Ahmadiyya Priangan Timur

.

Thursday 19 March 2015

Khutbah Jumat: Nubuatan Hadhrat Muslih Mau’ud ra Sang Pembaharu yang Dijanjikan

Ringkasan Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz
tanggal 20 Februari 2015 di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.
 
“Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah”

أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك لـه، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله. أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم. 
 بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ
  الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضالِّينَ
، آمين.

Hari ini adalah tanggal 20 Februari dan di dalam Jemaat Ahmadiyah hari ini dikenal berhubungan dengan nubuatan Muslih Ma’’ud ra (Pembaharu yang dijanjikan). Hadhrat Masih Mau’ud as telah meminta sebuah tanda dari Allah Ta’ala dalam mendukung kebenaran Islam dan hal ini beliau lakukan karena serangan yang dilancarkan oleh non-Muslim terhadap Islam telah mencapai intensitas yang sangat tinggi. Jadi beliau as menjalankan ibadah dengan menyendiri selama 40 hari dan Allah Ta’ala memberitahukan kepada beliau mengenai suatu tanda yang luar biasa sebagai jawaban dan pengabulan atas doa beliau as.

Saya tidak akan menyebutkan secara rinci tanda yang luar biasa ini. Saya sudah menyampaikan beberapa khotbah mengenai hal ini. Juga banyak majelis diadakan pada hari ini di setiap tahunnya di seluruh Jemaat dimana para ‘alim dan pembicara lainnya memberikan ceramah mengenai hal ini secara rinci. Segala seluk-beluk pembahasannya dikemukakan dalam banyak pertemuan seperti itu dan banyak jalsah akan dan sungguh sedang berlangsung pada tahun ini juga.

Hari ini, saya akan menyampaikan ke hadapan anda sekalian hal-hal yang Hadhrat Muslih Mau’ud ra sendiri sampaikan pada berbagai kesempatan sehubungan dengan nubuatan ini. Tentu tidak semua aspek dari nubuatan ini dapat disampaikan namun saya akan memberikan beberapa kutipan.

Pada tahun 1944, seraya menyampaikan latar belakang nubuatan tersebut, Hadhrat Muslih Mau’ud ra bersabda: “Tepat 58 tahun yang lalu, yakni pada 1886, di kota Hoshiarpur, pada sebuah rumah yang sedang saya tunjuk dengan jari saya, seorang laki-laki dari Qadian yang tak dikenal dan tersembunyi, bahkan oleh penduduk kotanya sendiri, karena melihat penentangan yang dilancarkan terhadap Islam dan pendirinya, beliau datang ke tempat sederhana ini yang benar-benar sebuah ruang kosong dari rumah yang agak besar untuk mempersembahkan dirinya ke hadapan Allah Ta’ala dalam kesendirian untuk beribadah kepadanya dan mencari pertolongan serta dukungan-Nya. Beliau tinggal mengasingkan diri dari orang-orang dan melibatkan diri dalam doa-doa dengan penuh kekhusukan selama 40 hari. Allah Ta’ala menganugerahkan beliau as sebuah tanda setelah berdoa selama 40 hari.

Tanda ini ringkasnya adalah, “Aku (Allah) tidak hanya akan memenuhi janji-janji yang telah Ku-buat terhadap engkau serta akan menjadikan nama engkau sampai ke seluruh penjuru dunia, namun untuk memenuhi janji ini dengan kemuliaan yang lebih agung, Aku bahkan akan menganugerahkan engkau seorang anak laki-laki yang akan diberkati dengan beberapa sifat dan kualitas yang khas. Dia akan menjadikan Islam tersebar ke seluruh belahan bumi. Dia akan membuat orang-orang memahami pokok-pokok ma’rifat samawi. Dia akan menjadi manifestasi rahmat dan karunia-Ku. Dia akan dikarunai dengan pengetahuan duniawi dan rohani yang dibutuhkan untuk penyebaran Islam ke setiap tempat. Dan Aku akan memberinya umur yang panjang hingga dia akan meraih kemasyhuran di seluruh dunia.’”

Kemudian, di tempat lain Hadhrat Muslih Mau’ud ra bersabda: “Ketika pengumuman ini diterbitkan, para penentang Jemaat mulai melancarkan berbagai kritikan dan kemudian pada 22 Maret 1886 Hadhrat Masih Mau’ud as menerbitkan pengumuman yang lain. Para penentang telah melancarkan kritikan, ‘Keyakinan apa yang dapat dimiliki seseorang terhadap suatu nubuatan yang mengatakan, “Saya akan diberkati dengan seorang anak laki-laki” ketika diketahui bahwa banyak anak laki-laki tentu saja dilahirkan oleh manusia, memang sangat jarang ada orang yang tidak memiliki seorang anak laki-laki maupun perempuan. Biasanya, kita melihat banyak anak laki-laki yang dilahirkan oleh manusia di sepanjang masa namun tidak ada orang yang menyatakan kelahiran anak laki-laki tersebut sebagai suatu tanda yang khas. Jadi jika seorang anak laki-laki dilahirkan dari kalian, lalu bagaimana hal ini akan membuktikan bahwa dengan cara ini tanda Ilahi akan dimenifestasikan ke dunia?”

