Ahmadiyya Priangan Timur

.

Thursday, 5 June 2014

KHUSYUK DALAM SALAT

“Ukuran paling besar bagi kehidupan zuhud manusia adalah salat. Seseorang yang selalu menangis merintih di hadapan Allah dalam salat, dia senantiasa berada dalam keadaan aman. Seperti halnya seorang bagi yang menangis menjerit-jerit di pangkuan ibunya, dia merasakan kecintaan dan kasih-sayang ibunya. Demikian pula orang yang menjatuhkan diri menangis di hadapan Allah dalam salat dengan penuh tadharu (perendahan diri) dan memanjatkan doa dengan sepenuh hati berarti dia menempatkan dirinya di dalam pangkuan anugerah Ilahi.

Ingatlah, seseorang yang belum merasakan kelezatan dalam salat berarti dia belum merasakan kelezatan iman. Salat itu bukanlah sekedar gerakan-gerakan seperti ayam mematuk. Sebagian orang menyelesaikan salat seperti ayam yang mematuk dua atau empat kali patukan, dan kemudian dia mulai memanjatkan doa panjang-panjang. Padahal salat itu sendiri adalah saat untuk memaparkan sesuatu di hadapan Allah Ta’ala. Mereka cepat-cepat mengerjakan salat itu hanya sebagai suatu tradisi saja, dan setelah keluar dari hadapan Allah barulah mereka memanjatkan doa.

Panjatkanlah doa di dalam salat. Pahamilah bahwa salat itu merupakan suatu jalan dan sarana untuk memanjatkan doa” (Malfuzat, jld. II, hlm. 145).