Tasikmalaya 12 Mei 2014, Maraknya tindakan kekerasan dan munculnya tindakan intoleran atas nama agama di daerah Priangan Timur yang berdampak pada lunturnya kerukuanan dan kebebasan beragama dalam bingkai negara kesatuan Indonesia menjadi suatu keprihatinan komponen bangsa yang mencintai suasana damai dan rukun warga negara yang majemuk, banyaknya kasus kekerasan atas nama agama yang terjadi di wilayah Priangan Timur perlu kiranya dicari sumber permasalahan dan jalan keluarnya agar suasana kondusif selalu terjaga demi terwujudnya cita-cita bangsa sesuai yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa.
Jemaat Ahmadiyah merupakan salah satu organisasi kemasyarakatan yang dalam sejarahnya turut berperan serta dalam perjuangan lahirnya negara Indonesia selain Ormas Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan Persis. Sebagai bagian dari stakeholder bangsa ini perlu kiranya senantiasa terjalin komunikasi untuk kembali menyegarkan wawasan kenegaraan yang telah disepakati oleh para pendahulu agar tidak terjadi degradasi nilai kebangsaan dengan lunturnya wawasan bangsa salah satunya ditenggarai oleh mulai munculnya ideologi yang datang dari luar yang tidak sesuai dengan cita-cita bangsa dan negara.
Setelahnya terjalin kerjasama antara Majelis Khuddamul Ahmadiyah di daerah Tasikmalaya dengan pemuda NU yang di tuangkan dalam bentuk diskusi ilmiah maupun bentuk kerjasama di bidang sosial yang dipertuntukan bagi masyarakat, komunikasi yang telah terjalin tersebut perlu kiranya ditularkan didaerah lainnya untuk memperkuat jalinan kerjasama sebagai sesama komponen bangsa.
Atas gagasan Qaid Wilayah Jabar III maka pada hari senin tanggal 12 mei 2014 bertempat di sebuah rumah makan di sudut kota Ciamis diadakan pertemuan antara MKA Daerah Tasikmalaya dan Ciamis dengan GP Ansor & PMII Kota dan Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis.
Dari Khuddamul Ahmadiyah selain Qaid Wilayah beserta staff Nanang Ahmad Hidayat & Herisdiana hadir pula Qaid Daerah Ciamis Dadan Andriana, Dian Wibisono, Syamsul Bahrin dan Doni Sutriana. Dari pengurus wilayah turut hadir Mubaligh Wilayah Mln. Syaeful Uyun, Amir Daerah Tasikmalaya Ciamis Drs. Iyon Sopyan, Mubaligh Ciamis Padhal Ahmad dan Ketua Jemaat Ciamis Kamal Aziz.
Dari GP Ansor Kota Tasikmalaya hadir Asep Rizal. Dandeu Rifai Hilmi, Ghoffur, Aep Bunyamin, Didin dan Aep Saeful Milah (GP Ansor Ciamis). Rifky & Nunu (PMII Kota Tasikmalaya)
Dalam silaturahmi santai dan penuh suasana kekeluargaan ada beberapa gagasan dan harapan di masa depan untuk diwujudkan bersama-sama. Dalam kesempatan tersebut Dandeu (ketua GP Ansor Ciamis) menyatakan forum silaturahmi bisa menjadi wasilah kedepannya untuk kerjasama yang berguna bagi masyarakat, beliau berpendapat bahwa perbedaan janganlah diperuncing karena masalah aqidah tidak akan pernah menemui titik temu dalam bila mempermasalahkan perbedaan. MUI sebagai suatu lembaga tidak memiliki hak mengambil keputusan mereka hanya sebagai wadah penyalur aspirasi. Berkaca dari beberapa kasus yang terjadi bagi Dandeu bahwa tindakan kekerasan-pun menimpa warga nahdiyin salah satunya yang terjadi di Ciamis yang menimpa kelompok tariqah. Tariqah sendiri merupakan sendi penting bagi NU dimana kini ada indikasi hendak dihabisi oleh kelompok garis keras. Pekerjaan rumah yang harus diselesaikan adalah bagaimana mensosialisasikan pemahaman yang benar dalam menyikapi perbedaan.
