Jum’at 30 Mei 2014, Ikatan Pelajar Ahmadiyah Garut yang terhimpun dalam organisasi AMSA (Ahmadiyya Muslim Students Association) hadiri undangan dialog kebangsaan yang di selenggarakan oleh Gus Durian di Pondok Pesantren Al Wasilah, Garut. Dalam acara tersebut hadir tokoh pemuka NU, K.H. Dian Nafi & K.H. Yahya Staquf yang pernah menjadi juru bicara K.H. Abdurrahman Wahid, SekNas Gus Durian Pusat, Perwakilan dari Jemaat Ahmadiyah Garut, serta organisasi mahasiswa PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Acara tersebut tidak hanya di hadiri oleh tokoh-tokoh dari NU dan Ahmadiyah, tetapi diikuti pula oleh perwakilan umat nasrani dari beberapa gereja di Garut.
Dipandu oleh bapak Asep dari NU sebagai juru bicaranya, acara yang bertemakan “Resolusi Konflik & Kepemimpinan” itu dimulai tepat pukul 14.30 WIB. Setelah pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an yang ditilawatkan oleh saudara Azis dari PMII Garut, para peserta di suguhi puisi berjudul “TUHAN” yang di bawakan oleh saudari Lisa salah seorang umat Nasrani. Dilanjutkan dengan sambutan oleh bapak Wawan, Sek. Nas Gus Durian pusat juga aktif dalam wadah Jaka Tarub Bandung. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa yang melatar-belakangi acara tersebut adalah karena semakin mengerasnya perbedaan-perbedaan di dalam bangsa juga semakin beringasnya para kaum intoleran. Harapannya, setelah acara tersebut ada solusi dan gerakan aktif dari setiap pihak untuk menyelesaikan berbagai konflik yang berkaitan dengan sikap intoleran. Mencari pemimpin rahmatan il allamin ialah sebuah keharusan untuk Indonesia. Sesi materi disampaikan oleh dua orang tokoh pemuka NU, pemateri pertama adalah K.H. Dian Nafi pimpinan Pondok Pesantren se-Jawa Tengah, beliau menyampaikan bagaimana Gus Dur selalu mengusung ‘DAMAI selama kepemimpinannya. Sementara pemateri kedua, K.H. Yahya Staquf menyampaikan ciri-ciri resolusi konflik menurut Gus Dur. Sesekali pemateri menyelingi penyampaian materinya dengan guyonan nyeleneh ala Gus Dur. membuat peserta tertawa ringan menjadikan sesi tersebut tampak menarik dan tidak monoton. Selanjutnya adalah sesi tanya jawab dan pemberian buku yang berjudul “KHITTAH DAN KHIDMAH”. Tepat pukul 16.30 WIB, acara dialog kebangsaan lintas agama itupun ditutup dengan Do’a.
Diluar acara, Seluruh peserta yang hadir saling bercengkrama, nampak direrona wajah setiap para peserta keramah-tamahan dan kedekatan yang luar biasa. Menariknya, salah seorang koordinator PMII, menyatakan pihaknya membuka jalan lebar untuk bekerjasama dengan AMSA dalam berbagai kegiatan sosial. Semoga silaturahmi berkat pertemuan hangat tersebut dapat terus terjalin, melahirkan perdamaian serta memberi manfaat bagi sesama. Aamiin
(Fathan Mubaraq & Riyanti Ahmad)
Dipandu oleh bapak Asep dari NU sebagai juru bicaranya, acara yang bertemakan “Resolusi Konflik & Kepemimpinan” itu dimulai tepat pukul 14.30 WIB. Setelah pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an yang ditilawatkan oleh saudara Azis dari PMII Garut, para peserta di suguhi puisi berjudul “TUHAN” yang di bawakan oleh saudari Lisa salah seorang umat Nasrani. Dilanjutkan dengan sambutan oleh bapak Wawan, Sek. Nas Gus Durian pusat juga aktif dalam wadah Jaka Tarub Bandung. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa yang melatar-belakangi acara tersebut adalah karena semakin mengerasnya perbedaan-perbedaan di dalam bangsa juga semakin beringasnya para kaum intoleran. Harapannya, setelah acara tersebut ada solusi dan gerakan aktif dari setiap pihak untuk menyelesaikan berbagai konflik yang berkaitan dengan sikap intoleran. Mencari pemimpin rahmatan il allamin ialah sebuah keharusan untuk Indonesia. Sesi materi disampaikan oleh dua orang tokoh pemuka NU, pemateri pertama adalah K.H. Dian Nafi pimpinan Pondok Pesantren se-Jawa Tengah, beliau menyampaikan bagaimana Gus Dur selalu mengusung ‘DAMAI selama kepemimpinannya. Sementara pemateri kedua, K.H. Yahya Staquf menyampaikan ciri-ciri resolusi konflik menurut Gus Dur. Sesekali pemateri menyelingi penyampaian materinya dengan guyonan nyeleneh ala Gus Dur. membuat peserta tertawa ringan menjadikan sesi tersebut tampak menarik dan tidak monoton. Selanjutnya adalah sesi tanya jawab dan pemberian buku yang berjudul “KHITTAH DAN KHIDMAH”. Tepat pukul 16.30 WIB, acara dialog kebangsaan lintas agama itupun ditutup dengan Do’a.
Diluar acara, Seluruh peserta yang hadir saling bercengkrama, nampak direrona wajah setiap para peserta keramah-tamahan dan kedekatan yang luar biasa. Menariknya, salah seorang koordinator PMII, menyatakan pihaknya membuka jalan lebar untuk bekerjasama dengan AMSA dalam berbagai kegiatan sosial. Semoga silaturahmi berkat pertemuan hangat tersebut dapat terus terjalin, melahirkan perdamaian serta memberi manfaat bagi sesama. Aamiin
(Fathan Mubaraq & Riyanti Ahmad)
0 komentar:
Post a Comment