Tasikmalaya 10 Mei 2014, Di daerah tasikmalaya Jemaat Ahmadiyah Sukapura terc atat sebagai cabang yang banyak mengalami penekanan dan penyelasaian masalahnya sampai hari ini tetap berlarut-larut. Suasana harmonis antara warga anggota Jemaat Ahmadiyah yang berada di Sukapura dengan warga lainnya tiba-tiba pecah pada tahun 2007 saat aparat Desa dan MUI atas desakan DKM setempat menyegel masjid milik Jemaat Ahmadiyah yang telah berdiri sejak tahun 1952 untuk tidak digunakan lagi. Bukan hanya menyegel beberapa waktu kemudian masjid dihancurkan dengan hanya menyisakan bagian dinding, pasca kejadian tersebut masjid seolah tak tersentuh dan kini sejak 7 tahun berlalu masjid hanya menyisakan puing bangunan tak beratap.
Sebagai catatan sebelum kejadian tersebut tali silaturahmi
antara warga ahmadi dan non ahmadi di desa tersebut sangat harmonis, sebagai
contoh saat Idul Fitri warga non ahmadi akan berdiri disepanjang jalan desa
untuk bermaaf-maafan hari raya kepada warga ahmadi yang keluar dari masjid
setelah menunaikan shalat Id, tali silaturahmi itu terjalin karena sebagian
besar warga setempat masih dalam pertalian saudara yang sama karena berasal
dari keturunan leluhur yang sama. Ada 3 leluhur yang menjadi cikal bakal warga
desa tersebut, sebagian besar warga merupakan keturunan langsung dari 3 leluhur
tersebut yaitu Eyang Kantadiredja, Eyang Natadiredja dan Eyang Suryadiredja mereka adalah putra dari Eyang Cadiredja.
Menurut penuturan warga ahmadi yang berada di Sukapura anggota
ormas yang banyak melakukan penekanan kepada warga ahmadi disana merupakan para
pendatang yang tidak tahu menahu tentang tali kekerabatan sebagian warga
penghuni desa tersebut, jumlah warga yang menjadi ormas yang sering melakukan penekanan kepada ahmadi di Sukapura tidak
lebih dari 5% dari keseluruhan warga dan secara ideologi pemahaman dari anggota
ormas tersebut bertolak belakang dengan sebagian besar warga setempat hal itu
dituturkan oleh kepala RW yang baru terpilih.
Pasca dirusak masjid di Sukapura warga Ahmadi melakukan
peribadatan di rumah anggota namun hal itupun tidak berlangsung lama karena
anggota ormas melakukan pelarangan, bahkan menurut penuturan anggota ahmadi
disana mereka selalu dimata-matai oleh anggota ormas tersebut. Untuk shalat
jumat kini anggota jemaat menuju cabang terdekat dari Sukapura yaitu Kawalu dan
kota Tasikmalaya yang berjarak 20-30 km dari Sukapura. Rutinitas tersebut sudah
berlangsung begitu lama menimpa anggota Jemaat di Sukapura.
Secercah harapan kini mulai nampak kemuka saat pergantian
aparat desa tingkat RW dan RT, komunikasi yang terjalin antara anggota jemaat
dan aparat desa tingkat RW dan RT tersebut mengarah untuk segera menyelesaikan
masalah diskriminasi yang ditimpakan kepada anggota Jemaat di Sukapura.
Rembukan musyawarah pertama terjadi pada hari Sabtu 10 mei
2014 bertempat di salah satu tempat makan yang terletak di kota Tasikmalaya,
atas inisiatif Ketua Jemaat Ahmadiyah Sukapura Atek Upriyatna pertemuan
dihadiri oleh ketua RW Sukajaya beserta ketua RT 23, RT 24, RT 25 dan Ketua
Pemuda desa Sukajaya. Sementara dari pihak Jemaat Ahmadiyah hadir Mubaligh
Wilayah Priangan Timur Mln Syaeful Uyun, Ketua Jemaat Ahmadiyah Sukapura Atek
Upriyatna, 3 anggota khuddam Sukapura Opik,
Ari dan Ade Coni. Hadir pula Amir Daerah Tasikmalaya- Ciamis Bapak Iyon Sopyan,
Qaid Wilayah Jabar III Budi Badrussalam, satu orang anggota Kawalu Bapak
Kastidja. Dari wakil Jemaat cabang Tasikmalaya hadir Ketua Jemaat Dadang
Budiman, Sekretaris Tabligh Dindin Saripudin, serta wakil Media Center Priangan
Timur Doni Sutriana. Hadir pula Amir Wilayah Jabar Bapak Iyos beliau merupakan
masih keturunan dari Sukapura beliau disertai oleh seorang anggota Jemaat
Indihiang Bapak Tatang.
