Ahmadiyya Priangan Timur

.

Monday 13 October 2014

Khutbah Jumat: Ibadah, Mengendalikan Amarah dan Memaafkan

Khutbah Jumat Hazrat Khalifatul Masih V
10 Oktober 2014
Allah telah menarik perhatian orang-orang beriman untuk menjadi abid (penyembah Alllah) dan kepada pengamalan moral yang tinggi karena tanpa yang satu ini seseorang yang mengaku memiliki keimanan sejati tidak bisa disebut sebagai mukmin sejati. Tanda orang beriman adalah mereka menyembah Allah dan juga menghindari hal-hal yang sia-sia dan tidak berguna. Tidaklah dapat dikatakan beriman apabila ia juga bersikap kasar. Biasanya sikap kasar lahir dari sifat arogan inilah mengapa Allah Swt berfirman '...berjalanlah di muka bumi dengan merendahkan diri..' (25:64) dan orang yang bermartabat dan rendah hati sealalu menghindari perselisihan, mencegah pertengkaran dan santun kepada yang lain. Keadaan seorang beriman sejati adalah ketika meraih keridhaan Allah sebagai tujuan disamping bermoral tinggi dan sementara pengaruhnya tercipta melalui menunaikan haknya menyembah Allah. Dengan demikian ciri seorang mukmin sejati adalah ia menyembah Allah dan menjadi rendah hati. Adalah suatu kebenaran bahwa seseorang memiliki kapasitas masing dalam hal keruhaniannya maupun kemampuan raganya. Keadaan zaman telah menghambat kemampuan ruhani seseorang dan tidak dapat mengikuti perkembangan untuk meingkatkan standar keruhanian sebagaimana diharapkan sebagai seorang mukmin sejati. Atas hal itu Allah telah memberikan kemudahan bagi orang-orang beriman, sesungguhnya Allah tidak membebani seseorang diluar kemampuannya. Oleh karena itu untuk mengatakan suatu hal adalah tidak mungkin untuk diamalkan oleh seseorang setidaknya tidaklah tepat sepanjang menyangkut ajaran Islam. Allah telah mewajibkan shalat namun juga telah banyak memberikan kemudahan. Sebagai contoh, jika seseorang tidak dapat mendirikan shalat dengan berdiri ia dapat melakukannya dengan cara duduk. Jika karena sakita atau kelemahan tidak dapat mendirikan shalat dengan cara duduk maka ia boleh mendirikan shalat dengan cara berbaring. Dan tidak ada ketentuan mengenai bagaimana seharusnya seseorang berbaring menunaikan shalat. Ketika seseorang dalam perjalanan atau ada kendala, shalat dapat dipersingkat atau digabungkan (jamak). Singkatnya bagaimanapun tidak seorangpun dapat beralasan tidak memungkinkan mendirikan shalat dalam keadaan apapun. Orang-orang yang bekerja dalam keadaan pakaian mereka tidak dapat bersih sepanjang waktu dapat mendirikan shalat dengan bajunya tersebut. Jika tidak ada ketersediaan air maka tayamum dapat menggantikan wudlu. Oleh karena itu orang berakal tidak akan dapat membuat alasan untuk meninggalkan shalat. Jika seseorang adalah seorang berakal maka ia harus mendirikan shalat. Banyak orang yang membuat alasan dalam hal ini yaitu meninggalkan shalat dan hal ini menjauhkan mereka dari keimanan. Masing-masing dari kita harus memperhatikan hal ini. Hazrat Khalifatul Masih bersabda bahwa setelah khutbah jumatnya pada peresmian masjid kita di Irlandia dimana Huzoor menarik perhatian untuk menyembah Allah, beliau menerima surat dari seorang murabi sahib di Amerika dan surat lainnya yang menyatakan bahwa jamaah yang hadir ke masjid meningkat setelah khutbah Huzoor tersebut. Hal ini jelas bahwa sebelumnya mereka yang tidak hadir ke masjid bukan karena ada kendala atau karena tidak memungkinkan, sekali perhatian mereka ditarik kepada hal memakmurkan masjid kesadaran mereka bekerja. Kini momentum tersebut perlu dipertahankan Khuddamul Ahmadiyah dan Lajnah perlu