Ahmadiyya Priangan Timur

.

Tuesday 17 February 2015

SEGI-SEGI MORAL

“Aku telah banyak menyaksikan manusia, dan aku telah mempelajari mereka dengan baik, dan aku sampai pada satu kesimpulan bahwa sebaian dari mereka adalah orang yang murah hati tetapi juga penaik darah; sebagian baik hati tetapi kikir; sebagian pemarah dan memukul orang semaunya, mereka sama sekali tidak rendah hati. Sebagian rendah hati dan llembut tetapi tidak memiliki keberanian sama sekali, sampai-sampai hanya karena mendengar merebaknya wabah kolera mereka kehilangan kekuatan (lemas).

Aku tidak mengatakan bahwa barangsiapa yang tidak memiliki keberanian berarti tidak mmeiliki keimanan. Bahkan di antara para sahabat Rasulullah saw. pun terdapat orang-orang yang tidak dapat menghadapi peperangan. Rasulullah saw. dalam hal ini memberi pengecualian.

Ada banyak segi moral, aku telah menjelaskannya dalam pidatoku yang disampaikan dalam Konperensi Agama-agama (epidato ini kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul “Falsafah Ajaran Islam”). Tidak semua segi moral terdapat di setiap oran, juga tidak dapat dikatakan bahwa ada orang yang tidak memiliki satu pun segi moral. Contoh yang paling sempurna dari seluruh moral yang baik adalah kehidupan Rasulullah saw., karena itulah Tuhan berfirman kepada beliau,”Innaka la’ala khuluqin ‘azhim –sesungguhnya engkau memiliki akhlak yang agung”.

Satu saat beliau membuat orang-orang terpesona karena pidato beliau, dan di lain waktu beliau memperlihatkan keberanian beliau di medan perang. Kemurahan hati beliau bagaikan memberikan gunung-gunung emas kepada manusia. Kebaikan hati beliau memaafkan mereka yang sewajarnya dihukum mati. Pendeknya, Rasulullah saw. tidak ada tandingannya dan sebuah contoh yang sempurna dari moral-moral yang baik. 

Beliau bagaikan sebuah pohon besar yang di bawahnya ribuan orang duduk menikmati keteduhannya dan sekaligus memenuhi bermacam-macam kebutuhan mereka. Mereka mengambil buahnya, bunga, kulit, dan lain-lain. Jutaan demi jutaan manusia mengambil manfaat dari Rasulullah saw., bergembira seperti anak-anak berlarian di bawah sayap induknya..

Orang yang paling berani di medan perang adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah saw., sebab beliau biasa berada di titik paling berbahaya. Maha Besar Tuhan, betapa sempurnanya beliau. Selama Perang Uhud beliau berada di engah kancah peperangan yang sengit, sampai-sampai para sahabat merasa di luar kemampuan mereka. Tetapi sosok pemberani ini, Rasulullah saw., menghadapi musuh. Tentu saja kesalahan bukan terletak pada para sahabat. Tuhan akhirnya memaafkan kekurangan mereka. Hal itu semata-mata dilakukan untuk memperlihatan betapa beraninya Rasulullah saw..

Suatu saat pedang digunakan dengan kekuatan penuh, Rasulullah saw. sambil menyatakan kenabian beliau berseru sekuat-kuatnya, “Aku Muhammad, Rasulullah!” Diriwayatkan bahwa pada saat itu kening Rasulullah saw. mendapat tidak kurang dari 70 luka, tentu saja tidak parah. Begitulah beliau memperlihatkan moral yang agung.

Pada waktu yang lain beliau memiliki begitu banyak kambing dan domba sehingga melebihi jumlah yang dimiliki Kairan dan KIsra. Rasulullah saw. memberikan semua kambing dan domba itu kepada seseorang yang meminta sesuatu. Jika beliau saw. bukan pemiliknya, bagaimana mungkin beliau dapat memberikannya? Jika beliau tidak memiliki kekuasaan bagaimana beliau saat Fatah Mekkah dapat memaafkan orang yang sewajarnya dihukum mati? Inilah orang-orang yang telah menyiksa Rasulullah saw. dan pengikut-pengikut beliau, laki-laki dan perempuan.

Ketika beliau bertemu mereka saat Fatah Mekkah, beliau berkata kepada mereka: “Lā tatsriba ‘alaikumul yawma (hari ini tidak ada celaan atas kalian), yakni ”Aku memaafkan kalian.” Jika kesempatan itu tidak muncul, bagaimana mungkin Rasulullah saw. memperlihatkan tingkat moral yang sempurna. Silakan sebut satu saja sifat moral yang tidak dimiliki Rasulullah saw., dalam hal ini moral baik yang sebaik-baiknya.” 

 (Malfuzhāt, jld. I, hlm. 127).




0 komentar:

Post a Comment