Ahmadiyya Priangan Timur

.

Friday 30 May 2014

TANDA-TANDA IMAN

”Memang ini merupakan pendakwaan setiap umat bahwa mereka menjalin kecintaan dengan Allah Ta’ala, namun hal yang perlu dibuktikan adalah apakah Allah Ta’ala pun mencintai mereka atau tidak? Dan kecintaan Allah Ta’ala adalah, pertama-tama Dia mencabut hijab (tabir) dari kalbu-kalbu tersebut, yaitu tabir yang mengakibatkan manusia tidak dapat mempercayai secara benar Wujud Allah Ta’ala serta dengan meraba-raba dan dengan makrifat (pengetahuan) yang gelap mengakui Wujud-Nya. Bahkan kadang-kadang pada saat dilanda cobaan manusia mengingkari Wujud-Nya. Dan pencabutan tabir tersebut tidak dapat terjadi tanpa melalui mukaalamah Ilahiyah (percakapan dengan Allah Ta’ala).

Jadi, pada hari itu manusia terjun menyelam ke dalam mata air makrifat (pengetahuan) hakiki, yaitu pada hari ketika Allah Ta’ala berkata-kata dengannya serta memberikan kabar suka kepadanya bahwa "Anal maujud – (Aku ada)”, barulah makrifat (pengetahuan) manusia tidak hanya terbatas pada perkiraan-perkiraan kiasan atau pemikiran-pemikiran yang berlandaskan pada kisah-kisah belaka, melainkan dia menjadi begitu dekat dengan Allah Ta’ala, sehingga seakan-akan dia melihat-Nya. Dan ini benar serta sangat benar, bahwa keimanan sempurna diraih manusia pada hari ketika Allah Ta’ala mengabarkan kepada manusia tentang Wujud-Nya.

Kemudian tanda kedua bagi kecintaan Allah Ta’ala, Dia tidak hanya mengabarkan tentang Wujud-Nya saja kepada hamba-hamba kesayangan­-Nya, tetapi juga Dia secara khusus menzahirkan tanda-tanda rahmat serta karunia-Nya pada mereka, dan hal itu berlangsung sedemikian rupa, yakni doa-doa mereka -- yang tampaknya tidak mungkin jika dilihat dari harapan-harapan zahiriah -- dikabulkan oleh-Nya, dan hal itu Dia beritahukan kepada mereka melalui ilham dan Kalam-Nya (Firman-Nya). Barulah kalbu mereka menjadi puas bahwa, “Ini adalah Tuhan kita Yang Maha Kuasa, Yang mendengar doa-doa kita, dan Dia memberitahukan kepada kita serta menyelamatkan kita dari kesulitan-kesulitan.” Pada hari itu masalah najat (keselamatan) pun akan dimengerti dan Wujud Allah Ta’ala juga akan diketahui.

Walaupun pihak-pihak lain juga – untuk membangunkan dan memperingatkan mereka -- kadang-kadang memperoleh mimpi benar, akan tetapi derajat, kemuliaan, serta corak kondisi [orang beriman] ini berbeda dari itu. Ini merupakan mukaalamah (percakapan) Allah Ta’ala yang hanya berlangsung dengan para muqarrab khas (orang yang memperoleh kedekatan khusus). Dan tatkala manusia yang telah memperoleh kedekatan itu memanjatkan doa maka Allah Ta’ala akan menampakkan manifestasinya (perwujudannya) pada orang itu dengan keperkasaan Ilahiyah-Nya, dan Dia menurunkan Ruh-Nya pada orang itu, dan dengan kata-kata yang dipenuhi oleh kecintaan Dia memberikan kabar gembira kepada orang itu tentang pengabulan doanya.

Orang yang dengannya terjadi mukaalamah (percakapan) ini dalam jumlah besar (sering) dia disebut nabi atau muhaddats. Dan ini juga merupakan tanda agama yang benar, yakni melalui ajaran agama tersebut lahirlah orang-orang baik yang mencapai derajat muhaddats (bercakap-cakap dengan Allah Ta’ala), yaitu orang-orang yang dengan mereka Allah Ta’ala berkata-kata secara berhadapan, dan ini jugalah yang merupakan tanda pertama hakikat serta kebenaran Islam, yakni di dalamnya senantiasa lahir orang-orang baik yang dengannya Allah Ta’ala berkata-kata:

(“Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih” – Al-Fushilat, 31).

Jadi, inilah standar hakiki agama yang benar, yang hidup dan yang diterima [di sisi Allah], dan saya mengetahui bahwa nur (cahaya) ini hanya terdapat di dalam Islam. Agama-agama lain tidak memiliki cahaya ini. Dan untuk membuktikan kebatilan agama-agama tersebut dalil ini lebih hebat daripada ribuan dalil lainnya, yakni yang mati sama sekali tidak dapat melawan yang hidup, dan tidak pula orang yang buta dapat unggul terhadap orang yang tidak buta (melihat)” (Malfuzat, jld. II, hlm. 130-132).

0 komentar:

Post a Comment