Ahmadiyya Priangan Timur

.

Tuesday 30 September 2014

NYALINDUNG Dari Segala Godaan dan Cobaan.

Jemaat lokal ini bernama Jemaat lokal Nyalindung. Kalau dalam bahasa Indonesia artinya berlindung. Nyalindung ini merupakan salah satu Jemaat lokal di Kabupaten Garut. Sesuai dengan namanya dan karakteristik daerahnya, Nyalindung merupakan sebuah daerah yang berada di bawah/di dataran rendah atau dalam bahasa Sunda disebut “di lebak”. Karena untuk menjangkau rumah-rumah anggota sendiri kita harus melewati jalanan yang menurun dengan jalan yang berupa tanah merah. Arti Nyalindung dapat juga berarti daerah yang tersembunyi/terlindungi karena didaerah tersebut banyak ditumbuhi pohon-pohon yang cukup besar.
Jemaat bisa sampai di Nyalindung merupakan salah satu jasa dari tokoh yang berasal dari daerah itu sendiri, bernama Bpk. Warsa, alm. Sampai sekarang jumlah anggota disana kurang-lebih 100 orang. Terdiri dari Anshar, Khuddam, LI, Nashirat, Abna dan Banath.
Ada beberapa cerita yang cukup menggetarkan hati setiap kali mendengar untaian kata dari beberapa anggota disana yang menceritakan keadaan jemaat disana yang alhamdulillah sedang mendapatkan limpahan karunia dari Allah Ta’ala.
Berikut salah satu cerita yang membuat kita semakin kokoh dan cinta kepada Jemaat ini. Beberapa waktu ke belakang, jemaat Nyalindung ini memakai sebuah mesjid yang sebenarnya kepemilikan mesjid tersebut merupakan milik dari salah satu anggota masyarakat non ahmadi disana. Namun untuk masalah pengelolaan mesjid tersebut diserahkan sepenuhnya kepada anggota jemaat kita. Selama ini tidak ada masalah apapun dengan kepengurusan mesjid tersebut sampai akhirnya sebelum terjadi penyerangan FPI di Wanasigra (saat Jalsah Salanah), mulai mencuat beberapa masalah yang semakin hari semakin memanas saja. Hal tersebut dipicu ketika ada orang yang meninggal (orang itu merupakan keturunan dari pemilik mesjid tersebut). Pengurus kita mengatakan bahwa orang yang meninggal tidak boleh di shalatkan di dalam mesjid. Sontak hal tersebut membuat anggota keluarganya emosi, sehingga terjadi kesalahpahaman yang juga melibatkan para muspika setempat. Dan pada akhirnya anggota kita tidak bisa lagi memakai mesjid disana untuk beribadah. Ini menimbulkan kesedihan yang mendalam pada setiap anggota yang berada disana.
Semenjak kejadian tersebut saudara kita mendapatkan beberapa tindakan intimidasi, baik dari keturunan pemilik mesjid tersebut maupun dari beberapa aparat desa setempat. Sampai pada beberapa Jumat, Imam Shalat Jumatnya merupakan utusan dari MUI. Hal itu membuat hati saudara kita sakit, dan saya mendengar hal itu langsung selama beberapa kali. Sehingga saya berpikir bahwa saudara kita disana memang begitu mencintai Jemaat, sehingga hal ini membuat mereka susah dan sedih hati. Terkadang mereka juga mendengar hujatan, fitnah dan sindiran yang membuat hati mereka pedih. Ada yang sampai menempelkan stiker di jendela rumah masyarakat yang merupakan ghair dengan tulisan “bukan ahmadiyah” pada setiap rumah, kecuali rumah anggota jemaat.  Mereka juga merayu anak-anak non yang biasa sekolah agama di anggota jemaat dengan iming-iming seragam dan uang saku 2000/orang. Namun tak lama anak-anak itu kembali sekolah agama di jemaat, dengan alasan mereka tidak suka sekolah agama di tempat non ahmadi tersebut karena yang mereka dapatkan bukan ilmu agama, melainkan ejekan-ejekan kepada anggota jemaat ahmadiyah Nyalindung.
Dikarenakan kekuatan dan keteguhan saudara kita disana, alhamdulillah karunia Allah pun berangsur-angsur turun. Ini dimulai dengan kegiatan shalat tarawih berjamaah saat bulan ramadhan yang dikunjungi oleh mubaligh pembina Jemaat lokal tersebut, yaitu Mln. Syihab Ahmad. Dikarenakan mereka ingin tetap tersirami rohaninya dengan air suci Jemaat, saudara-saudara kita mengadakan inisiatif pembagian kelompok tarawih yang digilir setiap minggunya guna mendapatkan giliran Imam oleh Mubaligh sekaligus siraman rohani.
