Ahmadiyya Priangan Timur

.

Tuesday 20 May 2014

Sifat-sifat Tuhan

Tuhan yang benar dan Maha Sempurna yang tidak memerlukan argumentasi untuk beriman kepada-Nya, yang adalah menjadi kewajiban bagi semua mahluk, adalah Tuhan seru sekalian alam. Sifat Rahmaniat-Nya tidak terbatas kepada suatu kelompok manusia tertentu, atau masa tertentu atau pun suatu negeri khusus. Dia adalah Tuhan dari semua bangsa, semua masa, semua tempat dan semua negeri. Dia adalah sumber mata air dari segala rahmat. Semua kekuatan jasmani dan ruhani adalah karunia-Nya dan seluruh alam ini dipelihara oleh-Nya. Rahmat Allah s.w.t. mencakup semua bangsa, semua negeri dan semua masa, sehingga tidak akan ada orang yang akan mengatakan bahwa Tuhan hanya membatasi rahmat-Nya hanya kepada bangsa lain saja dan tidak kepada bangsanya sendiri. Atau mengatakan bahwa bangsa lain memperoleh Kitab dari-Nya sebagai petunjuk sedangkan mereka tidak. Atau menyatakan bahwa Dia memanifestasikan Wujud-Nya melalui wahyu, ilham dan mukjizat-mukjizat-Nya di masa lalu, sedangkan di masa mereka sendiri, Dia itu bersembunyi. Melalui rahmat yang diberikan-Nya kepada semua itu Dia meniadakan semua sangkalan, karena dengan sifat-sifat-Nya yang Maha Akbar, Dia tidak menahan rahmat karunia jasmani dan ruhani kpeada bangsa mana pun. (Paigham Sulh, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 23, hal. 442,  London, 1984).

Sajak bahasa UrduYa Allah, Maha Pencipta, Yang Menyembunyikan segala kelemahan,
yang Maha Kuasa;
Wahai Kekasih-ku, Maha Pelindung, Maha Pemelihara!

Bagaimana caraku bersyukur kepada-Mu,

wahai Pengarunia segala berkat yang akbar?
Dimana-kan kuperoleh bahasa guna menyatakan syukurku?

Semata berkat dan karunia-Mu maka Engkau memilih aku;
Karena tak berkekurangan hamba-hamba yang ikhlas di hadirat-Mu.

Mereka yang berjanji menjadi sahabat, kini menjadi musuh;
Namun Engkau tidak meninggalkan diriku,
Wahai sang Pemenuh segala hajatku.

Wahai Sahabat yang Maha Esa, wahai Pelindung diriku;
Engkau semata cukup bagiku, aku tak berdaya tanpa Diri-Mu.

Jika bukan karena Berkat-Mu, maka lama sudah aku jadi debu
Hanya Allah yang tahu kemana ditebarkan ini debu.

Semoga hati, jiwa dan wujudku dikurbankan di Jalan-Mu;
Tak ada lagi wujud yang mencintai laiknya Engkau.

Sejak awal aku tumbuh dalam naungan perlindungan-Mu yang berberkat
Laiknya bayi menyusu, aku telah Engkau peliharakan.

Tidak ada anak manusia memiliki kesetiaan seperti Engkau;
Selain Engkau, tak ada aku berjumpa sahabat yang mengasihi.

Orang bilang bahwa ia yang tidak berarti tidak akan diridhoi;
Namun meski tak berarti, aku telah Engkau terima di hadirat-Mu.

Demikian banyak berkat dan karunia-Mu atas diriku;
Akan tetap tidak terbilang sampai Hari Kiamat nanti.
(Brahini Ahmadiyah, bag. V, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 21, hal. 127,  London, 1984).

