Ahmadiyya Priangan Timur

.

Thursday 27 August 2015

GENERSI MUDA AHMADIYAH PELOPORI PERSATUAN WARGA



Lomba Lintas Bambu, salahsatu lomba HUT RI ke 70

Oleh : Nurhadiana

Dalam memeriahkan Hari Kemerdekaan RI yang ke-70 Generasi Muda di Kampung Babakan Sindang RT 03/11 Desa Cipakat Singaparna Tasikmalaya mengadakan berbagai macam perlombaan, diantaranya perlombaan Lintas Bambu, Jalan Santai, Makan Kerupuk, Tenis Meja, Catur, Mancing, Sepakbola, dan banyak lagi yang lainnya. Perlombaan ini berlangsung dari Tanggal 14 Agustus hingga 22 Agustus 2015. Acara ini diikuti oleh semua lapisan masyarakat Kampung Babakan Sindang dan masyarakat di sekitarnya. Dari mulai anak-anak, pemuda-pemudi, dan orang tua.

Acara yang dipelopori oleh Genersi Muda Babakan Sindang  yang sebagian besar merupakan  Pemuda-Pemudi Ahmadiyah ini, disamping bertujuan untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan serta yang paling utama adalah untuk mempererat tali silaturahmi antara warga, baik warga Ahmadiyah dengan non Ahmadiyah yang selama ini terjalin dengan baik. “. Acara ini diadakan untuk mempererat tali silaturahmi dan memupuk kebersamaan antar warga.” Ujar ketua RT Dede Ahmad dalam sambutannya. 

Kampung Babakan Sindang sendiri terletak di Desa Cipakat Singaparna Tasikmalaya. Di Kampung yang sangat berdekatan dengan Pondok Pesantren Cipasung ini sejak dari dulu masyarakat sangat toleran. Dalam kegiatan kemasyarakatan pun selalu kompak dari mulai melakukan ronda malam, kebersihan menjaga lingkungan dilakukan secara kontinyu dan penuh kebersamaan.

Di Kampung inilah Komunitas Ahmadiyah Singaparna berpusat. Menurut Nanang Ketua Jemaat Ahmadiyah Singaparna, hidup rukun dan damai merupakan budaya yang sejak jaman dulu di pertahankan hingga kini secara turun temurun, terutama oleh para tokoh pemuka agama baik tokoh Pesantren Cipasung maupun Sesepuh Ahmadiyah yang kemudian diwariskan kepada penerusnya masing-masing dan warga sekitar. Mereka sepakat bahwa perbedaan bukanlah hal yang perlu diperdebatkan tapi harus saling menghargai satu sama lain. Selain itu terjalinnya komunikasi yang baik antar warga masyarakat membuat masyarakat di sekitar Ponpes Cipasung ini hidup rukun dalam perbedaan.


H. Ii Argadiraksa beserta Istri (Sesepuh Jemaat Singaparna) berfoto di depan Masjid Baitur-Rahim Jemaat Ahmadiyah Singaparna di Kp. Babakan Sindang Cipakat Singaparna Tasikmalaya

Walaupun demikian sikap toleran ini tidak serta merta berjalan mulus, namun dipenuhi berbagai ujian. Nanang mengakui dalam perjalanannya Jamaah Ahmadiyah Singaparna yang saat ini berpusat berdekatan dengan Ponpes Cipasung ini pernah beberapa kali  mengalami kasus intoleransi. Yakni Masjid Baitur-Rahim yang merupakan Milik Jamaah Ahmadiyah pernah 5 kali di rusak masa intoleran.

Namun yang melakukan perusakan adalah bukan warga sekitar,  tapi pelakunya dari luar. “Inilah ujian dari sebuah komitmen masyarakat yang mempunyai sikap toleran seperti disini, dan Alhamdulilah sampai saat ini masyarakat berdampingan dengan penuh damai dan saling menghargai,  ini menandakan bahwa masyarakat sekitar masih tetap teguh menghormati perbedaann dan tidak terpengaruh hasutan dari luar ”. Papar Nya.








Tuesday 25 August 2015

Jemaat Ahmadiyah & Warga Saling Mengalahkan di Cigunung Tasikmalaya

Ade Almahdi (Kawalu)
Tasikmalaya - Memperingati hari kemerdekaan RI ke-70 Jemaat Ahmadiyah Wilayah Tasikmalaya adakan pertandingan olahraga persahabatan dengan warga masyarakat non ahmadi.


Dalam rangka menyambut hari kemerdekaan RI ke-70, rombongan Ansharullah Jemaat Ahmadiyah Wilayah Tasikmalaya yang terdiri dari Mubaligh Wilayah Jabar 7-8, Mubaligh Pembina cabang Cigunung, Amirda Jabar 7-8, 11 orang Anshar, 4 orang Khudam, 1 orang simpatisan dari Wanasigra & 2 orang LI mengunjungi masyarakat Desa Cigunung Kecamatan Parungponteng Kabupaten Tasikmalaya dimana Jemaat lokal Cigunung berada. 

Kunjungan ini dimaksudkan untuk bersilaturahmi & rabtah dengan tokoh serta masyarakat Desa Cigunung. 

Diawali dengan pertandingan persahabatan Bola Voli antara tim Karang taruna desa Cigunung "IPPS" (Ikatan Pemuda Pemudi Sindangrasa) melawan tim Ansharullah Jemaat Ahmadiyah Wilayah Tasikmalaya yang diwakili oleh Anshar-Khudam Tenjowaringin. Pertandingan ini dimenangkan oleh tim karang taruna dengan skor 4-1. Dilanjutkan dengan pertandingan badminton sebanyak 5 partai gamda, yang dimenangkan oleh tim Ansharullah Jemaat Ahmadiyah dengan skor 4-1. 

Di akhir acara Ansharullah Wilayah Tasikmalaya menyerahkan hadiah kenang-kenangan untuk Karang Taruna desa Cigunung berupa sebuah net bola voli & Bola Voli. Penyerahan hadiah dilakukan oleh Mubaligh Wilayah Jabar 7-8. 

Ketua Karang Taruna berterimakasih atas kunjungan ini & bisa menjadi sarana untuk memperat tali Silaturahmi diantara anggota masyarakat Cigunung dengan Jemaat Ahmadiyah Tasikmalaya.

Dadi Supriadi mewakili penguruh Ansharullah Wilayah Tasikmalaya mengatakan bahwa melalui kegiatan sehat jasmani dapat menjadi sarana silaturahmi antar anggota Jemaat Ahmadiyah dengan masyarakat sekitarnya. Ansharullah Wilayah memprogramkan kegiatan serupa di Jemaat lainnya melalui Ansharullah cabang.

Kegiatan olahraga & permainan dalam rangka memperingati hari Kemerdekaan RI di desa Cigunung merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh masyarakat disana. Ipa Mustopa sebagai ketua Jemaat Ahmadiyah Lokal Cigunung menjabat pula sebagai ketua pemuda desa Cigunung. Setiap peringatan hari Kemerdekaan RI, beliau selalu menjadi ketua panitianya. 

Hubungan sosial Jemaat Ahmadiyah di desa Cigunung dengan masyarakat sekitar sudah demikian erat. Beliau mengharapkan toleransi yang ditunjukan oleh masyarakat di Cigunung dapat diikuti oleh Desa-desa lainnya di Kabupaten Tasikmalaya juga kota-kota lainnya di Indonesia, sehingga tercipta suasana kehidupan masyarakat yang harmonis. 


Beliau juga mengajak para anggota Ansharullah Jemaat Ahmadiyah di cabang lain untuk memperat hubungan dengan masyarakat sekitarnya.


Kemerdekaan Bersama Lajnah Imaillah Garut

Kemerdekaan dapat di artikan di saat suatu negara meraih hak kendali penuh atas seluruh wilayah bagian negaranya, di saat seseorang mendapatkan hak untuk mengendalikan dirinya sendiri tanpa campur tangan orang lain dan atau tidak bergantung pada orang lain lagi. 


Dan sejak proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 bangsa kita sudah tidak terkena atau lepas dari tuntutan penjajah negara lain. 

Dalam memperingati hari kemerdekaan bangsa Indonesia, Lajnah se-daerah Garut mengadakan kegiatan perlombaan yang dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 2015 di lapang Ngamplang-Garut. 


Acara ini di hadiri oleh Li 107 orang, Nasirat 42 orang, Banat 7 orang, Mubaligh 3 orang, Anshor 8 orang, Khudam 10 orang, Athfal 36 orang, dan Simpatisan 3 orang. Total yang hadir keseluruhan mencakup 224 orang. Acara ini dibuka oleh Ketua Daerah Li Garut Ny. Euis D. Jubaedah dan di mulai dengan do’a oleh Mln. Yoesnepil.

Adapun perlombaan yang dilaksanakan yaitu Bakiak Cross, Balap Karung, Balap Kerupuk, Karet Berantai, Duel Balon. 

Perlombaan berjalan dengan tertib dan sangat ramai, walaupun terdapat beberapa rintangan yang dirasakan oleh para peserta saat melaksanakan lomba baik yang Tua maupun Muda, namun tidak memecahkan semangat mereka untuk senantiasa berpartisipasi memeriahkan acara Kemerdekaan ini. 

Setelah acara perlombaan selesai dipenghujung acara ini yaitu saatnya pembagian hadiah untuk para pahlawan perlombaan dan di tutup dengan do’a oleh Mln. Tatep Wahyu.

Amatul Hafiz 



Monday 24 August 2015

APA DAN MENGAPA DONOR KORNEA MATA


Reporter : A. Hidayat

Kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia dalam hal penerangan terkait donor kornea mata dikarenakan beberapa faktor diantaranya masih kurangnya sosialisasi baik dari pemerintah, tokoh Agama, LSM, publik figure, dan media sendiri. Sehingga pemahaman masyarakat terkait donor kornea mata ini dianggap masih tabu. 

Padahal di negara tetangga salahsatunya di Negara Malaysia sendiri menurut Rosikin SKM dalam presentasinya di Komunitas Islam Ahmadiyah Tasikmalaya mengatakan, bahwa berdasarkan penelitian di Universaity of Malaya kepada 400 Mahasiswa tahun 2008, didapatkan data bahwa sebayak 71% tahu mengenai Donor Kornea Mata, informasi tersebut didapat dari media Televisi, Radio, dan Film. Dan sebanyak 108 orang ingin menjadi Donor.

Selain Negara Malaysia yang telah berhasil dalam sosialisasi terkait donor kornea mata kepada warganya adalah Negara Singapura dan Filipina. Di Negara tersebut bahkan pemerintahnya sudah membuat Undang Undang bahwa setiap warga negara yang telah meninggal wajib mendonorkan kornea matanya untuk kemanusiaan. Namun jika ada yang merasa keberatan terkait aturan tersebut orang tersebut diwajibkan mengganti dengan sejumlah biaya yang telah ditentukan. Bahkan kedua negara tetangga ini menjadi negara pendonor kornea mata termasuk bagi negara Indonesia. Padahal melihat jumlah penduduk kedua negara tersebut jumlah penduduknya jauh lebih sedikit dari negara kita.