Mubaligh Wilayah Priangan Timur Mln. Syaeful dalam kesempatan bicaranya menyatakan merasa sangat senang dapat bertemu dengan rekan-rekan GP Ansor dan PMII, beliau mengatakan bahwa di daerah tugas sebelumnya beliau banyak menjalin silaturahmi dengan rekan-rekan dari NU. Adanya peristiwa diterbitkannya surat himbauan penghentian segala bentuk aktivitas di masjid Jemaat Ahmadiyah Ciamis oleh MUI Ciamis beberapa waktu yang lalu menjadi indikasi bahwa untuk menyelesaikan permasalah tersebut dan sejenisnya, Jemaat Ahmadiyah Ciamis memerlukan banyak teman yang turut membantu. Menurut beliau perbedaan Ahmadiyah hanya dalam hal penafsiran beberapa ayat jika selama ini benar apa yang diisukan negatif tentang Ahmadiyah maka tidak akan ada anggota Jemaat Ahmadiyah yang akan tetap dengan keyakinannya. Pancasila merupakan ideologi dalam berbangsa dan bernegara sebagai suatu modal untuk mempersatu bangsa membangun kerja sama Indonesia yang toleran dan damai yang beragam bukan saling memaksakan kehendak. Beliau merasa yakin bahwa GP Ansor dan PMII yang pernah mendapat gemblengan Gus Dur dapat menjadi ujung tombak dalam merealisasikan cita-cita kehidupan berbangsa dan bernegara.
Asep Rizal (Ketua GP Ansor Kota Tasikmalaya) menyatakan ada masalah atau tidak ada masalah komunikasi dan silaturahmi untuk mengangkat kebersamaan harus terus berjalan. Bagi negara menurut beliau siapapun yang menjalankan pemerintahan harus dapat membingkai keragaman. Di basis NU munculnya kelompok garis keras disebabkan adanya orang diluar struktural yang ingin memperlihatkan eskistensinya, dimana kelompok tersebut masuk kedalam lingkup subkultural pesantren. Dalam pertemuan ini Asep Rizal yang turut hadir dalam kesempatan Mulaqat dengan Khalifatul Masih V beberapa waktu lalu di Singapura banyak menceritakan pengalamannya bersentuhan dengan kasus intoleran yang terjadi di kota Tasikmalaya dan bagaimana beliau turut menyelesaikannya, karena sepak terjangnya itu Asep Rizal saat pencalonan Anggota Legislatif untuk Kota Tasikmalaya di Pemilu lalu pernah mendapat Black Campaign lewat SMS yang merugikan namanya.
Harapan besar khususnya dari pihak Jemaat Ahmadiyah bahwa setelah pertemuan itu dapat dilanjutkan dengan kerjasama yang lebih intens, pertemuan tersebut diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam membangun kerjasama dan mempererat tali silaturahmi bagi Jemaat Ahmadiyah Priangan Timur umumnya dan bagi Jemaat Ahmadiyah Ciamis khususnya.
Jemaat Ahmadiyah merupakan salah satu organisasi kemasyarakatan yang dalam sejarahnya turut berperan serta dalam perjuangan lahirnya negara Indonesia selain Ormas Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan Persis. Sebagai bagian dari stakeholder bangsa ini perlu kiranya senantiasa terjalin komunikasi untuk kembali menyegarkan wawasan kenegaraan yang telah disepakati oleh para pendahulu agar tidak terjadi degradasi nilai kebangsaan dengan lunturnya wawasan bangsa salah satunya ditenggarai oleh mulai munculnya ideologi yang datang dari luar yang tidak sesuai dengan cita-cita bangsa dan negara.
Setelahnya terjalin kerjasama antara Majelis Khuddamul Ahmadiyah di daerah Tasikmalaya dengan pemuda NU yang di tuangkan dalam bentuk diskusi ilmiah maupun bentuk kerjasama di bidang sosial yang dipertuntukan bagi masyarakat, komunikasi yang telah terjalin tersebut perlu kiranya ditularkan didaerah lainnya untuk memperkuat jalinan kerjasama sebagai sesama komponen bangsa.
Atas gagasan Qaid Wilayah Jabar III maka pada hari senin tanggal 12 mei 2014 bertempat di sebuah rumah makan di sudut kota Ciamis diadakan pertemuan antara MKA Daerah Tasikmalaya dan Ciamis dengan GP Ansor & PMII Kota dan Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis.
Dari Khuddamul Ahmadiyah selain Qaid Wilayah beserta staff Nanang Ahmad Hidayat & Herisdiana hadir pula Qaid Daerah Ciamis Dadan Andriana, Dian Wibisono, Syamsul Bahrin dan Doni Sutriana. Dari pengurus wilayah turut hadir Mubaligh Wilayah Mln. Syaeful Uyun, Amir Daerah Tasikmalaya Ciamis Drs. Iyon Sopyan, Mubaligh Ciamis Padhal Ahmad dan Ketua Jemaat Ciamis Kamal Aziz.