Selama ini jemaat disana mengadakan kegiatan kejemaatan dengan berkelompok dan dibagi dibeberapa rumah anggota. Untuk kelompok tarawih dibagi menjadi 3 kelompok besar. Dan alhamdulillah setiap kelompok tersebut bisa dikunjungi oleh Mubaligh. Kemudian mulai muncul anggota-anggota yang tadinya tidak begitu aktif mengikuti kegiatan selama mesjid yang sebelumnya masih bisa dipakai. Setelah sering dikunjungi oleh Qaid daerah Garut Fathan Mubaraq, alhamdulillah kepengurusan khudam disana mulai tersusun, terbentuklah Majelis Khudam Nyalindung dengan Qaid Majelis terpilih Sdr. Hen-hen.
Sambutan-sambutan hangat penuh semangat pun mulai membakar. Tak lama setelah itu anggota disana sudah mendapatkan sebuah keputusan untuk membeli  lahan kosong yang letaknya tak jauh dari mesjid yang lama. Mereka berharap dapat segera membeli tanah dan mendirikan mesjid. Tak perlu waktu lama, alhamdulillah seorang anggota dari Jemaat lokal Garut Kota bersedia untuk membiayai pembangunan mesjid tersebut. Untuk dana pembelian tanahnya sendiri anggota disana bergerak cepat dengan membuat perjanjian. Dalam waktu beberapa minggu sudah terkumpul dana kurang lebih 1 juta rupiah(meskipun baru sebatas nominal perjanjian). Angka yang cukup besar, melihat mata pencaharian anggota disana sebagian besar hanya merupakan petani, peternak,dan buruh.
Untuk masyarakat sekitar sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan ahmadiyah apa dan bagaimana. Hanya beberapa oknum masyarakat yang merasa tidak senang dengan keberadan ahmadiyah disana yang mencoba menggoyang-goyangkan jemaat namun tidak berhasil. Karena pada akhirnya masyarakat disana sendiri yang bertanya-tanya pada anggota jemaat bahwasannya kapan jemaat akan mendirikan mesjid, karena mereka sudah tidak sabar ingin ikut shalat berjamaah dan mengaji bersama di mesjid baru milik Jemaat. Bahkan pertanyaan yang sederhana sering mereka tanyakan kepada saudara-saudara kita, seperti “Mau shalat Ied dimana? Saya mau ikut,” “Jumatan dimana saya mau ikut.” Untuk Jumatan sendiri, anggota disana pergi ke Mesjid Garut Kota. Dan ketika Hari Raya Idul Fitri tahun 2013 ini, tidak sedikit ghair ahmadi yang melaksanakan shalat Ied bersama anggota Jemaat. Sehingga jumlah yang hadir melebihi tempat yang disediakan, sampai-sampai halaman dan teras rumah dijadikan tempat shalat. Bagaimana dengan mesjid ghair ? menurut anggota disana, saat dia hendak pergi ke tempat shalat ied dia hanya melihat hanya ada dua orang yang berada di mesjid. Terdengar kabar pula bahwa makmum disana merupakan makmum bayaran dari luar daerah tersebut.
Mesjid tersebut kini nampak tidak terpelihara. Ketika anggota kita melihatnya pun, didalam mesjid tersebut berderet asbak rokok yang disimpan dipinggiran jendela. Bahkan ada juga yang bermain kartu didalamnya. Mesjid yang dahulu ramai dengan kegiatan memuji Allah Ta’ala, kini sepi dan kotor.
Alhamdulillah untuk anggota jemaat disana makin hari makin tersinari oleh petunjuk. Karena mereka sendiri yang berusaha membuka dan mencari cahaya Illahi, sehingga mereka tidak membiarkan sedikitpun ruang dalam hati mereka menjadi hitam dan gelap.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan Karunia-NYA dimanapun Jemaat ini berada. Mohon doa untuk Jemaat Nyalindung supaya dapat selalu menjaga kecintan kepada Jemaat Allah Ta’ala ini,dalam segala godaan dan cobaan yang menerpa sehingga pembangunan mesjid pun dapat segera terealisasi. Aamiin Allahuma Aamiin. Jazakumullah Ahsanal Jaza.
Oleh : Adinda Firdhausya Zakhra - Sanding