Dalam menjawab keberatan ini, Hadhrat Masih Mau’ud as menulis dalam pengumuman tanggal 22 Maret 1886, “Hal ini tidak hanya sekedar nubuatan belaka namun sebenarnya adalah tanda samawi yang luar biasa yang telah Allah Ta’ala manifestasikan dalam mendukung kebenaran dan kemuliaan utusan-Nya yang pengasih dan penyayang, baginda Nabi Muhammad, Rasulullah saw.”

Pada pengumuman yang sama, Hadhrat Masih Mau’ud as juga menyatakan, “Dengan karunia Allah Ta’ala Yang Maha Pemurah, dan melalui berkat dari Sang Khataman Nabiyyin saw, Allah Yang Maha Pengasih, dengan mengabulkan doa-doa seorang yang rendah hati ini, menjanjikan untuk mengirimkan suatu jiwa yang diberkati yang segala keberkatannya baik yang tampak maupun yang tersembunyi akan menyebar ke seluruh bumi.”

Nyatanya, [pertama], jika Hadhrat Masih Mau’ud as telah memberikan berita begitu saja mengenai kelahiran seorang anak laki-laki, bahkan kemudian kabar ini sendiri akan menjadi suatu nubuatan karena ada sekelompok orang di dunia ini yang tidak memiliki keturunan, tidak masalah seberapa kecilnya jumlah mereka. Kedua, ketika beliau membuat pengumuman ini, beliau telah berumur lebih dari 50 tahun. Ada ribuan orang yang berumur seperti beliau ini di dunia ini yang berhenti berketurunan. [Ketiga], kemudian ada juga orang-orang yang hanya memiliki anak-anak perempuan sedangkan yang lainnya memiliki keturunan laki-laki namun meninggal dalam jangka waktu yang singkat setelah kelahirannya – dan semua kemungkinan dan keraguan ini dapat terjadi dalam hal ini.

Pendeknya, hal pertama ialah, untuk memberikan kabar kelahiran seorang anak laki-laki bukanlah kuasa seorang manusia. Namun, katakanlah, keberatan ini diterima, bahwa dengan menganggap hanya menyebutkan kelahiran seorang anak laki-laki bukanlah suatu hal yang bernilai untuk disebutkan sebagai suatu nubuatan. [Sabda Hadhrat Masih Mau’ud as,] “Silahkan berikan suatu kabar akan kelahiran seorang anak laki-laki yang akan lahir dari kalian. Saya tidak hanya berkata bahwa akan lahir seorang anak laki-laki. Apa yang saya katakan adalah bahwa Allah Ta’ala, dengan mengabulkan doa-doa saya, telah berjanji untuk mengirimkan ke dunia ini suatu jiwa yang diberkati yang segala keberkatannya baik yang tampak maupun yang tersembunyi akan tersebar ke seluruh bumi.” Jadi ini adalah inti sari dari wahyu tersebut. Saya (Hudhur V atba) tidak akan menjelaskan secara rinci mengenainya, tetapi saya ingin menjelaskan mengenai keberkatan Muslih Mau’ud dan bagaimana keberkatan itu menyebar ke seluruh dunia, dengan karunia Allah.

Beberapa orang menyampaikan keberatan bahwa beliau bukanlah Muslih Mau’ud. Beliau bersabda, “Orang-orang ada yang mengatakan bahwa Muslih Mau’ud akan dilahirkan dari keturunan Hadhrat Masih Mau’ud as sekitar 200-300 tahun mendatang dan tidak dapat datang pada masa sekarang ini. Apakah tidak ada satupun orang dari antara mereka yang takut akan Tuhan lalu melihat serta merenungkan kata-kata nubuatan itu? Hadhrat Masih Mau’ud as menulis bahwa pada saat ini suatu kritikan disampaikan terhadap Islam bahwa Islam tidak memiliki kekuatan apapun untuk dapat memanifestasikan suatu tanda untuk mendukungnya. Pandit Lekh Ram adalah salah seorang yang menyampaikan kritikan bahwa jika Islam sungguh benar, lalu tunjukanlah suatu tanda. Indarman Muradabadi juga membuat permintaan yang sama.

Hadhrat Masih Mau’ud as bersujud di hadapan Allah Ta’ala dan berdoa kepada-Nya seraya meminta-Nya agar menunjukan suatu tanda yang bisa membuat para pencari kebenaran menjadi yakin akan kebenaran Islam. Hadhrat Masih Mau’ud as memanjatkan doa demikian dan orang-orang yang berkata bahwa Allah Ta’ala menjawab doa-doanya, mengatakan bahwa Dia akan menganugerahinya seorang anak yang akan menjadi tanda kebenaran Islam pada 300 atau 400 tahun dari sekarang. Apakah ada seseorang di dunia ini yang dapat berkata bahwa hal ini masuk akal dan wajar saja?

Hal ini adalah seperti seseorang yang sangat haus yang pergi ke depan pintu seseorang dan berkata, “Saya sangat haus, demi Allah Ta’ala berikanlah saya air minum”. Orang tersebut menjawab dengan berkata, “Lihat, jangan takut tuan. Saya telah menulis surat ke Amerika dan pada akhir tahun ini saya akan menerima bahan dasar yang sangat berkualitas tinggi dari sana yang dengannya kita akan membuat serbat/bir dan memberikannya pada anda untuk diminum.” Bahkan seorang yang paling tidak waras diantara orang yang tidak waras sekalipun tidak akan menyematkan hal ini kepada Allah dan Rasul-Nya.