Dari GP Ansor Kota Tasikmalaya hadir Asep Rizal. Dandeu Rifai Hilmi, Ghoffur, Aep Bunyamin, Didin dan Aep Saeful Milah (GP Ansor Ciamis). Rifky & Nunu (PMII Kota Tasikmalaya)
Dalam silaturahmi santai dan penuh suasana kekeluargaan ada beberapa gagasan dan harapan di masa depan untuk diwujudkan bersama-sama. Dalam kesempatan tersebut Dandeu (ketua GP Ansor Ciamis) menyatakan forum silaturahmi bisa menjadi wasilah kedepannya untuk kerjasama yang berguna bagi masyarakat, beliau berpendapat bahwa perbedaan janganlah diperuncing karena masalah aqidah tidak akan pernah menemui titik temu dalam bila mempermasalahkan perbedaan. MUI sebagai suatu lembaga tidak memiliki hak mengambil keputusan mereka hanya sebagai wadah penyalur aspirasi. Berkaca dari beberapa kasus yang terjadi bagi Dandeu bahwa tindakan kekerasan-pun menimpa warga nahdiyin salah satunya yang terjadi di Ciamis yang menimpa kelompok tariqah. Tariqah sendiri merupakan sendi penting bagi NU dimana kini ada indikasi hendak dihabisi oleh kelompok garis keras. Pekerjaan rumah yang harus diselesaikan adalah bagaimana mensosialisasikan pemahaman yang benar dalam menyikapi perbedaan.
Mubaligh Wilayah Priangan Timur Mln. Syaeful dalam kesempatan bicaranya menyatakan merasa sangat senang dapat bertemu dengan rekan-rekan GP Ansor dan PMII, beliau mengatakan bahwa di daerah tugas sebelumnya beliau banyak menjalin silaturahmi dengan rekan-rekan dari NU. Adanya peristiwa diterbitkannya surat himbauan penghentian segala bentuk aktivitas di masjid Jemaat Ahmadiyah Ciamis oleh MUI Ciamis beberapa waktu yang lalu menjadi indikasi bahwa untuk menyelesaikan permasalah tersebut dan sejenisnya, Jemaat Ahmadiyah Ciamis memerlukan banyak teman yang turut membantu. Menurut beliau perbedaan Ahmadiyah hanya dalam hal penafsiran beberapa ayat jika selama ini benar apa yang diisukan negatif tentang Ahmadiyah maka tidak akan ada anggota Jemaat Ahmadiyah yang akan tetap dengan keyakinannya. Pancasila merupakan ideologi dalam berbangsa dan bernegara sebagai suatu modal untuk mempersatu bangsa membangun kerja sama Indonesia yang toleran dan damai yang beragam bukan saling memaksakan kehendak. Beliau merasa yakin bahwa GP Ansor dan PMII yang pernah mendapat gemblengan Gus Dur dapat menjadi ujung tombak dalam merealisasikan cita-cita kehidupan berbangsa dan bernegara.
Asep Rizal (Ketua GP Ansor Kota Tasikmalaya) menyatakan ada masalah atau tidak ada masalah komunikasi dan silaturahmi untuk mengangkat kebersamaan harus terus berjalan. Bagi negara menurut beliau siapapun yang menjalankan pemerintahan harus dapat membingkai keragaman. Di basis NU munculnya kelompok garis keras disebabkan adanya orang diluar struktural yang ingin memperlihatkan eskistensinya, dimana kelompok tersebut masuk kedalam lingkup subkultural pesantren. Dalam pertemuan ini Asep Rizal yang turut hadir dalam kesempatan Mulaqat dengan Khalifatul Masih V beberapa waktu lalu di Singapura banyak menceritakan pengalamannya bersentuhan dengan kasus intoleran yang terjadi di kota Tasikmalaya dan bagaimana beliau turut menyelesaikannya, karena sepak terjangnya itu Asep Rizal saat pencalonan Anggota Legislatif untuk Kota Tasikmalaya di Pemilu lalu pernah mendapat Black Campaign lewat SMS yang merugikan namanya.
Harapan besar khususnya dari pihak Jemaat Ahmadiyah bahwa setelah pertemuan itu dapat dilanjutkan dengan kerjasama yang lebih intens, pertemuan tersebut diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam membangun kerjasama dan mempererat tali silaturahmi bagi Jemaat Ahmadiyah Priangan Timur umumnya dan bagi Jemaat Ahmadiyah Ciamis khususnya.
(Doni Sutriana)
0 komentar:
Post a Comment