpilih dan sebagian lagi tidak. Kata-kata itu berarti, dari orang-orang yang ditetapkan Tuhan sebagai rasul-rasul-Nya, Dia memilih yang paling sesuai untuk zaman tertentu, di zaman rasul itu dibangkitkan.
537. Mirats yang diterjemahkan sebagai “warisan” di sini, maksudnya “pemilikan.” Kata itu berarti pula, bagian yang diuntukkan bagi seseorang. Lihat ayat 23 : 12, tempat “orang-orang yang” dinyatakan “akan mewarisi sorga.” Sorga tak diwarisi oleh siapa pun; sorga hanyalah diterima sebagai suatu bagian yang telah ditentukan dari Tuhan.
538. Ketika orang-orang Yahudi diseru untuk membelanjakan kekayaan mereka di jalan Allah (3 : 181), mereka mengejek kaum Muslimin dengan mengatakan, “Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya” Kalimat itu melukiskan pula perasaan batin orang-orang bakhil yang menggabungkan diri kepada suatu gerakan baru, tetapi merasa sangat berat untuk memenuhi keperluan-keperluan keuangan yang semakin membesar itu.
539. Ayat ini menjawab kecaman kaum Yahudi tentang kurban yang dibakar, dengan mengatakan, bahwa menepati hukum tentang kurban demikian itu, tidak menjadi tolok ukur untuk menguji kebenaran seorang nabi; sebab, hal itu dengan mudah dapat dikerjakan oleh seorang pendusta pun. Hanya “Tanda-tanda yang nyata” sajalah yang membuktikan kebenaran seorang pendakwa. Tetapi, jika pun melaksanakan kurban yang dibakar itu menjadi tolok-tolok ukur untuk nabi yang benar, kaum Yahudi tak berhak menyatakan kebenaran. Mereka dituding dengan kata-kata, “Mengapa mereka menolak para nabi yang benar-benar mematuhi hukum itu?”
540. Zabur berarti, sebuah tulisan atau kitab yang mengandung kebijakan dan ilmu pengetahuan, namun tidak berisikan undang-undang dasar, peraturan-peraturan atau perintah-perintah, terutama Kitab Daud a.s. yang berisikan mazmur (puisi) (Lane).
541. Taurat yang diikuti oleh semua nabi Bani Israil, meskipun mereka mempunyai juga wahyu-wahyu sendiri-sendiri, mengandung peringatan-peringatan dan kata-kata berhikmah.
542. Kematian merupakan gejala alam yang sangat pasti, namun demikian sikap manusia sangat tak mengindahkan dan acuh tidak acuh terhadap gejala itu. Kehidupan duniawi disebut di sini sebagai sesuatu yang sia-sia dan hayali belaka; sebab, sepintas lalu dunia ini, nampaknya sangat menarik dan manis, tetapi bila kita hanyut dalam arus kesibukan mencari kesenangan dan keuntungannya, maka akan terbuktilah kehidupan itu pahit dan tipuan belaka.
543. Ujian dan cobaan memenuhi empat tujuan : (1) Membedakan mereka yang ragu-ragu dan lemah iman dari para pengikut yang tulus ikhlas lagi sabar. (2) Menjadi sarana kemajuan rohani bagi mereka yang tulus dalam keimanan mereka. (3) Orang-orang yang mengalami cobaan akan sadar terhadap kekuatan atau kelemahan iman mereka sendiri dan dengan demikian, memungkinkan dapat mengatur perilaku mereka sesuai dengan keadaan. (4) Dengan cobaan itu terbukti pula, siapa-siapa yang layak menerima ganjaran.
544. Yang diisyaratkan di sini bukan mengenai suatu perjanjian tertentu, melainkan mengenai perjanjian umum yang diambil dari para pengikut setiap nabi, bahwa mereka akan menyampaikan dan menyebarkan Amanat Ilahi dan akan berusaha menjalani kehidupan sesuai dengan amanat itu.
545. Mafazah berarti, sebuah tempat atau keadaan yang aman atau tempat menyelamatkan diri; sarana untuk meraih kemenangan dan kesejahteraan (Aqrab).
546. Pelajaran yang terkandung dalam kejadian langit dan bumi dan dalam pergantian malam dan siang ialah: manusia diciptakan untuk mencapai kemajuan rohani dan jasmani. Bila ia berbuat amal saleh, maka masa kegelapannya dan masa kesedihannya pasti akan diikuti oleh masa terang benderang dan kebahagiaan.
