”Hendaknya jangan beranggapan bahwa akal dan kebijakan adalah sesuatu yang dapat diraih begitu saja. Tidak. Ketajaman hati (firasat) yang benar dan akal sejati sama sekali tidak dapat diraih tanpa melalui ruju’ (kembali) kepadaAllah. Untuk itulah telah dikatakan bahwa, “Takutlah pada ketajaman-hati (firasat) orang mukmin (beriman), sebab ia melihat berdasarkan nur (cahaya) Ilahi.” Ketajaman hati (firasat) yang benar dan akal sejati – sebagaimana telah aku katakana – tidak pernah dapat diraih selama tidak memiliki ketakwaan.
Jika kalian ingin sukses maka gunakanlah akal, renungkan dan pikirkan. Di dalam Quran Karim berkali-kali didapati penekanan supaya merenung dan berfikir. Berpikirlah dalam wawasan Kitābun-maknūn dan Quran Karim, dan jadilah kalian orang yang bertakwa. hati kalian menjadi suci, dan kalian menggunakan akal-sehat serta melangkahkan kaki di atas jalan-jalan ketakwaan, maka dari hubungan keduanya akan timbul kondisi:
”Wahai Rabb (Tuhan) kami, tidaklah Engkau menjadikan ini sia-sia. Maha Suci Engkau dari perbuatan sia-sia, maka peliharakan kami dari api” - Āli-Imran, 192
yang akan keluar dari dalam hati kalian. Saat itu akan dipahami, bahwasanya makhluk (ciptaan) ini tidaklah sia-sia, bahkan ia memberikan kesaksian akan kebenaran dan kekokohan Sang Pencipta Hakiki, sehingga zahirlah berbagai macam ilmu pengetahuan yang menyokong (membantu) agama”
(Malfuzhāt, jld. I, hlm 65-66).
0 komentar:
Post a Comment