Pandit Lekh Ram, Munshi Indarman Muradabadi dan orang-orang Hindu di Qadian berkata, ‘Pernyataan atas nama Islam bahwa Tuhannya memiliki kekuatan untuk menunjukan suatu tanda untuk mendukungnya benar-benar salah dan tidak berdasar. Dan bahwa jika ada suatu kebenaran terhadap pernyataan ini, maka tunjukanlah kepada kami suatu tanda.’

Hadhrat Masih Mau’ud as bersujud di hadapan Allah Ta’ala seraya berkata, ‘Wahai Tuhan, aku memohon kepada Engkau agar tunjukanlah suatu tanda Kasih Sayang Engkau, suatu tanda Kedekatan Engkau dan Kekuasaan Engkau; lalu tunjukanlah tanda ini dalam waktu dekat ini sehingga akan dapat dilihat oleh orang-orang yang meminta suatu tanda, sementara mereka sendiri masih hidup untuk dapat memberikan kesaksian.’ Jadi hal inilah yang benar terjadi pada tahun 1889 ketika saya dilahirkan sesuai dengan nubuatan Allah Ta’ala ketika orang-orang yang meminta tanda tersebut masih hidup untuk dapat menyaksikannya dan seraya saya tumbuh besar, tanda-tanda Allah Ta’ala sendiri terus bermanifestasi.”

Hadhrat Muslih Mau’ud ra bersabda seraya menyebutkan salah satu kasyaf dan bagaimana kasyaf itu sesuai dengan nubuatan tentang Muslih Mau’ud yang disampaikan Hadhrat Masih Mau’ud as: “Saya akan menyebutkan persamaan-persamaan yang ada antara kasyaf saya dan nubuatan kedatangan Muslih Mau’ud ra oleh Hadhrat Masih Mau’ud as. Di dalam kasyaf, saya melihat kalimat berikut ini dimasukan ke dalam lidah saya: “أنا المسيح الموعود مثيله وخليفته” Ana al-Masihul Mau’udu, Matsiiluhu wa khalifatuhu ‘Aku adalah Masih Mau’ud, yang menyerupainya dan khalifatnya’. Kata-kata ini sangat ganjil keluar dari mulut saya – jika hal ini adalah sesuatu yang terjadi di dunia nyata, maka akan terasa sangat ganjil. Namun hal ini juga terasa begitu ganjil bahkan di dalam mimpi saya sehingga saya hampir-hampir terbangun oleh goncangannya – betapa luar biasanya kata-kata yang keluar dari mulut saya!

Setelah itu, beberapa teman menarik perhatian saya bahwa ternyata sebutan untuk menjadi seorang ‘Masihi Nafs’ (Jiwa Masihi) ditemukan dalam pengumuman Hadhrat Masih Mau’ud as pada tanggal 20 Februari 1886. Meskipun saya telah membaca pengumuman itu pada hari tersebut, namun ketika saya sedang menyampaikan khotbah pada saat itu kata-kata pengumuman itu tidak ada dalam pikiran saya. Satu atau dua hari berselang setelah khotbah tersebut, saya percaya Maulvi Ghulam Sarwar Sahib menarik perhatian saya bahwa ternyata hal ini tertulis dalam pengumuman Hadhrat Masih Mau’ud as bahwa ‘Dia akan datang ke dunia ini dan dengan jiwa Masih dan keberkatan ruhul Qudus akan menyucikan banyak penyakit mereka’. Di dalam nubuatan ini juga kata ‘Masihi’ telah digunakan.

Kedua, saya melihat di dalam kasyaf bahwa saya telah menyuruh menghancurkan banyak berhala. Indikasi dari hal ini juga ditemukan di bagian selanjutnya dari nubuatan Hadhrat Masih Mau’ud as tersebut bahwa ‘dengan keberkatan dari ‘ruhul haqq’, dia akan mensucikan banyak penyakit mereka’. Dengan ‘ruhul haq’ (ruh kebenaran) berarti dengan ruh ketauhidan Ilahi dan kebenaran tersebut berarti bahwa pada kenyataannya satu-satunya hal yang layak disebut adalah wujud Allah Ta’ala sendiri sedangkan yang lainnya hanyalah pantulan dan bayangan saja. Jadi dengan ‘ruhul haq’ berarti dengan ruh ketauhidan Ilahi yang mengenainya disebutkan bahwa dia dengan keberkatannya akan menyucikan banyak penyakit.

Ketiga, saya juga melihat bahwa saya sedang berlari. Jadi saya telah menyebutkan di dalam khotbah saya bahwa di dalam kasyaf, saya tidak hanya berjalan cepat tetapi berlari dan dunia semakin mengecil di bawah kaki saya.

Nubuatan sehubungan dengan Hadhrat Muslih Mau’ud ra juga mengandung kata-kata, “Bahwa dia akan tumbuh semakin cepat dan cepat”.

Demikian pula, saya melihat kasyaf bahwa saya telah melakukan perjalanan di beberapa negara asing dan disana saya juga telah menyelesaikan pekerjaan saya namun saya bermaksud hendak pergi semakin jauh sebagaimana saya berkata, ‘Wahai Abdusy Syakur! (Wahai hamba Tuhan yang Maha Menghargai) sekarang saya akan pergi semakin jauh dan ketika saya hendak kembali dari perjalanan ini, saya akan melihat bahwa pada saat ini engkau telah menegakkan ketauhidan Ilahi, menghapuskan politeisme, mendirikan Islam dan ajaran Hadhrat Masih Mau’ud as tertanam kokoh di dalam hati orang-orang.’

