Ahmadiyya Priangan Timur

.

Saturday, 14 February 2015

KEMATANGAN CARA BERPIKIR

“Sebagian orang berkata, “Apa yang telah diberikan Al-Quran kepada dunia, yang dapat dikatakan sebagai hal yang baru dan berbeda dengan Kitab-kitab lainnya? Ajarannya tidak berbeda dengan yang di dalam Taurat." Hanyalah karena kedangkalan maka orang Kristen menulis buku “Adam Zarurat-i-Quran”(Tidak perlunya Al-Quran).

Jika mereka betul-betul punya mata, mereka tidak akan menyimpang. Orang-orang ini mengatakan, “Taurat menyatakan bahwa jangan kamu berzina, hal yang sama disebutkan juga dalam Al-Quran. Al-Quran mengajarkan Tauhid, demikian juga Taurat. Kalau begitu apa perbedaan ajaran keduanya?”

Sepintas lalu ini adalah pertanyaan yang sulit, dan jika hal ini ditujukan kepada orang yang tidak mengerti hakikat ajaran Islam, dia akan menjadi bingung. Sesungguhnya jawaban untuk pertanyaan macam ini -- yang mendesak dan membingungkan -- diajarkan oleh Tuhan sendiri. Ini adalah rahasia-rahasia ruhani Al-Quran yang dibukakan pada saat yang tepat.

Tidak pelak lagi bahwa ada persamaan antara Taurat dan Al-Quran, kami tidak membantah hal ini. Tetapi Taurat hanya membicarakan hal-hal yang tidak memiliki bukti dan hanya menekankan pendapat dan penjelasan. Tetapi berkenaan dengan Al-Quran dia menangani seluruh masalah dengan pola pikir yang tinggi. Penyebab hal ini adalah, bahwa kemampuan manusia belum mencapai taraf yang cukup tinggi pada jaman Taurat, sedangkan ketika Al-Quran diturunkan kemampuan tersebut telah mencapai puncaknya dan pola pikir telah matang. Dalam hal ini Al-Quran menggunakan cara yang dapat menerangkan kebaikan dari moral yang baik. Dia tidak hanya menjelaskan hal-hal ini, dia juga memberikan bukti tak terbantah atas apa yang dikatakan, itu membuat orang-orang terpelajar lebih mengerti dan susah menolak.

Sebagaimana aku katakana, ketika Al-Quran diturunkan, kemampuan daya pikir manusia telah menjadi matang, hal itu tidak terjadi di masa Taurat. Umat manusia mengalami kemajuan bertahap sejak Hadhrat Adam a.s., dan evolusi ini terus berlangsung sampai masa Rasulullah saw., ketika evolusi ini mencapai kesempurnaannya.” 
 
 (Malfuzhāt, jld. I, hlm. 82).

0 komentar:

Post a Comment