Ahmadiyya Priangan Timur

.

Tuesday, 31 March 2015

Kronologis Penyegelan Masjid Al Furqon, Kampung Gadel Desa Kersamaju-Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya

Masjid Al furqon dibangun oleh anggota Jemaat Ahmadiyah yang berada di lingkungan RT/RW 03/04 Desa Kersamaju - Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya. Di Desa tersebut terdapat sebanyak 141 anggota Jemaat Ahmadiyah. Pada awal pembangunan tahun 1998 bangunan hanya berupa panggung yang terbuat dari kayu. Masjid pernah mengalami perusakan oleh massa yang tak dikenal oleh warga setempat pada tahun 2000. 

Pada bulan Okotober 2014 Anggota Jemaat Ahmadiyah berinisiatif merenovasi Masjid dengan bangunan permanen, proses renovasi telah diketahui oleh aparat Desa dan tidak ada masalah meski kemudian saat berjalannya renovasi pihak pemerintah Desa dan unsur Muspika tidak menyenangi pembangunan ini dan meminta agar pembangunan dihentikan. Renovasi terus dilanjutkan mengingat kebutuhan Anggota Jemaat Ahmadiyah untuk menjalankan ibadah di Masjid sangat mendesak karena bangunan sebelumnya tidak memadai untuk kegiatan ibadah sebagai kewajiban seorang yang beriman.

Proses Renovasi Masjid yang semula berukuran 4m x 8 m diperluas menjadi 5 m x 10 m karena untuk menampung lebih banyak Jamaat, Hari Rabu 11 Maret 2015 semua unsur Muspika Kecamatan datang ke Desa Kersamaju supaya menghentikan pembangunan selain diminta agar dihentikan pembangunanny. Amil Desa dan ketua Karang Taruna meminta agar masjid dikembalikan pada ukuran semul. Jafar Ahmad  Mubaligh Jemaat Ahmadiyah yang membina jemaat Kersamaju disuruh keluar dari ruangan tidak boleh menghadiri pertemuan dengan alasan Jafar Ahmad bukan warga Dusun Gadel Desa Kersamaju.

Kronologis Penyegelan Masjid Al Furqon tanggal 31 Maret 2015

Senin 30 Maret 2015 pukul 11.00 WIB datang anggota Satpol PP sebanyak 2 mobil kijang dengan menyatakan alasan pada pihak Jemaat Ahmadiyah bahwa mereka mendapat tugas untuk menghentikan pembangunan Masjid.
 
Satpol PP tidak memperlihatkan surat tugas saat kedatangan tersebut. Satpol PP tidak memberikan kesempatan bertanya pada anggota ataupun pengurus Jemaat Ahmadiyah Kersamaju dan memyatakan bahwa penghentian pembangunan untuk waktu yang tidak ditentukan.
 
Saat pengurus Jemaat Ahmadiyah mendatangi Kepala Desa dan meminta agar masalah Ahmadiyah di musyawarahkan, Kepala Desa menyatakan bahwa sore hari akan diadakan pertemuan di Kejaksaan dan ia menegaskan bahwa seluruh pihak terkait akan dilibatkan namun dalam kenyataannya pertemuan di Kejaksaan pada tanggal 30 Maret 2015 Jemaat Ahmadiyah tidak menerima undangan. Saat hal ini kembali di konfirmasi Kepala Desa Kersamaju menyatakan bahwa mungkin pihak Jemaat Ahmadiyah akan diundang seminggu kemudian.
 
Pada sore hari 2 Intel dari Polres sekitar pukul 15.00 WIB datang ke lokasi, hingga malam hari suasan kondusif.
 
Selasa 31 Maret 2015 salah seorang anggota Jemaat Ahmadiyah mendapat informasi bahwa Kepala Dusun mendapat perintah dari Kepala Desa agar datang ke Kampung Gadel tempat dimana Masjid Al Furqon berada dengan memakai seragam.
 
Salah seorang anggota Jemaat Ahmadiyah lainnya menyatakan bahwa ia menerima informasi dari Satpol PP bahwa akan ada 'pihak ketiga' yang datang menyegel Masjid, namun tidak menjelaskan siapa yang dimaksud dengan pihak ketiga tersebut.
 
Aparat kepolisian telah berada di lokasi sekitar pukul 06.00 WIB dan pengurus maupun anggota Jemaat Ahmadiyah tidak mengetahui bahwa akan ada penyegelan Masjid.
 
Pukul 08.30 WIB Satpol PP datang langsung menyegel Masjid dan pihak aparat kepolisian yang berjaga dengan senjata lengkap anti huru-hara memberi jalan bagi Satpol PP untuk melaksanakan tugas, pihak Jemaat Ahmadiyah tidak sedikitpun diberi kesempatan untuk bertanya dan mengajukan keberatan. 

Dalam Segel yang di lakukan oleh Satpol PP tertulis penyegelan dilakukan karena pembangunan tidak memiliki IMB, Satpol PP datang tanpa memperlihatkan surat tugas. Pihak kepolisian dalam hal ini Kapolres Kabupaten Tasikmalaya bahkan mengusir setiap orang yang datang dari luar Kersamaju, mubaligh yang membina anggota Jemaat Ahmadiyah Kersamaju diusir oleh Kapolres dengan alasan untuk menjaga stabilitas dan ia tidak sedikitpun memberi kesempatan untuk berbicara atau sekedar mengajukan pertanyaan.

Ketua Satpol PP Imam Ghozali memperingatkan bagi siapapun yang coba-coba membuka segel ia mengancam akan mempidanakan.

Satpol PP memaksa pengurus Jemaat Ahmadiyah untuk menandatangani berita acara penyegalan, pengurus yang menandatangi berita acara tidak mengetahui lengkap isi berita acara dan salinan berita acara tersebut tidak diberikan kepada pihak Jemaat Ahmadiyah Kersamaju.

Pihak FKUB yang menemui anggota Jemaat Ahmadiyah Kersamaju merasa heran dengan adanya penyegelan Masjid karena selama ini Jemaat Ahmadiyah hidup rukun dengan warga sekitar dan masjid yang kini dibangunpun bertujuan untuk digunakan bersama sebagai tempat ibadah karena dilingkungan sekitar belum ada masjid sebagai sarana ibadah dan pedidikan agama bagi warga baik warga anggota Jemaat Ahmadiyah maupun Non Ahmadi.

                                                                              - **-

Character Building Camp SMA Plus Al-Wahid

dilaporkan oleh : Tahirah Sulh Amatunnaim

Wanasigra - Kemah karakter, itulah nama yang di berikan oleh Wakasek Humas SMA Plus Al-Wahid, Bapak Dodi Kurniawan untuk kegiatan yang di selenggarakan pada tanggal 26-27 Maret 2015 di SMA Plus Al-Wahid. Kemah karakter yang bertemakan Pendidikan Karakter Sesuai Dengan Ajaran Islam ini, merupakan salah satu program kerja OSIS SMA Plus Al-Wahid masa bakti 2014/2015. Kegiatan yang menginduk pada seksi kerohanian OSIS SMA Plus Al-Wahid ini, dimulai pada hari Kamis, 26 Maret 2015 pada pukul 13.00 WIB. Walaupun saat itu hujan mengguyur kampung Wanasigra dengan derasnya, tetapi tidak mengurangi rasa antusias para siswa/i SMA Plus Al-Wahid untuk mengikuti kegiatan tersebut.

Kegiatan ini diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh tim murattal kelas X putra, dilanjutkan dengan pembacaan syair oleh tim syair kelas XI putri, kemudian sambutan dari Kepala Sekolah SMA Plus Al-Wahid, Bapak Cecep Ahmad Sentosa yang merasa senang dengan diselenggarakannya kegiatan ini dan bangga karena kegiatan ini sepenuhnya dilaksanakan dan dipersiapkan oleh para siswa sendiri. Tak lupa juga, sambutan dari Ketua OSIS, Afdal Hidayat yang berasal dari Papua kemudian laporan dari Ketua Pelakasana. Acara pun dibuka dengan doa pembuka yang di pimpin oleh Mubaligh Pembina SMA Plus Al-Wahid, Mln. Nur Ahmad Firmansyah.
 
Setelah dibuka maka acara pun masuk kepada intinya. Untuk pemateri sesi pertama yaitu Bapak H. Muhammad Raffi, beliau merupakan narasumber yang berasal dari Cimahi, Bandung. Seorang motivator profesional. Dalam kesempatan ini, beliau memberi arahan kepada seluruh peserta tentang penting nya memiliki tujuan hidup dan pentingnya karakter mulia bagi generasi Ahmadi. Anak-anak Ahmadi harus memiliki target dalam hidup mereka dan inilah nanti yang membentuk karakter mereka. Kalau karakter positif yang menempel maka hasil yang diperoleh pun akan positif.  Dengan gayanya yang santai dalam memberikan materi membuat seluruh peserta menjadi lebih bersemangat, selalu saja ada gelak tawa di tengah pemberian materi tersebut. Pukul 17.00 WIB, seluruh peserta beristirahat, untuk makan sore dan persiapan Shalat Magrib.
 
Materi sesi 2, dimulai pukul 19.00 WIB, dengan Bapak Udi Marsono sebagai pematerinya. Pada sesi ini, seluruh peserta di ajak untuk merelaksasi saraf-saraf mereka. Seluruh peserta diminta untuk terlentang dan menutup kedua matanya, dengan keadaan lampu yang dipadamkan. Di tengah kegelapan, alunan syair pun diperdengarkan, dan dengan diiringi wejangan dari beliau, tentang betapa penting nya  berkhidmat kepada kedua orang tua. Hampir seluruh siswi menitikan air matanya karena ingat kepada kedua orang tua mereka. Apalagi bagi siswi yang jauh dengan kedua orang tuanya.
 
Setelah selesai melakukan relaksasi, untuk mengembalikan keceriaan peserta, Bapak Muhammad Raffi mengajak seluruh peserta untuk menyanyikan Mars SMA Plus Al-Wahid, rasanya begitu khidmat sekali ketika menyanyikan mars bersama. Sebelum peserta di persilahkan untuk istirahat malam, diadakan acara perpisahan dengan kedua pemateri yang telah bersedia hadir di acara tersebut. Tak lupa, pemberian cinderamata diberikan oleh Kepala Sekolah SMA Plus Al-Wahid. Kemudian setelah itu, seluruh peserta dipersilahkan untuk istirahat malam.
 
Pukul 03.30 wib, sang mentari masih bersembunyi, udara dingin rasanya begitu menelusup ke dalam tubuh, ditengah indah nya sepertiga malam, seluruh peserta melaksanakan tahajud bersama. Rasanya udara yang begitu dingin, kalah dengan hangatnya kebersamaan dan rasa khusyu saat Tahajud berjamaah. Setelah Sholat Subuh Daaniyal siswa kelas XII memberikan daras Subuh dengan tema kesederhaan Rasulullah saw. yang harus dicontoh oleh seluruh generasi muda Islam. Rasa kantuk di pagi hari sirna ketika panitia memberikan bubur kacang hijau yang masih hangat kepada seluruh peserta. Pukul 06.00 WIB seluruh peserta telah siap untuk mengikuti senam pagi yang dipimpin oleh Sultan Mubarak Ahmad dan Asep Hermawan, dengan gaya mereka yang khas dalam menjadi inspektur senam. Suasana yang santai membuat seluruh peserta lebih ceria lagi. Fisik sehat, hati pun senang. Setelah sejenak menggerakkan badan para peserta pun diajak berjalan santai ke tempat yang tidak terlalu jauh dari sekolah.
 
Pukul 8.30 setelah sarapan maka menginjak acara terakhir pada kegiatan ini yaitu penutupan. Pada kesempatan ini disampaikan kesan pesan dari perwakilan peserta, "Acara ini sangat mengesankan. Pengajian OSIS kali ini berbeda dengan yang sebelumnya. Mubarak untuk seluruh pengurus OSIS, sebagai panita pelaksana kegiatan ini" ucap salah satu perwakilan peserta. Dan yang terakhir, doa penutup yang dipimpin oleh mubaligh pembina SMA Plus Al-Wahid untuk mengambil berkah dari kegiatan ini. Dan tak lupa, untuk tetap menjaga silaturahim antar peserta dilakukan mushafahah sebelum akhirnya seluruh peserta pulang kembali ke rumahnya masing-masing.
 
Walaupun, kurang dari 24 jam saja, waktu yang mereka habiskan bersama. Namun rasanya itu bisa menambah rasa kebersamaan dan hangatnya rasa kekeluargaan di sekolah, apalagi untuk siswa kelas XII yang akan meninggalkan SMA Plus Al-Wahid dalam waktu dekat. Tak ada yang lebih indah dan hangat daripada kebersamaan.

Wednesday, 25 March 2015

Tanggapan Ahmadiyah Priangan Timur Atas Pernyataan Ketua Tim Penanganan Jemaat Ahmadiyah Kota Banjar

Kabar Priangan edisi Jumat (20/3), hal. 5, menurunkan berita berjudul: Tim Penanganan JAI Banjar Gelar Pertemuan.

