“Lihatlah para sahabat Rasulullah saw., apakah karena mereka pecinta kehidupan mewah yang menyebabkan mereka menang melawan musuh-musuh? Bukan, bukanlah demikian. Bahkan dalam riwayat-riwayat terdahulu diriwayatkan bahwa orang-orang ini beribadah kepada Tuhan di malam hari dan berpuasa di siang hari. Mereka menghabiskan malam-malam mereka dengan mengingat Tuhan. Ayat Al-Quran berikut ini menggambarkan kehidupan mereka dengan lengkap:
“Kalian mensiagakan kuda kalian di perbatasan agar selalu terikat dan siaga, sehingga musuh-musuh kalian takut meliat persiapan
kalian seperti itu”
kalian seperti itu”
“hai orang-orang yang beriman, sabarlah dan tingkatkanlah kesabaran dan siagalah.”
Kata ribāt digunakan untuk kuda-kuda yang diikat dalam keadaan siap [untuk berperang]. Tuhan Yang Maha Perkasa memerintahkan orang-orang yang beriman agar selalu siap siaga untuk mempertahankan diri mereka dari serangan musuh, dan kata ribāt ini Dia gunakan untuk menunjukkan kepada mereka bahwa mereka harus berada dalam siaga yang sempurna.
Ada dua tugas yang dibebankan kepada mereka: menghadapi musuh dan berusaha meningkatkan ruhani. Buku kamus menyebutkan bahwa ribāt berarti diri manusia dan juga hati manusia. Di sini perlu dicatat bahwa hanya kuda-kuda semacam itu yang terbukti bermanfaat karena terlatih dan terpelihara baik.
Dewasa ini [kuda-kuda] dilatih seperti anak-anak, dirawat dengan penuh perhatian, sebab jika kuda-kuda tidak terlatih maka pada gilirannya kuda-kuda akan terbukti tidak bermanfaat, bahkan mereka akan merugikan dan membahayakan. Hal itu juga menunjukkan, bahwa manusia (ribāt) juga harus terdidik baik, dan mereka harus mampu mengikuti perintah Tuhan, karena jika mereka tidak seperti ini, mereka terbukti tidak berguna di medan pertempuran, dimana manusia harus melawan setan yang merupakan musuh yang paling mematikan. Pertempuran ini berlangsung sepanjang umur.
Sebagaimana di dalam pertempuran dan medan peperangan -- selain potensi (kekuatan) tubuh -- juga diperlukan kemampuan yang terlatih. Maka seperti itu jugalah jiwa-jiwa manusia membutuhkan pelatihan dan pendidikan yang tepat untuk pertempuran dan peperangan batiniah tersebut. Dan jika tidak demikian maka setan akan mengalahkannya, dan manusia akan sangat dihinakan.
Misalnya, jika seseorang memiliki meriam, senjata, pistol dan sebagainya, tapi tidak tahu cara menggunakannya, maka dia tidak akan pernah dapat menunaikan kewajibannya dalam melawan musuh. Demikian juga sebaliknya, jika seseorang memiliki panah, meriam, dan persenjataan perang sekalipun, dan dia juga tahu cara menggunakannya, tetapi dia tidak memiliki kekuatan pada tangannya maka orang itu pun tidak akan berhasil. Dari itu diketahui bahwa sekedar mempelajari cara penggunaan pun tidak akan berhasil dan bermanfaat selama belum melakukan olah fisik dan latihan, sehingga menimbulkan kekuatan pada lengan.
Sekarang, jika seseorang mengetahui cara memainkan pedang, tetapi dia tidak terlatih, maka begitu dia masuk ke medan pertempuran dia akan menebaskan pedangnya tiga empat kali, dan akan mengayunkan tangann ya dua tiga kali, lalu lengannya menjeladi lemas dan dia benar-benar akan keletihan, dan akhirnya dengan sendirinya kan menjadi mangsa bagi musuh.
Oleh karena itu pahamilah, dan pahami baik-baik bahwa sekedar memiliki pengetahuan, kemahiran dan pendidikan dangkal saja tidak berguna sedikit pun selama belum ada amal perjuangan dan kerja keras. Lihatlah seorang panglima juga -- dengan pemikiran demikian -- tidak membiarkan bala tentaranya berdiam diri tanpa kegiatan. Bahkan pada masa-masa aman pun dia membuat latihan peperangan dan tidak membiarkan bala tentaranya duduk tanpa pekerjaan. Dan sudah menjadi kebiasaan bahwa latihan tembak menembak serta baris berbaris dan sebagainya dilakukan setiap hari.
Sebagaimana baru saja aku jelaskan, bahwa untuk berhasil di medan pertempuran, di satu sisi dibutuhkan pendidikan dan pengetahuan cara-cara menggunakan persenjataan dan sebagainya, dan di sisi lain dibutuhkan latihan serta penggunaan yang tepat. Dan lebih lanjut dibutuhkan kuda-kuda perang yang terdidik dan terlatih, yakni kuda-kuda yang tidak takut mendengar suara letusan meriam dan senapan serta yang tidak akan mundur melihat debu yang berkecamuk, justru kuda-kuda itu akan maju ke depan. Seperti itu jugalah jiwa-jiwa manusia tidak akan dapat berhasil di medan pertempuran melawan musuh-musuh Allah tanpa latihan yang sempurna, tanpa kerja-keras, dan tanpa pendidikan yang hakiki”
(Malfuzhat, jld. I, hlm. 54-56).
0 komentar:
Post a Comment