Ahmadiyya Priangan Timur

.

Tuesday 10 February 2015

HAMBA YANG SALIH

“Ketika tahap ini telah dilalui, maka orang yang mengambil jalan tersebut menjadi hamba yang salih, seakan -akan corak derita (susah-payah) tersebut telah sirna, dan orang salih tersebut secara alami dan fitrati mulai melakukan kebaikan.  Dia akan berada di dalam sejenis dārul aman (rumah yang aman), yang di dalamya tidak ada bahaya apa pun. Kini, segala peperangan melawan gejolak-gejolak nafsunya telah berakhir, dan dia telah berada di dalam suatu kondisi yang aman, dia terhindar dari segala macam bahaya.

Ke arah inilah Pemberi petunjuk kita yang sempurna [saw.] telah mengisyaratkan, beliau bersabda, bahwa, “Pada setiap orang terdapat setan, tetapi setanku telah masuk Islam.” Jadi, orang mutaki (bertakwa) senantiasa berperang melawan setan, namun tatkala ia menjadi orang yang salih maka segenap peperangan pun akan berakhir. Salah satu contohnya adalah sifat riya (pamer) harus ia perangi selama 24 jam.

Orang mutaki berada di suatu arena yang senantiasa terjadi pertempuran. Jika Tangan karunia Allah besertanya maka dia akan menang. Misalnya sikap riya (pamer) yang keadaannya seperti semut, kadang-kadang manusia tanpa disadari melakukannya, namun pada saat-saat tertentu manusia memberikan kesempatan bagi sifat riya (pamer) itu untuk timbul di dalam hati.
 
Contohnya, seseorang kehilangan pisau miliknya, lalu ia menanyakan kepada orang lain, maka pada kesempatan itu mulai timbul peperangan antara orang mutaki  dengan setan, yang mengajarkan [kepadanya], bahwa cara bertanya seperti itu dari seorang pemilik merupakan suatu penghinaan, yang memungkinkan akan timbul perasaan terbakar pada diri orang yang ditanya tersebut, sehingga mungkin saja dapat timbul perkelahian
 
Pada saat itu seorang mutaki berperang dengan keinginan buruk nafsunya. Seandainya pada diri orang itu terdapat kejujuran yang hanya  demi Allah, maka apa perlunya ia marah.”  (Malfuzat, jld I, hlm. 21-22 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897).

0 komentar:

Post a Comment