Ahmadiyya Priangan Timur

.

Thursday 12 February 2015

BUKTI KEBERADAAN TUHAN & Al-MASIH DAN AL-MAHDI

”Jika Rasulullah saw. tidak datang, jangankan kenabian, bukti Ketuhanan pun dengan demikian tidak akan diperoleh. Melalui ajaran beliaulah telah diketahui:

“Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan Yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." - Al-Ikhlas, 2-5 

Seandainya di dalam Taurat terdapat ajaran demikian -- sedangkan Al-Quran hanya sekedar memperjelasnya saja -- lalu mengapa sampai ada orang-orang Nasrani?

Ringkasnya, sejauh mana Al-Quran telah menunjukkan jalan-jalan ketakwaan serta telah mengajarkan cara untuk menjadi pewaris berbagai jenis manusia serta berbagai macam orang yang berakal, Al-Quran telah menunjukkan jalan bagi orang jahil (tuna ilmu/bodoh), bagaimana caranya menjadi pewaris orang-orang berilmu dan filsuf menjadi pewaris orang-orang berilmu dan filsuf, dan Al-Quran telah memberikan jawaban atas seluruhnya.

Masih dan Imam Mahdi bukanlah dua tokoh yang berbeda, melainkan yang dimaksud adalah satu orangnya. Mahdi itu artinya orang yang memperoleh petunjuk. Tidak ada yang dapat mengatakan bahwa Masih Mau’ud (yang dijanjikan) itu bukanlah Imam Mahdi. Apakah Mahdi itu Masih ataukah tidak, bukanlah tugas orang-orang Islam untuk mengingkari ke-Mahdi-an sang Masih.

Sebenarnya Allah Ta'ala menggunakan kedua kata tersebut sebagai tameng bagi caci-makian, bahwasanya dia itu bukanlah seorang kafir, sesat maupun menyesatkan, melainkan dia seorang Mahdi (yang mendapat petunjuk – pent.). Sebab Allah Ta’ala mengetahui bahwasanya Masih dan Mahdi yang akan datang itu bakal dikatakan dajjal dan sesat. Untuk itulah dia dinamakan Masih dan Mahdi.

Kaitan Dajjal itu adalah dengan "Akhlada ilal ardhi – condong ke bumi” (Qs.7:177), sedangkan Masih itu dengan rafa’ samawi (naik/diangkat). Jadi, apa-apa yang telah diinginkan oleh Allah Ta'ala, kesemuanya itu akan sempurna hanya di dalam dua zaman. Yang pertama di zaman beliau (Rasulullah) saw., dan yang kedua di zaman Masih dan Mahdi. Yakni, di satu zaman telah turun Al-Quran serta ajaran yang benar. Akan tetapi ajaran ini telah diselubungi tabir pada zaman kebejatan (keburukan). Dan telah ditetapkan bahwa tabir penyelubung itu akan disibakkan pada zaman Masih.


Sebagaimana difirmankan, bahwa Rasul Akram saw. telah melakukan pensucian diri terhadap sebuah Jemaat (kelompok) yang ada pada masa itu, yakni jemaat para sahabah, dan yang satu lagi adalah terhadap jemaat yang akan datang, yaitu yang mengenai mereka telah dikatakan: "Lamma yalhaqu bihim (“yang belum bergabung dengan mereka” -- Surah Al-Jumu'ah, 4).

Nyatalah bahwa Allah Ta’ala telah memberikan kabar suka bahwa Dia tidak akan membiarkan agama ini punah pada zaman kesesatan. Bahkan Allah Ta’ala akan membukakan rahasia-rahasia kebenaran Al-Quran pada zaman yang akan datang sesudah itu.

Dari sekian tanda, salah satu di antaranya adalah Masih yang akan datang itu mempunyai suatu kelebihan, bahwa dia memiliki pemahaman dan makrifat yang mendalam sekali tentang Al-Quran, dan dengan hanya merujuk kepada Al-Quran dia akan memperingatkan orang-orang tentang kesalahan-kesalahan yang timbul di kalangan mereka karena tidak mengenal rahasia-rahasia kebenaran Al-Quran”. 

 (Malfuzhat, jld I, hlm. 39-40 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897)

0 komentar:

Post a Comment