547. Tatanan agung yang dibayangkan pada ayat-ayat sebelumnya tidak mungkin terwujud tanpa suatu tujuan tertentu. Karena seluruh alam ini telah dijadikan untuk menghidmati manusia, tentu saja kejadian manusia sendiri mempunyai tujuan yang agung dan mulia pula. Bila orang merenungkan tentang kandungan arti kerohanian yang diserap dari gejala-gejala fisik di dalam kejadian alam semesta dengan tatanan sempurna yang melingkupinya itu, ia akan begitu terkesan dengan mendalamnya oleh kebijakan luhur Sang Al-Khalik-nya, lalu dengan serta-merta terlompat dari dasar lubuk hatinya seruan : Ya, Tuhan kami, tidaklah Engkau menjadikan ini sia-sia.
548. Dzunub, yang umumnya menunjuk kepada kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahan dan kealpaan-kealpaan yang biasa melekat pada diri manusia, dapat melukiskan relung-relung gelap dalam hati, ke tempat itu Nur Ilahi tidak dapat sampai dengan sebaik-baiknya; sedang sayyi’at yang secara nisbi, merupakan kata yang bobotnya lebih keras, dapat berarti gumpalan-gumpalan awan debu yang menyembunyikan cahaya matahari rohani dari pemandangan kita. Lihat pula ayat-ayat 2 : 82 dan 3 : 17.
549. Karena Surah ini pada pokoknya memperbincangkan i’tikad-i’tikad dan paham serta cara hidup kaum Kristen dan karena agama Kristen memberikan kepada wanita kedudukan yang jelas lebih rendah daripada kedudukan laki-laki, sekalipun keadaan yang sebenarnya berlawanan dengan pengakuan gereja Kristen, maka pemberian tekanan oleh ayat ini kepada persamaan kedudukan kaum wanita dengan kedudukan kaum pria di dalam alam rohani, merupakan akibat yang wajar sekali. Kata-kata sebagian kamu adalah dari sebagian lain, dimaksudkan untuk menekankan persamaan kedudukan kaum pria dan kaum wanita.
550. Ayat ini, di samping mempunyai hubungan dengan zaman Rasulullah s.a.w. juga kena benar kepada kemajuan secara kebendaan yang menakjubkan di tengah bangsa-bangsa Kristen dalam segala bidang kehidupan dewasa ini. Ayat ini pun memperingatkan kaum Muslimin agar jangan tertipu atau terpukau oleh kesilauan kemajuan sementara dan fana ini.
551. Kesejahteraan bangsa-bangsa Kristen itu hanya untuk sementara saja, dan ayat ini mengisyaratkan kepada hukuman mengerikan yang tersedia bagi mereka dan yang kini sungguh-sungguh telah mulai menimpa mereka.
552. Nuzul itu ism masdar dari nazala, yang berarti, ia turun; ia tinggal atau menetap di satu tempat; mengandung arti (1) tempat tamu-tamu menginap (2) makanan yang disediakan untuk tamu-tamu (Lane).
553. Kata-kata “Allah  sangat cepat dalam menghisab,” bila dipakai bertalian dengan orang-orang kafir berarti bahwa Tuhan itu cepat meminta pertanggung-jawaban dan mengenakan hukuman; tetapi, bila dipakai mengenai orang-orang mukmin kata-kata itu berarti bahwa Tuhan itu cepat mengadakan perhitungan dan menganugerahkan ganjaran.
554. Rabithu berarti, gigih dalam perlawanan musuhmu atau ikatlah kudamu dalam keadaan siap-siaga di tapal batas; atau lazimkanlah dirimu tekun dan rajin dalam menjalankan kewajiban terhadap agamamu; atau jagalah waktu shalat (Lane).
555. Kelima syarat untuk kemenangan yang disebut dalam ayat ini ialah: (1) memperlihatkan kesabaran dan kegigihan; (2) memperlihatkan kesabaran dan keteguhan hati lebih besar dari musuh; (3) melazimkan diri dengan senantiasa tekun dan rajin dalam mengkhidmati agama dan masyarakat (4) senantiasa berjaga-jaga dengan waspada di perbatasan untuk tujuan pertahanan dan serangan; dan (5) menempuh kehidupan yang shaleh. Ribath berarti pula hati manusia. Jadi orang-orang mukmin diperintahkan untuk senantiasa berada dalam keadaan siap-siaga dan berjaga-jaga untuk memerangi musuh-musuh di dalam dan di luar.