Ahmadiyya Priangan Timur

.

Friday 16 May 2014

PERSATUAN DAN SALING MENCINTAI

”Saya telah berulang kali menyatakan tentang persatuan dan saling mencintai di antara anggota Jemaat, dan saya telah mengatakan kepada kalian supaya kalian tetap bersatu dan saling bersahabat. Inilah yang diperintahkan Tuhan kepada umat Islam. Dia telah memerintahkan mereka supaya seperti satu tubuh, jika tidak maka mereka akan menjadi lemah dan orang-orang akan mengetahuinya.

Orang-orang Islam telah diperintahkan untuk berdiri merapatkan bahu saat salat berjamaah, dan hal itu juga berarti untuk memperoleh persatuan. Kebaikan seseorang menembus yang lain seperti aliran listrik. Jika yang ada adalah perselisihan bukannya persatuan, hal itu pada gilirannya akan membawa keburukan. Rasulullah saw. bersabda, “Kalian harus saling mendoakan yang lain yang tidak hadir. Jika seseorang mendoakan orang lain yang tidak hadir, malaikat berkata, “Jadikanlah agar doa ini dikabulkan juga untuk kepentinganmu. Betapa indahnya hal ini. Jika doa manusia tidak diterima maka doa malaikat akan diterima.

Saya menasihati kalian untuk tidak berselisih di antara kalian. Saya datang hanya untuk dua hal: pertama, kalian harus teguh beriman kepada Tauhid, dan kedua, kalian harus menanamkan terus saling mencintai dan memperhatikan. Kalian harus menjalani kehidupan yang tidak lain adalah mukjizat. Inilah perubahan yang terjadi dalam kehidupan para sahabat Rasulullah saw.:


 “kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu” – 
Aali ‘Imraan, 104 .

Kalian harus ingat, bahwa menjadikan perasaan itu dekat satu sama lain adalah suatu mukjizat. Perlu diingat, bahwa sebelum setiap kalian menginginkan bagi saudaranya apa-apa yang dia inginkan, kalian tidak dapat menjadi anggota Jemaat saya. Orang macam ini akan menjalani ujian dan akhir dirinya tidak akan baik.

Saya akan menulis sebuah buku, di dalamnya akan dipisahkan segenap orang yang tidak mampu mengendalikan dorongan-dorongan [emosi] mereka. Mereka bertengkar (berkelahi) atas masalah-masalaha kecil. Misalnya, seseorang mengatakan bahwa ada atlit yang telah melakukan lompatan sejauh 10 yard, lalu ada orang lain yang mempersoalkan hal itu, dengan demikian di dalam diri timbul kedengkian (permusuhan).

Ingatlah, terpisahnya (hilangnya) kedengkian adalah tanda mutaki, dan apakah tanda itu tidak akan sempurna? Pasti akan sempurna. Mengapa kalian tidak bersabar. Seperti masalah kesehatan, selama penyakit-penyakit tidak dibasmi, selama itu pula penyakit tidak akan lenyap. Dari wujud saya, insya Allah, akan tercipta suatu Jemaat salih. Apa yang menyebabkan timbulnya permusuhan di antara sesama? Yaitu kekikiran, kesombongan, sikap mementingkan diri (egois) dan dorongan-dorongan emosi.

Saya sudah mengemukakan bahwa saya akan menulis sebuah buku, dan saya akan pisahkan dari Jemaat segenap orang yang tidak mampu mengendalikan dorongan-dorongan emosi mereka, dan yang tidak dapat hidup dengan kecintaan serta persaudaraan di antara sesama. Orang-orang yang seperti itu mereka hendaknya ingat, bahwa mereka adalah tamu [Jemaat] untuk beberapa hari saja, selama mereka tidak memperlihatkan contoh yang baik.

Saya tidak ingin menanggung kecaman atas diri saya akibat ulah seseorang. Orang yang berada di dalam Jemaat saya tetapi dia tidak menyesuaikan diri dengan maksud (kehendak) saya, dia bagaikan ranting kering. Apa lagi yang akan dilakukan oleh penjaga kebun kalaui bukan memotongnya?

Ranting kering sekali pun hidup berdampingan bersama cabang yang hijau, memang masih menyerap air, namun air tidak dapat membuatnya subur hijau, melainkan cabang itu akan melahirkan cabang yang lain. Oleh karena itu takutlah. Kalian yang tidak mengobati diri tidak akan tetap bersama saya. Dikarenakan saya akan menuliskan semua hal itu di dalam buku maka saya cukupkan di sini dengan menyebutkan beberapa kalimat bahasa Arab.”

(Malfuzhat, jld. II, hlm. 48-49).