Untuk itu untuk memenuhi kebutuhan pendonor kornea mata di Indonesia diperlukan keterlibatan semua pihak baik pemerintah dengan kebijakannya, Tokoh masyarakat dan Agama, LSM, dan Media untuk bersama sama menggalang dengan cara melakukan pelatihan, seminar, dan promosi ke semua kalangan masyarakat. Di Negara India sendiri pemerintah bekerjasama dengan media yang ada gencar melakukan sosialisasi dengan menayangkan iklan donor mata setiap 10 menit.

SIAPA YANG BISA MENJADI PENDONOR MATA

Untuk menjadi calon pendonor Kornea Mata semua orang bisa jadi pendonor baik pria ataupun wanita, serta tidak mengenal batas usia. Bahkan orang yang sedang mengalami penyakit Diabetes, Asthma, Darah tinggi, TBC pun bisa menjadi calon pendonor. Namun dari beberapa penyakit yang diperbolehkan ada juga beberapa penyakit yang apabila seseorang yang sedang menderita penyakit tidak bisa menjadi pendonor. Diantaranya orang yang sedang menderita Hepatitis, AIDS, Retinoblastoma, Laser photo ablaser surgey, Leukemia, Lymphoma.

BAGAIMANA PROSEDURNYA

Ada beberapa prosedur yang harus dilakukan bagi warga masyarakat yang ingin jadi pendonor kornea mata diantaranya, pertama harus mengisi formulir pendaptaran yang ditandatangani oleh yang bersangkutan disertai ahli waris, kedua setelah mendaptar selanjutnya akan diberikan kartu pendonor mata oleh Bank Mata, ketiga apabila calon pendonor telah meninggal ahli waris harus secepatnya menghubungi Bank Mata atau pengurus Bank Mata yang terdekat, ke empat petugas Bank Mata akan mengambil kornea mata bisa di Rumah sakit atau rumah pendonor dimana proses pengambilan tidak melebihi dari 6 - 8 jam, Ke Lima Petugas Bank Mata akan mengambil sample darah pendonor guna keperluan medis. ke lima Bank Mata akan memberikan sertifikat penghargaan kepada ahli waris pendonor. 

Baik pendonor ataupun Bagi Masyarakat yang belum sempat mendaptar dan belum mempunyai kartu donor dari Bank Mata apabila ingin menjadi pendonor setelah meninggal asal telah ada persetujuan dari ahli waris pun maka dia juga bisa menjadi pendonor mata.

AHMADIYAH TASIKMALAYA GELAR SOSIALISASI DONOR KORNEA MATA

Reporter : A. Hidayat
Banyaknya Warga Indonesia yang mengalami gangguan penglihatan tentunya hal ini harus menjadi perhatian semua pihak sebagai warga negara bukan hanya bagian dari perhatian pemerintah saja. 

Berdasarkan catatan dari Dinas kesehatan RI, ada 3.099.346 orang yang mengalami gangguan penglihatan di Indonesia (Riskesdas) Tahun 2013.


Menurut Rosikin SKM dari Bank Mata menjelaskan jumlah calon pendonor mata sampai saat ini baru 14.617 orang sedangkan kebutuhannya yang mengalami prevalensi kekeruhan kornea di Indonesia mencapai 170.465 orang. Bahkan ironisnya Indonesia yang mempunyai jumlah penduduk yang cukup besar di dunia ini masih mengimpor kekurangannya dari San Diego 444, Central Florida 940, dan Filipina 683. 

Permasalahan tersebut menjadi perhatian warga Jemaah Ahmadiyah di Indonesia khususnya bagi anggota Ahmadiyah di Tasikmalaya, yang tergerak untuk membantu dengan cara mengadakan sosialisasi Donor Kornea Mata. Sebanyak 162 orang warga Jamaah Ahmadiyah memadati gedung Balai pertemuan yang terletak di pertigaan Jl Nagarawangi- Paseh Tasikmalaya. jumlah tersebut terdiri dari pria 45 orang dan perempuan 117 orang.


Acara yang digelar Hari Minggu, 23 Agustus 2015 itu di hadiri dari pengurus Bank Mata Pusat Jakarta. Kegiatan yang langka ini terlaksana kerjasama antara pengurus Anshar Wilayah Ahmadiyah Tasikmalaya, Pengurus Keluarga Donor Darah (KDD) Tasikmalaya dan Bank Mata Pusat.

Menurut salah satu panitia pelaksana Ade Almahdi, Kegiatan sosialisasi ini dilakukan selain untuk menggaet para calon donor kornea mata juga untuk memberikan penjelasan yang sesungguhnya mulai dari cara pendaptaran, dan penjelasan bagaimana prosedur pengambilan Kornea Mata. Karena masih ada salah pengertian dari masyarakat diantaranya bahwa donor mata dilakukan pada saat pendonor masih hidup dan yang diambil bola matanya. Ini pengertian yang salah katanya. 

Selain itu upaya ini dilakukan untuk mengkordinir para calon pendonor kornea mata. “Kedepannya kita akan bentuk Asosiasi Calon Pendonor Kornea Mata sebagai kepanjangan dari Bank Mata. Nanti untuk calon yang sudah meninggal ahli waris tidak perlu bingung menghubungi siapa untuk teknis pengambilan, cukup menghubungi kami dan nanti pengurus Tasikmalaya akan berkordinasi dengan Bank Mata”. Ujarnya.

Sementara itu Mln. H. Syaiful Uyun Mubaligh Ahmadiyah Wilayah Jabar 7 Tasikmalaya mengatakan dalam sambutannya bahwa menjadi Calon Donor Mata itu merupakan amal yang sangat mulia karena kita bisa membantu sesama yang membutuhkan selaras dengan Ajaran Islam yang dianjurkan untuk saling tolong menolong dalam kebaikan. “Ini akan menjadi lahan amal sholeh bagi pendonor usai meninggal karena kornea matanya bisa bermanfaat bagi yang membutuhkan” paparnya.


Selain acara sosialisasi bagi calon donor mata dalam kegiatan tersebut panitia juga melaksanakan pelatihan terhadap 4 orang dokter dalam hal teknik pengambilan Kornea Mata yang di simulasikan dengan mengambil kornea mata dari Kepala Kambing. 

 Menurut Panitia hal ini dilakukan untuk memudahkan pengambilan nantinya. Jadi pengambilan tidak harus dilakukan oleh petugas dari Bank Mata dari Jakarta, kalau sudah bisa dan mahir ke 4 dokter yang sudah dilatih tersebut yang akan mengambilnya.

Setelah sukses menggelar sosialisasi di Kota Tasikmalaya, rencananya panitia juga akan menggelar sosialisasi yang sama di Kabupaten Tasikmalaya yaitu di Desa Tenjowaringin Salawu Tasikmalaya Tgl 6 September dimana disini terdapat ribuan warga Ahmadiyah tersebar.


Saturday 22 August 2015

Peringatan HUT RI ala Lajnah Ahmadiyah Sukasari

Reporter : Juwita Setiawan

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa…” itulah bagian dari alenia pertama dalam pembukaan UUD 1945. Jika kita amati dengan seksama, tahun ini adalah tahun yang special intuk negeri ini. 17+08+45= 70. Ya, sudah 70 tahun Negara ini bebas dari belenggu penjajahan meski sebenarnya di Negara, kemerdekaan yang hakiki belum sepenuhnya tercapai.

Masih banyak kaum minoritas yang perlu perlindungan karena mendapatkan kecaman dan ancaman. Karena “merdeka” artinya adalah sebuah kebebasan, bukan berarti kebebasan tanpa aturan. Kebebasan ini memiliki banyak makna diantaranya ada bebas untuk beraspirasi, bebas untuk berkreasi dan juga bebas mengemukanan pendapat tentunya termasuk didalamnya ada kebebasan untuk beragama. Bukankah ini Negara demokrasi?

Setiap orang yang berjiwa nasionalisme pasti sangat menghargai perjuangan para pahlawan yang berjuang sekuat tenaga untuk mempertahankan dan membela kehormatan bangsanya dan salah satu bentuk rasa hormat tersebut ialah dengan merayakan dan meramaikan hari lahir bangsanya.

Tidak mau ketinggalan, usai mengikuti Upacara kenaikan Bendera sang Merah Putih yang dilaksanakan di SDN Tenjowaringin I pada tanggal 17 Agustuss 2015, keesokan harinya pengurus Lajnah Imailah (LI) (Organisasi Ibu-Ibu Ahmadiyah) Cabang Sukasari mengadakan tarbiyat Rohani dan Jasmani dalam rangka memperingati HUT RI yang ke-70, yang ternyata mendapat respon yang sangat baik dari para anggota dengan antusiasnya kehadiran dan keikut sertaan mereka dalam kegiatan ini.

Adapun isi dari kegiatannya antara lain ada lomba MTQ dan Ranking 1 sebagai kegiatan Kerohanian. Kegiatan ini dimulai pukul 10.00 WIB-13.00 WIB. Dalam kegiatan MTQ ini, panitia sengaja memberlakukan peraturan “peserta harus orang yang jarang tampil dimuka umum”. Ini bertujuan agar semua anggota Lajnah berani tampil dimuka umum, terlebih lagi berani untuk tampil unggul dalam hal yang positif, tentunya.

Diwaktu yang bersamaan, tarbiyat Jasmani dilaksanakan dilapangan Panenjoan yang begitu ramai karena kegiatannya berlangsung ketika jam istirahat anak-anak sekolah sehingga para murid bahkan guru pun ikut menyaksikan kegiatan tersebut. Lomba jasmani ini diantaranya ada lomba lari sarung, lomba memasukan paku kedalam botol dan lomba sepak bola. 


Dalam lomba lari sarung, setiap group harus berlari mengejar garis finish dengan menggunakan sarung yang dipakai oleh 3 orang. Sedangkan lomba memasukan paku kedalam botol, setiap 5 orang anggota dikomando oleh satu orang leader untuk memasukan paku kedalam botol. 


Dan yanag paling menggelar gelak tawa adalah lomba sepak bola karena masing-masing kesebelasan lari memperebutkan bola dengan saling baku hantam dan tidak begitu mengerti tentang tekhnik permainan tersebut. Yang mereka tahu hanyalah memasuka bola kedalam lawang lawannya. 



Terakhir, sekt. Dhiafat mengadakan lomba memasak nasi liwet. Untuk meminimalisir waktu, setiap kelompok memasak liwet ditempatnya masing-masing dan dibawa ke lokasi. Lomba nasi liwet ini menjadi puncak kegiatan kami, karena setelahnya kami semua lelah dengan rentetan kegiatan Jasmani dan Rohani, kami bersama menyantap nasi liwet yang telah dinilai oleh panitia dengan begitu lahapnya.