Dua bentuk sifat IlahiAllah yang Maha Kuasa dengan tujuan agar mahluk ciptaan-Nya yang lemah ini bisa memahami dengan sempurna maka Dia telah menguraikan sifat-sifat-Nya di dalam Al-Quran dalam dua aspek. Pertama, Dia menguraikan sifat-sifat-Nya secara metaphorika menyamai beberapa sifat manusia seperti bahwa Dia itu Agung, Pengasih, Penyayang, bisa murka, memiliki rasa sayang dan sepertinya Dia itu memiliki tangan, mata, kaki dan telinga. Meskipun Dia menciptakan segala spesi tetapi tidak berarti Dia butuh teman dalam suatu eksistensi bersama, karena meskipun sifat penciptaan merupakan salah satu sifat-Nya namun manifestasi daripada Ketauhidan dan Ke-Esaan-Nya juga menjadi bagian daripada sifat-Nya. Tidak ada dari sifat-Nya yang lalu menjadi usang secara tetap meskipun bisa saja dihentikan untuk sementara waktu. Dengan cara demikian itulah Allah s.w.t. memanifestasikan sifat-sifat-Nya yang diselaraskan dengan sifat manusia. Sebagai contoh, Tuhan itu adalah Maha Pencipta, tetapi sampai suatu tingkat tertentu yang namanya manusia juga mencipta atau membentuk. Seorang manusia bisa disebut bersifat agung sampai suatu tingkat tertentu, atau juga dikatakan bersifat pengasih, pemarah, mempunyai mata dan telinga dan sebagainya. Keadaan seperti itu bisa menimbulkan kecurigaan anggapan bahwa manusia menyamai Tuhan dalam sifat-sifat tersebut, dan Tuhan menyerupai manusia. Guna menolak pandangan demikian maka Allah s.w.t. dalam Al-Quran menjelaskan bahwa sifat-sifat-Nya bersifat transendental (berada di atas atau melampaui) sehingga manusia tidak bisa menyamai-Nya dalam wujud maupun sifat. Ciptaan Tuhan tidak sama dengan ciptaan manusia, begitu juga dengan rahmat-Nya berbeda dengan sifat pengasih manusia. Kemurkaan-Nya tidak sama dengan kemarahan manusia, begitu juga dengan kasih sayang-Nya, tambah lagi Dia tidak membutuhkan ruang sebagaimana manusia.
Kitab Suci Al-Quran mengemukakan secara jelas bahwa sifat-sifat Tuhan itu amat berbeda dengan manusia. Sebagai contoh, dikatakan bahwa:
Tidak ada yang menyerupai-Nya. Dia itu Maha Mendengar, Maha Melihat.=(S.42 Asy-Sura:12).
Pada tempat lain dikatakan:

Allah, tiada yang patut disembah selain Dia, yang Maha Hidup, yang Tegak atas Dzat-Nya Sendiri dan Penegak segala sesuatu. Kantuk tidak menyerang-Nya dan tidak pula tidur. Kepunyaan Dia-lah apa yang ada di seluruh langit dan apa yang ada di bumi. Siapakah yang dapat memberikan syafaat di hadirat-Nya kecuali dengan izin-Nya? Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak meliputi barang sesuatu dari ilmu-Nya kecuali apa yang dikehendaki-Nya. Ilmu-Nya menjangkau seluruh langit dan bumi, dan tidaklah memberatkan-Nya menjaga keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar= (S.2 Al-Baqarah:256).
Berarti wujud dan eksistensi yang Maha Benar  serta segala sifat yang benar itu adalah milik Tuhan, dan tidak ada siapa pun yang menjadi sekutu-Nya dalam hal ini. Hanya Dia sendiri yang hidup melalui Wujud-Nya sendiri, sedangkan yang lainnya memperoleh kehidupan melalui Dia. Hanya Dia sendiri yang eksis melalui Wujud-Nya sendiri, sedangkan yang lainnya memperoleh eksistensi melalui Dia. Dia itu tidak terpengaruh oleh maut dan tidak ada sesuatu yang akan memaksa-Nya berhenti sesaat karena harus tidur atau istirahat, sebagaimana mahluk lainnya yang harus mengalami kematian, tidur dan istirahat. Semua yang kalian saksikan ada di langit dan di bumi adalah milik-Nya dan tampil atau eksis melalui Wujud-Nya. Tidak ada seseorang pun yang bisa menjadi perantara bagi-Nya tanpa perkenan-Nya. Dia mengetahui segala sesuatu yang ada di hadapan atau di belakang manusia, atau dengan kata lain Dia mengetahui segala yang nyata dan yang tersembunyi. Tidak ada seorang pun yang akan mampu menduga kedalaman pengetahuan-Nya kecuali sebanyak yang memang diizinkan-Nya. Kekuasaan dan Pengetahuan-Nya mencakup keseluruhan langit dan bumi. Dia menjadi penegak bagi semuanya sedangkan Dia tidak ada yang menegakkan. Dia tidak menjadi lelah karena harus menopang langit dan bumi. Dia berada di atas segala kelemahan, kepikunan dan ketidakberdayaan.
Arasy IlahiDi tempat lain dikatakan:
Sesungguhnya Tuhan-mu ialah Allah yang telah menciptakan seluruh langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam teguh di atas Arasy= (S.10 Yunus:4).