melakukan upaya khusus dalam menanamkan kebiasaan mendirikan shalat secara dawam kepada para generasi muda. Masa muda adalah masa kesehatan dan ketika shalat dapat didirikan ini karena tuntunan. Di masa depan satu penyakit timbul yang akan mencegah seseorang dari menunaikan beribadah kepada Allah itu karena tuntunan. Masih Mauud as secara khusus menarik perhatian kita pada kenyataan bahwa hanya beribadah disaat muda dan dalam keadaan kesehatan yang baik dapat didirikan ini dengan menunaikan haknya. Seseorang harus berusaha dan berpegang pada perintah Allah bahkan dengan memperlakukan diri mereka dalam kesendirian bahkan dengan kenyamanan yang dikarunia Tuhan dalam hal ini, sungguh seseorang harus beribadah kepada Allah sebagai ucapan syukur atas kesehatan yang mereka miliki. Berbagai upaya harus dibuat untuk hal ini sebagaimana keimanan tidak akan lengkap tanpa hal ini. Aspek lainnya adalah nilai moral yang tinggi. Kualitas utama dari mereka yang bermoral tinggi adalah kejujuran yang juga menjadi atribut seorang yang beriman sejati. Hall ini hanya mungkin terjadi saat seseorang membenci dusta. Orang berdusta dalam beberapa kali dalam kehidupan kemudian mengatakan bahwa mereka tidak berniat untuk mengatakan apa yang tidak benar itu hanya sekedar terpeleset lidah. Allah Maha Pengampun dan memaafkan bagi mereka yang merasa menyesal pada kesalahan mereka. Tentu saja sangtlah penting menunjukan rasa penyesalan atas hal tersebut. Bagaimana seseorang dapat termasuk diantara mereka yang bermoral tinggi dan bersikap tegas saat seseorang tidak menunjukan rasa penyesalan setelah berkata dusta atau jika kata dustanya menyebabkan kerugian seseorang dan seseorang tidak memperbaiki keadaan dan sebaliknya mencoba untuk membenarkan perkataan dusta atau mengatakan bahwa perkataan dustanya tidak dapat dihindari. Allah berfirman '...ucapkanlah perkataan yang baik kepada manusia.." (2:84) Orang-orang yang mudah marah dan bertamperamen buruk secara alami tidak menunjukan sifat lekas marah mereka sepanjang waktu. Saat Allah berfirman untuk bertutur kata yang baik kepada setiap orang maka mereka inilah yang menjadi sasaran perintah dan diperintahkan untuk bersikap lemah lembut dan tidak menunjukn kemarahan pada hal-hal sepele. Berdasarkan sifat alamiah beberapa orang meradang secara mudah. Namun jika mereka menunjukan rasa penyesalan dan memperbaiki luka hatinya yang mereka dapatkan dan mengobatinya, maka Allah menyatakan pintu taubat selalu terbuka. Adapun orang yang mengabaikan perintah ini dan menyia-nyiakannya dan tidak menunjukan rasa penyesalan sedikitpun tidak hanya kurang bermoral namun juga berdosa dengan tidak mengindahkan Tuhan. Ibadah mereka tidak sia-sia. Allah memberi harapan pengampunan kepada mereka yang menunjukan memperlihatkan amarah karena situasional tapi kemudian merasa malu dan mencoba serta memperbaiki situasi. Bagi mereka yang tidak memiliki rasa malu dan rasa penyesalan setelah timbul kesadaran, tidak ada alasan mereka untuk bekerja di hadapan Allah. Huzoor bersabda kita butuh bercermin pada diri sendiri berulang kali. Huzoor bersabda banyak kasus datang kepada beliau beberapa diantaranya mengenai konflik pernikahan dan yang lainnya menyangkut kesepakatan bisnis dimana orang menjadi begitu marah hingga tak melihat apa yang ia katakan serta apa yang ia lakukan. Suami menjadi emosional menyakiti perasaan istri bahkan sampai terjadi kekerasan fisik. Dalam kasus lain orang melakukan sikap yang salah. Ketika komite ishali atau Dewan Qadha menengahi bahkan mereka tidak memahami