Wahyu yang Allah Ta’ala telah turunkan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as juga menyebutkan hal ini sebagaimana tertulis bahwa ‘Dia akan meraih kemasyhuran ke setiap penjuru bumi.’ Kata-kata ini juga menyampaikan maksud bahwa ia pergi mencapai tempat-tempat yang paling jauh kemudian perjalanannya berlanjut.

Kemudian disebutkan di dalam nubuatan tersebut, ‘aur uluum-e-zhahiri-o-bathini pur kiya jaega’ – ‘Dia akan dipenuhi dengan pengetahuan yang tampak (duniawi) dan yang tersembunyi (rohani). Ada sebuah indikasi yang mengarah kepada hal ini dalam kasyaf saya. Jadi di dalam mimpi, saya ditemukan sedang berkata dengan sangat lantang, ‘Aku adalah orang yang telah diberikan pengetahuan tentang Islam, bahasa Arab serta filosofi dari bahasa ini pada masa ketika sedang disusui oleh ibunya.’

Kemudian tertulis dalam nubuatan bahwa dia akan menjadi manifestasi Jalaal Ilahi (kemuliaan Allah). Hal ini juga dijelaskan di dalam kasyaf. Sebagaimana saya telah nyatakan, bahwa di dalam kasyaf, Allah mengendalikan dan menggerakkan lidah saya lalu mulai berbicara dengan lidah saya, kemudian Rasulullah saw tiba dan berbicara melalui lidah saya, kemudian Hadhrat Masih Mau’ud as tiba dan berbicara melalui lidah saya. Ini merupakan manifestasi kemuliaan Allah yang ganjil dan luar biasa yang juga tersebut di dalam nubuatan tersebut. Jadi, ini juga merupakan persamaan lainnya yang ditemukan antara nubuatan dan kasyaf saya.

Kemudian, tertulis bahwa dia akan menjadi seseorang yang memiliki keagungan, kemuliaan dan kekayaan. Ini adalah kata-kata nubuatan tersebut sedangkan di dalam kasyaf saya, hal ini ditampakan ada suatu bangsa yang diantaranya saya menunjuk seseorang sebagai pemimpin dan berkata kepadanya, dalam kata-kata ini, seperti seorang raja yang berkuasa berbicara kepada anak buahnya, ‘Wahai Abdus Syakur, engkau akan menjadi orang yang bertanggung jawab kepada saya bahwa negara engkau dalam waktu sesingkat mungkin hendaknya beriman kepada ketauhidan ilahi dan meninggalkan politeisme, mulai mengamalkan ajaran Rasulullah saw dan memperhatikan sabda-sabda Hadhrat Masih Mau’ud as.’ Kata-kata ini yang dikeluarkan dari lidah saya di dalam kasyaf hanya dapat berasal dari seseorang yang memiliki keagungan serta kemuliaan.

Sedangkan yang disebutkan di dalam nubuatan, ‘Kami akan memasukan ruh kami ke dalam dirinya’; merupakan indikasi bahwa firman Allah akan turun kepadanya (Muslih Mau’ud) dan ini juga ditemui di dalam kasyaf saya. Jadi di bawah pengaruh samawi saya yakin, bahwa bukanlah saya yang berbicara di dalam kasyaf namun melalui perintah Ilahi, adalah Allah Ta’ala yang firman-Nya sedang disampaikan melalui lidah saya. Jadi, kata-kata nubuatan ini mengacu pada hal ini yakni ‘Kami akan masukan ruh Kami ke dalam dirinya.’ Kemudian, ketika di dalam kasyaf tersebut saya berfikir bahwa setiap langkah yang saya ambil sedang dijalankan di bawah beberapa wahyu sebelumnya dan hal ini juga berkaitan dengan beberapa perkataan nubuatan yang sama ini.

Pada waktu berbicara di Majelis Syura tahun 1936, ketika itu banyak sahabat Hadhrat Masih Mau’ud as juga hadir dan juga ada sejumlah besar tabi’in (generasi Jemaat sesudah sahabat, berjumpa dengan sahabat Hadhrat Masih Mau’ud tapi belum pernah berjumpa dengan Hadhrat Masih Mau’ud as), Hadhrat Muslih Mau’ud ra bersabda (hal ini terjadi 8 tahun sebelum Hadhrat Muslih Mau’ud ra menyatakan diri sebagai pembenaran Nubuatan tentang Muslih Mau’ud ra): “Pada saat ini, para anggota Jemaat kita tidak hanya menikmati masa-masa keistimewaan ciri-ciri Khilafat. Ada dua (2) keistimewaan lainnya yang mereka nikmati, pertama, mereka masih mengalami masa-masa dekat dengan masa kenabian dan yang kedua, mereka hidup di masa Khilafat yang dijanjikan. Kedua keistimewaan ini tidak dinikmati oleh setiap orang yang menjadi pengikut seorang Khalifah. [Tidak semua anggota Jemaat yang merupakan pengikut Khalifah Imam Mahdi, mengalami dan menikmati kedua keistimewaan yang dialami oleh generasi tahun-tahun itu] (saya [Hudhur V aba] mungkin telah menyebutkan hal ini pada suatu khotbah sebelumnya).

