Ahmadiyya Priangan Timur

.

Tuesday, 24 February 2015

PRASANGKA BURUK DAN AKIBATNYA

“Ingatlah baik-baik, segenap kekacauan dan keburukan timbul dari prasangka buruk. Oleh karena itu Allah Ta’ala sangat melarangnya: "Inna ba'dhazh zhanni itsmun — [sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa” -- Al-Hujurāt, 13).

Seandainya para ulama tidak berprasangka buruk terhadapku, dan dengan hati yang benar serta teguh mereka mendengar ucapan-ucapanku; membaca buku-bukuku, serta menetap bersamaku dan menyaksikan keadaan-keadaanku, maka tentu mereka samasekali tidak akan melontarkan celaan-celaan yang mereka tujukan kepadaku itu.

Namu ketika mereka tidak menghargai perintah Allah Ta’ala tersebut dan tidak menerapkannya (mengamalkannya), maka akibatnya mereka berprasangka buruk terhadapku dan juga berprangka buruk terhadap Jemaatku. Dan mereka mulai melontarkan tuduhan-tuduhan palsu serta celaan-celaan. Sampai-sampai ada sebagian yang dengan sangat tidak bermalu menuliskan, "Ini adalah golongan orang yang tidak percaya pada Tuhan. Orang-orang ini tidak salat. Mereka tidak puasa,” dan sebagainya.

Jika mereka menghindarkan diri dari prasangka buruk ini, tentu mereka tidak harus mengalami kutukan atas kedustaan mereka dan tentu mereka akan selamat dari itu. Aku katakan, sebenarnya prasangka buruk adalah petaka sangat buruk yang membinasakan iman manusia, dan yang melemparkan manusia jauh dari kejujuran serta kebenaran, dan yang mengubah kawan-kawan menjadi musuh.

Untuk mencapai kesempurnaan para shiddiq adalah mutlak agar manusia benar-benar menghindarkan diri dari prasangka buruk. Dan jika mengenai seseorang timbul prasangka buruk maka hendaknya istighfar banyak-banyak. Dan banyaklah berdoa kepada Allah Ta’ala, supaya kalian terhindar dari dosa itu serta dari dampak buruknya, yaitu [dampak buruk] yang mengikuti prasangka buruk tersebut dari belakang. Jangan pernah menganggapnya sebagai hal biasa. Ini adalah penyakit sangat berbahaya yang darinya manusia sangat cepat binasa.

Ringkasnya, prasangka buruk menghancurkan manusia, sampai-sampai ada tertulis, ketika ketika orang-orang neraka akan dimasukkan ke dalam api neraka Allah Ta’ala akan berfirman kepada mereka bahwa mereka telah berprasangka buruk kepada Allah Ta’ala.

Sebagian orang ada yang beranggapan, bahwa Allah Ta’ala akan mengampuni orang-orang yang berbuat kesalahan, sedangkan orang-orang yang berbuat baik akan diberi azab. Pemikiran seperti itu juga merupakan prasangka buruk terhadap Allah Ta’ala. Sebabnya adalah, benar-benar bertentangan dengan sifat Adil-Nya, seakan-akan kebaikan serta akibat-akibatnya yang telah Dia tetapkan dalam Al-Quran Syarif itu sungguh dibuat sia-sia dan dianggap tidak bermakna.

Jadi, ingatlah baik-baik, dampak akhir prasangka buruk adalah neraka. Janganlah menganggapnya sebagai penyakit biasa, dari prasangka buruk itu timbul keputus-asaan, dari keputus-asaan timbul kejahatan-kejahatan, dan dari kejahatan-kejahatan itu yang diperoleh adalah neraka.

Prasangka buruk adalah sesuatu yang memotong akar kebenaran. Oleh karena itu kalian harus menghindarkan diri darinya, dan banyaknya berdoa untuk meraih kemampuan-kemampuan sebagai orang shiddiq (benar/jujur)” 
 
(Malfuzhat, jld, I, hlm. 373-374).

0 komentar:

Post a Comment