Berarti setelah menciptakan langit dan bumi berikut semua isinya serta sudah memanifestasikan sifat-sifat-Nya yang serupa, maka Dia menempatkan Wujud-Nya pada posisi kesendirian dan transendental guna menunjukkan sifat transendental-Nya yang jauh dari sifat penciptaan. Posisi tertinggi itu disebut sebagai Arasy. Penjelasan daripada hal ini adalah sebagai berikut, pada awalnya semua mahluk itu tidak ada dan Tuhan memanifestasikan Wujud-Nya di tempat yang amat jauh di balik jauh yang diberi nama Arasy sebagai tempat yang berada di atas semua alam semesta. Tidak ada sesuatu apa pun kecuali Wujud-Nya semata. Kemudian Dia menciptakan langit dan bumi berikut segala isinya. Ketika semua mahluk sudah tercipta lalu Dia menyembunyikan Wujud-Nya dan menginginkan agar para mahluk-Nya menemukan Diri-Nya.

Harus diingat bahwa sifat-sifat Ilahi tidak akan pernah usang atau hilang selamanya. Selain dari Tuhan sendiri maka semua spesi mahluk memerlukan saling keterkaitan eksistensi. Tidak ada sifat Tuhan yang menjadi usang walaupun mungkin bisa berhenti sesaat. Sebagaimana sifat penciptaan dan penghancuran tidak konsisten satu sama lainnya, maka ketika sifat penghancuran sedang berjalan, dengan sendirinya sifat penciptaan akan berhenti sesaat. Singkat kata, pada awalnya yang berjalan adalah sifat Kesendirian dan kita tidak bisa mengatakan berapa seringnya keadaan seperti itu berulang, yang pasti adalah atribut itu bersifat abadi dan tanpa batas. Sifat Kesendirian itu pernah pada saatnya mempunyai prioritas di atas sifat-sifat lainnya. Sebab itulah dikatakan bahwa pada awalnya Tuhan itu sendiri dan tidak ada sesuatu pun beserta-Nya. Lalu Dia menciptakan langit dan bumi beserta isinya, dimana dalam konteks tersebut Dia memanifestasikan sifat-sifat-Nya sebagai yang Maha Agung, Maha Pengasih, Maha Pengampun dan Maha Penerima Tobat. Namun barangsiapa yang degil dalam dosa dan tidak berhenti dalam dosanya itu, tidak akan dibiarkan saja. Dia juga memanifestasikan sifat-sifat-Nya sebagai yang Maha Penyayang kepada mereka yang bertobat, dimana kemurkaan-Nya hanya ditujukan kepada yang tidak mau berhenti melakukan dosa dan pelanggaran.

Tidak ada yang menyamai sifat IlahiSemua sifat-Nya itu cocok bagi-Nya. Sifat-sifat itu tidak sama dengan sifat manusia. Dia tidak memerlukan mata jasmani dan tidak ada sifat-Nya yang mirip dengan sifat manusia. Sebagai contoh, jika seorang manusia sedang marah maka ia menderita karena kemarahan itu sendiri dimana hatinya tidak lagi merasa nyaman dan terasa seperti terbakar, otaknya merasa tertekan dan ia mengalami proses perubahan. Adapun Tuhan bebas sama sekali dari perubahan-perubahan demikian. Kemurkaan-Nya mengambil bentuk sebagai mencabut sokongannya kepada mereka yang tidak mau berhenti melakukan dosa. Sejalan dengan kaidah-Nya yang bersifat abadi, Dia akan mengganjar yang bersangkutan sebagaimana manusia memperlakukan yang lainnya jika ia sedang marah. Secara metaforika, hal itu disebut sebagai kemurkaan Allah. Begitu juga kecintaan-Nya tidak sama dengan kecintaan seorang manusia karena manusia akan mengalami nyeri jika ia harus dipisahkan dari yang dicintainya, sedangkan Dia tidak akan mengalami kenyerian tersebut. Kedekatan-Nya juga tidak sama dengan kedekatan antar manusia, karena jika seseorang mendekati seorang lainnya maka ia akan meninggalkan ruang yang sebelumnya ia tempati. Namun Tuhan meskipun dikatakan dekat sebenarnya jauh dan meskipun jauh tetapi sebenarnya dekat. Pendek kata, semua sifat Ilahi itu berbeda dengan sifat manusia. Yang ada hanyalah kemiripan verbal saja, tidak lebih. Karena itulah dalam Al-Quran dinyatakan:

Tiada sesuatu apa pun seperti Dia= (S.42 Asy-Sura:12).

Dengan kata lain, tidak ada sesuatu apa pun yang mendekati Allah s.w.t. dalam Wujud atau pun sifat-sifat-Nya. (Chasma Marifat, Qadian, Anwar Ahmadiyyah Press, 1908; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 23, hal. 272-276,  London, 1984).

Keabadian sifat IlahiTuhan tidak pernah berhenti berkarya. Dia adalah Maha Pencipta, Maha Menghidupkan, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan akan selamanya demikian. Menuruh hematku, adalah berdosa untuk memperdebatkan salah satu daripada keagungan-Nya itu. Allah s.w.t. tidak akan memaksakan keimanan pada sesuatu sifat yang belum diperlihatkan-Nya. (Malfuzat, vol. IV, hal. 347).
Sebagaimana bintang-bintang mewujud setahap demi setahap, begitu juga dengan sifat-sifat Tuhan akan terlihat setahap demi setahap. Manusia terkadang berada di bawah bayangan dari sifat-sifat Ilahi yang bermakna Keagungan dan Tegak dengan Dzat-Nya Sendiri, dan terkadang berada di bawah bayangan sifat Keindahan-Nya. Hal ini dikemukakan dalam ayat:

Setiap hari Dia menampakkan Wujud-Nya dalam keadaan yang berlainan= (S.55 Ar-Rahman:30).

Adalah pandangan yang bodoh yang menganggap bahwa setelah para manusia yang berdosa itu dimasukkan ke neraka lalu sifat-sifat Ilahi sebagai Maha Pengasih dan Maha Penyayang akan tidak lagi berfungsi dan tidak lagi mewujud, karena harus diingat bahwa fungsi dari sifat-sifat Ilahi tidak akan pernah berhenti sepenuhnya. Sifat dasar daripada Allah yang Maha Kuasa adalah Kasih dan Sayang, dimana sifat ini merupakan induk dari semua sifat-sifat lainnya. Sifat ini juga yang muncul ketika berlaku sifat Keagungan dan Kemurkaan yang ditujukan untuk perbaikan manusia, dimana setelah perbaikan itu telah mewujud maka sifat Kasih-Nya akan muncul kembali dalam wujud yang haqiqi dan akan ada terus sebagai karunia. Tuhan tidak sama dengan seseorang yang bersifat pemarah yang senang menyiksa. Dia tidak ada merugikan manusia, tetapi manusia yang merugikan dirinya sendiri. Semua keselamatan ada pada sifat Kasih-Nya, sedangkan semua siksaan muncul karena menjauh dari Wujud-Nya. (Chasmai Masihi, Qadian Magazine Press, 1906; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 20, hal. 369-370,  London, 1984).