Thursday 20 August 2015

Peringatan HUT RI ke-70 Athfal & Nashirat Ahmadiyah Tasikmalaya

Oleh: Nusrat Amatul Majid
Minggu 16 Agustus 2015, Nasirat dan Athfal Tasikmalaya telah mengadakan peringatan Hari Ulang Tahun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke-70. Kegiatan dilakukan di Balai Pertemuan Jemaat Ahmadiyah Tasikmalaya, jalan Nagarawangi kota Tasikmalaya yang diikuti athfal, nashirat, dan LI.

athfal-nashirat-ahmadiyah-tasikmalaya

Pukul 08.30 WIB, kegiatan di buka oleh Wakil Ketua LI Tasikmalaya, Ibu Iis Ibnu. Tak lupa sambutan diberikan oleh Bapak Mubaligh Wilayah Jabar 7, Mln. Hj. Syaiful Uyun.

“Kemerdekaan adalah anugerah dan juga nikmat dari Ilahi. Bangsa Indonesia harus mensyukuri nikmat kemerdekaan, dengan cara mengisi kemerdekaan dengan mewujudkan masyarakat yang adil makmur dan berkeadaban sesuai dengan cita-cita kemerdekaan”, ucap Bapak Syaiful Uyun. “Kita, Ahmadiyah mempunyai tanggung-jawab moral merawat keutuhan NKRI dan merawat kebhinekaan bangsa Indonesia”, lanjut beliau. Doa pembuka yang menjadi akhir dari acara pembuka dipimpin oleh Bapak Mubaligh Wilayah.

Acara dilanjut dengan perlombaan kemerdekaan. Perlombaaan makan kerupuk, kelereng, dan memasukan benang ke dalam jarum menjadi lomba pembuka yang diikuti nashirat dan athfal. Selain itu lomba pecah balon dan memasukan bola ke dalam keranjang diikuti oleh Ibu-ibu Lajnah. Antusias terpancar dari raut wajah para peserta. Perlombaan berlangsung hingga pukul 11.30 WIB, dengan galah menjadi lomba terakhir.
anak-anak-ahmadiyah-tasrikmalaya-hut-ri

Kegiatan kembali dilanjutkan setelah shalat dhuhur. Makan siang bersama, kemudian pembagian hadiah kejuaraan. Pembacaan kejuaraan dibacakan oleh Ibu Iis Ibnu. Satu persatu sang juara dipanggil untuk mendapatkan hadiah. Selain kejuaraan perlombaan kemerdekaan, terdapat pula kejuaraan hasil karya ilmiah yang diikuti adek-adek nashirat dan athfal.

Selesai dengan pembagian hadiah kejuaraan. Acara diakhiri dengan doa penutup oleh Bapak Mubaligh Wilayah. Sebelum doa, beliau menyampaikan sekilas kisah mengenai W.R Supratman sang pencipta lagu “Indonesia Raya” yang dahulu beliau pernah sempat aktif dalam kegiatan Jemaat Ahmadiyah. Kegiatan seperti ini sangat diperlukan. Disamping untuk hiburan juga dapat menumbuhkan rasa cinta kebangsaan kepada generasi muda Indonesia.




Pemuda Ahmadiyah Tasikmalaya Kibarkan Merah Putih di Gunung Galunggung

16 Agustus 2015
Catatan Seorang Pecinta Alam Agus Ahmad Tahir

ahmadiyah-tasikmalaya-pemuda-gunung-galunggung


Semangat 45!!!!!!!
Dan untuk merayak kemerdekaan yang ke 70 MKA Tasikmalaya, kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya yang mana dihiasi dengan lomba dan permainan namun untuk perayaan kemerdekaan negara kesatuan Republik Indonesia yang ke 70 tahun di sambut dengan petualangan sangat luar biasa sekali dimana kita mendapatkan undangan dari komunitas FKPAT (Forum Komunikasi Pecinta Alam Tasikmalaya) yang mengundang para komunitas yang berada di daerah Tasikmalaya dan sekitarnya untuk mengikuti upacara proklamasi HUT perayaan kemerdekaan indonesia yang tiga puluh tahun lagi genap seabad.

Dengan perlengkapan lengkap dan siap tempur kami berjumlah empat orang berangkat dari Masjid Mubarak cabang kota Tasikmalaya pukul 18.30 WIB memakai kuda besi beroda dua, memang sengaja untuk memilih perjalanan malam hari karna mengurangi dehidrasi tubuh belum lagi di tambah jalur track yang akan kami lewati cukup terjal, yang akan membuat rasa haus akan terasa dua kali lebih besar ketika siang hari, bukan karena kebetulan tetapi memang kenyataan untuk hari itu, di perjalanan kami tidak sendirian tapi di temani para pemuda/pemudi sepriangan timur yang sama-sama akan ikut berpatisipasi dalam upacara tersebut. Dari komunitas pecinta alam tingkat umum,kuliah dan SMA, Sahabat Pulau dan instansi pemerintah seperti BPBD semua ikut andil berpadu dalam acara kebangsaan ini.

Bibir kawah Gunung Galunggung lah yang kami pilih sebagai tempat berbagi cerita dan pengalaman bersama teman-teman Sahabat Pulau serta disana jugalah tenda kami berdiri dengan kokoh, dari hal sosial dan persamaan berbangsa untuk cinta tanah air serta pengabdian yang kami diskusikan tercurah bersama pada malam itu. 

Malam semakin larut dan angin semakin berhebus kencang menjadi saksi bisu kebersamaan pada saat malam itu satu demi satu orang meninggalkan lingkaran yang kami buat unuk berbagi cerita, entah karena udara dingin atau memang sudah mengantuk jadi tinggal beberapa orang saja yang duduk sesekali memeluk kaki dan mengusap tangan mereka untuk melawan udara dingin yang berkisar di bawah 15 derajat celcius.

Silauan matahari menusuk sudut mata kami dan mulai menghangatkan seluruh tubuh sehingga bertanda hari pagi mulai kembali dengan membawa semangat 17 agustus, di tengah persiapan untuk mengikuti upacara di kawah gunung yang memakan waktu 45 menit perjalanan ke bawah dari bibir kawah, datang kembali saudara MKA tasikmalaya 5 orang yang total semuanya 18 orang yang habis di bagi dua bersama kawan Sahabat Pulau, pengumuman untuk pelaksanaan upacara mulai terdengar yang bertanda bahwa upacara akan segera di mulai..

Kami berbaris sama rata di bawah hadapan kibaran bendara merah putih yang melambaikan seakan menggambarkan kegembiaraan dan rasa patriotisme kepada seluruh peserta upacara yang mana amat terasa karena kami berada di paling depan barisan, "komandan upacara memasuki lapangan upacara" menyiapkan seluruh pasukan.


Upacara kali ini bertema "Persamaan, Persaudaraan Sebangsa dan Setanah Air" sesuai dengan kode etik pecinta alam dan simbol NKRI ini dengan semboyan berbeda-beda tetapi satu jua. Amanat pembina upacara menyampaikan dengan lantang bahwa kita pemuda pemudi tanah air janganlah bermalas-malasan dan berdirilah dengan kokoh untuk mempertahankan keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia ini karena musuh terbesar kita bukanlah negara eropa atau juga bukan negara tetangga tetapi setelah kemerdekaan ini musuh terbesar kita adalah melawan bangsa kita sendiri .

Setelah upacara selesai kita di akhiri dengan foto bersama dan sapu gunung.


Serunya Kiprah Anak Bangsa di Hari Kemerdekaan

Reporter : Nurul Hasanah

Kawalu, 16/Agustus/2015
17 Agustus menjadi hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Serentak seluruh rakyat di penjuru kota merayakannya. Gapura-gapura menghiasi setiap gang, bendera berjejer mengapit jalan raya.


Cabang Sukapura dan Kawalu menyambut hari kemerdekaan pada tanggal 16 Agustus 2015 bertempat di Panti Kawalu. Sekitar 50 orang hadir di acara tersebut yang terdiri dari LI, Anshar, Khuddam, Athfal, Nashirat dan Banath.

Acara dimulai tepat pada pukul 10.00, diawali dengan pembacaan Ayat Suci Alquran oleh Muslih, dilanjutkan dengan do'a pembuka dan ceramah singkat dari Bpk. Mln Nurul Haq. "Memiliki pemimpin adalah salah satu hal yang menunjukan kemerdekaan, kita sebagai Ahmadi harus turut memerdekaannya, bukan hanya bangsa tetapi juga Islam. Kita harus membantu mensyiarkan Islam ke seluruh pelosok negeri." Begitu yang beliau sampaikan.

Nasionalisme terasa semakin kental ketika masing-masing anak diberi bendera merah putih mini dan mengayunkannya. Karena berharap ada perbedaan pada tahun ini, panitia tidak lagi mengadakan perlombaan yang biasa dilakukan seperti tahun-tahun lalu, melainkan mengadakan permainan yang bertema tentang Kemerdekaan dan Indonesia. Tebak lagu nasional lengkap dengan penciptanya menggunakan pianika, mencari beberapa tokoh/tempat dari gambar POP UP lalu mempresentasikannya, adalah bagian dari permainannya. Tak hanya bermain tapi mereka juga mendapat dan berbagi ilmu.

Memasuki waktu istirahat sembahyang dhuhur dan makan siang, para peserta terlihat saling sapa dan bercerita tentang serunya permainan. "Aku jadi tau pencipta lagu-lagu nasional." Ucap salah seorang nashirat.

Satu jam berlalu, sebelum acara penutupan, para peserta bercerita tentang hobi dan pengalamannya masing-masing. Ada yang bercerita tentang serunya menjadi paskibraka dan menjelaskan tentang makna merah putih sebagai bendera bangsa Indonesia, dan yang lainnya. Para peserta juga menuliskan sebuah harapan untuk masa depan pada secarik kertas. Satu persatu harapan luar biasa itu dibacakan, membuat suasana menjadi haru.

Tiba di penghujung acara, Bpk. Rahmat menutup acara tersebut dengan do'a. Semoga tahun yang akan datang, semakin banyak ilmu dan karya yang diselipkan dalam memperingati Hari Kemerdekaan. Karena berkarya adalah salah satu tindakan yang dapat mengharumkan bangsa.








Menengok Kemeriahan HUT RI di Tenjowaringin - Tasikmalaya


Masyarakat Desa Tenjowaringin larut dalam kemeriahan peringatan HUT RI 70
Reporter: Winie Wilianurunnisa

Salawu, Tenjowaringin 13/Agistus 2015
Desa Tenjowaringin adalah sebuah Desa di Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat yang berada di kaki gunung Cikurai. Penduduknya yang hampir 80% warga Ahmadiyah tersebut ikut aktif dalam kegiatan menyambut Hari Kemerdekaan RI yang ke 70 ini. Berikut penulis melaporkan dari lokasi.

Pukul 14:00 siang, satu persatu warga Desa Tenjowaringin dari 14 DKM (Dewan Kemakmuran Mesjid) termasuk 8 DKM Jema’at Ahmadiyah (Bojongsirna, Cigunung Tilu, Citeguh, Kersamaju, Nagrak, Sukasari, Wanasigra dan Wanasigra Wetan), mulai berdatangan memadati lapangan SDN Panenjoan. Hari itu, Kamis tanggal 13 Agustus 2015 adalah awal dari kemeriahan acara menyambut HUT RI yang ke-70 tahun. 