Berikut tanggapan kami:
  1. Tim Penanganan Jemaat Ahmadiyah Kota Banjar seharusnya mencari solusi untuk memenuhi hak-hak beragama warga Ahmadiyah di Kota Banjar. Sekecil apa pun warga Ahmadiyah di Kota Banjar, mereka adalah warga masyarakat Kota Banjar dan warga Bangsa Indonesia. Mereka berhak mendapatkan hak beragama mereka sebagaimana dijamin oleh negara dan konstitusi UUD 1945.
  2. Pertemuan Tim Penanganan Jemaat Ahmadiyah Kota Banjar, Kamis (19/3), bukan/tidak mencari solusi untuk memenuhi hak warga Ahmadiyah mendapatkan hak-hak beragamanya. Pertemuan itu hanya mengintimidasi warga Ahmadiyah agar tunduk pada Keputusan Walikota Banjar yg membekukakn Jemaat Ahmadiyah di Kota Banjar. Masa, Pertemuan antara Tim Penangangan JAI Kota Banjar dengan JAI Kota Banjar menghadirkan massa FPI. Masa, yang ditanya setuju Ahmadiyah tunduk pada keputusan Walikoa, massa FPI. Seharusnya yg ditanya adalah Ahmadiyah. Dan seharusnya pertemuan itu berlangsung tertutup, menampung sebanyak-banyaknya aspirasi warga Ahmadiyah kemudian Tim mencarikan jalan keluar yg sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. Sudah 3 tahun hak beragama warga Ahmadiyah di Kota Banjar di pasung oleh Pemerintah Kota Banjar.
  3. Ahmadiyah Kota Banjar jelas menolak Keputusan Walikota Banjar tahun 2011 yg membekukakan Jemaat Ahmadiyah di Kota Banjar. Keputusan itu bertentangan dengan SKB dan UUD 1945.
  4. Yang mengatur relasi Ahmadiyah dan masyarakat sudah ada SKB Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, dan Jaksa Agung RI tahun 2008. SKB adalah keputusan tertinggi Pemerintah RI. Pemerintah Daerah - dalam hal ini Walikota Banjar, tidak perlu membuat peraturan baru, tinggal berpedoman dan melaksanakan SKB.
  5. Jika Ahmadiyah shalat berjamaah dibekuka, dianggap meresahkan msayarakat, kelompok intoleran radikal anarkis yg selama ini menentang Ahmadiyah dan merusak masjid Ahmadiyah juga harus dibekukan, karena SKB bukan hanya untuk Ahmadiyah tapi juga untuk masyarakat khususnya masyarakat intoleran radikal anarkis. Kalau Ahmadiyah shalat dilarang, yang intoleran radikal anarkis merusak masjid dibiarkan, itu sama saja dengan membiarkan inteloransi dan radikalisme tumbuh berkembang. Dan aneh juga, masa orang shalat dilarang, sementara intoleransi, radkalisme dan anarkisme dibiarkan.
  6. Ahmadiyah adalah organisasi legal formal berbadan hukum dgn SK Menteri Kehakiman RI No. JA.5/23/13 Tgl.13-3-1953, Tambahan berita negara RI, tanggal 31 Maret 1953, nomor 26. Selama Badan Hukum Jemaat Ahmadiyah Indonesia belum dicabut, Jemaat Ahmadiyah Indonesia akan tetap eksis termasuk di Kota Banjar, karena Banjar bagian integral dari NKRI.
  7. Dalam upaya membangun kerukunan dan stabilitas di Kota Banjar, sebaiknya, Pemerintah Kota Banjar tidak hanya menekan Ahmadiyah agar tunduk pada SK Walikota, tapi juga harus menekan kelompok intoleran agar mereka bersikap toleran. Beri mereka keafahaman, ini adalah Indonesia, bukan timur tengah. Indonesia adalah negara yg majemuk. Hidup di Indonesia harus saling menghargai dan menghormati. Islam adalah agama yang toleran dan damai, mengajarkan toleransi dan kedamaian. Bukan intoleransi diakomodir dan dibiarkan bebas berkeliaran.
Terima Kasih
Salam dan hormat:

H. Muhammad Syaeful Uyun
(Mubaligh Ahmadiyah Priangan Timur)
Hp. 081385946560

Nashirat Jemaat Ahmadiyah Singaparna Peringati Hari Masih Mauud Dengan Lomba Kerohanian

Hari-Masih-mauud-jemaat-ahmadiyah-singaparna
Sabtu pagi (21/03/2015) suasana di komplek Mesjid Baiturrahim Singaparna tampak tenang seperti biasa. Hanya beberapa pekerja bangunan yang sedang sibuk dengan pekerjaan merenovasi dan memperluas bangunan di komplek tersebut. Saat memasuki ruang Gedung Serba Guna yang terletak di lantai 2 terdengar sedikit riuh suara anak-anak Nashirat dan Bannath memenuhi ruangan itu. Memanfaatkan moment libur Nasional hari itu anak-anak hadir dalam acara Pekan Nashirat yang dilaksanakan menjelang peringatan Hari Masih Mauud yang jatuh pada tanggal 23 Maret 2015.

Pekan Nashirat kali ini diisi dengan berbagai perlombaan rohani seperti MTQ, Lomba Pidato dan Cerdas Cermat. Sedangkan untuk Bannath diadakan lomba mewarnai. Sedikit melewati waktu yang telah ditetapkan, pukul 09.15 acara pun dimulai. Diawali dengan do’a pembukaan dan Janji Nashirat, berikutnya acara perlombaan yang sudah dinanti-nanti oleh anak-anak Nashirat. Perlombaan MTQ dilaksanakan di ruangan mesjid dengan dibagi dua kategori berdasarkan usia. Sedangkan lomba Pidato dan cerdas cermat tetap dilaksanakan di ruang Gedung Serba Guna. Di ruangan lain, anak-anak Bannath sudah siap dengan pensil warnanya untuk mengikuti lomba mewarnai gambar.

Sepanjang mengikuti perlombaan, terlihat raut wajah anak-anak yang senantiasa memancarkan kegembiraan dan rasa senang. Senang karena mereka dapat menjalin silaturahmi dan berkumpul dengan saudara rohaninya. Terlihat pula semangat dan antusiasme mereka dalam mengikuti setiap perlombaan.

Sementara itu anak-anak Bannath yang berjumlah 7 orang tampak asyik mencoret-coretkan pensil berwarnanya di atas kertas yang dibagikan panitia. Sehabis itu mereka diajak berkumpul dan bermain bersama sambil memperkenalkan diri, agar mereka mengenal saudara rohaninya lebih dekat dan mempererat jalinan persaudaraan diantara mereka.

Lomba demi lomba berlalu, dan tiba saatnya lomba Cerdas Cermat. Anak-anak Nashirat yang turut serta lomba ini dibagi menjadi 5 grup. Masing-masing harus konsentrasi dengan soal-soal yang diberikan panitia. Soal-soal yang diberikan adalah seputar sejarah islam, kejemaatan, Al-Quran dan beberapa hadist pendek. Menjelang akhir lomba cerdas cermat panitia mengajukan pertanyaan tambahan karena 2 grup memiliki nilai yang sama besar. Namun demikian, kalah atau pun menang bukanlah tujuan akhir dari kegiatan ini. Diharapkan dari kegiatan ini, selain mempererat rasa persaudaraan, juga akan memacu semangat anak-anak untuk terus rajin belajar menambah wawasan ilmu kerohaniannya, mengingat mereka adalah generasi muda jemaat yang perlu dipupuk dan dipersiapkan sejak dini untuk meraih masa depan Jemaat yang gemilang. Akhir kata…Selamat Hari Masih Mau’ud…Zindabad Ahmadiyah…!


Dina Widianti

Tuesday, 24 March 2015

Tasyakur Hari Masih Mauud as Jemaat Ahmadiyah Sanding - Garut


Garut - Setiap tahun pada tanggal yang sama, yakni tanggal 23 Maret sudah pasti kita akan merayakan satu hari yang bersejarah dalam berdirinya Jemaat Ahmadiyah. Yaitu hari Masih Mauud. Hari dimana Hz. Mirza Ghulam Ahmad as. mendakwakan dirinya sebagai Imam Mahdi dan 40 orang bai'at ke tangan beliau untuk pertama kalinya.

Dari 40 orang awalin tersebut, kini Jemaat Ahmadiyah sudah menyebar ke seluruh dunia di 206 negara dengan jumlah pengikut sebanyak kurang lebih 200 juta jiwa (sumber Mubaligh Wilayah Priangan Timur). 65 orang diantaranya merayakan Hari Masih Mauud ini di daerah Garut, tepatnya di Cabang Sanding.

Tua dan muda tak lupa beberapa anak kecil dan balita ikut meramaikan acara ini. Berlangsung pada pukul 06.15, dimulai dengan Shalat Maghrib & Isya dipimpin oleh Mln. Syihab Ahmad. Kemudian memasuki acara pertama dengan pembacaan Al-Quran, Surat Ash-Shaf : 1-14. Dilanjutkan pembacaan syair oleh Lajnah muda Sanding dengan membawakan Qasidah karya Hadhrat Masih Mau'ud as. 
Setelah pembukaan tersebut acara berlangsung dengan ceramah mengenai "Pelaksanaan Syarat Bai'at dalam Memperingati Hari Masih Mau'ud". Dengan paparan dan penyampaian beberapa kisah, ceramah ini mampu membuka jendela pengetahuan kita mengenai betapa pentingnya untuk selalu mengingat apa yang telah kita janjikan ketika pertama kali memasuki pintu bai'at kedalam bahtera nuh ini. Kita disegarkan kembali dengan suguhan yang bisa meningkatkan selera kita untuk selalu berkhidmat di jalan Allah.

Mln. Syihab Ahmad menyampaikan betapa pentingnya orang tua mengajarkan Shalat berjamaah pada anak-anaknya. Sehingga apa yang ditanamkan baik sedari kecil, akan berbuah baik pula ketika si anak beranjak dewasa. Tidak akan ada bahasa anak susah diatur kelak jika mereka dewasa. Beliau juga menyampaikan mengenai perjuangan Masih Mau'ud as ketika beliau berhadapan dengan penentang dan musuh beliau pada masa beliau pertama kali mendakwakan sebagai Imam Mahdi hingga kisah orang-orang yang pernah menentang beliau tetapi bai'at dengan cara yang sangat halus.

Semakin larut dalam paparan kisah yang disampaikan oleh Murabbi, membuat waktu tidak terasa sudah menunjukan pukul 20.00 WIB. Acara pun berlanjut ke sesi tanya jawab. Sembari acara tanya jawab berlangsung, seksi konsumsi pun membagikan hidangan ala kadarnya, tetapi tetap bercita rasa tinggi. Setelah acara tanya jawab berakhir, acara berlanjut ke pembagian hadiah untuk anak-anak Athfal,Nasirat, Banat dan Abna yang telah berpartisipasi dalam lomba menulis 17 ayat Surah Al-Baqarah.

Acara ditutup pada pukul 20.30 dengan doa yang dipimpin oleh Mln. Syihab Ahmad. Alhamdulillah acara di tempat beberkat ini bisa berjalan dengan baik. Hujan yang sudah turun sedari siang tidak menghentikan langkah-langkah anggota Jemaat Sanding yang hadir pada kegiatan ini. Alhamdulillah.

Adinda Firdhausya Zakhra

Peringatan Hari Masih Mauud as. di Jemaat Ahmadiyah Garut

Garut - Pada hari Minggu (22/3) Jemaat Ahmadiyah Garut mengadakan acara tarbiyat untuk memperingati Hari Masih Mau'ud. Acara tersebut dilaksanakan di Masjid Nasir, Garut. Acara dibuka ba'da Maghrib tepat pukul 18.30 WIB. Acara dihadiri oleh 129 orang anggota Jemaat Garut.

Seusai melaksanakan Sholat Maghrib dan Isya, acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an yang ditilawatkan oleh Daaniyal Ahmad Santosa, yang membacakan surah Jumuah ayat 9 beserta artinya. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan syair Imam Mahdi yang dibacakan oleh Rizky Kaamran Ahmad. Para anggota begitu khidmat ketika mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an dan syair tersebut.

Menginjak acara pokok yaitu penyampaian materi berkenaan Hari Masih Mau'ud as. oleh Bapak Bubun Sadkar dan Mubaligh Wilayah Garut, Mln.Ridwan Ahmad.

Materi yang pertama disampaikan oleh Bapak Bubun Sadkar. Beliau menyampaikan materi tentang masalah keyakinan mengenai Imam Mahdi yang telah datang. Beliau juga menyampaikan riwayat hidup dan perjalanan rohani Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. Selain itu beliau menceritakan tentang peristiwa bai'at pertama pada tanggal 23 Maret 1889 di kota Qadian.
Penyampaian materi yang kedua oleh Mln Ridwan Ahmad. Beliau mengatakan bahwa di dalam agama Islam dan Jemaat tidak dikenal memperingati hari kelahiran. Tanggal 23 Maret bukanlah untuk memperingati hari kelahiran Imam Mahdi tetapi untuk mengingat tonggak sejarah perjalanan rohani beliau yang harus terus diingat untuk kemajuan Jemaat dan Islam.

Beliau memaparkan "Hari ini bukan peringatan hari kelahiran Hz Mirza Ghulam Ahmad, Hari ini merupakan hari besar bagi para Ahmadi yang merupakan peringatan besar perjuangan Islam yang sejati" tegas beliau. “Kemudian bagaimana perkembangan jemaat selama 126 tahun terakhir?” Tanya beliau. Baiat pertama dilakukan pada tahun 1889 dengan yang berbaiat sebanyak 40 orang, kemudian 200 ribu orang telah berbaiat ketika pendiri Ahmadiyah wafat. Dan saat ini setelah 126 tahun Jemaat Ahmadiyah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Jemaat Ahmadiyah telah berkembang di 206 negara dengan jumlah anggota yang sudah sangat banyak."