Seratus (100) atau dua ratus (200) tahun dari sekarang, mereka yang berbaiat tidak mengalami/menikmati hal-hal ini… Jangankan orang-orang mukmin biasa [anggota Jemaat umumnya], pada masa itu, bahkan, para khalifa-e-waqt akan merasa perlu mencari bimbingan dari perkataan, tindakan dan arahan kami [Hudhur II ra]. Sungguh, tidak hanya itu saja, bahkan, para Khalifah di masa akan datang, akan mencari bimbingan melalui perkataan, tindakan dan arahan kalian. (yang sedang disebutkan disini adalah para Sahabat yang hadir).

Tetapi, bahkan, para Khalifah pada masa yang akan datang itu akan berkata, ‘Seorang bernama Zaid di masa Khalifah Fulan telah berkata seperti ini, kita harus mengikutinya.’ Bahasan yang sedang dibicarakan ini tidak hanya sehubungan dengan Khilafat dan nizam Jemaat saja, namun juga berkaitan erat dengan keimanan (agama) kita. Kemudian perlu dikatakan bahwa bahasan yang sedang dibicarakan ini bukan hanya sehubungan dengan Khilafat saja, namun berkaitan dengan Khilafat yang merupakan sebuah Khilafat yang dijanjikan, sebuah Khilafat yang telah didirikan berdasarkan pada wahyu dan nubuatan.

Ada satu jenis Khilafat yang Allah Ta’ala dirikan dengan cara orang-orang memilih seorang Khalifah dan kemudian Dia menerima dan memberkatinya. Tetapi, Khilafatku ini bukanlah jenis Khilafat yang seperti itu. Sesungguhnya saya tidak hanya menyebut diri saya ini Khalifah karena orang-orang Jemaat telah bersepakat atas Khilafatku ini saja, yaitu pada hari kedua setelah kewafatan Hadhrat Khalifatul Masih I ra, tetapi, saya adalah seorang Khalifah karena sebelum masa kekhalifahan Hadhrat Khalifatul Masih I ra, Hadhrat Masih Mau’ud as telah memberikan pernyataan berdasarkan wahyu dari Allah Ta’ala bahwa saya akan menjadi Khalifah. Jadi, saya bukan hanya seorang Khalifah saja, namun juga seorang Khalifah yang dijanjikan.

Saya bukanlah seorang ma-mur (orang yang diangkat atau ditunjuk oleh Allah seperti seorang Nabi), tetapi suara saya adalah suara Allah karena Allah telah memberikan suatu kabar suka mengenai Khilafatku kepada Hadhrat Masih Mau’ud as. Hal mana itu berarti, maqam (ketinggian) Khilafatku ini adalah berada diantara Ma-muriyat (kenabian) dan Khilafat. Kesempatan [periode] ini bukanlah sesuatu yang hendaknya Jemaat sia-siakan dan hendaknya menggunakan kesempatan ini agar dapat memperoleh kemenangan/kesuksesan di pandangan Ilahi. Memang benar, dan kukatakan hal yang benar, bahwa para Nabi Allah tidak datang setiap hari. Demikian pula para Khalifah yang dijanjikan pun tidak muncul setiap hari. Sama halnya, kesempatan periode ini pun takkan berulang setiap hari ketika seseorang berkata, ‘Sang Nabi Allah ini telah mengatakan satu hal kepada kita sekitar 25-30 tahun lalu.’”
(Kerohanian serta kedekatan dengan Allah yang berkembang atau dialami di dalam diri seseorang yang mengatakan, ‘Tiga puluh [30] tahun lalu, ada seseorang yang diangkat oleh Tuhan, menjadi utusan-Nya, telah berkata demikian’; tidak dapat sama dengan, yang dialami atau dirasakan orang yang mengatakan, ‘Dua ratus (200) tahun sebelumnya seseorang yang diutus oleh Allah Ta’ala telah mengatakan begini dan begini.’ Hal demikian karena orang-orang yang hidup 200 tahun setelah seorang Nabi tidak dapat menegaskan kebenaran sesuatu hal sebagaimana orang yang menyaksikannya sendiri (para Sahabat seorang Nabi yang melihat sendiri). Sementara orang-orang yang hidup 20 atau 30 tahun setelah seorang Nabi dapat lebih mungkin untuk menegaskan atau membuktikan kebenaran perkataan, ‘Nabi Allah berkata begini dan begini’, sebagaimana seorang saksi mata. Pada dasarnya, Hadhrat Muslih Mau’ud ra bersabda bahwa para Khalifah yang akan datang kemudian akan menceritakan kembali kepada orang-orang dan mereka yang datang sesudah mereka tentang kata-kata dan tindakan para sahabat Masih Mau’ud as.)