Acara yang dibuka dengan sambutan Kepala Desa Tenjowaringin, A. Kodir itu diisi oleh lomba MTQ yang diikuti peserta dengan 3 tingkatan usia, yaitu usia SD (Anak-anak), usia SMP (Remaja) dan usia SMA-Umum (Dewasa). Acara lomba MTQ dimulai pada pukul 15:30, peserta usia anak-anak berjumlah 27 orang. Kemudian dilanjutkan oleh peserta usia remaja setelah selesai Shalat Maghrib. Lalu dilanjutkan oleh peserta usia dewasa. Semua peserta terlihat begitu antusias dalam mengikuti lomba, tak terkecuali, para penonton yang ikut menyaksikan dan meramaikan acara itu. Sayangnya, karena waktu yang tidak memungkinkan, acara lomba dilanjutkan pada keesokan harinya.

Tanggal 14 agustus, lomba pun dilanjutkan pada pukul 15:00 diisi oleh Lomba Pidato dan Kaligrafi. Perwakilan dari Lajnah Imailah (LI) dan Nashiratul Ahmadiyah Indonesia (NAI) pun turut serta dalam acara lomba yang diadakan se-Desa Tenjowaringin itu. Kemeriahan di Panenjoan tersebut berlangsung hingga tanggal 16 Agustus.

Pagi hari di tanggal 16, hampir semua Warga Desa Tenjowaringin, serta beberapa perwakilan dari LI Jema’at Ahmadiyah Daerah Tasikmalaya dan sekitarnya berbondong-bondong menuju kampung Cikuray untuk mengikuti jalan santai bertabur hadiah menarik, yang salah satu hadiah utamanya adalah Lemari Es. Jalan santai dengan rute Cikuray-Sukasari itu dimulai pada pukul 07:30. Seolah tanpa lelah, para peserta begitu semangat melangkahkan kakinya sepanjang kurang lebih 4 km. Semangat para pejuang dulu nampaknya menyelimuti semua peserta yang mencapai ratusan orang itu. 

Sesampainya di tempat yang telah ditentukan, yaitu di Sukasari (Lapang Panenjoan), semua peserta disambut oleh Bazar berbagai macam makanan dan pakaian yang diisi oleh LI. Lalu dimeriahkan juga dengan pertunjukan musik dan pembagian hadiah yang semakin membuat lelah semua peserta hilang. Pesta rakyat hari itupun berlangsung hingga pukul 13:00.

Puncak acara yang dinanti-nanti telah tiba. Tanggal 17 agustus 2015, tepat di 70 tahun kemerdekaan Indonesia, hari Senin pukul 08:00 dimulai dengan upacara yang diikuti oleh warga Desa Tenjowaringin dengan khidmat. Pengibaran Sang Saka Merah Putih dilaksanakan oleh PASKIBRA SMA Plus AL-Wahid diiringi lagu Indonesia Raya oleh Marching Band SMP PGRI 15 Salawu. Upacara pun berlangsung hingga pukul 09:30.

Setelah upacara selesai, semua peserta upacara dan warga melakukan pawai dari Cikuray hingga kampung Cibuluh. Mereka riuh unjuk kreatifitas dengan menggunakan berbagai macam kostum dan membuat berbagai hiasan bernuansa kemerdekaan. Ada yang menggunakan pakaian ABRI, memakai topeng, dan MKAI (Majelis Khuddamul Ahmadiyah Indonesia) Tenjowaringin pun turut serta, dengan mengusung tema “Indonesia Rumah Yang Aman Bagi Penghuninya”, masing-masing berperan sebagai orang Islam, Kristen, Hindu, dan Budha. Kita bisa menarik makna dari tema yang diusung tersebut, bahwa Indonesia adalah tempat yang semestinya aman bagi semua agama, bagi semua pihak, bagi semua warga negaranya. Karena itu adalah salah satu wujud dari kemerdekaan Indonesia, yang sebenarnya.




Meminimalisir Konflik Ahmadiyah Priangan Timur Gelar Pelatihan Penanganan Kasus

Reporter : A, Hidayat

Singaparna, 15/8/2015
Banyaknya kasus Intoleransi yang terjadi di Jemaat Ahmadiyah Wilayah Priangan Timur dalam beberapa tahun ini tentunya hal tersebut menjadi sebuah catatan tersendiri bagi Pengurus Ahmadiyah Wilayah di Jawa Barat 7 pada khususnya, umumnya di Priangan Timur untuk mencari sebuah solusi dan mengkaji sejauhmana penanganan permasalahan tersebut.

Pemateri dari Protection Internationali Adit sedang memberikan  simulasi pemetaan kasus
Banyak yang telah di tempuh oleh Jemaat Ahmadiyah di Priatim baik program yang sudah dilakukan ataupun program yang akan di rencanakan untuk menanganinya. Sehingga ini menjadi sebuah program yang sangat positip. Namun dalam pelaksanaannya diperlukan sebuah manajemen yang baik sehingga bisa memudahkan dalam melakukan pemetaan dari setiap konflik dan cara penanganannya.

Maka dari itu untuk memenuhi kebutuhan ini Pengurus Wilayah Jemaat Ahmadiyah Jabar 7 bekerjasama dengan Media Center Priangan Timur melaksanakan Pelatihan Penanganan Konflik. Dimana dalam pelaksanaannya mengundang sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM) dari Protection International (PI).

Protection-international-ahmadiyah-tasikmalaya
Salahsatu peserta dari Jemaat Sukapura, Atek (Ketua Jemaat), sedang mempresentasikan hasil pemetaan di daerahnya.

Protection International sendiri adalah sebuah NGO yang bergerak diantaranya membantu masyarakat atau komunitas yang  mengalami berbagai kasus  diskriminasi terhadap pelanggaran hak-hak atas masyarakat sipil.

Bertempat di ruang rapat Masjid Baiturahim Jemaat Ahmadiyah Singaparna beberapa perwakilan jemaat di Jabar 7 hadir dalam acara pelatihan ini. Menurut panitia pelaksana Nanang Ahmad Hidayat, pihaknya tidak mengundang semua jemaat namun dipilih hanya beberapa  jemaat yang khususnya sedang mengalami kasus Intoleransi. “Jemaat yang di undang hanya beberapa jemaat yang sedang mengalami kasus intoleransi ini dilakukan supaya dalam pelaksanannya tepat sasaran dan lebih efektip lagi” jelasnya.

Sebanyak 23 peserta hadir dalam acara ini diantaranya perwakilan  Jemaat Kersamaju, Jemaat Sukapura, dan Jemaat Banjar. Selain itu hadir juga perwakilan dari pengurus MKAI Wilayah Jabar 7 yang dihadiri oleh Qaid Daerah Tasikmalaya,  Qaid Daerah Ciamis, serta Pengda LI Tasikmalaya, sedangkan dari unsur Mubalighin Hadir Mln. H. Syaiful Uyun (Mubwil Jabar 7), Mln. Jafar (Mubaligh lokal Citeguh), Mln. Padhal Ahmad (Mubaligh Ciamis), Mln. Mukhlis (Mubaligh Banjar). Ditambah beberapa Pengurus Media Center yang membantu di bagian dokumentasi, publikasi dan advokasi.

Acara yang dimulai pukul 9.00 pagi ini di awali dengan doa pembukaan oleh Mubwil Jabar 7 dan pembukaan dari ketua Media Center Priangan Timur. Dalam sesi pertama pelatihan ini di awali saling mengenalkan diri baik dari pemateri ataupun dari seluruh peserta yang hadir.

Selanjutnya penyampaian materi oleh bang adit panggilan untuk pemateri dari Protection International. Dalam paparannya adit mengajak peserta untuk berdiskusi sejauhmana selama ini penanganan terhadap kasus intoleransi yang terjadi di Priangan Timur.

Selama ini menurut Mubaligh Wilayah Jabar 7 untuk penanganan kasus di Priatim berjalan apa adanya. Dan telah di bentuk beberapa tim Rabtah untuk birokrasi, kaum toleran dan intoleran di tingkat daerah selain tentunya tim Rabtah ini ada di setiap jemaat lokal.

Dalam pelatihan penanganan kasus ini para peserta diajak untuk membuat pemetaan terlebih dahulu dari mulai pemetaan mana kawan dan mana lawan. Menurut Adit data tersebut perlu ada supaya memudahkan untuk mengkondisikannya dan mengidentipikasi permasalahan diantaranya yaitu dengan cara melakukan pendekatan silaturahmi dan komunikasi.

Tahap selanjutnya melakukan pemetaan yang mana lebih ke introspeksi, sejauhmana kekuatan dan kelemahan yang ada di komunitas. Ini penting karaena dengan mengetahui kelemahan kita bisa memperbaiki kelemahan tersebut sehingga nantinya kelemahan tersebut bisa diminimalisir, begitu juga dengan mendata kekuatan, dengan mengetahui kekuatan tersebut kita bisa memaksimalkannya.

Dari hasil pemetaan kelemahan dan kekuatan tersebut peserta diajak untuk mengubah kelemahan menjadi kekuatan sehingga hasil tersebut bisa meminimalisir resiko dan ancaman. Salahsatu caranya yaitu dengan memetakan kembali setiap kelemahan dan mengubah menjadi kekuatan, yaitu dengan cara menuliskan apa yang boleh atau bisa dilakukan dan mencatat juga apa yang tidak boleh dilakukan. Dari hasil pemetaan tersebut bisa dibuat sebuah SOP Keamanan. Itulah rangkaian pelatihan ini dan peserta pun larut terlibat dengan khidmat dari awal sampai akhir.

Pelatihan penanganan kasus ini dengan mudah bisa dipelajari karena semuanya di ramu dengan cara sangat sederhana, komunikatip, dan disimulasikan sehingga materi dengan mudah dapat dicerna. Para peserta juga dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan kasus yang terjadi di kelompoknya dan langsung dipraktekan. Hal ini yang membuat peserta lebih dapat memahami.

Mubaligh Wilayah Jabar 7, H. Mln. Syaiful Uyun dalam sambutan pada akhir acara mengharapkan agar semua peserta yang hadir dari masing-masing perwakilan jemaat dan badan serta organ terkait supaya dapat menerapkan hasil dari pelatihan ini sesuai sikon masing-masing jemaat di daerahnya.

ahmadiyah-tasikmalaya-ciamis-protection-international
Mln. H. Syaiful Uyun (Mubwil Jabar 7) berkemeja putih sedang menyimak hasil presentasi dari masing-masing Jemaat.







Monday 17 August 2015

Banjar, Lupakah dengan “Somahna Bagja di Buana”?

Penulis : Muhammad Nurdin

Sebagian orang mungkin tahu kata-kata “Somahna Bagja di Buana”. Tapi, kebanyakan kita pasti baru mendengar kata-kata itu. Itu adalah motto sebuah kota yang masih terbilang muda, yah baru berusia dua belas tahun. Di usia yang semuda itu, ibarat seorang anak yang memasuki masa pubernya, meranjak menjadi seorang remaja. Kota itu bernama Kota Banjar.


Anda pasti bertanya-tanya, sekalipun anda orang Sunda, tentang makna dari motto Kota Banjar, “Somahna Bagja di Buana”. Motto Kota Banjar mempunyai makna yang dalam sebagai tujuan dan harapan yang ingin dicapai masyarakat Kota Banjar. Somahna Bagja di Buana secara tekstual berarti “orang-orangnya (masyarakat Kota Banjar) bahagia di dunia (Kota Banjar).