dan tidak bersikap fleksibel dalam sikap mereka. Ketika dan jika tindakan disiplin diambil dari mereka, maka mereka menghadapi dengan pengertian, menulis surat permohonan maaf serta mencoba dan memperbaiki suasana. Memang benar bahwa orang tersebut mengakhiri permasalahan dengan mohon maaf namun mereka ditandai sebagai yang mendapat hukuman. Apakah mereka tidak terlibat dalam perangkap keangkuhan padahal masalah tersebut dapat diselesaikan secara saling pengertian. Lalu ada juga mereka yang tidak setuju dengan kondisi apapun. Dunia ini dan segala kenikmatannya hanya bersifat sementara. Kita harus memperhatikan hari akhir. Huzoor bersabda beliau sering menarik perhatian kearah meningkatkan standar moral kita dan tidak terjerat dalam hal egoisme keangkuhan atas hal yang sepele. Setiap anggota Jemaat harus mencoba dan menjadi contoh kemanusiaan. Merupakan sifat alamiah untuk merasa sangat marah, namun Allah telah memerintahkan orang beriman sejati untuk menahan amarah mereka. Mengenai masalah pernikahan, dalam ayat-ayat Al Quran yang dibacaka saat khutbah nikah telah disampaikan dengan pandangan ketaqwaan dan perintah ini sangatlah baik bagi suami maupun istri. Namun beberapa orang menganggap itu tidaklah penting dan tidak fleksibel. Mereka merasa bangga dengan menerapkan sikap mereka dan merendahkan pihak lain. Mereka menganggap pendapat mereka yang paling benar dan tidak mempertimbangkan orang lain dalam pikiran mereka orang lain pantas mendapatkan apa yang mereka putuskan. Jika pemikiran orang seperti itu diterima maka berarti agama mereka adalah palsu karena agama mengatakan satu hal dan pihak lain diam. Mereka tentu dapat saja mengatakan bahwa sangatlah sulit mematuhi segala perintah agama dalam suatu situasi tertentu tetapi untuk mempertahankan bahwa apapun yang mereka lakukan adalah tidak dapat dihindari dan tidak ada jalan keluar lain sama saja dengan memalsukan agama mereka. Allah memerintahkan kita untuk menahan amarah, memperlakukan orang lain dengan hormat, tidak keras kepala dalam kesalahan kita dan berusaha menunaikan hak umat manusia. Bahkan Hazrat Masih Mauud as senantiasa mengatakan bahwa seseorang yang tidak menunaikan hak umat manusia, tidak menunjukan rasa hormat seperti yang diperintahkan Allah Taala ia tidak menunaikan hak Allah dan ibadahnya hanya kepura-puraan yang mana tidak akan membawa perubahan yang baik di dalam dirinya, tidak akan menanamkan kerendahan hati didalam dirinya. Hazrat Masih Mauud as bersabda 'Ingatlah kebijaksanaan dan kemarahan nyata bertolak belakang. Dan siapapun yang bersabar dan memperlihatkan teladan berakal dianugerahi cahaya yang menyala untuk menerangi inderanya dan kemudian cahaya itu menyala untuk menciptakan cahaya. Oleh karena amarah dan kemurkaan menggelapkan hati dan pikiran, kegelapan akan senantiasa terus menciptakan kegelapan. Masih Mauud juga bersabda; 'Ingat orang yang keras dan mudah marah tidak pernah bisa mengucapkan kata-kata bijaksana dan arif. Hati mereka yang terbenam dalam kemarahan dan kemurkaan ketika berhadadapan dengan lawan kebijaksanaannya terampas. Dan mulut yang sembarangan mengucapkan kekotoran ia akan kehilangan ketajaman akal pikiran. kemarahan dan kebijaksanaan tidak dapat bersatu. Seorang pemarah berada dalam kebodohan dan pikirannya tidak karuan. Seorang pemarah tidak pernah dalam bidang apapun. Kemarahan adalah setengah kegilaan dan ketika memanas itu bisa berubah menjadi kegilaan nyata. Masih Mauud as bersabda; 'Dua faktor yag menyebabkan seseorag sakit jiwa, ketika ia berfikir buruk mengenai