“Seseorang yang menjadi milik Allah maka Allah menjadi miliknya Allah Ta’ala tidak menyia-nyiakan orang yang berusaha keras dan gigih datang menuju kepada-Nya. Hal ini mungkin saj, yakni petani membuat sawah-ladangnya hancur sia-sia. Pelayan berhenti bekerja dan mengalami kerugian. Peserta ujian tidak lulus. Namun, orang yang berusaha keras menuju Allah, tidak pernah gagal. Ada janji-Nya yang benar:
dan orang-orang yang berjihad untuk Kami, Kami niscaya akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami” – Al-Ankabut, 70
Yakni, orang yang berusaha gigih mencari jalan-jalan Allah Ta’ala, akhirnya dia akan mencapai tujuannya.
Kita merasa kasihan melihat orang-orang yang mempersiapkan diri menghadapi ujian-ujian duniawi, dan melihat kerja keras serta kondisi para pelajar yang giat belajar sampai larut malam, maka apakah Allah Taala yang kasih-sayang dan karunia-Nya tidak terbatas serta tidak terhitung itu akan menyia-nyiakan orang yang menuju kepada-Nya?
Tidak, sama sekali tidak. Allah tidak menyia-nyiakan kerja-keras siapapun: "Innallāha lā yudhi’u ajral muhsinīn (sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik “– At Taubah, 120). Kemudian Dia berfirman: “Man- yaf’al mistsqala dzarratin khairan- yarrah (barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrrah” – Al-Zilzal, 8) .
Kita menyaksikan setiap tahun ribuan pelajar yang mengalmi kegagalan setelah bekerja keras dan upaya gigih bertahun-tahun lalu melakukan bunuh dir. Namun karunia sempurna Allah Ta’ala adalah sedemikian rupa, yakni Dia tidak menyia-nyiakan amal sekecil apa pun.
Jadi, sangat disayangkan, bahwa untuk hal-hal yang berupa anggapan dan asumsi saja manusia tergila-gila bekerja keras di dunia sedemikian rupa, sehingga mereka tidak menghiraukan istirahat bagi diri mereka, semua itu mereka lakukan hanya didasari harapan-harapan kosong, bahwa mungkin mereka akan berhasil. Mereka menanggung ribuan kepedihan dan kedukaan.
Seorang saudagar menanamkan uang jutaan rupees dengan mengharapkan keuntungan, namun dia pun tidak begitu yakin bahwa dia pasti akan berhasil. Akan tetapi aku tidak melihat upaya dan usaha gigih seperti itu di kalangan orang yang menuju Allah Ta’ala, padahal terdapat janji yang pasti dan jelas, bahwa siapa saja yang melangkahkan kaki ke arah-Nya sedikit pun kerja kerasnya tidak akan disia-siakan.
Mengapa orang-orang ini tidak mengerti? Mengapa mereka tidak takut bahwa akhirnya suatu hari mereka pasti akan mati? Apakah setelah menyaksikan kegagalan-kegagalan itu mereka tidak susah-payah memikirkan tentang perniagaan yang tidak mengandung kerugian apa pun dan memiliki keuntungan yang pasti? Betapa seorang petani bekerja keras mengolah pertaniannya, tetapi siapa yang dapat mengatakan bahwa hasilnya pasti akan memuaskan?”
(Malfuzhat, jld. I, hl. 144-145).
0 komentar:
Post a Comment