Somahna Bagja di Buana adalah cita-cita luhur yang patut kita apresiasi dan amalkan, khususnya bagi masyarakat Kota Banjar sendiri. Prinsip dasar yang tertuang dari motto tersebut adalah “Bagja di Buana”, bahagia di tanah sendiri. Karena setiap orang membutuhkan kebahagian dalam hidupnya, oleh karena itu, sebagai seorang manusia bukan hanya siap menerima kebahagiaan dari orang lain tapi mampu juga memberikan kebahagian kepada orang lain. Sekiranya, setiap orang hanya siap menerima kebahagian, tunggu saja hingga mereka yang biasa berbagi kebahagian itu punah tergantikan oleh manusia-manusia yang serakah.

Di usianya yang masih terlalu muda, Kota Banjar tentunya masih perlu banyak belajar tentang berbagai hal, misalnya membangun semangat “Bagja di Buana”. Sekiranya setiap orang masih belum bisa untuk membuat orang lain bahagia, minimal tak membuat orang lain susah. Itulah yang terjadi baru-baru ini, yang menimpa warga Jemaat Ahmadiyah di Kota Banjar.

Apa yang menimpa warga Ahmadiyah Kota Banjar? Yah, Masjid mereka disegel. Malahan, disegel sejak tahun 2011 silam. Tapi mengapa kasus Ahmadiyah mencuat lagi di tahun 2015? Padahal, masjidnya sudah disegel sejak lama. Oleh siapa? Oleh Pemerintah Kota Banjar sendiri, berdasarkan SK Walikota Banjar Nomor 450/Kpts. 115. Huk/2011 tentang pembekuan Jemaat Ahmadiyah Banjar. Sulit untuk dipercaya.

Turunnya SK Walikota ini melegalkan upaya penyegelan atas masjid milik warga Ahmadiyah. Bagi warga Ahmadiyah, ibadah adalah sumber kebahagiaan yang takkan bisa diwakili dengan melimpahnya harta, meningkatnya strata ataupun indahnya rumah tangga. Sumber “Bagja” yang nyata ada pada ibadah. Mungkin, anda pun berpikiran demikian. Oleh karena itu, meskipun masjid milik warga Ahmadiyah disegel, mereka tetap akan beribadah di tempat itu. Bahkan, balok-balok kayu yang melintang menghalangi pintu dan jendela masjid tak mampu mengurungkan niat mereka itu.

Tak senang dengan sikap “tak kenal menyerah”-nya warga Ahmadiyah, sekelompok massa merusak masjid. Tepatnya pada selasa malam, 29 Desember 2014 massa menurunkan genting-genting masjid, merusak plafon juga memecah kaca jendela yang balok-balok tanda penyegelan masih kokoh tertancap. Sesuai dengan nama masjidnya “Istiqamah”, warga Ahmadiyah rupanya tak pernah kenal menyerah untuk mendapatkan “Bagja” hakiki mereka. Pada Jumat 13 Maret 2015, warga Ahmadiyah gotong royong membersihkan masjid. Tidak muluk-muluk niat mereka, cuma hendak melaksanakan sholat Jumat di masjid.

Sayang sungguh disayang, niat suci itupun tak direstui oleh pihak-pihak yang meresa berwenang mengontrol ibadah suatu golongan. Tanpa restu mereka, warga Ahmadiyah tetap bersyukur dengan melaksanakan sholat jumat di rumah salah seorang warganya. Ternyata benar, untuk meraih “Bagja” hakiki yang takkan pernah terganti materi, seorang mukmin harus tetap “istiqamah” menyeru bahwa Tuhan kami Allah bukan siapun di dunia ini. Bukan pihak-pihak yang menawarkan segala kebebasan dan kemudahan dengan syarat harus mengingkari sebuah kebenaran.

Memang, ke-istiqamah-an seorang mukmin ini perlu diuji, hingga suatu batas dimana ia seakan-akan sudah tak mampu lagi menanggungnya. Itulah yang dialami oleh warga Ahmadiyah Kota Banjar. Mereka sudah mengalah dengan tidak sholat di masjid mereka yang tercinta, tapi ada sekelompok massa yang masih tidak mau kalah. Mereka mendatangi rumah tempat diadakannya sholat Jumat itu. Berteriak-teriak untuk membubarkannya, seakan-akan merekalah yang menciptakan dunia serta seisinya. Untungnya, pihak yang benar-benar berwenang berhasil menenangkan.

Tak puas dengan tak berhasilnya membubarkan jumatannya warga Ahmadiyah, sekelompok massa yang jumlahnya lebih banyak dari sebelumnya datang pasca jumatan yang sengaja dipersingkat. Rumah yang dijadikan tempat sholat Jumat tadi dipenuhi massa yang sedang kalap. Mereka datang dengan bermodalkan teriakan dan ancaman. Warga Ahmadiyah yang masih tersisa pun menjadi ketakutan. Bagaimana tidak, bisa anda bayangkan sekiranya ada sekolompok massa yang kalap, berteriak tak karuan mengatakan “Halal darahnya”, “Bakar rumahnya”, “Dobrak rumahnya” di hadapan anda.

Mungkin, semuanya takkan terlihat menakutkan seperti ini, sekiranya Pemerintah dalam hal Walikota Banjar tak mengeluarkan surat saktinya. Apakah umur sebuah kota mempengaruhi tingkat kelabilan kebijakan pemerintahnya? Untuk kasus Banjar silahkan anda nilai sendiri. Bukankah Peraturan Daerah ini bertentangan dengan peraturan di atasnya, misal dengan SKB 3 Menteri? Bukankah dalam SKB tidak ada larangan Jemaat Ahmadiyah beribadah di masjidnya? Bukankah ini indikasi kelabilan pemerintah Kota Banjar?

Melihat cita-cita yang luhur dari Kota Banjar, sungguh tak masuk akal keputusan Pemerintah Kota Banjar ini. Begitu banyakkah kesibukan para pejabat Pemerintah, hingga mereka lupa akan motto kota yang kaki mereka masih menapak di atasnya? Atau mungkin, mereka menganggap Warga Ahmadiyah bukanlah warganya, mereka ilegal. Oleh karenanya, mereka tak pantas mendapatkan “Bagja di Buana”. Mungkin lebih pantas warga Rohingya tinggal di Banjar ketimbang warga Ahmadiyah yang sudah turun-temurun, beranak-pinak di Kota ini.

Sudah 70 tahun Indonesia merdeka. Tapi, masih ada saja anak bangsa yang tak bisa mendapatkan kemerdekaannya, meski sekedar menikmati sholat berjamaah di masjid mereka. Di hari yang bersejarah ini, marilah kita membangun Indonesia, marilah kita membangun Kota Banjar ini dengan terus mengobarkan semangat “Somahna Bagja di Buana”. Marilah kita mulai menyingkirkan pemisahan yang akan membuat makna “Somahna” menjadi ekslusif. Siapapun dia, selama masih menginjakkan kakinya di Kota Banjar, berhak mendapatkan “Bagja”.

SEPETAK TANAH YANG BELUM MERDEKA

Penulis : Riyanti

Tik.. tok.. tik.. tok.. tik.. tok.. Detik-detik arloji menempel disebuah ingatan ruam yang tertinggal di beberapa tahun silam. Dikala sebuah rumah ibadah milik Ahmadiyah di Kota Banjar begitu ramai dikunjungi orang-orang yang gemar memanjatkan bebulir doa kepada Yang Maha Kuasa. Berbondong-bondong mengharap belas akan kasih pahala-Nya. Dimasjid inilah mereka saling untai-menguntai rawian doa dan mengaminkannya dengan penuh getaran. Ditempat ini jua-lah Al-Qur’an Suci selalu melantun syahdu memecah gendang telinga. 

Namun di tahun 2011, sepetak tanah ini tetiba dikebiri, ditutup oleh tuan-tuan yang tak bertanggung jawab. Silang-silang, kayu saling berpaku mengepung jendela. Dinding dan ubin melempar bincang memecah gema. Hanya debu-debu tebal dan sarang laba-laba yang menggelayut di sudut ruang. Kosong! Sunyi termakan waktu.

Hari, bulan dan tahun saling merotasi, hingga empat Agustus pun berlalu, berangkat dengan musim yang begitu cepat. Namun, masih alangkah sunyinya masjid ini. Sayup-sayup angin membawa kabar dari dalam memekik kesakitan sebab terbelenggu kayu & paku karat. Mungkin, hanya dua buah menara bertuliskan lafadz Allah & Muhammad sajalah yang setia menjulai memandangi sepotong awan. Keseolah menjadi saksi akan rintihan masjid ini, tuk menyimpan asa yang terbenam pada sebuah genangan mimpi untuk dapat merdeka. 

Untaian deskripsi ini, mungkin takkan mampu menyihir siapapun di negeri pertiwi untuk sekedar menabur belas kasihan. Namun, di hari ketujuh belas di bulan kemerdekaan dan tahun yang begitu bergairah ini, bolehkah sekedar mengais harap akan sejumput keadilan? jangan biarkan ia terkunci. Jangan biarkan masjid ini cemas. Cemas sebab haus akan gema kalam ilahi. Tak terhingga banyak jiwa yang merindukan rukuk & sujud disni. Menikmati berjamaah dalam subuh dan memintal doa dengan teduh. Jangan biarkan palang kayu menyeka, jangan. Sebab tanah ini ingin merdeka dan memekarkan cinta.

SEBUAH HARAPAN MERDEKA DI UJUNG TASIKMALAYA

Penulis : Gina Rahayu
Merdeka adalah sebuah kata yang terdiri dari 7 hurup yang ringan untuk diucapkan tapi berat untuk dirasakan oleh kami warga Ahmadiyah Kersamaju yang terletak tepatnya di Kampung Gadel Desa Kersamaju, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. 
Prosesesi Penyegelan Masjid Ahmadiyah Kersamaju oleh Satpol PP dan Polres Tasikmalaya
Prosesesi Penyegelan Masjid Ahmadiyah Kersamaju oleh Satpol PP dan Polres Tasikmalaya
Arti Merdeka bagi kami cukup sederhana saja, dapat hidup bebas lepas dari penjajahan, penjajahan atas hak-hak kami sebagai warganegara, tekanan dan ancaman. Namun kata merdeka ini masih sulit kami dapatkan.

Untuk sebuah Masjid sederhana berukuran 5 x 10 meter yang sebenarnya bisa disebut mushola saja bagi kami harus ada aturan mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Padahal Kampung kami berada di daerah terpencil, dan berada di ujung Kabupaten Tasikmalaya dan berada di perbatasan antara Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Garut. untuk akses jalan menuju kampung kami pun sangat susah, jalan yang terjal dipenuhi bebatuan besar, membuat kendaraan harus berhati hati dalam melakukan perjalanannya.

