“Pada petang hari, tgl. 23 Agustus 1898, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bertanya, “Mengapa filsafat yang ada sekarang (kontemporer) ini kebanyakan menimbulkan hal-hal yang bertentangan dengan agama?”
Menanggapi hal itu Master Ghulam Muhammad Sialkoti mengatakan, “Pada hakikatnya, jiwa-jiwa yang sejak semula memang sudah cenderung kepada hal-hal yang bertentangan dengan agama, atas merekalah [filsafat kontemporer] itu memberikan dampak (pengaruh). Jika tidak, sebenarnya kebanyakan pendeta-pendeta besar yang berpembawaan sebagai filsuf sangat kental dengan dalam agama mereka”
Atas hal itu Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: “Setelah menelaah hal-hal tersebut, dengan sangat disayangkan pikiran beralih ke arah lain, bahwa di satu sisi para pendeta ini mengajarkan filsafat serta mantik (logika) di Perguruan-perguruan Tinggi dan di sekolah-sekolah, sedangkan di sisi lain mereka mempercayai bahwa Al-Masih adalah anak Tuhan dan Tuhan. Dan mereka menganut akidah Trinitas dan lain sebagainya yang tidak dapat kita pahami. Bagaimana mungkin [perkara-perkara] itu mereka sesuaikan dengan filsafat?”
(Malfuzhāt, jld. I, hlm. 270-27l).
0 komentar:
Post a Comment