Jam telah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Setelah penyampaian materi, acara ditutup dengan do’a bersama yang dipimpin oleh Bapak Mubaligh Wilayah. Mubarak bagi para anggota jemaat yang telah ikut serta dalam memperingati Hari Masih Mau’ud. Semoga kecintaan kita kepada jemaat illahi ini semakin besar dan semoga kita dapat lebih taat dalam berkhidmat dalam Jemaat, Aamiin.

Jihan Amara

HARI MASIH MAU’UD as. MEMBANGKITKAN GENERASI MUDA JEMAAT AHMADIYAH SAMARANG - GARUT

Garut - Pada bulan Maret ini tepatnya 23 Maret merupakan hari bersejarah bagi Jemaat Ahmadiyah yaitu bertepatan dengan Hari Masih Mau’ud as. dimana semua anggota Ahmadi dari berbagai penjuru dunia menyambut serta memperingatinya dengan berbagai acara.

Jemaat Samarang dalam rangka memperingati hari Masih Mau’ud as. menyelenggarakan Pekan Madrasah Athfal & Nasirat dengan tema “Hari Masih Mau’ud as. : Membangkitkan Generasi Muda Jemaat Samarang” dengan mengisi beberapa perlombaan yang diselenggarakan pada tanggal 21 dan 22 Maret. Acara dimulai pada pukul 16:30 dan dibuka oleh Mln. Tatep Wahyu, gerak tubuh anak-anak Athfal & Nasirat yang sudah tak sabar menantikan perlombaan yang dinantikan oleh mereka.

Adapun perlombaan yang diadakan yaitu hafalan surah-surah pendek, hafalan doa sehari-hari, hafalan hadits, 17 ayat Al-Baqarah, adzan, syair, lomba berpardah untuk Nasirat dan lomba memakai sarung yang benar untuk Athfal. Perlombaan dimulai dengan lomba hafalan surah-surah pendek dilanjutkan dengan perlombaan yang lainnya. Seperempat jam sebelum adzan magrib anak-anak disuguhi dengan bubur kacang beserta roti lalu melaksanakan shalat berjamaah, setelah itu melanjutkan perlombaan sampai pukul 9 malam.

Acara dilanjutkan melaksanakan Shalat Tahajud berjamaah keesokan harinya. Pada tanggal 22 acara pun dilanjutkan kembali, pada kesempatan ini lomba yang di laksanakan yaitu lomba pidato dan cerdas cermat, begitu semangat anak-anak menjawab pertanyaan demi pertanyaan dan penuh keceriaan.

Pada 23 Maret 2015 merupakan acara puncak yang diselenggarakan dari hari-hari sebelumnya yaitu Jalsah Hari Masih Mau’ud as. yang di hadiri 68 orang. Diawali dengan pembacaan Ayat Suci Al-Qur'an oleh Jamal, Athfal Samarang dan dilanjutkan syair oleh anak-anak Nasirat.


Dalam kesempatan tarbiyat kali ini Mln. Tatep menyampaikan “Jangan sampai merayakan hari Masih Mau’ud ini hanya sebagai perayaan biasa, tetapi Huzur menginginkan perubahan dari setiap anggota Jemaat. Karena salah satu tujuan diutusnya Hz. Masih Mau’ud as. adalah untuk mengembalikan iman yang sudah terbang ke bintang tsuraya, ketika iman sudah tidak lagi bersemayam di dalam hati manusia maka yang terjadi adalah manusia sedikit demi sedikit akan mulai melupakan Allah Ta’ala." Beliau juga menyampaikan bahwa Allah mengutus Hz. Masih Mau’ud as. guna mengambil iman dan merubah manusia supaya kembali ke jalan Allah SWT. karena kalau kita lahir dari sejarah, seorang nabi diutus ketika manusia sudah sangat parah kerusakan akhlahnya. Acara ditutup dengan pembagian hadiah kepada anak-anak Athfal dan Nasirat yang telah mengikuti perlombaan sebelumnya.

Amatul Hafiz

Peringatan Masih Mauud di Malam Khuddam Parakantelu, Cibatu Garut


Garut - Hari Sabtu (21/3) MKAI wilayah Garut melaksanakan Malam Khuddam gabungan tiga majelis yaitu Cibatu, Malangbong dan Sukawening di kelompok Parakantelu yang juga dihadiri oleh Mubaligh Pembina Mln. Syihab Ahmad, Qa’id Wilayah beserta staff serta beberapa perwakilan dari majelis terdekat. Parakantelu, tepatnya berada di kecamatan Cibatu Garut yang merupakan kelompok jemaat di bawah binaan cabang Cibatu.

Malam Khuddam ini diadakan guna menyambut Hari Masih Mau'ud as yang ke 126. Acara diisi dengan tarbiyat dengan narasumber Mln. Syihab Ahmad. Beliau menyampaikan esensi dari syarat bai'at terutama poin menjauhi syirik. Setelah materi selesai disampaikan maka dilanjutkan dengan tanya jawab dan sharing dari para anggota Khuddam. Luar biasa antusiasme yang di tunjukan oleh Khuddam dan Athfal yang hadir dalam kegiatan ini. Bahkan Anshar dari kelompok Parakantelu ini pun ikut serta dalam acara tersebut, bahkan ada juga dua orang simpatisan yang hadir pada kesempatan itu. Total sebanyak 25 orang hadir dalam kegiatan yang diadakan tiap bulan ini. Acara ini berakhir hingga pukul 22.00.

Keesokan harinya kegiatan dilanjutkan dengan Sholat Tahajud berjamaah. Ada yang unik di pagi hari yaitu ketika hidangan untuk sarapan disuguhkan. Sebuah menu kuliner baru yang diberi nama sayur taraje (tangga dalam bahasa sunda peny.). Hal ini karena bahan utama sayur tersebut yaitu bambu muda atau lebih dikenal dengan nama iwung. Sayur dengan lontong ini benar-benar dilahap oleh khuddam dan athfal yang memang sedang lapar akibat udara pagi hari itu.

Dari Parakantelu rombongan berangkat ke Cibatu karena ada kabar mengenai meninggalnya seorang anggota disana. Bu Idah yang telah berusia lebih dari 70 tahun meninggal pada malam harinya. Rombongan pun kesana untuk menghadiri pemakaman beliau sekaligus mengunjungi rekan Khuddam lain yang tidak dapat hadir pada malam harinya.
Ryan Hidayat

Monday, 23 March 2015

Peringatan Hari Masih Mauud Jemaat Ahmadiyah Kawalu dan Sukapura - Tasikmalaya

Minggu (22/3) Jemaat Ahmadiyah Kawalu & Sukapura memperingati hari Masih Mauud di Panti Hasanah Kautsar Kawalu. Peringatan ini dihadiri tidak kurang oleh 100 orang anggota Jemaat Ahmadiyah.

Sebelumnya sudah diadakan perlombaan-perlombaan yang melibatkan Athfal, Nashirat, Lajnah & khuddam. Tujuannya ialah untuk mengisi hari libur serta menunggu acara pokok. Menginjak acara pokok yaitu penyampain materi berkenaan Hari Masih Mauud oleh Mln. H. Syaeful Uyun beliau merupakan Mubaligh wilayah Priangan Timur yang membina 24 cabang Jemaat Ahmadiyah yang ada di wilayah Tasikmalaya dan Ciamis.

Beliau menyatakan bahwa Jemaat Ahmadiyah ini didirikan bukan sekedar atas kehendak pemikiran individu semata tapi sudah dituntun oleh Allah SWT yang telah di nubuatkan pada Rasulullah SAW.

Beliau juga memaparkan bahwa nama Ahmadiyah diberikan bukan karena pendirinya bernama Ahmad, Ahmadiyah diambil dari nama lain Nabi Muhammad SAW, yaitu Ahmad, seperti yg telah difirmankan pada QS Ash-shaf, 61:7.

"Kedudukan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as dalam keyakinan Ahmadiyah ialah bukan sebagai nabi baru, pembawa syariat, atau bahkan pembawa agama baru, melainkan sebagai bayangan dan cerminan dari sosok Rasulullah SAW dan Beliau juga merupakan seorang yang Fanaa fillah fanaa firrasuul" tegas beliau. beliau juga menambahkan bahwa Mirza Ghulam Ahmad as ialah sebagai Mujadid dan sebagai Imam Mahdi dan Masih Mauud yang dijanjikan kedatangannya.

"Kemudian bagaimana perkembangan Jemaat Ahmadiyah dalam 126 tahun terakhir??" tanya beliau kepada anggota Jemaat yang hadir dalam peringatan Hari Masih Mauud.

Beliau menjelaskan selama 126 tahun terakhir, baiat pertama dilakukan pada tahun 1889 dengan yang berbaiat sebanyak 40 orang, kemudian 200 ribu orang telah berbaiat ketika pendiri Ahmadiyah wafat. Dan saat ini setelah 126 tahun Jemaat Ahmadiyah telah berkembang di 206 negara dengan jumlah anggota sebesar 206 juta jiwa. "Ahmadiyah zindabad!!!!!" tutup beliau.

Abdullah Ali Faran

Sunday, 22 March 2015

Jemaat Ahmadiyah Tasikmalaya Peringati Hari Masih Mauud Selama 2 Hari

Promised-Messiah-Day-Ahmadiyya-Tasikmalaya
Hari Masih Mauud Ahmadiyah Tasikmalaya
Tanggal 23 Maret merupakan hari bersejarah bagi Jemaat Ahmadiyah, dimana pada tanggal tersebut merupakan hari berdirinya Jemaat Ahmadiyah atau yang kita sebut dengan Hari Masih Mauud. Bertempat di Masjid Mubarak Jalan Nagarawangi 69, Jemaat Ahmadiyah cabang Tasikmalaya pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 21-22 Maret 2015 memperingati Hari Masih Mauud dengan meriah.

Muawanah Nashirat dan Pekan Madrasah menjadi pembuka acara ini. Peserta yang diikuti oleh 28 orang Athfal, Nashirat, Banath, dan ABNA ini berlangsung secara hikmat. Mia Rifatunnisa, dengan syahdunya melantunkan ayat suci Al Quran Surat Al-Imran ayat 27-30. Dilanjutkan dengan pembacaan syair oleh Shakeela dan Shepia, kemudian pembacaan hapalan Hadits oleh Najmunnisa Savina. Tak lupa sambutan disampaikan oleh Bapak Mubaligh Wilayah Jemaat Ahmadiyah Priangan Timur Mln. H. Syaiful Uyun.

“Hari Masih Mau’ud adalah hari berdirinya Jemaat Ahmadiyah yang ditandai dengan baiat pertama di kota Ludhiana. Jemaat Ahmadiyah didirikan atas perintah Allah bukan buah pikiran Hz. Masih Mauud”, ucap Mln. H. Syaiful Uyun. “Hakikatnya Jemaat Ahmadiyah yang mendirikan adalah Allah SWT. Maka jangan heran meski mendapat ujian berat namun terus berkembang hingga kini telah berada 206 negara” lanjut Bapak Mubaligh Wilayah. Selanjutnya sekretaris Ta’lim LI Jemaat Ahmadiyah Cabang Tasikmalaya, Ibu Dedeh Rodiyah menyampaikan sepatah kata nasihat untuk anak-anak yang akan menjadi penerus Jemaat Ahmadiyah ini kelak.
Promised-Messiah-Day-Ahmadiyya-Tasikmalaya
Athfal & Nashirat foto bersama guru Pra-Madrasah
Setelah acara pembukaan dilanjutkan dengan kegiatan Pekan Madrasah. Adik-adik Atfhal dan Nashirat begitu bersemangat ketika acara Pekan Madrasah ini tiba. Lomba pidato, MTQ, Cerdas Cermat dan permainan lainnya (makan kerupuk, estafet karet, dll) menjadi agenda acara Pekan Madrasah ini. Lomba pidato menjadi kegiatan pertama untuk dilombakan dilanjutkan dengan MTQ dan terakhir lomba Cerdas Cermat. Ketiga perlombaan tersebut bersambung hingga pukul 21.00 WIB.
Promised-Messiah-Day-Ahmadiyya-Tasikmalaya
Pekan Madrasah Jemaat Ahmadiyah Tasikmalaya
Sebelum menutup acara malam M. Tahir Abdussalam mengisi acara dengan mengisahkan perjalanannya saat mengikuti Tour Top Ahmadi Students ke Singapura pada awal Maret ini yang diselenggarakan oleh PPMKAI. 

Dalam presentasinya Tahir yang menjadi juara Robot Nasional tahun lalu mengisahkan bagaimana ia terpilih dalam 5 pelajar Ahmadi Indonesia yang mendapat kesempatan berkunjung ke negeri Singa selama 3 hari, ia memotivasi adik-adik Athfal dan Nashirat Jemaat Ahmadiyah Tasikmalaya agar bisa mengikuti jejaknya selain berprestasi akademik juga berprestasi dibidang lainnya.

Presentasi yang dibantu dengan tampilan foto-foto selama kunjungannya ke Singapura yang di tampilkan melalui proyektor membuat adik-adik peserta menyimak dengan antusias meski waktu sudah larut malam. Beberapa Lajnah dan Nashirat menanyakan apakah kesempatan tersebut juga terbuka bagi para Nashirat.
Tahir (no 3 dari kiri) Saat di Singapura
"Saya harap tahun depan ada adik-adik yang mengikuti jejak saya, rajinlah belajar agar berprestasi dan laporkan nilai akademik kalian kepada PPMKAI untuk seleksi agar bisa meraih kesempatan tahun berikutnya" tutur Tahir "Saya sering diajak keluarga mengikuti jalsah di luar negeri dan harus izin tidak mengikuti ujian di sekolah saya, pihak sekolah sudah paham dan Alhamdulillah selalu diberi kemudahan bahkan saat saya mengerjakan ujian susulan" Lanjut Cucu dari Ketua Jemaat Ahmadiyah periode sebelumnya H. Encang Jarkasih.