orang lain dan ketika kemarahannya memuncak. Oleh karana itu sangatlah penting bahwa orang harus menghindari berpikir buruk mengenai orang lain dan juga menghindari kemarahan.' Menjelaskan mengenai seorang mukmin sejati Masih Mauud as bersabda: 'Seseorang harus menggunakan kemampuan tabiatnya dalam hal yang tepat dan tidak melanggar. Sebagai contoh kemarahan yang berlebihan meruakan suatu yang menimpakan kesakitan jiwa. Ada sedikit perbedaan antara ini dan kesakitan jiwa. Orang pemarah dirampas kebijaksanaannya. Kita tidak harus berbicara emosi bahkan dengan seorang pencela sekalipun. Allah bersabda; '...dan mereka yang menahan amarah dan yang memaafkan...(3:135). Ajaran pengampunan dan memaafkan dalam injil adalah khusus untuk orang-orang Yahudi. Yesus as tidak ada hubungannya dengan rasa simpati bagi orang lain selain Yahudi dan jelas mengatakan bahwa beliau tidak peduli tentang orang lain selain orang Israel, terlepas mereka itu dalam kerusakan ataupun mereka meraih keselamatan.' Huzoor bersabda dalam lingkup pengampunan memaafkan dari Masih Muhammadi mencakup seluruh alam dunia dan dengan demikian kita juga perlu untuk memperluas ruang lingkup kasih sayang kita. Dan jika kita menginginkan kebaikan dari cahaya Allah ini adalah standar yang harus kita dapatkan. Kita harus menanamkan kesabaran, ketabahan dan berakal jernih. Jika kita ingin mengucapkan kata-kata arif dan bijaksana dan ambil bagian dalam tugas Masih Mauud, kita harus menghindari kekasaran dan kemarahan dalam kehidupan sehari-hari kita dengan keluarga dan juga dengan yang berada diluar keluarga kita. Jika kita mengharapkan kapasitas mental kita tidak menjadi rusak kita harus menghindari prasangka buruk terhadap orang lain juga menghidari amarah. Jika kita mengharapkan menjadi orang beriman sejati kita harus menggunakan kemampuan alami kita dalam waktu dan tempat yang tepat. Emosi harus disalurkan secara baik untuk merubah diri bukan didorong untuk keadaan kegilaan. Amarah sembarangan dan kemurkaan menyebabkan keadaan yang sakit jiwa dan kesederhanaan diperlukan untuk mengontrol emosi. Emosi hanya boleh disalurkan untuk tujuan perubahan diri dan tidak untuk tujuan memupuk ego seseorang. Masih Mauud as mengatakan emosi kemarahan yang berlebihan membuat seseorag kehilangan iman mereka. Beliau juga bersabda bahwa keindahan Islam terletak dalam akhlak yang tinggi, menekankan amarah sangat diperlukan dan mengenalkan pengampunan. Masih Mauud as telah memerintahkan hal ini dalam berbagai cermah dan tulisan tetapi kelemahan kita adalah tidak mengamalkan hal ini sebagaimana seharusnya, termasuk anggota biasa seperti halnya para pengurus jemaat. Sabda Masih Mauud as yang terkait bagi orang lain dan menasihatkan mereka untuk menahan amarah namun lupa bahwa Masih Mauud as bersabda bahkan jika kamu adalah dalam sedikit kebenaran dan merendahkan diri seolah kamu seorang pendusta. Beberapa orang berusaha dan membuktikan dirinya sebagai orang jujur saat mereka sebenarnya berdusta dan berusaha dan menunjukan diri sebagai korban saat mereka sebenarnya sebagai pihak yang melakukan penekanan. Bagaimana bisa dianggap bahwa mereka memiliki keimanan? Sesungguhnya keimanan memerlukan bahwa ketika seseorang datang kepada jiwa lain daripada tetap kaku seseorang harus memperbaiki setiap kesalahan yang dilakukan dan jika ada hati yang terluka yang disebabkan orang lain hal itu harus diabaikan. Atau setidaknya penyesalan harus dirasakan. Kita harus bercermin pada diri kita dan melihat seberapa banyak dari kita berpandangan seperti ini.