Disitulah kami hidup dan berjuang untuk mengisi kemerdekaan. Walaupun sebagai orang Desa kami hanya bisa berjuang semampu kami membangun Desa tempat lahir kami. Dan Sebagai warga yang taat tentunya kami tidak lupa membayar pajak, karena dengan pajak ini kami bisa ikut berpartisipasi dalam membangun Negara Indonesia yang tidak saja dibangun oleh mayoritas dan minoritas tapi oleh seluruh elemen lapisan bangsa.

Mungkin dari gambaran lokasi perkampungan kami tersebut pembaca bisa mengetahui begitu terpencilnya kampung tempat kami dilahirkan. Saya yang merupakan warga pribumi merasa tidak habis pikir kalau seandainya semua rumah dan tempat ibadah disana dikenai aturan harus mempunyai Izin Mendirikan Bangunan (IMB), tentu ini sangat menyulitkan kami yang penghasilan yang di dapat dari hasil berkebun dan mengolah tanah pertanian seadanya.

Percaya atau tidak itulah yang terjadi dengan kami warga Ahmadiyah Kersamaju yang telah disegel Masjid kami sejak Bulan Maret 2015 oleh pemerintah Kabupaten Tasikmalaya melalui Satpol PP dan Polres Kabupaten Tasikmalaya dengan alasan karena Bangunan Masjid yang kondisinya belum beres tersebut tidak memiliki IMB.

Entah aturan darimana alasan pemerintah tersebut, yang jelas sebagai orang awam, dan orang Desa kami tidak mau direpotkan mencari tau darimana aturan tersebut berasal. Dan seandainya aturannya ada pun mengapa aturan ini harus diberikan hanya kepada Kami warga Ahmadiyah Kersamaju saja. Apakah karena kami sebuah Komunitas Minoritas sehingga pemerintah dengan mudah melakukan diskriminasi ?. Itulah diantaranya pertanyaan orang awam seperti kami ini.

Jadi dimana letak Merdeka bagi kami? Jika hak untuk menjalankan ibadah yang diatur dan dilindungi Undang-Undang Dasar pun tidak bisa kami nikmati. Kami tidak merasakan nikmatnya Medeka, apalagi setelah penyegelan Masjid, tapi menurut kami tepatnya bukan penyegelan tapi perampasan. Karena kami tidak menerima pemberitahuan sebelumnya ataupun diberikan berita acara penyegelan setelahnya. 

Sampai saat ini kami masih menggunakan sebuah tenda kecil untuk melakukan Shalat sebagai pengganti Masjid kami yang disegel. Bukan tidak ada usaha, kami sudah dua kali meminta kepada pemkab Tasikmalaya untuk membuka segel Masjid dengan membuat surat yaitu pada tanggal 15 Mei 2015 dan 25 Juni 2015. Namun hasilnya nihil. Pemerintah menolak dengan alasan demi menjaga keamanan.

Sehingga timbul dalam pikiran kami rupanya pemerintah lebih nyaman dengan menjaga keamanan dengan membiarkan keinginan kaum intoleran menutup masjid kami, tapi memberangus hak warganya yang lain.

Di tenda kecil itu kami hanya bisa berdoa semoga Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya di hari kemerdekaan ini bisa membuka mata hatinya agar bisa memberikan kemerdekaan kepada kami untuk bebas beribadah. Itu pinta kami di hari kemerdekaan ini...




Wednesday 12 August 2015

Khutbah Jumat: Para Sahabat Hadhrat Masih Mau'ud AS

Ringkasan Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, 
Hadhrat Mirza Masroor Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis 
ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz 
7 Agustus 2015 
di Masjid Baitul Futuh, Morden, UK.




أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
]بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضالِّينَ[، آمين.

Ketika membaca atau mendengar riwayat-riwayat para sahabat Hadhrat Masih Mau’ud as, kita senantiasa melihat suatu keinginan besar mereka untuk mengenal kebenaran, mengorbankan jiwa dan harta mereka serta menunjukan kecintaan mereka yang mendalam terhadap Hadhrat Masih Mau’ud as sesuai dengan pemahaman dan standar mereka. Walhasil, mereka adalah kaum akhirin yang senantiasa berupaya memenuhi kewajiban-kewajiban mereka untuk dapat masuk ke dalam derajat kaum awalin. Mereka memiliki cara dan gaya masing-masing. Barangsiapa yang melihat mereka atau berada di dekat mereka juga mendapatkan nasehat dari mereka sesuai dengan kapasitas mereka masing-masing serta menarik kesimpulan dari beberapa perkara.

Hadhrat Muslih Mau’ud ra juga merupakan seorang sahabat. Beliau ra juga memiliki ikatan yang dekat dengan semua para sahabat atau dengan para sahabat yang kisahnya beliau sampaikan. Beliau ra menarik kesimpulan dari beberapa riwayat mereka dan memberikan nasehat kepada kita. Nasehat tersebut begitu berkesan di dalam hati. Dengan merenungkannya, kita melihat bahwa terdapat berbagai aspek dalam setiap riwayat tersebut.

Hadhrat Maulwi Burhanuddin Dehlvi Sahib. Pertemuan pertama beliau dengan Hadhrat Masih Mau’ud as merupakan sebuah kisah yang sangat menarik. Beliau tiba di Qadian untuk mengunjungi Hadhrat Masih Mau’ud as. Namun ternyata, beliau as telah berangkat ke Gurdaspur. Oleh karena itu, beliau pun pergi ke sana. Tempat dimana Hadhrat Masih Mau’ud as tinggal di Gurdaspur pada saat itu berdampingan dengan sebuah kebun. Hamid Ali Sahib pada saat itu sedang duduk di dekat pintu dan tidak mengizinkan Burhan Sahib untuk masuk. Akan tetapi beliau dengan sembunyi-sembunyi mencoba mendekati pintu tersebut. Ketika membuka pintu tersebut dengan pelan-pelan, beliau melihat Hadhrat Masih Mau’ud as sedang berjalan dengan cepat di dalam rumah. Burhan Sahib lalu melangkah mundur. Beliau langsung menyadari bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as merupakan seorang yang benar yang harus mencapai suatu tempat tujuan yang jauh. Oleh sebab itu, beliau berjalan dengan cepat.

Hadhrat Muslih Mau’ud ra melihat bahwa Burhan Sahib merupakan seorang mantan Wahabi dan terkenal keras. Namun Burhan Sahib tidak mencari bukti dan dalil dari Al-Quran dan Hadits. Sungguh, pendirian orang Wahabi adalah pintu wahyu sudah tertutup setelah kewafatan Hadhrat Rasulullah saw. Mereka juga beranggapan bahwa – naudzubillah - para wali dan nabiullah tidak memiliki keunggulan yang luar biasa. Untuk menyanggah konsep yang keliru ini, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda bahwa wujud para nabi Allah Ta’ala adalah seperti hujan dan merupakan wujud kilauan sinar yang luhur dan memiliki banyak keunggulan dan keberkatan. Sungguh keji menganggap mereka sama seperti orang biasa. Kecintaan kepada para nabi Allah Ta’ala dan para wali meningkatkan kekuatan keimanan seseorang.

Sungguh, Hadhrat Burhanuddin Sahib mengira cara berjalan Hadhrat Masih Mau’ud as yang cepat merupakan tanda kebenaran beliau. Ini merupakan karunia yang khas dari Allah Ta’ala karena banyak orang yang meski telah diberikan dalil dan tanda yang kuat, tetap saja tidak menerima kebenaran. Tentu tidak semua orang Wahabi berhati keras. Ribuan orang di Afrika [banyak dari antara mereka berasal dari golongan Wahabi] telah meyakini kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud as serta telah mengambil baiat. Mereka menghargai pentingnya wahyu ilahi dan menyadari bahwa para nabiullah dan para wali adalah seperti hujan yang senantiasa menjaga bumi agar tetap hijau dan subur serta bahwa wahyu ilahi itu penting bagi kesuburan rohani.

Hadhrat Saith Abdul Rahman Sahib dari Madras. Beliau menjadi seorang Ahmadi pada masa Hadhrat Masih Mau’ud as. Beliau seorang yang sangat tulus dengan kecenderungan yang besar terhadap tabligh. Hadhrat Masih Mau’ud as biasa menceritakan sebuah kisah mengenai kelembutan hati beliau. Saith Sahib sangat sejahtera di masa awal. Beliau biasa memberikan pengorbanan harta yang besar demi agama dan mengirimkan sumbangan 300 hingga 500 rupee per bulan. Suatu kali beliau membuat keputusan bisnis yang buruk yang membuat bisnis beliau hancur. Hadhrat Masih Mau’ud as mendapatkan wahyu berkenaan dengan beliau: “Maha Kuasa Dia, Dia membetulkan kembali rencana yang rusak dan menghancurkan rencana yang sedang berjalan. Tidak ada yang mengetahui rahasia-Nya.” [Surat kepada Saith Abdur Rahman di Madras tgl. 21 Desember 1898, Tadhkirah, hal. 424] 

Dari baris pertama wahyu tersebut dipahami bahwa bisnis Saith Sahib akan membaik. Akan tetapi dari baris kedua, mengisyarahkan bahwa Allah Ta’ala pun dapat mematahkan suatu bisnis yang telah berjalan dengan baik. Selang 2 atau 3 tahun setelah terjadinya kerugian tersebut, bisnis Saith Sahib kembali membaik namun kemudian mengalami kemerosotan yang begitu parah sehingga beliau pun mengalami kesulitan dalam urusan makan dan minum. 

Hadhrat Masih Mau’ud as suatu kali berbicara tentang Saith Sahib dengan penuh kecintaan. Beliau as bersabda bahwa Saith Sahib merupakan seseorang yang sangat tulus dan setia. Saith Sahib telah mengirimkan 500 rupee. Melihat kondisi sulit yang beliau alami, seorang sahabat memberinya 2000 atau 3000 rupee yang darinya beliau keluarkan 500 rupee untuk Hadhrat Masih Mau’ud as. Beliau menjelaskan di dalam secarik surat bahwa sudah lama beliau tidak mampu membayar candah. Namun sekarang kehormatannya tidak dapat menerima untuk tidak memberikan sumbangan demi agama dari uang yang beliau dapatkan.

Suatu kali, Hadhrat Masih Mau’ud as menerima wesel dari seorang non-Ahmadi. Ia menulis bahwa Saith Sahib merupakan sahabatnya yang ia anggap sebagai seorang yang mulia dan ia percaya kepada beliau. Suatu hari ia melihat Saith Sahib sedang murung. Ketika ditanya, beliau menjawab bahwa beliau biasa secara dawam mengirimkan uang kepada Hadhrat Masih Mau’ud as untuk agama ketika beliau dahulu punya uang namun sekarang beliau tidak lagi dapat melakukannya. Ia menulis bahwa hal ini sangat menyentuhnya serta memutuskan untuk mengirimkan 200 rupee hingga 300 rupee per bulan. 

Suatu kali Saith Sahib mengirimkan beberapa ratus rupee dan ketika ditanya bagaimana beliau masih dapat mengirimkan uang. Beliau menulis bahwa beliau telah meminjam uang dari seorang teman untuk membayar hutang dan dari uang itu juga beliau kirimkan sedikit kepada Hadhrat Masih Mau’ud as. Lihatlah, bagaimana semangat pengorbanan beliau pada saat itu.