Dalam pertemuan tersebut Ketua RW bapak Iyan menyampaikan
bahwa ia berharap dalam masa kepemimpinannya dapat menciptakan suasana warga
yang kondusif, dan ia akan mengayomi warganya tanpa melihat apa keyakinan dan
agamanya, apa yang terjadi sebelumnya ia beharap dapat segera diselesaikan dan
pihak-pihak yang bertentangan dapat segera berdamai dan melupakan semua yang
pernah terjadi di masa lalu dan tak pernah lagi mengingatnya. Ketua RW berjanji
untuk menyelesaikan permasalahan namun tidak bisa janji hal tersebut dapat
terwujud dalam waktu dekat, karena perlu dialog dengan pihak lainnya dan ia
sendiri merupakan bukan putra daerah dari desa Sukajaya.
Mubaligh Wilayah Mln Syaeful Uyun menyampaikan bahwa yang
dapat menyelesaikan masalah Sukapura adalah orang Sukapura sendiri, beliau
dalam kapasitas membantu dan menolong bisa saja namun peran utama dalam
menyelasiakan masalah kembali berada di tangan orang Sukapura. Mubaligh Wilayah
melakukan langkah pendekatan di tingkat atas kepada Bupati, Kapolres dan Kejari
dengan membangun komunikasi untuk segera menyelesaikan permasalahan dengan
harapan Sukapura khususnya dan Tasikmalaya umumnya dapat mewujudkan model
kehidupan Indonesia yang nyata. Mubaligh Wilayah menyarankan perlu dibuatnya
suatau kesepakatan perdamaian secara tertulis hal ini sangat penting melihat
gejala umum bangsa ini yang mulai timbulnya perpecahan bangsa. Menurut beliau
perbedaan adalah keniscayaan tinggal bagaimana mengelola perbedaan itu menjadi
suatu harmoni untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang sesuia dengan cita-cita
berdirinya negara Indonesia. Mubaligh Wilayah menyampaikan pula bahwa tidak ada
perbedaan antara Ahmadiyah dengan yang lainnya, mereka yang menuduh tidak benar
kepada Ahmadiyah tentu bukan berasal dari orang penganut Ahmadiyah. Akhir kata
beliau menitip salam untuk disampaiakan kepada seluruh warga Sukapura bahwa
perdamaian mereka adalah tanggung jawab mereka sendiri. Beliau merasa prihatin
hanya karena suatu isu negatif masjid menjadi rubuh dan tali kekeluargaan
terputus.
Dalam kesempatan bicaranya Ketua RT 25 Bapak Yepi menyatakan
beliau yang baru beberapa bulan bertugas berjanji akan senantias mengayomi
warganya tanpa membeda-bedakan. Pelayanan yang akan ia berikan menyangkut hal
sosial sementara masalah aqidah adalah urusan pribadi individu masyarakat. Menurut
beliau adalah suatu kecerobohan pihak setempat selama ini yang tidak
mengantisipasi pihak-pihak luar yang masuk dimana pada akhirnya merugikan warga
masyarakat setempat. Beliau sangat terbuka kepada pihak Jemaat Ahmadiyah yang
hadir dalam pertemuan tersebut untuk datang bersilaturahmi ke tempatnya dan
akan menyambut baik dengan hati nurani yang terbuka.
Itulah beberpa poin penting yang dapat disampaikan dalam
pertemuan hari Sabtu 10 mei 2014 antara jajaran pengurus Jemaat Ahmadiyah
dengan pihak aparat desa tingkat RW dan RT, kedepan komunikasi akan terus
dijalin untuk mewujudkan cita dan harapan yang dibicarakan dalam pertemuan tersebut
untuk dapat mewujudkan kehidupan masyarakat desa repeh, rapih, gemah, ripah,
loh jinawi.
(Media Center Priangan Timur)
0 komentar:
Post a Comment