“Persahabatan antara dua orang kawan dapat terjalin dalam bentuk dimana kadang-kadang yang satu menuruti kawannya, dan kadang-kadang kawannya yang menuruti dia. Jika satu orang selalu hanya ingin kemauannya sendiri saja yang harus dituruti, maka hubungan itu pun menjadi hancur. Demikian pula hendaknya hubungan antara Allah Ta’ala dengan hamba-Nya. Kadang-kadang Allah Ta’ala mendengarkan si hamba, dan kadang-kadang si hamba yang menuruti keputusan serta takdir-Nya.
Hal yang sebenarnya adalah, memang merupakan hak Allah Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya, dan ujian ini darinya adalah untuk manfaat-manfaat manusia. Hukum kudrat-Nya memang berlaku demikian, yakni setelah adanya ujian maka yang lulus dengan baik akan dijadikan-Nya sebagai pewaris karunia-karunia-Nya.”
(Malfuzhat, jld. I, hlm. 324-325).
0 komentar:
Post a Comment