Ahmadiyya Priangan Timur

.

Wednesday, 18 February 2015

TELADAN SUCI IKRIMAH

“Kalian tentu telah mendengar tentang Ikramah. Beliau inilah yang merupakan timbulnya petaka di [perang] Uhud, dan ayahnya adalah Abu Jahal. Namun akhirnya suri teladan para sahabah r.a. telah membuatnya malu.

Aku berpendapat, bahwa mukjizat-mukjizat pun tidak memberikan dampak seperti ketakjuban yang telah ditimbulkan oleh suri teladan suci dan perubahan-perubahan yang dilakukan para sahabah. Orang-orang menjadi takjub (heran), betapa besarnya perubahan nyang dialami oleh sepupu-sepupu mereka. Akhirnya mereka pun memahami bahwa merekalah yang keliru.

Di satu masa, Ikrimah telah menyerang diri Rasulullah saw., dan di masa lain beliau telah memporak-porandakan bala tentara orang-orang kafir. Ringkasnya, di masa Rasulullah saw. suri teladan suci yang diperlihatkan oleh para sahabah r.a. maka sekarang ini dapat kita paparkan dalam corak dalil-dalil dan tanda-tanda.

Lihatlah suri teladan Ikrimah. Pada masa kekufuran di dalam dirinya terdapat keingkaran, keangkuhan dan sifat-sifat buruk lainnya, dan dia menghendaki – jika mampu -- untuk menghancurkan Islam dari dunia ini. Namun tatkala karunia Allah Ta’ala telah mendukungnya dan dia sudah masuk Islam, maka di dalam dirinya telah timbul akhlak sedemikian rupa, sehingga keangkuhan dan kesombongan tidak lagi tersisa sedikt pun. Yang timbul adalah kerendahan hati, dan kerendahan hati itu telah menjadi dalil bagi Islam serta telah menjadi bukti bagi kebenaran Islam.

Pada suatu kesempatan sedang berlangsung pertempuran dengan orang-orang kafir. Ikrimah adalah panglima lasykar Islam. Orang-orang kafir melakukan perlawanan yang keras, sampai-sampai kondisi lasykar Islam sudah mendekati kekalahan. Ketika hal itu disaksikan oleh Ikrimah maka beliau turun dari kuda.

Orang-orang mengatakan kepada beliau mengapa turun dari kuda, sebab jika ada peluang untuk menghindar ke sana ke mari kuda itu sangat membantu. Beliau berkata, “Saat ini aku teringat pada zaman ketika aku dulu melawan Rasulullah saw.. Aku ingin melepaskan nyawa ini sebagai tebusan bagi dosa-dosaku.” 

Lihatlah, betapa kondisinya telah berubah jauh sekali, dan hal itu dikenang berkali-kali dengan penuh pujian. Ingatlah, keridhaan Allah Ta’ala menyertai orang-orang yang mengumpulkan keridhaan Ilahi di dalam diri mereka. Allah Taala di setiap tempat menyebut mereka radhiallāhu’anhum. Nasihatku adalah, terapkanlah akhlak-akhlak tersebut dengan penuh disiplin”. 

(Malfuzhat, jld. I, hlm. 148-149).

0 komentar:

Post a Comment