Jika seseorang telah berlaku tidak adil karena amarah sesaat dan sekali kemarahannya mereda ia tidak memperbaiki situasi serta tidak menunjukan rasa penyesalan maka Masih Mauud as bersabda keimanan orang tersebut adalah berpura-pura. Seperti buih air yang tidak berisi hanya udara semata! Huzoor menegaskan bahwa kita perlu bercermin pada diri sendiri dan melihat apakah orang lain telah bertindak tidak adil kepada kita, apakah kita telah bersikap toleran dan tidak menanggapinya dengan amarah? Atau jika kita seorang pengurus, berapa kalikah kita telah membuat keputusan yang berdasarkan keadilan meskipun seseorang bertindak adil? Toleransi tidak sesederhana hanya sekedar mengatakan bahwa kita sangat toleran, toleransi bukan untuk menghukum seseorang ketika memiliki kewenangan untuk menghukum! Huzoor menerangkan bahwa jika manajemen jemaat mengharuskan kedisiplinan dibanding memenuhi kriteria keadilan itu adalah hal yang berbeda karena disini sebuah kesalahan tengah ditertibkan dan pengampunan dalam situasi apapun akan menjadi suatu dosa.
Ketika seseorang tidak adil seorang hakim atau qadi menghukumnya, seperti halnya orang tua dan guru menanamkan kedisiplinan anak-anak. Hukuman atau tindakan indisipliner tersebut diambil ketika seseorang melanggar syariah atau merampas hak-hak orang lain. Huzoor bersabda ini sangatlah penting untuk memperjelas karena ketika orang tidak adil kepada orang lain, melanggar syariah atau merampas hak orang lain dan pelanggaran nizam jemaat dan Huzoor mengambil khutbah mengenai pengampunan dan lain-lain mereka mulai menulis surat kepada Huzoor seperti yang Huzoor katakan mungkin mereka sangat baik melakukannya saat ini. Mereka mengatakan bahwa sejak Huzoor menyampaikan khutbah mengenai pengampunan mereka harus dimaafkan.
Huzoor bersabda: "Saya telah katakan tentang hal ini sebelumnya saya tidak memiliki permusuhan pribadi dengan siapapun. Beberapa orang menulis surat kepada saya penuh dengan kekasaran namun saya tidak pernah merasakan kemarahan kepada mereka. Surat mereka tidak pernah menghasilkan rasa marah pada diri saya. Orang tersebut biasanya menulis secara anonim atau menulis dengan nama samaran. Bahkan jika mereka menuliskan nama meraka saya meyakinkan mereka bahwa tidak akan ada tindakan yang diambil atas mereka dalam hal ini bahkan jika mereka menulis surat kasar. Memang, seseorang merasa iba untuk mereka dan saya mendapat kesempatan lebih untuk larut dalam istigfhar dan ini nyata bermanfaat bagi saya.
Hukuman diberikan atau tindakan indisipliner diambil untuk tindakan merampas hak orang lain atau pelanggaran syariah dan ini dilakukukan dengan berat hati, bukan dengan rasa kegembiraan. Hari ketika seseorang dari bagian Amir suatu negara setelah kesalahan seseorang diperbaiki adalah hari kegembiraan terbesar bagi saya. Jadi jangan memaksa saya berada dalam situasi dimana tangan saya terikat karena kewajiban saya. Saya akan katakan ini bahwa jika pihak-pihak membawa masalah ke Dewan Qadha dan Dewan Qadha dan administrasi mencapai keputusan dalam keadaan yang terang dan menempatkan tanggung jawab pada satu pihak untuk menunaikan hak atau mereka dibuat bertanggung jawab untuk membayar uang dalam hal keuangan atau melunasi tanggung jawab lainnya, maka pihak lain yang menerima uang atau yang mendapatkan hak-hak mereka harus memberikan kelonggaran sebanyak mungkin jika pihak yang membayar memiliki keterbatasan keuangan. Kekakuan tidak boleh ditampilkan dalam kasus tersebut.'