"Jangan pernah khawatir bila kalian karena mendahulukan kegiatan Jemaat terutama Jalsah harus mengorbankan kegiatan belajar, saya mengalaminya dan Alhamdulillah tidak masalah bagi saya" pungkas Tahir memberi motivasi pada adik-adik Athfal dan Nashirat.

Selesai presentasi dari Tahir seluruh peserta yang beberapa diantara mereka didampingi oleh orang tuanya tidur di Masjid untuk persiapan acara pada hari kedua.
car-free-day-tasikmalaya
Athfal berfoto di Car Free Day Tasikmalaya
Promised-Messiah-Day-Ahmadiyya-Tasikmalaya
Games Hiburan
Hari kedua dimulai dengan shalat tahajud bersjamaah, tadarus Al Quran, kemudian wikari amal dan berolah-raga pagi dengan berjalan-jalan ke Car Free Day Tasikmalaya di jalan HZ Mustofa sekitar 500 m jaraknya dari Masjid Jemaat Ahmadiyah. Cukup melelahkan memang, tetapi semangat adik-adik Athfal dan Nashirat masih membara untuk melakukan permainan-permainan. Lomba kerupuk, estafet karet, terowongan berjalan dan permainan lainnya membuat mereka terlihat sangat lucu. Tawa dan canda hiasi di hari kedua ini. Diakhir permainan mereka beristirahat, shalat dan makan siang kemudian mempersiapkan diri untuk acara puncak.

Pukul 13.00 acara puncak tiba peringatan Hari Masih Mauud, siraman rohani dari Bapak Mubaligh Wilayah, H. Syaiful Uyun. Acara berlangsung hikmat dan tenang mendengarkan apa yang dikatakan Bapak Mubaligh Wilayah. Tak terasa dua jam telah terlewatkan, acara diakhiri dengan doa bersama dan pembagian hadiah untuk adik-adik Athfal dan NAI.
Promised-Messiah-Day-Ahmadiyya-Tasikmalaya
Pembagian hadiah lomba Hari Masih Mauud Jemaat Ahmadiyah Tasikmalaya
Menyenangkan memang mengikuti acara seperti ini. Selain untuk mempertebal dinding kerohanian juga bisa menambah teman. Saya (penulis) harapkan acara seperti ini diikuti oleh seluruh anggota cabang, karena banyak sekali yang dapat kita ambil hikmahnya.
Promised-Messiah-Day-Ahmadiyya-Tasikmalaya
Promised Messiah Day Mubarak athfal Ahmadiyah Tasikmalaya

Nusrat Amatul Majid (LI Tasikmalaya)
editor : Doni Sutriana 

Pekan Athfal dan Nashirat Jemaat Ahmadiyah Citeguh - Tasikmalaya

pekan-athfal-nashirat-jemaat-ahmadiyah-citeguh
Sabtu (21/03) telah diadakan Pekan Atfhal dan Nashirat Jemaat Ahmadiyah Cabang Citeguh. Kegiatan ini dilaksanakan di Mesjid Baitur-Rahim (Nagrak), dibuka tepat pukul 07.30 WIB. Acara dihadiri oleh 33 orang Atfhal dan 61 orang Nashirat. 

Acara ini dipimpin oleh Qaid MKAI Citeguh, dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an yang ditilawatkan oleh Adil Ahmad F. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan janji Atfhal dan janji Nasirat. Tidak lupa pula sambutan dari Bapak Ketua Jemaat Ahmadiyah Cabang Citeguh dan Bapak Mubaligh Tenjowaringin sekitar yaitu Mln. Jafar Ahmad.

“Kegiatan Pekan Atfhal dan Nasirat ini bukan semata-mata untuk mengisi hari libur saja melainkan lebih dari pada itu. Yang terpenting dari acara ini adalah bagaimana kita selaku anak-anak ahmadi bisa memahami dan memposisikan diri kita sebagai generasi-generasi Ahmadiyah” demikian kutipan pesan Mln. Zafar Ahmad saat menutup sambutannya.
athfal-nashirat-jemaat-ahmadiyah-citeguh

Setelah acara pembukaan selesai, selanjutnya adik-adik Atfhal dan Nasirat dikelompokan menjadi 11 Hizb, terdiri dari 6 Hizb Atfhal dan 5 Hizb Nashirat. Tiap-tiap Hizb didampingi oleh kakak mentor. Dalam kegiatan pekan Atfhal dan Nashirat pada kesempatan kali ini, acara diisi oleh perlombaan-perlombaan kerohanian yang harus diikuti oleh tiap-tiap Hizb.

Perlombaan-perlombaan yang dilaksanakan yaitu lomba MTQ, Syair, Pidato, MHQ, Rangking Satu, lomba Adzan (khusus untuk Atfhal) dan lomba berhijab (khusus untuk Nashirat) serta ada beberapa games yang diberikan. Dalam sela-sela perlombaan diselingi kuis-kuis berhadiah supaya adik-adik semua tidak mengantuk dan tidak merasa jenuh saat acara berlangsung. Hal tersebut berhasil dilakukan karena terlihat dari antusias adik-adik dalam mengikuti semua perlombaan dari awal sampai akhir.

Sebelum acara penutupan, diisi dengan pengumuman kejuaraan dan pembagian hadiah dari ketujuh mata lomba yang sudah dilaksanakan. Tepat pada pukul 15.00 WIB acara pun ditutup dengan do’a oleh bapak mubaligh.

"Adik-adikku, kalian harus ingat apa yang amanatkan oleh Bapak Mubaligh, bahwa adik-adik semua harus lebih giat lagi memperdalam ilmu rohani. Karena, kelak adik-adiklah yang akan menjadi harapan Islam Jemaat Ahmadiyah yang sama-sama kita cintai ini" pesan yang disampaikan panitia kepada seluruh peserta Pekan Athfal dan Nashirat.
jemaat-ahmadiyah-citeguh

Semoga acara-acara seperti ini membuat kita sadar akan tanggung jawab kita sebagai seorang generasi Ahmadiyah dan semoga kecintaan kita semakin bertambah terhadap Jemaat Ilahi ini (Penulis). Aamiin

Nida Nursyarifah

Pemuda Ahmadiyah Tenjowaringin Tasikmalaya Adakan Turnamen Futsal

Tenjowaringin-Sabtu (21/03/2015) Suasana pagi yang cerah dan bersahabat mengiringi perjalanan kita menuju lapangan Futsal yang ada di daerah Cilawu, berjarak sekitar 6 km dari Tenjowaringin.
futsal-pemuda-ahmadiyah-tenjowaringin
MKAI Citeguh Juara I
Pertandingan Futsal kali ini berkonsep turnamen yang dilaksanakan sehari, acara ini diselenggarkan untuk menyambut Hari Masih Mau'ud yang jatuh pada tanggal 23 Maret.

"Tujuan acara ini untuk mempererat silaturahmi antar anggota Khuddam yang ada di wilayah Jabar 7" Ungkap Qaid Wilayah Jabar 7 Munawarman.

Semangat kepemudaan yang tak pernah hilang, mungkin kalimat itulah yang mencerminkan keadaan Khuddam yang ada di wilayah Jabar 7 saat ini. Bagaimana tidak turnamen yang di ikuti oleh 11 tim ini dari daerah Tenjowaringin dan satu dari Singaparna sangat antusias sekali dan seru.

Tak terasa satu-persatu pertandingan sudah selesai dilaksanakan, kini tinggal 2 tim lagi yang tersisa yaitu tim dari Majelis Citeguh dan Cigunung tilu, kedua tim ini berhasil masuk ke final. Siapa sangka kedua tim yang awalnya tidak dijagokan masuk final, tapi nyatanya berhasil masuk partai puncak.

Suasana pagi yang sejuk, kini telah berubah dengan pancaran sinar mentari yang cukup panas khas siang hari, sekitar Pukul. 13:00 WIB pertandingan final dilaksanakan untuk menentukan juara turnamen.
pemuda-ahmadiyah-tenjowaringin
MKAI Cigunung Tilu Juara II
Pertandingan berjalan sangat seru dan ketat akhirnya disudahi dengan kemenangan tim futsal dari Majelis Citeguh dengan skor 7-2, Mubarak kepada pemenang.

Tak terasa waktu sudah menunjukan Pukul. 14:00 WIB dan semua pertandingan sudah selesai dilaksanakan, acara ditutup dengan pembagian hadiah berupa piala.

Usama Ahmad Rizal

Friday, 20 March 2015

AHMADIYAH 100% ISLAM TIDAK SESAT DAN TIDAK MENYESATKAN

Disampaikan Dalam Pertemuan Dengan Tim Penanganan Jemaat Ahmadiyah Kota Banjar
Di Kantor MUI Kota Banjar, Kamis, 19 Maret 2015
Oleh: H. Muhammad Syaeful Uyun

Pembukaan
Indonesia adalah Negara Kebangsaan, bukan Negara Agama. Dasar Negara kita adalah Pancasila, dan konstitusi Negara kita adalah UUD 1945. Indonesia adalah Bangsa dan Negara yang majemuk, dan didirikan diatas kemajemukan. Kemajemukan Bangsa dan Negara Indonesia disimbolkan dalam falsafah Bhineka Tunggal Ika. Indonesia adalah Bangsa dan Negara yang menghargai dan menghormati kemajemukan. Indonesia adalah  negara yang menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu.(1) Dengan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut ajaran agamanya dan kepercayaanya, maka sesungguhnya Indonesia adalah rumah yang aman bagi semua pemeluk agama dan aliran agama – Islam Kritsen, Katholik, Hindu, Budha, Konghucu – NU, Muhamadiyah, Ahmadiyah, Syiah, Persis, dll.
Prinsip kemajemukan Bangsa dan Negara Indonesia, dan prinsip menghargai dan menghormati kemajemukan, dan prinsip memberi kemerdekaan beragama kepada setiap penduduk, selaras dengan prinsip Islam. Al-Quran menjelaskan, Allah swt, Rab al-‘Àlam dan Rab an-Annâs, adalah Wujud yang telah menciptakan manusia berbeda-beda baik suku, bangsa, bahasa,(2) juga agama,(3) dan membiarkan manusia dalam perbedaan,(4) bahkan memberikan kebebasan: siapa mau beriman, berimanlah, dan siapa mau kafir, kafirlah.(5) Allah tidak pernah pilih kasih dan bersikap diskriminatif kepada makhluk-Nya karena yang satu mukmin dan yang lainnya kafir. Kepada semua makhluk-Nya – mukmin, kafir, munafiq, fasiq, Allah swt, memberi mereka tempat, ruang, rezeki, yang sebebas-besanya dan seluas-luasnya.

Ahmadiyah: Organisasi
Ahmadiyah adalah organisasi Islam. Sama seperti NU, seperti Muhammadiyah, seperti Persis, seperti LDII, dll. Ahmadiyah bukan agama, pula bukan partai politik. Ahmadiyah hanyalah wadah perjuangan untuk menghidupkan agama, menegakan agama, dan memenangkan agama Islam diatas semua agama.

Ahmadiyah: Nama Ahmadiyah
Nama Ahmadiyah diberikan bukan karena Sang Pendiri bernama Ahmad. Nama Ahmadiyah diambil dari nama lain Nabi Muhammad saw, yaitu: Ahmad.(6) Diberi nama Ahmadiyah dengan tujuan agar para pengikutnya memiliki budi pekerti yang luhur dan agung, budi pekerti yang halus, lembut, sopan, dan santun, seperti yang terhimpun dalam nama Ahmad-nya Nabi Muhammad saw. Nama Ahmad menampilkan sifat jamal – cantik, indah. Sedangkan nama Muhammad menampilkan sifat jalal – gagah, berani. 

Ahmadiyah: Legalitas di Indonesia
Jemaat Ahmadiyah Indonesia adalah organisasi legal formal berbadan hukum dengan SK Menteri Kehakiman RI No. JA.5/23/13 Tgl.13-3-1953, Tambahan berita negara RI, tanggal 31 Maret 1953 nomor 26. Dengan status badan hukum, berarti: Jemaat Ahmadiyah Indonesia adalah organisasi yang mempunyai hak untuk hidup diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), termasuk di Kota Banjar, karena Banjar adalah bagian integral dari NKRI.