Sifat-sifat umum menurut Al-QuranSifat-sifat Tuhan sebagaimana dikemukakan dalam Al-Quran adalah:
Dia-lah Allah dan tiada tuhan selain Dia, yang mengetahui segala yang ghaib dan segala yang nampak. Dia-lah yang Maha Pemurah, Maha Penyayang. Dia-lah Allah yang tiada tuhan selain Dia, Maha Berdaulat, yang Maha Suci, sumber segala kedamaian, Pelimpah keamanan, Maha Pelindung, Maha Perkasa, Maha Penakluk, Maha Agung, Maha Suci Allah, jauh di atas apa yang mereka persekutukan dengan Dia. Dia-lah Allah yang Maha Pencipta, Pembuat segala sesuatu, Pemberi segala bentuk. Kepunyaan Dia-lah segala nama yang terindah. Segala sesuatu di seluruh langit dan bumi menyanjung Dia dan Dia-lah yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana= (S.59 Al-Hasyr:23-25).Dia memiliki semua kekuasaan melakukan apa pun yang diinginkan-Nya.
Dia adalah Tuhan seru sekalian alam, Maha Pemurah, Maha Penyayang, yang mempunyai Hari Pembalasan= (S.1 Al-Fatihah:2-4). 
Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia mendoa kepada-Ku= (S.2 Al-Baqarah:187). 
Yang Maha Hidup, Dia-lah Allah yang Maha Esa, Allah yang tidak bergantung pada sesuatu dan segala sesuatu bergantung pada-Nya. Dia tidak memperanakkan dan tidak pula Dia diperanakkan, dan tiada seorang pun menyamai Dia= (S.112 Al-Ikhlas:2-5).
Berarti Tuhan itu adalah Satu dan tidak mempunyai sekutu, bahwa tidak ada satu pun wujud lain yang patut disembah dan dipatuhi. Dia itu dinyatakan sebagai yang Maha Esa karena kalau ada sekutu-Nya maka sekutu itu bisa saja suatu waktu mengalahkan diri-Nya dan dengan demikian maka sifat Ketuhanan-Nya menjadi limbung. Tidak ada wujud lain yang patut disembah adalah karena Dia itu Maha Sempurna dengan sifat-sifat yang demikian luhur dan tidak ada satu pun yang akan mampu melebihi-Nya. Jika ada yang menyekutukan sosok siapa pun yang kualifikasinya lebih rendah dari Wujud-Nya itu sebagai tujuan penyembahan, adalah suatu hal yang salah sama sekali.
Dia Maha Mengetahui apa yang tersembunyi, yang berarti bahwa hanya Dia sendiri yang memahami secara penuh atas Wujud-Nya sendiri dan tidak ada lainnya yang akan mampu membayangkan Keberadaan-Nya secara sempurna.
Kita masih mungkin memahami secara mendalam apa yang namanya matahari, bulan dan semua mahluk ciptaan, tetapi kita tidak mungkin memahami Tuhan secara penuh. Dia adalah yang Maha Mengetahui dan tidak ada suatu pun yang tersembunyi daripada-Nya. Sebagai Tuhan maka tidak bisa dikatakan bahwa ada yang tidak diketahui-Nya. Dia mengetahui setiap noktah yang ada di alam, suatu hal yang tidak mungkin dikuasai manusia. Hanya Dia yang mengetahui kapan sistem ini akan dihancurkan dan menegakkan Penghisaban. Tidak ada seorang pun yang mengetahui saatnya kecuali Dia.

Dia adalah yang Maha Pengasih, yang berarti dengan Rahmat-Nya telah menyedia¬kan sarana pendukung tanpa ada yang memohon, sebelum semua mahluk diciptakan. Contohnya adalah Dia telah menciptakan matahari, bulan dan bumi beserta segala isinya bagi pemanfaatan manusia sebelum ada permohonan dari kita. Karunia ini dalam Kitab Allah disebut sebagai sifat Rahmaniyat dan karena itu Allah yang Maha Kuasa disebut sebagai Ar-Rahman.
Dia mengganjar dengan murah hati amal yang baik dengan imbalan yang melimpah serta tidak akan mensia-siakan upaya siapa pun. Untuk itu Dia disebut sebagai Ar-Rahim dan sifat-Nya itu dikenal sebagai Rahimiyat.
Dia-lah yang memiliki di tangan-Nya ganjaran bagi semua orang. Dia tidak mempunyai perwakilan yang ditugaskan untuk mengatur langit dan bumi, atau dikatakan menarik diri dari keseluruhan dan menyerahkan fungsi pemberian ganjaran atau hukuman kepada wakil tersebut.