Kemudian, Hadhrat Muslih Mau’ud ra mengumumkan diri sebagai Muslih Mau’ud pada tahun 1944, tetapi, para penentang mengkritik beliau, ‘Jika engkau adalah Muslih Mau’ud, mengapa engkau tidak mengumumkan sejak sebelumnya?’ Beliau bersabda menanggapi, “Orang-orang telah berupaya supaya saya membuat penyataan bahwa saya adalah Muslih Mau’ud namun saya belum dapat memahami keperluan akan hal ini. Para penentang mengatakan, ‘Para pengikut engkau memanggil engkau Muslih Mau’ud namun engkau sendiri tidak menyatakan demikian.’ Tetapi, saya katakan, apa perlunya saya membuat pernyataan demikian? Jika saya adalah Muslih Mau’ud, lalu dengan tidak membuat pernyataan demikian tidak akan mengubah status saya sebagai Muslih Mau’ud.

Pendirian saya adalah bahwa ketika suatu nubuatan sehubungan dengan seseorang yang bukan مأمورًا من الله ‘ma-mur minAllah’ (utusan, Nabi, Rasul dari Allah) maka tidak ada keharusan membuat suatu pernyataan diri menjadi pembenaran/pemenuhan nubuatan macam apa pun. Seorang mujadid juga tidak termasuk dalam kategori مأمورًا من الله ‘ma-mur minAllah’. Jadi dimana letak perlunya bagi saya untuk memberikan suatu pernyataan? Mengapa harus ada tuntutan seperti itu? Rasulullah saw telah menyampaikan nubuatan (mengabarkan) mengenai akan adanya alat transportasi kereta api, apakah perlu bahwa kereta api itu memberikan pernyataan sebagai pemenuhan nubuatan itu? Kemudian ada nubuatan tentang dajjal – Musuh Al-Masih – namun apakah perlu bagi dajjal itu untuk memberikan pernyataan? Tetapi berbeda dengan itu, memang benar, bahwa bagi para مأمورًا من الله ‘ma-mur minAllah’ (utusan, Nabi, Rasul dari Allah) yang datang sesuai dengan nubuatan, maka ada keharusan (keperluan) bagi mereka untuk membuat pernyataan bahwa mereka adalah pemenuhan dari nubuatan tersebut. Sehubungan dengan yang bukan ‘ma-mur, mungkin saja dapat terjadi [bukan hal yang bermasalah atau salah] bahwa ada dari antara mereka yang tidak menyadari/tidak tahu bahwa sesuatu nubuatan tergenapi di dalam dirinya. Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan mengenai hal ini.

Dari antara daftar para mujadid di kalangan umat Islam – yang akan diterbitkan setelah sebelumnya dulu pernah diperlihatkan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as – berapa banyak dari antara mereka yang membuat pernyataan? Saya telah mendengar hal ini secara langsung dari Hadhrat Masih Mau’ud as sendiri bahwa beliau as bersabda, ‘Saya melihat Aurangzeb (1658-1707, seorang raja Mughal, setelah Jalaluddin Akbar, 1556-1605) sebagai mujadid pada masanya.’ Namun apakah dia membuat suatu pernyataan? Umar bin Abdul Aziz disebut termasuk sebagai mujadid. Apakah dia membuat suatu penyataan?

Jadi tidaklah merupakan hal yang esensial (sangat penting, suatu keharusan) bagi mereka yang bukan ‘ma-mur’ untuk membuat suatu pernyataan. Hanya, itu hal yang esensial bagi mereka yang ‘ma-mur minAllah’ untuk membuat pernyataan bahwa mereka adalah orang-orang yang disebut di dalam sesuatu nubuatan tersebut. Mengenai seorang yang bukan ‘ma-mur’, kita hanya perlu melihat kepada pekerjaan yang mereka lakukan dan jika pekerjaan yang mereka lakukan memenuhi kriteria sebagai Mujaddid (pembaharu), lalu apa perlunya penyataan dari mereka. Memang dalam kasus, bahwa meskipun jika ada seseorang yang memenuhi kriteria Mujaddid tersebut tetap menolak disebut dengan status Mujaddid itu, kita akan tetap mengatakan bahwa dia adalah seseorang yang di dalam dirinya telah tergenapi nubuatan Mujaddid tersebut.

Meskipun, seandainya, Umar bin Abdul Aziz menyatakan menolak dirinya sebagai seorang Mujadid, kita tetap dapat mengatakan bahwa beliau sebagai seorang mujadid pada masanya karena bagi seorang mujadid, tidak ada keperluan untuk membuat suatu pernyataan. Perlunya membuat suatu pernyataan adalah hanya bagi para pembaharu yang merupakan ‘ma-mur minAllah’ saja. Namun benar, bagi mereka yang bukan ‘ma-mur minAllah’, sementara mereka menegakkan Islam yang sedang mengalami kejatuhan pada masanya kemudian mematahkan serangan-serangan penentang yang sedang memuncak, maka meskipun orang tersebut tidak sadar akan statusnya, namun kita dapat mengatakan bahwa mereka adalah Mujaddid pada masanya.

Apakah tugas seorang Mujaddid itu? Pekerjaan seorang mujadid adalah untuk mengkonsolidasikan (menyatukan dan membuat lebih kuat) keagungan Islam lebih baru lagi kemudian mendirikan ajarannya sekali lagi di atas pondasi yang kuat, lalu menumpulkan dan mematahkan serangan-serangan para penentang Islam.