Ahmadiyah: Kiprah Dalam Kehidupan Berbangsa
Dalam kehidupan berbangsa, Ahmadiyah menerima Pancasila sebagai Dasar Negara, dan UUD 1945. Sikap politik Ahmadiyah, sesuai dengan petunjuk Al-Quran: athii’ullaaha wa athii’urrasulla wa uulil amri minkum. 
Sebegai organisasi yang lahir sebelum Indonesia merdeka, dimasa perjuangan kemerdekaan, bersama dengan komponen bangsa yang lain, Jemaat Ahmadiyah ikut serta dalam kancah perjuangan kemerdekaan. Setelah Bangsa Indonesia merdeka, Jemaat Ahmadiyah ikut membangun bangsa, khususnya dalam pembangunan mental spiritual. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya yang diciptakan Wage Rudolf Soepratman, adalah satu diantara sumbangsih Ahmadiyah untuk Bangsa dan Negara Republik Indonesia. Wage Rudolf Soepratman, Pencipta lagu Kebangsaan Indonesia Raya, adalah seorang aktivis awalin Jemaat Ahmadiyah Indonesia.(7)

Ahmadiyah: Sumber Pokok Ajaran
Sebagai organisasi Islam, Jemaat Ahmadiyah tidak mempunyai sumber lain selain dua sumber pokok ajaran, yaitu: Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Jemaat Ahmadiyah meyakini, tidak ada agama kecuali Islam, tidak ada kitab suci kecuali Al-Quran, dan tidak ada panutan kecuali Baginda Nabi Muhammad,  Khatamun-Nabiyyin Saw
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad: “Tidak ada agama bagi kami kecuali agama Islam dan tidak ada Kitab bagi kami kecuali Al-Quran Kitab Allah Yang Maha Tahu. Tidak ada Nabi panutan bagi kami kecuali Nabi Muhammad, Khatamun-Nabiyyin Saw”.(8) “Tidak ada kitab kami selain Al-Qur’an Syarif dan tidak ada Rasul kami kecuali Muhammad Musthafa Saw. Tidak ada agama kami kecuali Islam dan kita mengimani bahwa Nabi kita, Muhammad Saw. adalah Khaatamul Anbiya, dan Al - Qur’an Syarif adalah Khaatamul Kutub”.(9)  

Ahmadiyah: Akidah
Ahmadiyah beraqidah sesuai dengan aqidah: Enam Rukun Iman, dan beribadah sesuai dengan prinsip: Lima Rukun Islam. 
Enam Rukun Iman yang diyakini Ahmadiyah ialah: 1) Iman kepada Allah, 2) Iman kepada Malaikat-Malaikat Allah, 3) Iman kepada Kitab-Kitab Allah, 4) Iman kepada Rasul-Rasul Allah, 5) Iman kepada Hari Akhirat, 6) Iman kepada Taqdir baik dan buruk. 
Lima Rukun Islam yang diamalkan Ahmadiyah ialah: 1) Syahadat, 2) Shalat, 3) Puasa, 4) Zakat, 5) Hajji. 
Kalimah syahadat yang diikrarkan Jemaat Ahmadiyah, adalah: ﺍﺸﻬﺩﺍﻥﻻﺍﻠﻪﺍﻻﷲﻭﺤﺩﻩﻻﺸﺭﻙﻠﻪﻮﺍﺸﻬﺩﺍﻥﻤﺤﻤﺩﺍﻋﺒﺩﻩﻭﺭﺴﻮﻠﻪ  - Aku bersaksi, tiada Tuhan selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi, Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.
Muhammad yang dimaksud dalam ikrar kalimah syahadat tersebut adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib dari Mekah al-Mukaromah, yakni: Nabi Muhammad Rasulullah Khâtamun-Nabiyyîn saw, bukan yang lain.

Ahmadiyah: Keyakinan Kepada Nabi Muhammad, Islam dan Al-Quran
Ahmadiyah meyakini, Nabi Muhammad Saw, adalah Khâtamun-Nabiyyîn, Islam adalah Khâtamul Addyân, dan Al-Quran adalah Khâtamul Kutûb. 
Ahmadiyah meyakini, Islam adalah agama yang sempurna dan lengkap, dan satu-satunya penuntun ke jalan yang lurus dan satu-satunya sarana untuk mencapai kesatuan  dengan Tuhan. 
Bagi Ahmadiyah, meyakini Nabi Muhammad sebagai Khâtamun-Nabiyyîn, Islam sebagai Khâtamul Addyân, dan Al-Quran sebagai Khâtamul Kutûb, adalah harga mati, final tidak bisa diganggu gugat lagi.
Tidak benar, mengada-ada dan fitnah, jika ada yang mengatakan, Ahmadiyah tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai Khâtamun-Nabiyyîn, punya nabi baru, punya kitab suci baru, dan punya kalimah syahadat baru.
Bagi Ahmadiyah meyakini ada lagi nabi baru, yang membawa agama baru, kitab suci baru, dan kalimah syahadat baru, adalah kekufuran dan kesesatan yang sekufur-kufurnya dan sesesat-sesatnya.(10) 

Ahmadiyah: Keyakinan Kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad
Ahmadiyah meyakini, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Pendiri Jemaat Ahmadiyah, bukan nabi baru, yang membawa agama baru, kitab suci baru, dan kalimah syahadat baru, seperti yang diisukan, disangkakan, dan dipropagandakan beberapa kalangan umat Islam non-Ahmadiyah.(11) 
Ahmadiyah meyakini, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, adalah orang yang fana fillah – larut tenggelam dalam kecintaan kepada Allah, dan fana fir-Rasul saw – larut tenggelam dalam kecintaan kepada Rasulullah Muhammad saw.
Ke-fana-annya kepada Allah swt, dan Rasulullah saw, telah memungkinkan beliau mendapat kehormatan di beri amanat  sebagai Mujaddid Abad XIV H, sebagai Imam Mahdi, dan sebagai manifestasi Isa ibnu Maryam Yang Dijanjikan Kedatangannya oleh Nabi Muhammad saw, (Masih Mau’ud), yang kedatangannya telah dikabar-ghaibkan oleh Nabi Muhammad saw, dan ditunggu-tunggu oleh seluruh umat Islam – sunni atau pun syi’ah.(12)  
Ke-fana-an Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad,  Pendiri Jemaat Ahmadiyah, kepada Nabi Muhammad Saw, juga telah mengantarkan beliau menjadi ummaty  – pengikut sejati, dhilly – bayangan,  buruzy  – cerminan Nabi Muhammad Saw.[]

Ahmadiyah: 100% Islam
Al-Quran mengatakan: “Dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang memberi salam kepadamu, “Engkau bukan mukmin”. (13)
Nabi Muhammad Saw, ketika diminta menjelaskan apakah  Iman itu, beliau menjawab: Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk. Dan, ketika diminta menjelaskan apakah  Islam itu, beliau menjawab: “Islam adalah engkau bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu”  (14)
Jemaat Ahmadiyah, tidak hanya suka saling memberi salam: assalamu ‘alaikum warahmatullaahi wa barakatuhu, dengan sesama Ahmadi ataupun dengan bukan Ahmadi. Tetapi, Jemaat Ahmadiyah berakidah sesuai dengan akidah 6 rukun Iman, dan beribadah sesuai dengan lima rukun Islam. Dengan standar Iman dan Islam yang di definisikan Nabi Muhammad saw, maka dapat dipastikan, Jemaat Ahmadiyah adalah 100% Islam, tidak sesat dan tidak menyesatkan.
Jika standar Islam adalah keyakinan: Allah itu Esa dan Muhammad adalah Nabi terakhir (Khaatamun-Nabiyiin) – seperti di definisikan para ulama tanah air belakangan ini, Jemaat Ahmadiyah pun tetap 100% Islam, tidak sesat dan tidak menyesatkan, sebab Jemaat Ahmadiyah meyakini dengan teguh: Allah itu Esa, dan Nabi Muhammad Saw, adalah Khaatamun-Nabiyyiin. 
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Pendiri Jemaat Ahmadiyah: 
“Ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya kami beriman kepada Allah sebagai Tuhan, dan Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang nabi, serta kami beriman, beliau adalah “Khaataman-nabiyyin”.  (15)
“Dengan sungguh-sungguh saya percaya bahwa Nabi Muhammad saw, adalah Khaatamul Anbiya. Seorang yang tidak percaya pada Khatamun Nubuwwah beliau (Rasulullah Saw), adalah orang yang tidak beriman dan berada diluar lingkungan Islam”.(16)   

Ahmadiyah: Menyikapi Pro-Kontra Ahmadiyah
Menyikapi pro-kontra Ahmadiyah terhadap Pemerintah Republik Indonesia telah menerbitkan keputusan yang dituangkan dalam SKB Menteri Agama, Jaksa Agung, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Nomor: 3 Tahun 2008, Nomor: KEP-033/A/JA/6/2008, Nomor: 199 Tahun 2008, Tentang: Peringatan dan Perintah  Kepada Penganut, Anggota, dan/atau Anggota Pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), dan Warga Masyarakat. 
Sekedar untuk mengingatkan dan dipedomani semua pihak, berikut kami kutipkan diktum-diktum SKB: 

Untuk Ahmadiyah: 
“Memberi peringatan dan memerintahkan kepada penganut, anggota, dan/atau anggota pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), sepanjang mengaku beragama Islam, untuk menghentikan  penyebaran penafsiran dan kegiatan yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran Agama Islam yaitu penyebaran faham yang mengakui adanya nabi dengan segala ajarannya setelah Nabi Muhammad saw”. (SKB Diktum ke-2)
“Penganut, anggota, dan/atau anggota pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang tidak mengindahkan peringatan dan perintah sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU dan Diktum KEDUA dapat dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, termasuk organisasi dan badan hukumnya”. (SKB Diktum ke-3)

Untuk Masyarakat:
“Memberi peringatan dan memerintahkan kepada warga masyarakat untuk menjaga  dan memelihara kerukunan umat beragama serta ketenteraman dan ketertiban kehidupan bermasyarakat dengan tidak melakukan perbuatan dan/atau tindakan melawan hukum terhadap penganut, anggota, dan/atau anggota pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI)”. (SKB Diktum ke-4)
“Warga masyarakat yang tidak mengindahkan peringatan dan perintah sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU dan Diktum KEEMPAT dapat dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. (SKB Diktum ke-5)

Ahmadiyah menghargai dan menghormati keputusan Pemerintah tersebut dengan tidak menyebarluaskan adanya lagi nabi baru yang membawa agama baru kalimah syahadat baru karena memang Ahmadiyah tidak pernah meyakininya. 
Kami sangat mengharapkan, masyarakat juga menghargai dan menghormati keputusan tersebut dengan tidak melakukan perbuatan dan/atau tindakan melawan hukum terhadap penganut, anggota, dan/atau anggota pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia. 
Aparat Pemerintah Daerah – Gubernur, Bupati, Walikota, melaksanakan keputusan bersama Menteri Agama, Jaksa Agung, dan Menteri Dalam Negeri RI tersebut.
Dalam pandangan kami, Pemerintah Daerah – Gubernur, Bupati dan Walikota, tidak harus dan tidak perlu menerbitkan Pergub, Perbup, atau Perwal. Cetak saja SKB sebanyak-banyaknya. Sosialisasikan SKB seluas-luasnya: kepada Ahmadiyah, kepada Aparat Pemerintah di tingkat Propinsi, Kabupaten, Kota, Kecamatan, Kelurahan, Desa, hingga RW/RT, dan kepada masyarakat. SKB adalah keputusan tertinggi Pemerintah Republik Indonesia yang mengatur relasi antara Ahmadiyah dan Masyarakat. Pemerintah Daerah – Gubernur, Bupati, Walikota,  tidak punya kewenangan mengurus urusan agama termasuk melarang kegiatan Jemaat Ahmadiyah Indonesia dalam bentuk apa pun di daerahnya masing-masing. Regulasi hak beragama bukan kewenangan Pemerintah Daerah, tetapi sepenuhnya kewenangan absolut Pemerintah Pusat. Pasal 10 ayat (1) huruf f, UU Nomor 23 Tahun 2014 menjelaskan, urusan agama adalah urusan absolut Pemerintah Pusat. 
Jika Pemerintah Daerah menerbitkan regulasi, termasuk dalam hal Ahmadiyah, maka regulasi itu harus mengacu kepada SKB dan UUD 1945 sebagai sumber hukum tertinggi. Keputusan-keputusan  yang bertentangan dengan SKB dan UUD 1945, dengan sendirinya batal demi hukum. 

Di dalam forum ini saya, H. Muhammad Syaeful Uyun, Mubaligh Ahmadiyah Priangan Timur, ingin menyatakan dan menegaskan:
1. Jika warga Ahmadiyah di Kota Banjar terbukti melanggar SKB – menyebarkan penafsiran dan kegiatan yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran Agama Islam yaitu penyebaran faham yang mengakui adanya nabi dengan segala ajarannya setelah Nabi Muhammad saw, jangan masjid yang ditutup. Masjid tidak bersalah. Masjid adalah rumah Allah, tempat setiap orang beribadah, sujud, mengagungkan nama-Nya. Laporkan, tangkap orang Ahmadiyah yang dianggap melanggar SKB, proses secara hukum di pengadilan, terbukti bersalah, jebloskan mereka ke penjara. 
2. Jika di Kota Banjar ada yang merasa keberatan dengan Ahmadiyah, jangan menutup dan merusak Masjid. Masjid adalah rumah Allah, tidak bersalah. Dholim sekali kita jika menutup dan merusak Masjid. Silahkan adukan keberatan Saudara-Saudara kepada Pemerintah Pusat, gugat Pemerintah Pusat: Presiden atau Menkumham RI. Tekan dan desak dia agar mencabut Badan Hukum Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Urusan agama,  sesuai dengan pasal 10 ayat (1) huruf f, UU Nomor 23 Tahun 2014, adalah urusan absolut Pemerintah Pusat, bukan urusan Pemerintah Daerah.
3. Kami ingin sampaikan disini, selama badan hukum Jemaat Ahmadiyah Indonesia belum dicabut, selama itu pula Jemaat Ahmadiyah akan tetap eksis termasuk di Kota Banjar.
4. Insya Allah, terhitung mulai hari Jumat, tanggal 20 Maret 2015, Jemaat Ahmadiyah Kota Banjar akan menggunakan kembali Masjid Istiqamah untuk shalat lima waktu, shalat Jumat, pengajian, dll. 
5. Saat ini, di Kota Banjar, yang harus ditutup, bukan Masjid. Yang harus dihentikan, bukan langkah orang yang mendirikan shalat di Masjid. Yang harus ditutup, yang harus dihentikan adalah prilaku dan sikap intoleransi. Prilaku dan sikap-sikap intoleransi bukan saja tidak sesuai dengan tradisi budaya Bangsa Indonesia yang adiluhung, tetapi juga tidak sesuai dengan ajaran Islam yang agung itu. Islam adalah agama yang damai dan mengajarkan kedamaian. Nabi Muhammad saw, bersabda: Al-muslimu man salimal-muslimuuna mil-lisaanihi wa yadihi - seorang muslim sejati ialah orang yang menjadikan muslim lain damai/selamat dari gangguan lidah dan tanganya (Hadits). Kami meyakini, Jihad itu adalah mengajarkan Islam secara damai, dan kami meyakini Jihad yang sebenarnya adalah menyampaikan pesan perdamaian. Wassalamu ‘alaa manit-taba’al-hudaa![]