Huzoor bersabda bahwa kita harus selalu bersyukur kepada Allah dan merenungkan bahwa Dia telah membuat kita menjadi pengikut seorang yang kepadany Ia menamai 'Al Masih'. Kita harus merenungkan kenapa beliau diberi nama 'Al Masih', apa yang membedakan beliau dengan nabi lainnya? Tidak dapat disangkal bahwa kedudukan dan derajat Rasulullah SAW lebih mulia dibanding dengan Nabi Allah lainnya, Ia telah mencapai puncak derajat dan beliau adalah orang sempurna yang mana hukum syariah sempurna telah diturunkan. Namun para Nabi lainnya memiliki kualitas yang berbeda. Satu kualitas yang membedakan Yesus as menjadi alasan kenapa Masih Mauud disamakan dengan beliau. Hal ini telah dijelaskan oleh Muslih Mauud ra dengan cara yang sangat menarik. Beliau mengatakan bahwa Alkitab telah menyatakan 'Tetapi Aku berkata kepadamu, jangan melawan orang jahat. Jika ada yang menampar pipi kanan, berikan kepad mereka pipi yang lain juga. Dan jika ada yang meminta bajumu, serahkn juga jubahmu. Jika ada yang memaksamu berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersamanya dua mil.' Tidak diragukan lagi ajaran semua Nabi Allah adalah kebaikan namun melihat masanya Yesus as mengajarkan kebaikan lebih besar. Ketika Allah mengutus Masih Mauud dan memanggilnya Al Masih dan menyamakannya dengan Yesus as maknanya adalah bahwa beliau juga diutus dengan ajaran mengenai kebaikan yang lebih besr. Masih Mauud dipanggil Al Masih karena beliau diutus untuk membimbing kaum Nasrani dan dipanggil Krishna karena keterkaitannya dengan umat Hindu. Demikian pula ia telah datang bagi umat Islam dan semua bangsa di dunia tunduk kepada Nabi Suci SAW. Namun penekanannya adalah dalam nama Al Masih karena ajarannya adalah lebih banyak mengenai kebaikan dan mengenai menghapus kekerasan.
Masih Mauud as menulis: 'Tuhan menghendaki agar didalam dirimu terjadi revolusi yang dahsyat dan menyeluruh. Dia menuntut dari dirimu suatu maut, yang sesudah maut itu kamu akan Dia hidupkan kembali. Segeralah berdamai antara satu sama lain, dan maafkanlah kesalahan saudaramu. Sebab jahatlah orang yang tidak sudi berdamai dengan saudaranya. Ia akan diputuskan perhubungannya sebab ia menanam benih perpecahan. Tinggalkanlah keinginan hawa nafsu dalam keadaan apapun, dan lenyapkanlah ketegangan antara satu sama lainnya. Walaupun seandainya kamu dipihak yang benar bersikaplah merendahkan diri, seakan kamu bersalah agar kamu diampuni. Lepaskanlah segala sesuatu yang menggemukan hawa nafsu, sebab pintu yang melaluinya kamu diperkenankan masuk tak dapat dilalui orang yang gemuk oleh hawa nafsunya.