Hadhrat Muslih Mau’ud ra bersabda bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as telah memberikan tantangan kepada seluruh agama. Oleh karena itu, umat Kristen dan Hindu menjadi sangat menentang keras terhadap beliau as serta berupaya untuk menghinakan beliau as dan membawa beliau as ke ranah pengadilan terhadap beberapa kasus. Sampai-sampai Hadhrat Masih Mau’ud as harus menghadiri persidangan dalam hari-hari kerja selama 3 bulan lamanya dan beliau as terpaksa berdiri selama berjam-jam di pengadilan tersebut. Suatu kali beliau tidak diizinkan minum oleh seorang Hakim atas dasar permusuhannya terhadap beliau as. 

Mungkin, pada hari ini kita telah melupakan kejadian-kejadian tersebut. Namun bagi para Ahmadi mukhlis pada saat ini, peristiwa ini merupakan ujian yang sangat berat. Di satu sisi, mereka mendengar wahyu ilahi yang menyebutkan bahwa “Para raja akan mencari berkat dari jubah engkau”. Akan tetapi di sisi lain, seorang Hakim rendah yang beragama Hindu ini bahkan tidak memberikan izin bagi beliau as untuk minum air! Hakim itulah yang memerintahkan beliau as untuk harus berdiri berjam-jam sehingga beliau merasa pusing dan sakit kaki. Mereka yang lemah iman akan bertanya-tanya apakah mungkin hal ini dapat terjadi terhadap seseorang yang kepadanya turun segala Janji-Janji Ilahi?

Hadhrat Muslih Mau’ud ra bersabda bahwa beliau ra ingat suatu hari ketika keputusan kasus pengadilan akan diberikan. Ada seorang Ahmadi yang dikenal sebagai Profesor. Sebelum menjadi Ahmadi, beliau seorang pejudi yang menghabiskan banyak uang setiap bulan untuk bermain kartu. Beliau berhenti dari kebiasaan tersebut setelah menerima Ahmadiyah dan mulai membuka sebuah kedai kecil. Kecintaannya kepada Hadhrat Masih Mau’ud as sangat besar. Beliau pun bahagia hidup dalam kemiskinan demi kecintaannya terhadap beliau as. Beliau senantiasa bertabligh kepada para pelanggannya dan mulai berdebat dan marah kepada mereka yang menghina Hadhrat Masih Mau’ud as. 

Beliau pun menyampaikan keluhannya kepada Hadhrat Masih Mau’ud as. Beliau as kemudian menasehatinya dengan kasih sayang bahwa kita diperintahkan untuk tetap bersikap lembut dan ini adalah ajaran Allah Ta’ala. Seraya mendengar nasehat beliau as, wajah professor tersebut menjadi merah namun beliau tetap mendengarkannya dengan tenang. Kemudian beliau berkata bahwa beliau tidak dapat menerima nasehat tersebut. Beliau berkata bahwa ketika ada seseorang yang melontarkan perkataan buruk terhadap Hadhrat Rasulullah saw, lantas Hadhrat Masih Mau’ud as menantangnya untuk bermubahalah atau menulis buku untuk menjawabnya. Akan tetapi jika sekarang ada seseorang yang melontarkan perkataan buruk terhadap Hadhrat Masih Mau’ud as, lalu kenapa saya tidak boleh marah dan bahkan hanya diam! Hal ini memang tampak kurang sopan namun menunjukan betapa besarnya kecintaan yang dimiliki Profesor tersebut kepada Hadhrat Masih Mau’ud as.

Pada saat pengumuman keputusan, orang-orang yakin sang hakim akan memberikan hukuman keras terhadap beliau, bahkan mungkin hukuman penjara yang merupakan suatu hal yang tak dapat terbayangkan oleh para Ahmadi. Ketika Hadhrat Masih Mau’ud as tiba, para Ahmadi berusaha untuk menghentikan Profesor Sahib yang juga ingin masuk ke dalam ruang pengadilan. Hal itu dilakukan karena melihat fitratnya yang cepat marah. Beliau pun telah menyembunyikan sebuah batu besar di bawah pohon. Beliau berteriak dengan keras serta penuh emosi dan berlari ke arah pengadilan tersebut seraya membawa batu tadi. Jika para Ahmadi lainnya pada saat itu tidak menghentikannya, beliau mungkin telah memukul hakim tersebut dengan batu. Beliau mengira bahwa hakim tersebut pasti akan memberikan vonis bersalah dan jika demikian, beliau ingin menyerangnya.

Beberapa orang juga bersikap sama dalam keadaan seperti itu. Mereka yang lemah iman akan murtad, sedangkan orang-orang yang mukhlis senantiasa akan semakin kuat keimanan mereka. Dan mereka yang cepat marah seperti Profesor Sahib senantiasa berupaya mencari cara untuk dapat membalasnya jika disakiti. Akan tetapi, bagaimana ta’lim dan tarbiyat dari Hadhrat Masih Mau’ud as sebagaimana yang beliau as sendiri perlihatkan dalam teladan beberkat beliau yakni hendaklah kita senantiasa sabar dan tabah. Pada akhirnya, apa yang telah Allah Ta’ala janjikan pasti akan terbukti. Dan melalui kesabaran dan doa, barulah hal ini dapat dirasakan.

Beberapa orang bertanya mengenai beberapa hari tertentu seraya menyebutnya sebagai hari yang baik dan beberapa hari lainnya adalah hari yang buruk. Berkenaan dengan ini, orang-orang juga mengambil referensi dari Hadhrat Masih Mau’ud as atau dari Hadhrat Amman Jan. Hadhrat Muslih Mau’ud ra bersabda bahwa Hadhrat Amman Jan ra meminta beliau ra untuk tidak melakukan safar pada hari Rabu atas dasar sebuah mimpi atau takhayul. Tidak ada makna lain dari hal tersebut. 

Seraya menjelaskan hal ini dengan merujuk kepada Hadhrat Masih Mau’ud as, Hadhrat Muslih Mau’ud ra bersabda bahwa beliau ra diceritakan bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as menganggap beberapa hari tertentu sebagai hari yang buruk. Hadhrat Muslih Mau’ud ra sendiri bersabda dalam sebuah pidato bahwa mungkin Hadhrat Masih Mau’ud as telah menerima wahyu berkenaan dengan hari Selasa atau ada beberapa alasan tertentu dibalik ketidaksenangan beliau terhadap hari tersebut. Hadhrat Muslih Mau’ud ra mengatakan bahwa beliau hanya menjelaskan sebuah riwayat. Beliau tidak mengatakan bahwa hari Selasa merupakan suatu hari yang buruk. Karena riwayat tersebut berhubungan dengan Hadhrat Masih Mau’ud as, maka Hadhrat Muslih Mau’ud ra menjelaskan bahwa jika riwayat ini dianggap benar, mungkin kecendrungan beliau terhadap hari Selasa adalah karena beliau akan wafat pada hari Selasa kelak. 

Namun beberapa orang menjadikan perkara ini, secara khusus terhadap wujud Hadhrat Masih Mau’ud as, sebagai suatu keputusan serta meyakini kesialan pada hari Selasa. Sungguh, menganggap sesuatu yang berasal dari Allah Ta’ala sebagai suatu kesialan adalah sangat bodoh. Jika hal itu dinisbahkan kepada Hadhrat Masih Mau’u as dan jika riwayat tersebut memang benar, maka maksud dari riwayat tersebut ialah mengacu pada kemalangan atas wafatnya Hadhrat Masih Mau’ud as yang jatuh pada hari Selasa. 

Akan tetapi, pada dasarnya setiap hari merupakan hari yang beberkat. Jika ada suatu riwayat yang bertentangan dengan hal ini, kami akan mengatakan bahwa orang yang meriwayatkanya adalah keliru. Kami tidak dapat mengakui riwayat seperti itu. Atau kami akan mengatakan bahwa mungkin Hadhrat Masih Mau’ud as memiliki suatu pengalaman berkenaan dengan hari Selasa namun kami tidak akan mengatakan bahwa suatu hari tertentu sebagai hari yang sial. Pada kenyataannya, Allah Ta’ala telah menyatakan di dalam Al-Quran bahwa semua hari tersebut penuh berkat.

Hadhrat Muslih Mau’ud ra meriwayatkan bahwa di zaman Hadhrat Masih Mau’ud as ada seorang sahabat yang cepat emosi dan bertabiat keras bernama Hafiz Muhammad Sahib. Suatu kali, sepulang ke Peshawar setelah menghadiri Jalsah di Qadian, terjadi sebuah perdebatan berkenaan dengan rasa takut dan kagum terhadap Allah Ta’ala. Seseorang memuji Allah Ta’ala lalu berkata bahwa ia bertanya apakah Allah Ta’ala menerima shalat, puasa, zakat dan haji kita. Seorang lainnya juga memuji Allah Ta’ala lalu bertanya apakah ia merupakan seorang mukmin sejati atau bukan. Mendengar hal ini, Hafiz Sahib bertanya, apakah engkau menganggap dirimu sebagai seorang mukmin atau bukan? Orang tersebut menjawab bahwa ia tidak dapat menjawab dengan pasti. Hafiz Sahib membalas, “Baik, kalau begitu saya tidak akan shalat di belakang engkau”.

Orang-orang berkata kepada Hafiz Sahib bahwa orang tersebut benar bahwa derajat keimanan itu sangat luhur. Hafiz Sahib menjawab, “Baik, kalau begitu saya tidak akan shalat di belakang setiap orang di antara kalian”. Dengan demikian, sepulang ke Peshawar, beliau benar-benar melakukannya dan menolak untuk shalat berjamaah seraya berkata bahwa beliau tidak dapat shalat di belakang mereka karena mereka mengatakan bahwa mereka tidak yakin bahwa mereka adalah seorang mukmin. Ketika suasana semakin memanas, perkara ini pun disampaikan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as. Beliau as bersabda bahwa Hafiz Sahib benar namun adalah keliru untuk tidak mendirikan shalat dengan yang lain karena orang-orang tersebut tidaklah melakukan perbuatan yang mengingkari keimanan mereka. Akan tetapi, anggota Jemaat hendaklah berfikiran positif terhadap diri mereka sendiri dan senantiasa berupaya untuk meningkatkan keimanannya. Akan tetapi, tidak benar untuk menolak menyatakan diri sebagai seorang mukmin.

Selama musim panas di Eropa, seseorang melihat masyarakat mengenakan sedikit pakaian serta menampakan bentuk tubuh mereka. Allah Ta’ala telah menyatakan bahwa pakaian adalah untuk menjadikan lebih indah. Akan tetapi masyarakat saat ini merasa bahwa tidak mengenakan busana sebagai suatu gaya modern. Akhir-akhir ini tersebar berita bahwa suatu kelompok wanita Islam sedang bersepeda ke suatu tempat dan ketika merasa kepanasan saat bersepeda, mereka melepaskan pakaian mereka. Jadi telah datang masa dimana memperlihatkan sebagian bentuk tubuh tidak lagi dianggap sebagai suatu kesalahan dalam sudut pandang akhlak bagi umat Islam. Dahulu, ada masa ketika hal tersebut dianggap sebagai akhlak yang buruk, khususnya bagi umat Islam. Pada zaman Hadhrat Muslih Mau’ud ra, tren tidak mengenakan busana seperti ini mungkin 70%-80% lebih sedikit dari apa yang terjadi pada hari ini.