Banjar, 19 Maret 2015


  1.   Lihat, UUD 1945, Pasal 29:(1) dan (2)
  2.   Al-Quran, Surah Al-Hujurat, 49:13
  3.   Al-Quran, Surah Al-Baqarah, 2:62
  4.   Al-Quran, Surah Al-Maidah, 5:48, Al-‘An’am, 6:35
  5.   Al-Quran, Surah Al-Kahfi, 18:29
  6.   Ash-Shaf, 61:7
  7. Lihat, Kenang-Kenangan 10 Tahun Kabupaten Madiun, Soejono Tjiptomiharjo, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Bondan Winarno, Majalah Detik Edisi 90/19-25 Agustus 2013, Darsus Volume VIII, Nomor 8-9, Edisi Oktober dan November 2013.
  8.   Mirza Ghulam Ahmad, Anjami Atham, hal. 143
  9.   Mirza Ghulam Ahmad, Maktubaat-e-Ahmadiyyah, jld.5, No. 4
  10. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Pendiri Jemaat Ahmadiyah, dalam bukunya berjudul Eik Ghalati Ka Izalah – Memperbaiki Suatu Kesalahan, hal. 9, menyatakan: Tidak akan ada nabi yang membawa syari’at dapat datang setelah Nabi Muhammad s.a.w.; demikian pula, tidak seorang pun dapat meraih pangkat kenabian tanpa melalui perantaraan Nabi Muhammad s.a.w. dan menyatukan diri seutuhnya kepada wujud Nabi Muhammad s.a.w. (fana fir-rasul) sehingga ia di langit dikenal sebagai Muhammad dan Ahmad. Ia yang mendakwakan diri sebagai nabi tanpa memenuhi syarat-syarat ini adalah seorang kafir.
  11.   Pasca fatwa MUI 2005, KH Amidhan, Ketua MUI Pusat, dalam berbagai kesempatan dialog di Televisi berulang-ulang mengatakan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, adalah nabi baru, bahkan disebutnya sebagai nabi baru ke-26
  12.   Keyakinan akan datangnya Isa ibnu Maryam di akhir zaman bukan monopoli keyakinan Ahmadiyah. Nahdhatul Ulama (NU), punya keyakinan Isa ibnu Maryam akan diturunkan kembali pada akhir zaman. Dalam kitab Ahkam al Fuqaha, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, diterbitkan oleh Diantama-LTN-NU, Cet. Ketiga, Pebruari 2007: 47-48, dan diberi pengantar oleh KH. M.A. Sahal Mahfudz, Ketua Umum Majlis ‘Ulama Indonesia, terdapat tanya jawab, sbb: Soal : Bagaiaman pendapat muktamar tentang Nabi Isa as., setelah turun kembali ke dunia. Apakah tetap sebagai Nabi dan Rasul? Padahal Nabi Muhammad SAW, adalah Nabi terakhir? Dan apakah mazhab empat itu akan tetap ada pada waktu itu? Jawab : “Kita wajib berkeyakinan bahwa Nabi Isa a.s, itu akan diturunkan kembali pada  akhir zaman nanti sebagai Nabi dan Rasul yang melaksanakan syariat Nabi Muhammad SAW., dan hal itu, tidak berarti menghalangi Nabi Muhammad sebagai Nabi yang terakhir, sebab Nabi Isa a.s, hanya akan melaksanakan syariat Nabi Muhammad saw. Sedangkan mazhab empat pada waktu itu hapus (tidak berlaku)”. Muhammadiyah, juga punya keyakinan Isa ibnu Maryam akan datang kembali pada akhir zaman. Dalam Majalah Windon Nomer “Mutiara”, Madjlis H.B. Moehammadiyah Taman Pustaka, Pebruari 1940/Moeharram 1359 Th. Ke IX, hal. 32-34, dan disiarkan lagi oleh Sinar Islam, Edisi Juli 1985, hal. 26-27, tertulis keyakinan Muhammadiyah, sbb: “Tentang kedatangan tuan Yezuz kedoenia kembali, memang rata-rata kaum Moeslimin mempertjayainya. Hal kepertjayaan Moeslimin tentang kedatangamn Yezuz ke dunia lagi itoe demikianlah : Sungguh Baginda Nabi Isa (Yezuz Kristus), itu akan toeroen ke doenia lagi pada akhir zaman dan beliau itu akan menghoekoemi dengan syari’at Nabi Moehammad SAW., tidak dengan syari’atnya; karena syari’at Yezuz itoe, telah terhapoes sebab soedah lalunya waktoe jang sesoeai oentoek mendjalankannya. Maka kedatangan Yezuz itoe nanti menjadi sebagai khalifah ataoe pengganti Nabi kita, di dalam menjalankan syri’at Baginda Nabi SAW., pada ini oemat”.
  13.   Al-Quran Surah An-Nisa, 4:95
  14.   H.R. Muslim, Bab Kitabul Iman, HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi, Ibnu Majah dan Ahmad bin Hambal
  15.   Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Tuhfatu Baghdad : 23
  16. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Taqrir wajibul I’lan, 1891


Khutbah Jumat : KHALIFATUL MASIH II ra – MUTIARA HIKMAH

Ringkasan Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz
tanggal 13 Maret 2015 di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.

أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ. (آمين)

Khotbah Jumat pada hari ini tentang riwayat-riwayat yang dikisahkan oleh Hadhrat Mushlih Mau'ud as. Riwayat-riwayat ini mempunyai hubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan Hadhrat Masih Mau'ud as. Di dalamnya terdapat bimbingan dan pelajaran yang banyak dari beliau as dan juga membantu menentukan arah atau jalan bagi kita.

Peristiwa pertama yang riwayatnya dibahas dalam kesempatan kali ini mengisyaratkan bahwa Hadhrat Masih Mau'ud as senantiasa memiliki hasrat yang sangat besar dalam bertabligh. Beliau as memikirkan segala macam cara dan sarana yang luar biasa untuk melakukan pertablighan yang dapat membawa pesan beliau hingga ke pelosok dunia. Beliau as suatu kali menyarankan agar para anggota Jemaat mengenakan pakaian khas yang akan membedakan mereka dengan yang selain Jemaat. Telah diajukan pula pelbagai saran yang banyak mengenai tema perbedaan khas Ahmadi dengan bukan Ahmadi.

Pembedaan ini dalam batas tertentu tidak berarti apa-apa. Sungguh keinginan beliau ini telah muncul supaya orang-orang bukan Ahmadi tertarik kepada para Ahmadi karena pakaian khas mereka dan dengan melihat keadaan amal perbuatan dan akidah para Ahmadi, demikian pula (dengan mengenakan pakaian yang khas) setiap Ahmadi sadar dengan sendirinya juga bahwa ia dikenali oleh masyarakat sebagai orang Ahmadi sehingga itu mengharuskannya untuk senantiasa menjaga amal perbuatan serta akidahnya. Dengan demikian, itu membuatnya senantiasa bersikap lurus. Bahkan pada hari ini kita perlu menciptakan kesadaran ini, bahwa meskipun pakaian khas tersebut bukan persoalan utama namun hendaknya masyarakat dapat membedakan yang mana Ahmadi dan yang mana yang bukan melalui amal perbuatan dan akidah kita.

Berbicara soal berpakaian, Hadhrat Mushlih Mau'ud ra melanjutkan dengan menguraikan bagaimana hendaknya penampilan para dai (termasuk Muballigh) dan setiap orang yang bekerja di jalan agama; “Para mubaligh dan para pengkhidmat agama hendaknya berpenampilan sebagai gambaran seorang mukmin sejati.”

Beliau ra menasihati anggota Majlis Khuddamul Ahmadiyah, “Para anggota Majlis Khuddamul Ahmadiyah hendaknya memberikan perhatian penuh agar penampilan luar mereka sejalan dengan syiar-syiar keislaman. Mereka bisa memilih kesederhanaan dalam hal jenggot, rambut dan pakaian mereka. Sungguh, Islam tidak melarang untuk mengenakan pakaian yang bersih dan tertata rapi bahkan malahan mengharuskannya. Islam tidak melarangnya bahkan memerintahkan untuk menaruh perhatian pada kebersihan lahiriah dan tidak dekat-dekat dengan kekotoran. Namun demikian, berlebih-lebihan, mengada-ada, memaksakan dan menyulitkan diri dalam berpakaian pun tidak diperkenankan. 

Orang-orang terkadang menghadiahkan pakaian-pakaian yang baik bagi Hadhrat Masih Mau'ud as dan beliau as senantiasa menggunakannya namun beliau tidak memberikan perhatian yang berlebihan terhadap tampilan pakaian beliau. Tentu benar untuk senantiasa membuat pakaian agar bersih, namun perhatian yang berlebihan hingga memakan waktu untuk hal itu pun tidak disukai.

Beberapa orang merasa sedih jika mereka tidak memiliki pakaian spesial untuk dikenakan pada suatu kesempatan khusus. Hendaknya dalam pergaulan seseorang mengenakan apapun yang ia miliki dengan rasa percaya diri. Tema asasi (hal pokok) dalam bahasan ini ialah perihal pakaian sebagai penutup aurat, kebersihan dan kerapian. Jika saat seseorang telah berpakaian yang menutupi aurat dan saat itu ia menghalangi diri untuk wawancara dengan seseorang karena ia masih mempertimbangkan pakaian mana dan kemeja mana yang secara khusus sesuai dengan situasi itu, maka ini bukanlah soal agama tetapi soal duniawi.

Nasehat ini sangat penting bagi para mubaligh Ahmadi dan para waqif zindegi khususnya dan juga umumnya bagi seluruh Ahmadi, yaitu segala sesuatu hendaknya dilakukan dengan tidak berlebih-lebihan. Hendaknya mereka tidak memusatkan perhatian secara berlebihan dalam hal lahiriah sehingga sampai-sampai melupakan tujuan hakiki dan masalah penting. Namun, sebagian orang tidak memperhatikan kebersihan. Hendaknya mereka ingat bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Harus ada i’tidaal (moderat, keseimbangan) diantara hal yang kurang secara berlebihan dan lebih dalam berlebih-lebihan.

Hadhrat Mushlih Mau'ud meriwayatkan bahwa saat masih kecil, mengikuti keluarga untuk berkunjung ke Delhi, kota tempat tinggal neneknya dari jalur ibu. Beliau yang masih anak-anak ditanya oleh kerabatnya mengenai kehebohan apa yang telah diciptakan ayah beliau ra yang berkata-kata bertentangan dengan al-Qur’an. Meskipun pada saat itu beliau ra masih kecil, namun beliau ra tidak takut serta menjawab, “Masih Mau’ud (ayah beliau) tidak mengatakan sesuatu selain bahwa Hadhrat Isa as telah wafat dan Al-Masih dan al-Mahdi yang dijanjikan yang kedatangannya telah ditentukan adalah berasal dari umat Islam ini.”

Beliau ra juga menjelaskan kepada kerabat beliau tersebut mengenai ayat Al-Quran yang menjelaskan permasalahan kewafatan Yesus as yaitu: يا عيسى إني متوفيك ورافعك إليّ
Kerabat itu mengatakan karena terkejut mendengarnya, “Dari ayat ini jelas bahwa Nabi Isa sudah wafat. Lalu, kenapa para ulama itu menjadi ribut?”
“Kalau soal itu, silakan bertanya sendiri kepada para ulama itu.”
Namun, reaksi nenek sangat aneh ketika ia berkata kepadanya dengan suara keras, “Kamu harus bertaubat. Kamu harus bertaubat. Pikiran anak itu sudah dipengaruhi secara negatif sebagai akibat telah mendengarkan pembicaraan seperti ini. Berteman dengannya membuat banyak kerusakan padamu.”

Hadhrat Mushlih Mau'ud ra meriwayatkan seputar bahasa metode dan pendekatan dalam gaya bertabligh yang dilakukan oleh salah seorang sahabat Hadhrat Masih Mau'ud as yang sangat mukhlis bernama Sher Muhammad Sahib. Beliau merupakan seseorang yang tidak berpendidikan. Beliau sahabat masa awal Hadhrat Masih Mau'ud as. Beliau sangat fana dalam beragama. Beliau biasa menarik dokar (kereta yang ditarik sapi atau kuda dan berisi beberapa penumpang). Mungkin biasa mengemudikannya antara daerah Bahalor dan Bangga. Beliau berlangganan majalah Al-Hakam dan Al-Fadhal (majalah Jemaat). Seraya mengantarkan penumpangnya, beliau akan berbicara dengan mereka. Setelah menanyakan apakah mereka dapat membaca, maka beliau akan memberikan mereka majalah Al-Hakam dan Al-Fadhal serta meminta mereka agar membacakannya untuk beliau. Para penumpang itu akan melakukannya sembari menghabiskan waktu.