Beliau (Hudhur II ra) lebih lanjut mengatakan bahwa benar, seorang المجدد المأمور ‘al-Mujaddid al-Ma-mur’ adalah seseorang yang membuat suatu pernyataan (sebagai seorang utusan) seperti Hadhrat Masih Mau’ud as. Jadi sejauh yang berkaitan dengan saya, tidak ada perlunya untuk memberikan pernyataan menjadi sebagai Muslih Mau’ud. Dan tidak perlu merasa khawatir akan perkataan dari para penentang. Tidak ada ketakutan akan mendapatkan hinaan sehubungan dengan ini. Kehormatan sejati hanyalah yang berasal dari Allah Ta’ala meskipun dalam pandangan orang-orang di dunia, dia mendapatkan hinaan dan celaan. Jika dia berjalan di jalan Allah, maka pastilah di hadapan-Nya dia akan memperoleh kehormatan. Tetapi, jika ada seseorang yang mengadakan pernyataan dusta dengan cara berbohong dan memperoleh kehormatan di masyarakat dengan kepura-puraan dan intriknya, dia tidak akan dapat meraih kehormatan di hadapan Ilahi. Dan orang yang tidak memperoleh kehormatan di hadapan Ilahi, maka orang seperti itu – terlepas dari betapa banyaknya kedudukan terhormat yang dia peroleh di mata dunia – telah mengalami kerugian dengan tidak meraih apapun dan pada akhirnya dia akan dihinakan.”

Kemudian, pada tahun 1944 ketika Hadhrat Muslih Mau’ud ra membuat pernyataannya dan mengumumkan menjadi seorang Muslih Mau’ud ra, beliau ra bersabda: “Para anggota Jemaat kita telah berulang kali membawakan hal ini dan nubuatan lainnya di hadapan saya lagi dan lagi serta bersikeras bahwa saya hendaknya menyatakan diri menjadi seseorang yang menggenapi nubuatan tersebut. Namun saya selalu berkata kepada mereka bahwa nubuatan itu sendiri yang memanifestasikan siapa orang yang di dalam dirinya tergenapi nubuatan tersebut. Jika nubuatan-nubuatan ini adalah sehubungan dengan saya maka waktu sendirilah yang akan membuktikannya bahwa saya adalah orang yang berkaitan dengan nubuatan tersebut.

Jika nubuatan-nubuatan itu tidak berkaitan dengan saya maka waktu itu juga sendirilah yang akan membuktikannya berlawanan dengan saya. Dalam dua hal ini, tidak ada perlunya bagi saya untuk mengatakan apapun. Jika nubuatan-nubuatan ini tidak berkaitan dengan saya maka mengapa pula saya harus menjadi seorang pendosa dengan mengatakan bahwa nubuatan-nubuatan itu sehubungan dengan saya. Dan jika nubuatan-nubuatan itu memang sehubungan dengan saya, maka apa perlunya bagi saya untuk menyatakannnya dengan tergesa-gesa. Masa itu sendirilah yang akan memanifestasikan hal-hal ini.”

Kemudian sebagaimana yang disebutkan dalam salah satu wahyu Ilahi kepada Hadhrat Masih Mau’ud as, ‘Mereka berkata, “Inikah orang yang ditunggu-tunggu itu atau hendaknya kita mencari orang lain?”’ Orang-orang berkali-kali menanyakan hal ini, begitu seringnya.. dan suatu jangka waktu yang panjang telah berlalu… dan ada keterangan yang menyebutkan berlalunya masa panjang ini di dalam nubuatan Hadhrat Masih Mau’ud as.

Contohnya ialah mengenai Hadhrat Yaqub as [saat Yusuf telah dibuang oleh saudara-saudaranya hingga berada di Mesir. Sementara saudara-saudara Yusuf melaporkan kematian Yusuf kepada ayah mereka, tapi Hadhrat Yaqub percaya Yusuf masih hidup dan akan berjumpa dengannya] Saudara-saudara Hadhrat Yusuf telah mengatakan kepada ayahnya, Hadhrat Yaqub, (تالله تفتأ تذكر يوسف حتى تكون حَرَضًا أو تكون من الهالكين) ‘Engkau terus berbicara seperti ini mengenai Yusuf dan terus berbicara demikian hingga engkau akan binasa [mengalami kematian].’ Wahyu yang seperti ini [salah satu ayat dalam Surah Yusuf] juga datang kepada Hadhrat Masih Mau’ud as. Demikian pula wahyu ini juga datang kepada beliau as yaitu, (إني لأجد ريح يوسف لولا أن تفنّدونِ) ‘Saya mencium wangi Yusuf’ memberitahukan bahwa berkaitan dengan kehendak Ilahi, masalah ini sendiri akan muncul setelah berlalunya suatu masa yang panjang.

Saya masih perpegang pada keyakinan bahwa jika pun saya belum diberitahukan mengenai nubuatan ini meskipun saya sudah mendekati ajal bahwa nubuatan tersebut sehubungan dengan saya, atau meskipun saya tidak diberitahukan hingga kematian saya, maka kejadian tersebut akan memanifestasikan dirinya sendiri sebab nubuatan ini telah terpenuhi di masa saya dan melalui tangan saya sehingga saya memang benar adalah orang yang disebutkan dalam nubuatan tersebut – sehingga tidak ada yang salah dengan apa yang terjadi. Karena kasyaf atau wahyu yang sehubungan dengan apa yang telah terjadi itu adalah perkara tambahan. [wahyu dan kasyaf untuk mendukung nubuatan yang dimaksud tersebut adalah perkara tambahan].