Dia itu adalah yang Maha Kuasa, Maha Suci dan kekuasaan-Nya tanpa cela apa pun, sedangkan kekuasaan manusia tidak terbebas dari cela. Sebagai contoh, jika rakyat dari seorang raja meninggalkan negerinya untuk berpindah ke tempat lain, maka kekuasaannya itu tidak lagi mempunyai arti. Begitu juga jika rakyatnya terkena bencana kelaparan maka sebagai raja, ia tidak akan bisa lagi memperoleh pendapatan. Atau jika rakyat itu mempertanyakan dasar dari kekuasaannya maka sifat apa dari kekuasaan raja itu yang bisa dikemukakan? Adapun kekuasaan Allah s.w.t. tidak tunduk pada hal-hal seperti itu. Dia dalam sekejap mata bisa menghancurkan seluruh kerajaan dan menciptakan kerajaan yang baru. Kalau Dia bukan sang Maha Kuasa dan Maha Pencipta maka kekuasaan-Nya tidak akan dapat dilaksanakan tanpa kekerasan/¬paksaan, karena misalnya pernah harus memaafkan sekali dan menyelamatkan dunia itu, lalu dari mana Dia akan memperolah dunia lain untuk diperintah? Apakah Dia akan mencengkeram mereka yang telah diselamatkan, lalu membatalkan penyelamatan-Nya secara semena-mena? Kalau demikian keadaannya maka sifat Ketuhanan-Nya akan dipertanyakan dan sebagaimana kekuasaan duniawi maka kekuasaan-Nya itu cacat adanya. Manusia yang membuat hukum di dunia ini selalu berubah seleranya dan seringkali terjerumus kepada tindakan sewenang-wenang jika mereka tidak berhasil mencapai tujuan yang dimaksudnya. Sebagai contoh, misalnya ada undang-undang yang membolehkan bahwa untuk menyelamatkan sebuah kapal, penumpangnya boleh dikorbankan. Tetapi Tuhan tidak akan pernah perlu mengambil tindakan darurat seperti itu. Jika Allah s.w.t. tidak bersifat Maha Kuasa yang mampu menciptakan sesuatu dari ketiadaan, maka Dia akan terpaksa untuk memilih untuk beralih kepada tindakan sewenang-wenang atau sepenuhnya tetap berlaku adil, dan karena harus memilih demikian maka Dia kehilangan sifat Ketuhanan-Nya. Padahal bahtera Tuhan akan tetap berjalan dengan segala kekuatan dan keadilan-Nya.
Allah s.w.t. juga merupakan sumber dari keselamatan, dengan pengertian bahwa Dia sendiri bebas dari semua aib, kesialan dan kesulitan serta berkuasa menganugrahkan keselamatan kepada mahluk ciptaan-Nya. Bila Dia bisa mengalami kesialan, misalnya bisa dibunuh oleh manusia atau digagalkan rencana-Nya, bagaimana mungkin hati manusia bisa merasa aman dan yakin bahwa Tuhan-nya akan mampu menyelamatkan dirinya dari mara bahaya? Tuhan-tuhan palsu diuraikan dalam Al-Quran sebagai:

Sesungguhnya, mereka yang kamu seru selain Allah, mereka tidak sekali-kali dapat membuat lalat walaupun mereka bergabung menjadi satu untuk itu. Dan jika lalat itu menyambar sesuatu dari mereka, niscaya mereka tidak dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sungguh sangat lemah kedua-duanya, yang mencari dan yang dicari. Mereka tidak dapat memahami sifat-sifat  Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa= (S.22 Al-Haji:74-75). 
Allah s.w.t. memiliki kekuasaan di atas segala kekuasaan dan Dia mengatasi segala-galanya. Tidak ada satu pun yang mampu menangkap atau mencederai-Nya. Mereka yang berpandangan cupat demikian tidak mempunyai perkiraan atas wujud Tuhan dan tidak bisa membayangkan bagaimana dimensi Dia seharusnya.

Selain itu Allah adalah penganugrah kedamaian dan wujud yang memanifestasikan alasan-alasan yang mendukung Keagungan dan Ketauhidan-Nya. Semua ini merupakan indikasi bahwa seorang yang beriman kepada Tuhan yang benar, tidak akan dipermalukan di lingkungan siapa pun atau pun di hadirat Allah s.w.t. sendiri, karena ia memiliki argumentasi yang kuat yang mendukungnya. Berbeda dengan mereka yang beriman kepada dewa-dewa palsu karena mereka ini selalu dalam keadaan risau. Bukannya memakai logika dengan benar, untuk menghindari ditertawakan orang, ia itu cenderung akan menganggap benda-benda mati sebagai suatu yang misterius, dan dengan demikian ia mencoba menutupi kesalahannya.
Kemudian Dia berfirman:

Dia-lah Allah yang Maha Pencipta, Pembuat segala sesuatu, Pemberi segala bentuk. Kepunyaan Dia-lah segala nama yang terindah.= (S.59 Al-Hasyr:24).