Sher Sahib kemudian bertanya kepada si pembaca dengan suatu cara sehingga pembaca tersebut harus berfikir dengan hati-hati dan harus memahami apa yang telah dia baca sebelum memberikan jawaban. Hadhrat Mushlih Mau'ud meriwayatkan bahwa Sher Sahib tidak mempermasalahkan soal jumlah orang yang baiat dengan cara tabligh beliau itu. Beliau membaiatkan sekitar 20 orang untuk masuk ke dalam Ahmadiyah dengan cara seperti ini. Beliau berumur panjang dan tidak diketahui berapa banyak lagi orang yang beliau baiatkan kemudian. Demikianlah semangat beliau untuk menyebarkan pesan ini sehingga meskipun beliau bukanlah seseorang yang terdidik, namun beliau dapat menemukan suatu cara (untuk bertabligh).

Ringkasnya, dalam rangka bertabligh itu, kita tidak harus menjadi orang yang menunggu keharusan adanya para ulama besar (orang-orang yang sangat berilmu) yang nanti merekalah yang akan bertabligh. Bahkan, daerah-daerah yang tidak terdapat orang-orang berpendidikan pun dapat juga dikirim [dalam rangka tabligh] ke sana orang Ahmadi yang tidak terpelajar namun ia memahami berbagai masalah. Saya menujukan nasehat saya ini kepada cabang-cabang Jemaat yang kecil dan terpencil secara khusus sehingga walau bagaimana pun pekerjaan bisa dimulai. Jika kita menunggu-nunggu saja adanya ulama besar dan mendalam ilmunya dalam jemaat, entah sampai berapa lama itu bisa terpenuhi.

Meskipun kita sekarang telah memiliki beberapa tempat Jamiah (juga tempat pelatihan para dai dan Muballigh) di seluruh dunia, namun kita lihat mereka tidak dapat menutupi kebutuhan kita yang muncul dalam waktu dekat di masa mendatang karena para ulama (non Ahmadi) selalu saja memaksakan bertarung (perdebatan, makalah dan sebagainya) dalam perkara-perkara agama secara mendalam. Sementara untuk memperoleh ilmu agama di Jamiah memakan waktu yang cukup lama dalam rangka menghadapi itu. Artinya, manusia membutuhkan jangka waktu yang cukup lama untuk mendalam dalam hal pengetahuan agama. Namun demikian, Hadhrat Rasulullah saw bersabda bahwa Islam merupakan agama yang memberikan kemudahan.  Tidaklah menjadi suatu keharusan untuk selalu mengadakan seminar-seminar yang besar dalam rangka menyerukan orang-orang kepada Tuhan. Hendaknya kita membuat rencana yang sesuai dengan kondisi kita.

Hadhrat Mushlih Mau'ud meriwayatkan mengenai Nizamuddin Sahib, sangat bersahabat dengan Hadhrat Masih Mau'ud as. Bersamaan dengan itu, ia juga bersahabat dengan penentang beliau as yaitu Maulwi Muhammad Hussain Batalwi. Nizamuddin Sahib seorang yang sangat ceria dan telah berhaji tujuh kali. Nizamuddin Sahib merasa tidak senang terhadap Maulwi Muhammad Hussain yang menfatwakan kafir terhadap Hadhrat Masih Mau'ud as. Hal ini terjadi setelah Hadhrat Masih Mau'ud as mendakwakan sebagai Al-Masih. 

Beliau tinggal di Ludhiana. Tiap kali terjadi pertengkaran orang-orang yang berbicara menentang Hadhrat Masih Mau'ud as, beliau menganjurkan para penentang Hadhrat Masih Mau'ud as agar terlebih dahulu pergi dan melihat kemukhlisan yang ada di dalam diri Hadhrat Masih Mau'ud as. Ia juga menambahkan, “Saya kenal baik dengan beliau (Hadhrat Masih Mau'ud as). Jika dijelaskan mengenai suatu perkara berdasarkan Al-Quran, pasti beliau as akan menerimanya. Beliau tidak pernah menipu. Jika permasalahan dijelaskan menurut al-Qur’an kepada beliau yang menunjukkan beliau itu salah, pasti beliau akan menerima dan mengoreksi dirinya. Jika saya datang kepada Hadhrat Masih Mau'ud as membahas masalah ini serta membuktikan bahwa Hadhrat Isa as masih hidup dengan merujuk kepada Al-Quran, maka beliau as akan bertaubat dari pendakwaannya.”

Ketika Nizamuddin Sahib bertemu dengan Hadhrat Masih Mau'ud as, ia menanyakan apakah beliau as telah meninggalkan Islam dan tidak menerima Al-Quran lagi. Hadhrat Masih Mau'ud berkata padanya, "Bagaimana bisa hal itu terjadi?" Nizamuddin berkata jika ia dapat menyebutkan 100 ayat Al-Quran untuk membuktikan bahwa Hadhrat Isa as masih hidup, maka apakah beliau as akan menerimanya?

 Hadhrat Masih Mau'ud as mengatakan padanya untuk hanya memberikannya 1 ayat saja untuk meyakinkan beliau as. Ia berkata, “Mungkin tidak 100 tapi saya dapat memberikan 50 ayat untuk membuktikan Hadhrat Isa as masih hidup.” Hadhrat Masih Mau'ud as sekali lagi mengatakan padanya untuk hanya memberikan 1 ayat saja. Nizamuddin menjadi curiga bahwa mungkin tidak ada begitu banyak ayat di dalam Al-Quran yang membuktikan Hadhrat Isa as masih hidup. Maka ia meminta apakah beliau as akan menerima jika hanya 10 ayat saja yang diberikan? Hadhrat Masih Mau'ud as tertawa dan mengulangi bahwa beliau as hanya meminta 1 ayat saja.

Selama hari-hari tersebut, Hadhrat Maulana Nuruddin ra dan Maulwi Muhammad Hussain sedang bernegosiasi untuk mengadakan perdebatan antara Hadhrat Masih Mau'ud as dengan Maulwi Muhammad Hussain. Sementara Maulwi berpendapat untuk mendasarkan perdebatan pada hadits, Maulana Nuruddin ra berpendapat untuk mendasarkannya pada Al-Quran. Hal ini menjadi begitu berlarut-larut sehingga Maulana Nuruddin ra mulai menyerahkannya pada Maulwi tersebut sehingga paling tidak perdebatan tersebut dapat berlangsung. 

Sementara itu Nizamuddin Sahib sampai di tempat tersebut dan memberitahukan bahwa Hadhrat Masih Mau'ud as akan siap bertaubat. Ia juga telah mengambil janji Hadhrat Masih Mau'ud as bahwa jika ia dapat memberikan 10 ayat Al-Quran yang membuktikan Hadhrat Isa as masih hidup maka beliau as akan menerimanya. Maulwi Muhammad Hussain sangat marah mendengar hal ini dan berkata bahwa segala usahanya telah hancur. Sementara di sana ia sedang mencoba untuk mengadakan perdebatan berdasarkan pada hadits namun Nizamuddin malah membawanya kembali pada Al-Quran. Peristiwa ini memberikan petunjuk kepada Nizamuddin dan ia pun menerima Ahmadiyah.

Hadhrat Masih Mau'ud as memiliki keyakinan teguh bahwa selama beliau as berdiri di atas kebenaran, maka Al-Quran akan mendukung apa yang beliau as katakan. Beliau biasa mengatakan bahwa jika pendakwaan yang beliau as buat adalah tidak sesuai dengan Al-Quran, maka beliau siap untuk membuangnya. Hal ini adalah karena beliau as yakin bahwa Al-Quran akan membenarkan apa yang beliau katakan. 

Hadhrat Mushlih Mau'ud menjelaskan secara gamblang bahwa penentangan juga menyebabkan datangnya petunjuk bagi seseorang, “Ketika penentangan secara keras datang Jemaat meraih kemajuan. Semakin bertambah penentangan, bertambah pula dukungan dan pertolongan mukjizat Allah Ta’ala. Ketika seorang Ahmadi berkata kepada Hadhrat Masih Mau'ud as bahwa mereka mengalami banyak penentangan di daerah mereka, maka Hadhrat Masih Mau'ud as senantiasa bersabda bahwa ini adalah sebuah tanda kemajuan bagi daerah tersebut, “Melalui penentangan, orang-orang yang tidak mengenal kita akan mencari tahu siapa kita. Dan ketika mereka membaca buku-buku kita, maka kebenaran akan masuk ke dalam hati mereka.” Hadhrat Masih Mau'ud as suatu kali bertanya kepada seseorang yang akan baiat mengenai siapa yang telah menyampaikan kepadanya tabligh Ahmadiyah. Ia menjawab, Maulwi Tsanaullah [ulama penentang keras Jemaat]. Mengejutkan, Hadhrat Masih Mau'ud as bertanya, “Kenapa demikian?” Orang tersebut mengatakan bahwa ia biasa membaca tulisan-tulisan Maulwi Tsanaullah yang sangat menentang Jemaat. Hal ini menuntunnya untuk membaca sendiri buku-buku Jemaat dan hal ini membukakan hatinya dan ia siap untuk baiat.

Pada waktu ini juga demikian, penentangan telah menjadi sebab terbukanya pikiran orang-orang untuk menerima kebenaran. Para dai dan muballigh menyebutkannya dalam ceramah-ceramah mereka seperti telah sampai kepada saya (Hudhur V atba) berbagai majalah dalam beberapa edisi yang memuat bahasan mereka, yaitu bagaimana manusia bisa mengenal Jemaat.

Hadhrat Mushlih Mau'ud meriwayatkan betapa Allah ta’ala menganugerahi ketajaman akal kepada seseorang yang bahkan buta huruf, setelah mereka baiat. Miyan Muhammad Nur, penduduk Ludhiana telah bertekad kuat untuk menyebarluaskan Islam di seluruh dunia. Dia bertabligh/berdakwah kepada para tukang sapu yang mayoritas beragama Kristen. Ratusan tukang sapu menjadi muridnya. Lalu ia baiat menerima Hadhrat Masih Mau'ud as. Sebagian dari ratusan pengikutnya itu juga mengunjungi beliau as di Qadian. Alasan mereka, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad adalah syaikh (guru) dari guru mereka.

Orang-orang itu dipandang rendah secara sosial. Meskipun mereka tak berpendidikan, namun pada saat mereka ditanya oleh seorang kerabat Hadhrat Masih Mau'ud as yang bukan Ahmadi bahwa mengapa mereka berada bersama Mirza Ghulam Ahmad Sahib, maka mereka menjawab, "Kami tidak tahu banyak hal. Namun kami begitu menyadari bahwa orang-orang biasa menyebut kami sebagai chooray (panggilan yang hina bagi para tukang sapu) akan tetapi sekarang mereka memanggil kami Mirzai (Mirza adalah gelar kebangsawanan dari Persia, pent). Namun demikian, engkau (kerabat Masih Mau'ud yang bertanya tadi, pent) yang dulu biasa dipanggil Mirzai akan tetapi sekarang karena penentangan yang engkau lakukan terhadap Hadhrat Masih Mau'ud as maka engkau telah menjadi chooray". 

Jadi, ketika orang-orang menerima Ahmadiyah, akal mereka menjadi semakin tajam. Setiap Ahmadi memiliki persepsi yang lebih tajam dalam hal agama dari pada umat Nasrani ataupun non Ahmadi lainnya di tingkat sosial pendidikan masing-masing.

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra menyebutkan mengenai corak keikhlasan yang unik dari para Ahmadi, keinginan besar mereka untuk memenuhi wahyu Hadhrat Masih Mau’ud, juga mengenai orang-orang yang tadinya keras menentang lalu berubah menjadi orang yang mencintai Hadhrat Masih Mau’ud as. Suatu kali saat Hudhur II ra masih kecil, orang-orang dari kota Sialkot dan distrik Gujrat mengunjungi Hadhrat Masih Mau'ud as. Kota Sialkot dan distrik Gujarat keduanya adalah markaz/pusat Ahmadiyah waktu itu. Kota Sialkot menempati posisi sebagai pusat pertama sedangkan Gujarat pusat kedua. Berbeda dengan wilayah Gurdaspur yang penduduknya tidak memandang berharga adanya nabi di wilayah mereka. Saya ingat wajah-wajah para lelaki dari Gujarat. Mereka, bukan karena kesulitan keuangan, menyengaja berjalan kaki menempuh suatu jarak dengan ketulusan hati mereka untuk menjumpai Hadhrat Masih Mau'ud as, seraya menginginkan untuk memenuhi salah satu wahyu beliau as: : يأتيك من كل فج عميق "Orang-orang akan datang kepada engkau dari tempat yang jauh"

Riwayat selanjutnya yang juga diriwayatkan oleh saksi mata, Hadhrat Rosyan Ali ra. Selama hari-hari Jalsah, beberapa orang dari Gujrat datang dari satu arah sementara yang lainnya berjalan dari arah yang berlawanan. Ketika kedua kelompok ini bertemu, mereka pun saling bertangisan. Hadhrat Rosyan Ali ra bertanya kenapa bisa demikian. Mereka menjelaskan bahwa suatu kelompok dari antara mereka merupakan bagian dari orang-orang yang terlebih dahulu telah menerima Hadhrat Masih Mau'ud as. Sedangkan satu kelompok lainnya adalah mereka yang dulunya secara kejam menganiaya sekelompok yang pertama serta sangat menghina mereka sehingga kelompok Ahmadi awal yang teraniaya itu meninggalkan kampung halaman mereka dan tidak terdengar kabar mereka lagi. Setelah selang beberapa waktu, kelompok yang menganiaya ini pun akhirnya memperoleh petunjuk dan menerima Hadhrat Masih Mau'ud as. Dan mereka menjadi terharu karena mereka bertemu ketika sama-sama ingin bertemu dengan Hadhrat Masih Mau'ud as.