Huzoor bersabda bahwa kita harus mereformasi diri kita dan kita perlu menyajikan itu menjadi contoh yang diperlihatkan dimana dunia akan mengatakan bahwa kita telah mencapai kendali penuh pada emosi kita. Huzoor bersabda ia telah mengatakan saat peresmian masjid di Irlandia bahwa ketika kita akan melakukan tabligh kepada yang lain mereka mungkin sangat baik meminta kita bahwa kita mengatakan mengenai segala sesuatu tentang kaum muslim bahwa mereka tidak memiliki bimbingan karena mereka tidak menerima Masih Mauud as namun revolusi perubahan kita yang kita bawa dalam diri kita sejak kita menerima Masih Mauud? amalan kita harus sesuai dengan ajaran kita. Kita harus merenungkan meskipun orang dari semua agama maaupun yang tidak beragama, semua kaum hindu dan kaum nasrani berkonfrontasi? Tidak, sebagian dari mereka adalah cinta damai dan berpikiran adil. Jika ada beberapa diantara kita yang cinta damai dan juga hanya dalam ucapan saja pengakuannya dan beberapa lainnya tidak bermoral, lalu apa perbedaan antara mereka dengan kita? Perbedaan akan muncul dalam pelaksanaan jika kita akan mempraktekan ajaran kita dan seluruhnya menyingkirkan praktek permusuhan atau setidaknya mengurangi mereka sedemikian rupa bahwa mereka tidak nyata dan semua orang akan merasa jijik untuk menjadi orang yang melakukan permusuhan aneh.
Nabi Suci SAW bersabda bahwa jik melihat kejahatan dan memiliki kemampuan untuk menyingkirkan itu dengan tangan. Jika tidak bisa untuk menghentikannya maka usahakanlah dengan lidah. Dan jika tidak bisa melakukannya maka anda harus merasa tidak suka hal itu didalam hati.
Masyarakat ahmadi juga harus memiliki kesadaran untuk menghentikan perbuatan yang keliru dan tidak bermoral dan untuk memberikan nasihat tentang hal itu dan untuk menyingkirkan itu dan memiliki perasaan tidak menyukai segala bentuk kejahatan. Jika setiap orang memiliki kesadaran ini maka bahkan pribadi asing tidak akan memanjakn diri dalam praktek tak bermoral dan semua orang berusaha untuk meningkatkan standar mereka. Kita harus meniru jalan dimana Allah dan Rasul-Nya telah memerintahkan dan Masih Mauud as telah menekankan di era ini. Kita harus mengamalkan sikap memaafkan, kelembutan dan rasa cinta. Jika kita melihat seseorang berlaku tidak adil kita harus merasa seolah-olah hal itu ditujukan kepada kita, bahkan kita harus merasa seolah sebagai pribadi dari Masih Mauud as telah mendapat serangan. Ini adalah tugas kita untuk menghentikan serangan dari orang-orang seperti itu, Jika tidak dengan tangan kita, maka dengan lidah kita dan memiliki rasa tidak suka atas sikap tersebut di dalam hati kita serta berdoa bagi para korban untuk diselamatkan dari penyerang. Jika kita akan bereaksi terhadap perbuatan-perbuatan tidak bermoral, warga kita akan bereaksi terhadap mereka; perbuatan jahat ini akan dihapus dari antara kita dengan sendirinya. Namun ini adalah catatan bahwa kadang-kadang, terutama dalam hal pembelaan diri, orang tua dan saudara kandung selalu bergabung dalam perselisihan dan apa yang lebih dari itu dibanding bimbingan, dengan bertopeng persahabatan yang lainpun terlibat kedalamnya. 
Dalam upaya mereformasi masyarakat daripada terlibat dalam ketidak-adilan seperti itu kita harus mempertimbangkan serangan terhadap korban sebagai serangan terhadap Masih Mauud as. Jika kita mengikuti hal ini maka masyarakat kita akan memperbaiki sendiri dengan cepat. Perilaku kita akan memenuhi tujuan Masih Mauud as. Semoga Allah memungkinkan kita menjadi contoh dalam Ibadah kepada Allah seperti halnya contoh moral yang tinggi dan juga memungkinkan kita menjadikan orang lain mengatur diri dan tidak terlibat dalam perselisihan dan membawa keburukan pada Hazrat Masih Mauud as. Semoga Allah melindungi kita dari segala bentuk keangkuhan.
terjemah: Doni Sutriana

0 komentar:

Post a Comment