Hadhrat Muslih Mau’ud ra bersabda bahwa seorang pelukis terkenal berkebangsaan Inggris menulis sebuah artikel. Di dalam artikel itu ia berbicara kepada para wanita bahwa para wanita Eropa cenderung untuk memperlihatkan bentuk tubuh mereka lagi dan lagi. Ia menulis bahwa sebagai seorang pelukis, ia telah melihat tubuh pria maupun wanita yang tak berbusana lebih dari yang lainnya. Sebagai seorang seniman, ia memberikan nasehat bahwa tubuh yang tak berbusana tidaklah membuatnya tampak lebih indah, bahkan para wanita yang seperti itu tidak menarik dipandang bagi para pria. Oleh karena itu, jika para wanita memperlihatkan tubuh mereka supaya mendapat pujian atas keindahan mereka, maka alih-alih mendapatkan pujian, mereka senantiasa menuai penolakan.

Demikianlah nasehat dari seorang seniman Eropa dan sungguh nasehat tersebut sangat masuk akal dan penuh makna. Begitu pula bagi para pria. Terkadang mereka mengenakan pakaian yang aneh sehingga tidak menampilkan suatu kewibawaan. Akan tetapi di zaman ini, segelintir orang berkumpul dan menyatakan pendirian mereka atas nama kebebasan bahwa mereka menyatakan penting perbuatan mereka tersebut. Oleh karena itu, hal ini menjadikan degradasi akhlak secara umum semakin meningkat.

Para pelukis masa ini mungkin tidak dapat mengatakan apa yang para pelukis 70 tahun yang lalu tersebut katakan dan tidak dapat mengungkapkan pendapat mereka dengan jujur. Nyatanya, tidak ada seorang pun yang akan berani melakukan hal seperti itu dan inilah mengapa moralitas senantiasa semakin melemah. Tidak mengenakan busana dianggap sebagai suatu keindahan. Hendaknya diingat bahwa keindahan itu bukan karena tidak mengenakan busana atau karena apa yang tampak. Sungguh keindahan tersebut adalah suatu hal yang lain.

Hadhrat Muslih Mau’ud ra bersabda bahwa pada masa Hadhrat Masih Mau’ud as, suatu kali Hadhrat Khalifatul Masih I ra dan Hadhrat Maulwi Abdul Karim Sahib sedang berdiskusi. Hadhrat Khalifatul Masih I ra beranggapan bahwa tidak mudah untuk mengenal keindahan itu. Maulwi Abdul Karim Sahib berkata bahwa setiap orang dapat mengenali keindahan. Namun pendapat tersebut senantiasa dibantah bahwa memang keindahan dapat dikenali melalui pandangan akan tetapi pandangan tersebut bisa saja keliru. Hadhrat Khalifatul Masih I ra bertanya apakah Maulwi Sahib melihat seorang pria tampan di sekitarnya. Kemudian Maulwi Sahib menunjuk seorang pria. 

Hadhrat Khalifatul Masih I ra bersabda bahwa hal tersebut mungkin benar dari sudut pandang beliau tetapi ternyata orang yang ditunjuk tersebut memiliki struktur tulang yang rusak. Beliau meminta pria tersebut untuk mengangkat kemejanya dan memperlihatkan struktur tulangnya yang rusak itu. Dengan demikian, Allah Ta’ala telah memerintahkan kita untuk menutupnya dengan pakaian supaya manusia bisa terihat indah dan tampan. Akan tetapi orang-orang berpaling dari hal ini!

Hadhrat Muslih Mau’ud ra menceritakan sebuah kisah seorang Ahmadi yang dikenal sebagai Filosof (ahli filsafat) karena orang-orang dapat menemukan suatu poin baru dalam setiap hal yang ia katakan. Suatu ketika berkenaan dengan puasa beliau berkata bahwa orang-orang senantiasa beranggapan jika telat makan sahur beberapa saat dari waktu yang ditentukan, maka puasanya tidak benar dan batal. Beliau berfikir bahwa apa salahnya seseorang telat makan sahur 5 menit dari waktu yang ditentukan. Beliau pun memperdebatkan masalah ini. Esok pagi, beliau datang menemui Hadhrat Khalifatul Masih I dalam keadaan gelisah dan berkata bahwa tadi malam, para Maulwi berkata bahwa puasa akan menjadi tidak benar dan batal jika seseorang telat makan sahur 5 menit dari waktu yang ditentukan. Lalu apa salahnya telat makan sahur 5 menit dari waktu yang ditentukan sedangkan ia akan menahan lapar selam 12-14 jam lamanya.

Setelah itu, beliau pun pergi tidur dan mendapatkan mimpi. Beliau merupakan seorang penenun. Oleh karena itu, mimpi beliau pun berlandaskan pada profesi beliau tersebut. Beliau bermimpi bahwa beliau sedang berusaha menyiapkan benang di alat tenunnya. Akan tetapi, betapa pun beliau berusaha menarik benang tersebut dari satu paku ke paku yang lainnya di alat tenun tersebut, benang tersebut terjatuh ketika sedikit lagi sampai ke paku lainnya. Beliau merasa seolah-olah benangnya menjadi sia-sia dan terjatuh ke tanah. Dari mimpi ini beliau memahami bahwa Allah Ta’ala telah memberinya nasehat jika benangnya telah menjadi rusak hanya karena sedikit lagi tidak sampai ke paku, lalu bagaimana pula puasa bisa dianggap benar jika telat makan sahur meskipun hanya sebentar!

Hadhrat Masih Mau’ud as biasa bersabda bahwa suatu kali dalam sebuah pertemuan muncul pertanyaan adakah diantara mereka yang sudah makan roti gandum. Pada saat itu, umumnya orang-orang makan roti yang terbuat dari bahan selain gandum karena orang-orang Sikh telah merampas semua gandum. Tidak seorang pun berkata bahwa mereka telah makan roti gandum. Namun ada seseorang yang berkata bahwa roti gandum sangat lezat. Ia ditanya apakah ia telah memakannya. Ia menjawab, belum. Ia hanya pernah melihat seseorang memakannya dengan sangat nikmat jadi ia beranggapan bahwa pastilah roti itu sangat lezat.

Hadhrat Muslih Mau’ud ra bersabda bahwa beberapa orang sangat gemar makan daging ayam. Hadhrat Chaudhry Zafrullah suka makan ceker (kaki) ayam seperti Hadhrat Masih Mau’ud as meski beliau berkata bahwa beliau tidak suka memakannya karena ada masalah di gigi beliau. Pada kenyataannya, beberapa hal disenangi oleh banyak orang dan menjadi sangat beruntung untuk bisa mendapatkannya. Namun ini semua hanyalah hal-hal biasa saja dan tidak berarti. Akan tetapi tidak diragukan lagi bahwa jika seseorang beriman kepada Allah Ta’ala dan menemukan-Nya, ia dapat berkata dengan pasti dan penuh keyakinan bahwa ia tidak memerlukan apapun lagi.

Hadhrat Masih Mau’ud as sering mengutip perkataan seorang Sufi yakni: Kalian yang memegang jubah seseorang atau jubah seseorang yang menutupi kalian. Artinya, cara dunia ini adalah sedemikian rupa sehingga tidak ada pilihan lain selain kalian menjadi seperti orang lain atau orang lain menjadi seperti kalian. 

Bahkan, seorang anak yang belum mencapai usia yang memiliki kesadaran/kedewasaan pun ingin menjadi seperti orang lain meskipun masa dewasanya masih jauh lagi. Sebagai contoh, bagaimana gadis-gadis kecil bermain boneka dan meraka main nikah-nikahan dengan boneka mereka. Gadis-gadis kecil ini juga menunjukan cinta dan kasih sayang mereka kepada boneka itu serta juga memeluknya seraya menjadi seperti ibu-ibu mereka. Sedangkan anak laki-laki senantiasa melekat dengan ibu mereka dan juga kepada istri-istri mereka ketika sudah menikah. Inilah apa yang Allah Ta’ala maksudkan dalam ayat: خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ “Menciptakan manusia dari segumpal darah.” [Al-Alaq, 96:3]

Tidak ada rasa puas bagi manusia selain hal ini. Rencana terbaik tentunya bahwa manusia menjadi milik-Nya dan senantiasa berupaya untuk itu. Cara ini akan memberinya manfaat baik jasmani maupun rohani.

Seraya menjelaskan dengan standar kecintaan, Hadhrat Muslih Mau’ud ra memberikan contoh bahwa seorang almarhum guru beliau, Maulwi Muhammad Yar Sahib memiliki kecintaan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as yang begitu mendalam sehingga merasuk ke dalam dirinya. Begitu besarnya kecintaan beliau terhadap Hadhrat Masih Mau’ud as sehingga membuatnya gila. Beliau mulai menisbahkan setiap nubuatan Hadhrat Masih Mau’ud as dengan dirinya sendiri. Terkadang, karena keinginannya agar senantiasa dekat dengan beliau as, beliau melakukan beberapa hal yang tidak baik. Sebagai contoh, sewaktu shalat, beliau akan memegang Hadhrat Masih Mau’ud as. Melihat kejadian ini, Hadhrat Masih Mau’ud as menunjuk beberapa orang untuk senantiasa memperhatikannya supaya tidak berada di sekitar beliau as ketika penyakitnya sedang kambuh.

Ketika sedang berbicara atau menyampaikan pidato, Hadhrat Masih Mau’ud as memiliki kebiasaan menggerakan tangannya. Melihat hal itu, Maulwi Yar Muhammad Sahib ini melompat mendekati beliau as. Ketika ditanya, beliau menjawab bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as telah memberinya isyarat untuk datang mendekati beliau as. Demikianlah kecintaan yang telah merasuk ke dalam dirinya terhadap Hadhrat Masih Mau’ud as sampai-sampai menganggap kebiasaan beliau as tersebut sebagai isyarat untuk memanggilnya.

Kita menyatakan kecintaan kita kepada Allah Ta’ala namun tidak memberikan perhatian kepada seruan ilahi “Marilah kita Shalat dan marilah menuju Kemenangan”. Oleh karena itu, setiap Ahmadi hendaknya berupaya untuk menjawab seruan ilahi seperti seorang pemabuk cinta dan senantiasa melompat dalam ketaatan. Sekarang adalah masa libur sekolah dan para orang tua membawa anak-anak mereka. Namun kemudian, makmum shalat kembali menjadi berkurang. Ini adalah suatu peringatan. Semoga Allah Ta’ala memungkinkan kita untuk menjaga dan mendirikan shalat kita. 

Penerjemah: Hafizurrahman; editor: Dildaar Ahmad

Khotbah II


اَلْحَمْدُ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنُؤْمِنُ بِهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ وَنَعُوْذ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ ‑ وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ‑ عِبَادَ اللهِ! رَحِمَكُمُ اللهُ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذكَّرُوْنَ ‑ أُذكُرُوا اللهَ يَذكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