Para Maulwi telah memberikan kesan buruk bahwa Hadhrat Isa biasa menciptakan burung-burung serta meniupkan ruh ke dalamnya. Hal ini timbul karena kurangnya pemahaman akan firman-firman Allah Ta'ala yang ada dalam Al-Quran.  Makna sebenarnya dari hal ini adalah bahwa Hadhrat Isa as biasa memberikan tarbiyat kepada orang-orang dengan kekuatan ruhani dengan sangat baik sehingga mereka “terbang” ke hadapan Tuhan. Pada satu kesempatan, Hadhrat Masih Mau'ud as bertanya kepada seorang Maulwi yang berpendapat bahwa Hadhrat Isa as telah membuat burung yang berarti bahwa beberapa burung yang ada di dunia ini sekarang adalah diciptakan oleh Hadhrat Isa as sementara beberapa lainnya diciptakan oleh Tuhan. Lalu bagaimana cara membedakan kedua ciptaan ini? Maulwi tersebut menjawab dalam bahasa daerah bahwa sedikit sulit membedakannya karena kedua jenis burung ini telah bercampur.

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra menyebutkan bahwa terkadang perlu untuk memberikan jawaban terhadap suatu permasalahan yang telah melampaui batas. Selama berabad-abad umat Nasrani senantiasa menyerang Hadhrat Rasulullah saw dan karena umat Islam tidak dapat menjawabnya, maka umat Nasrani beranggapan bahwa Pendiri Islam ini (na’u’dzubillaah) penuh kecacatan atau aib buruk. Dengan demikian, hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun dan abad ke abad telah berlalu, bahkan hingga 700 atau 800 tahun sementara umat Nasrani terus-menerus menodai nama Rasulullah saw dengan menuliskan cacian dan serangan terhadap beliau saw sedangkan umat Islam tetap saja memaafkan mereka. Pada akhirnya Allah Ta’ala mengizinkan Hadhrat Masih Mau'ud as untuk menunjukan kecakapan beliau as. Dan Hadhrat Masih Mau'ud as menulis berkenaan dengan apa-apa yang orang Yahudi tulis dan kitab-kitab Kristen sebutkan mengenai Yesus dalam pandangan mereka sendiri tersebut. Seluruh umat Nasrani menjadi gempar (heboh) dan mengatakan bahwa itu bukan cara yang baik dan terpuji. Hadhrat Masih Mau'ud as bersabda bahwa beliau as sungguh telah mengatakan sebelumnya bahwa melancarkan kritik terhadap seorang wujud suci bukanlah cara yang baik dan sekarang adalah giliran umat Nasrani yang mengatakan cara-cara kita adalah tidak baik!

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra meriwayatkan mengenai seorang tabib (dokter) terkemuka lagi terkenal di wilayah Punjab. Hadhrat Khalifatul Masih Awwal juga memandangnya dengan penuh hormat dan mengakui keilmuannya di bidang pengobatan. Ia bernama Hakeem Allah Din berasal dari kota Bhera. Ia memiliki penghormatan yang luar biasa terhadap Hadhrat Masih Mau'ud as. Kendatipun demikian ia tidak mengakui kebenaran beliau as. Ada kisah yang menarik sehubungan dengan pengumuman dari Hadhrat Masih Mau'ud as mengenai telah wafatnya Nabi Isa as, sementara ia (Hakeem Allah Din) melihat/memandang ada satu rahasia yang tidak diketahui orang-orang di balik pengumuman ini. Ketika Hadhrat Syu’aib as berkata kepada umatnya untuk tidak merampas kekuasaan orang lain dan tidak menghabiskan kekayaan mereka dengan jalan yang salah, mereka berkata bahwa Syu’aib telah menjadi gila (Na’udzubillah). Pada masa ini ketika Hadhrat Masih Mau'ud as mengajukan pendapat kepada umat Islam bahwa Nabi Isa telah wafat, mereka juga mengatakan bahwa (Na’udzubillah) Hadhrat Masih Mau'ud telah menjadi gila. Mereka (umat Islam) berkata, “Selama 1300 tahun, para pembesar umat Islam, mengatakan Nabi Isa as masih hidup di langit. Tidak dapat benar itu bahwa Hadhrat Isa as sungguh telah wafat.”

Bagaimanakah dan sejauh mana kuatnya keyakinan umat Islam bahwa Nabi Isa as masih hidup dan belum wafat, itu bisa dijelaskan secara gamblang dari kisah mengenai tabib tersebut. Suatu kali seorang Ahmadi mukhlis, yang juga sahabat dekat Hadhrat Khalifatul Masih Awwal yang bernama Maulwi Fazl Din Dehlvi bertemu dengan tabib itu dan menablighinya. Hakeem Sahib (tabib tersebut) berkata, “Kenapa Anda mendakwahi saya? Apa yang Anda ketahui dan apa saja yang dapat Anda beritahukan? Anda (Dehlvi Sahib) tidak tahu betapa besar penghormatan yang saya miliki terhadap Tn. Mirza (Ghulam Ahmad). Bahkan, penghormatan Anda terhadap Tn. Mirza tidak sebanding dengan apa yang saya miliki.”

Dehlvi Sahib merasa mungkin Hakeem Sahib merupakan seorang Ahmadi di dalam hatinya sehingga ia menanyakan apa yang ada di pikirannya berkenaan dengan Jemaat Hadhrat Masih Mau'ud as. Hakeem Sahib berkata, “Para pemuda yang jahil (bodoh, belum paham) di masa ini tidak mungkin sampai kepada realitas hakekat yang sebenarnya. Mereka keluar untuk berdakwah dan bertabligh. Seperti contohnya, Anda yang datang pada saya menjelaskan perihal telah wafatnya Nabi Isa padahal Anda belum tahu hikmah dibalik pernyataan Tn. Mirza sehubungan dengan kewafatan Nabi Isa (Yesus).” 
Dehlvi Sahib berkata, “Kalau demikian, bolehlah kiranya Anda memberitahukan kepada saya perihal itu?”
Ia kemudian berkata, “Dengarlah ini! Sebabnya ialah Tn. Mirza telah menulis sebuah buku luar biasa yang tiada taranya yakni ‘Barahin Ahmadiyah’. Adakah buku seperti itu di kalangan Islam selama 13 abad ini setelah Rasulullah saw? Buku itu merupakan pembela Islam yang setia serangan-serangan pihak luar Islam. Namun ada para Maulwi itu yang bodoh dan bukannya bersyukur, menghargai dan menghormati beliau, mereka malah memberikan fatwa kafir terhadap beliau. Tn. Mirza sangat marah terhadap sikap mereka ini. Beliau berkata kepada para Maulwi itu, ‘Kalian menganggap dirinya sebagai ulama besar. Kalian membanggakan ilmu kalian. Mari kita datang berjumpa. Kalian beranggapan  konsep masih hidupnya Nabi Isa sudah sangat jelas dan tegas terbukti dari Al-Quran yang tidak mungkin untuk disangkal. Namun saya akan membuktikan kewafatan Nabi Isa dari Al-Quran dan jika kalian mempunyai keberanian maka kalian dapat menyangkalnya.’

Oleh karena itu, untuk membuktikan kebodohan para Maulwi itu, beliau memberikan konsep kewafatan Nabi Isa dari Al-Quran. Sekarang semua Maulwi di India boleh saja menyatukan kekuatan dan memberikan upaya terbaik mereka, namun mereka tidak akan dapat melawan Tn. Mirza. Beliau telah memerangkap mereka dengan suatu cara sehingga mereka tidak berani untuk mengangkat kepala mereka. 

Kendatipun terbukti jelas dan tegas bahwa Nabi Isa masih hidup sementara pendapat bahwa Nabi Isa sudah wafat tidak benar, namun, hanya ada satu jalan keluar bagi semua perselisihan ini, yaitu semua Maulwi meminta maaf kepada Tn. Mirza berkenaan dengan fatwa kafir yang mereka keluarkan terhadap beliau. Jika mereka melakukan itu, Anda saksikan bagaimana Tn. Mirza akan sungguh membenarkan konsep masih hidupnya Nabi Isa dari Al-Quran!”

Alangkah ganjil dan anehnya penjelasan Tn. Dokter ini. Riwayat ini menunjukan bahwa terlepas dari rasa hormat yang mendalam kepada Hadhrat Masih Mau’ud as, namun konsep masih hidupnya Nabi Isa telah begitu mengakar di dalam dirinya sehingga Hakeem Sahib tidak baiat. Oleh karena itulah, merupakan suatu karunia yang besar dari Allah Ta’ala kepada siapapun yang mendapat taufik untuk baiat.

Hendaknya diingat bahwa konsep kewafatan Nabi Isa (Yesus) tidak hanya merupakan konsep ideologis lahiriah semata. Hal ini adalah sangat penting berhubungan dengan penegakan ketauhidan Ilahi. Dengan membuktikan kewafatan Nabi Isa (Yesus), berarti Hadhrat Masih Mau’ud as telah menghapus hambatan terhadap akidah ketauhidan Ilahi. Suatu ketika ada seseorang yang mengatakan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as agar mengurangi propaganda konsep kewafatan Nabi Isa (Yesus). Hadhrat Masih Mau’ud as menjawab dengan berwibawa dan berkata bahwa konsep ini telah menyebabkan kerugian besar terhadap Islam dan perlu untuk ditumpas.

Sebagian orang bertanya, “Apa perlu dan pentingnya masalah kewafatan Nabi Isa (Yesus) ini?” Pada hakekatnya, akidah ini meletakkan hambatan diatas jalan Ahadiyyat (Keesaan) Allah Ta’ala di dunia. Oleh karena itulah, Hadhrat Masih Mau’ud as  sangat keras menentangnya. Gejolak ini atas tarikan karuni Allah sehingga beliau meninggikan dasar kebenaran. Setiap dari kita yang menyintai Islam dapat mengetahui secara sekilas betapa terdapat gejolak api meradang (semangat membela Islam) dalam hati beliau as dalam hal ini. Bila di dalam hati seseorang terdapat kecintaan terhadap Allah dan ketidaknyamanan hati karena ingin menyebarkan Islam, niscaya dia akan tahu betapa terdapat gejolak api meradang (semangat membela Islam) dalam hati beliau as dalam hal ini. Oleh karena itu, kita harus memusatkan upaya kita dalam hal ini. Namun, jika kita tidak memahami hal ini, maka setiap perbuatan yang kita lakukan dapat mengarah kepada syirik walau pun secara lahiriahnya terlihat sebagai manifestasi dari Tauhid. 

Bagaimana mungkin suatu perbuatan bisa bersifat tauhid dan syirik dalam waktu yang bersamaan? Hadhrat Mushlih Mau’ud ra menjelaskan, “Pada masa Hadhrat Masih Mau’ud as ada seseorang yang pernah di sini (Qadian) untuk belajar. Dia selalu mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw mengetahui yang gaib. Dia biasa memakai topi gaya Turki. Dia dipanggil dan ditanya, ‘Apakah Anda menyangka Nabi Muhammad saw tahu Anda selalu memakai topi gaya itu?’ Tanpa ragu dengan yakin ia menjawab, ‘Iya.’”

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra bersabda bahwa orang-orang jauh mendalami وحدانیت - Wahdaniyat berkaitan dengan keyakinan terhadap Allah Ta’ala. namun mereka tidak mencapai احدیت - Ahadiyyat. Setelah memahami Ahadiyyat, maka seseorang menyadari bahwa tidak diragukan lagi bagi manusia dapat memiliki kemampuan untuk sebagai خالق khaaliq- menciptakan dan رازق raaziq-menyediakan rejeki (dua diantara banyak sifat Allah) akan tetapi, adalah hal yang berbeda jauh antara khalq (kemampuan menciptakan) manusia dengan khalq Allah Ta’ala. Begitu juga dalam hal raaziq (memberi rejeki), manusia dan Allah tentu tidak sama. 

Saya hendak menguraikan kalimat saya perihal الواحد al-Waahid (Tunggal) dan الأحد al-Ahad dari segi bahasa supaya dapat dipahami dengan mudah. Sungguh Allah Ta’ala itu Waahid dan juga Ahad (Esa), Wahdaniyyat berarti bahwa Dia itu Waahid dalam sifat-sifat-Nya. Dalam batas tertentu kemanusiaan, Sifat-sifat Ilahi ini dapat timbul di dalam diri manusia. Memang, teladan terbaik dalam hal ini adalah Hadhrat Rasulullah saw. Namun, tidak ada satu pun yang sempurna sifat-sifatnya kecuali Allah saja. Sedangkan Ahadiyyat Allah Ta’ala berarti Keesaan Wujud Allah Ta’ala dan tidak ada sesuatu apapun yang dapat dibandingkan dengan-Nya. 

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra bersabda bahwa ketauhidan Ilahi yang sejati didirikan ketika konsep Ahadiyyat dipahami secara benar. Semoga Allah Ta’ala memungkinkan kita untuk memenuhi tujuan Hadhrat Masih Mau’ud as dan menegakkan Ketauhidan Ilahi. 

Diterjemahkan oleh: Hafizurrahman; editor: Dildaar Ahmad Dartono