Tetapi, Allah Ta’ala telah memanifestasikan masalah ini dan Dia sendiri telah memberikan saya ilmu pengetahuan mengenai hal ini bahwa nubuatan Muslih Mau’ud ra adalah berkaitan dengan diri saya sehingga saya meminta untuk pertama kalinya agar dibawakan kepada saya semua nubuatan tersebut serta melihatnya dengan penuh perhatian bahwa saya hendaknya memahami kenyataan dari nubuatan-nubuatan ini dan melihat apa yang telah Allah Ta’ala nyatakan di dalamnya.

Karena para anggota Jemaat kita selalu biasa menghubungkan nubuatan ini terhadap diri saya, maka saya biasa menghindari untuk membaca nubuatan ini serta untuk merenungkannya secara mendalam karena takut akan timbul pikiran yang keliru dalam benak saya mengenai hal ini. Tetapi hari ini, untuk pertama kalinya saya membaca semua nubuatan tersebut dan sekarang setelah membaca nubuatan-nubuatan ini, dengan karunia Allah Ta’ala saya dapat mengatakan dengan penuh kepastian dan kekuasaan bahwa Allah Ta’ala telah menggenapi nubuatan ini melalui diri saya.”

Jadi ada masa ketika beliau (Hudhur II ra) mengatakan, “Tidak perlu bagi saya untuk membuat suatu pengumuman.” Lalu masa tersebut datang ketika Allah Ta’ala membuatnya menjadi jelas dan menyingkapkan bagi beliau bahwa beliau memang seorang Muslih Mau’ud ra sehingga pergilah dan umumkanlah. Kemudian pada saat itu, beliau ra memberikan tantangan secara terbuka kepada mereka yang biasa mengkritik dan yang tidak percaya. Beliau (Hudhur II ra) bersabda, “Saya berkata dan saya berkata demikian, seraya bersumpah atas nama Allah Ta’ala bahwa saya adalah seseorang yang di dalam dirinya telah tergenapi nubuatan Muslih Mau’ud dan saya adalah pribadi yang telah Allah Ta’ala jadikan sebagai pemenuhan nubuatan-nubuatan yang telah Hadhrat Masih Mau’ud as sampaikan mengenai kedatangan seseorang yang dijanjikan. Barangsiapa yang berfikir bahwa saya ini bersalah karena mengada-ada atau yang berfikir bahwa saya telah berbohong atau mengadakan kedustaan mengenai hal ini, hendaknya dia datang untuk bermubahalah dengan saya – atau bersumpah atas nama Allah Ta’ala serta menyeru azab Ilahi bagi yang berdusta, umumkanlah bahwa Allah Ta’ala telah berkata kepadanya bahwa saya telah mengadakan kedustaan. Kemudian, Allah Ta’ala akan memberikan keputusannya dengan tanda-tanda samawi bagi siapa yang berdusta dan siapa yang berkata benar.”

Sekarang saya (Hadhrat Khalifatul Masih V atba) hendak menyebutkan beberapa keterangan berkaitan dengan beberapa bagian lain dari nubuatan tersebut. Salah satunya menyebutkan, ‘Dia akan dipenuhi dengan pengetahuan akan hal-hal yang tampak.’ Ini merupakan satu bagian dari nubuatan tersebut yang mengatakan, ‘aur uluum-e-zhahiri-o-bathini pur kiya jaega’ – ‘Dia akan dipenuhi dengan pengetahuan duniawi dan rohani… pengetahuan tentang yang tampak dan yang tersembunyi..’ Hadhrat Muslih Mau’ud ra di sini sedang menguraikan yang berkaitan dengan pengetahuan duniawi (yang tampak). Beliau (Hadhrat Muslih Mau’ud ra) bersabda, “Apa yang dimaksud di sini adalah bahwa dia tidak akan pergi ke luar dan mempelajari pengetahuan duniawi namun dia akan diajarkan pengetahuan demikian oleh Allah Ta’ala. Perlu diingat, di sini tidak dikatakan bahwa dia akan menjadi seorang ahli dalam ilmu sekular namun dikatakan, ‘Dia akan dipenuhi dengan zhahiri uluum – pengetahuan sekuler-duniawi.’ Apa yang dimaksud di sini adalah bahwa Suatu Kekuatan lain akan mengajarkan beliau pengetahuan sekuler. Usaha, konsentrasi dan perjuangan beliau tidak ada hubungannya dengan ini. Di sini, dengan pengetahuan sekuler bukan berarti matematika, sains dan lain-lain karena dikatakan di sini bahwa dia akan ‘dipenuhi’ dengan pengetahuan, yang menunjukan bahwa dia akan diajari oleh Allah Ta’ala.

Dan, ketika dikatakan, ‘Allah Ta’ala akan mengajarkan’, kemudian hal ini tidak berarti bahwa Allah Ta’ala akan mengajarkan matematika, sains, geografi dan lain-lain namun apa yang diajarkan oleh Allah Ta’ala adalah yang berkaitan dengan keimanan dan Al-Quran. Suatu cara yang melaluinya saya diajarkan menunjukan sendiri bahwa tidak ada keterlibatan suatu usaha manusia di dalamnya. Dari antara guru-guru saya, beberapa diantaranya masih hidup dan juga telah meninggal dunia dan yang paling mendukung saya diantara semuanya adalah Hadhrat Khalifatul Masih I ra.”

Kemudian beliau bersabda, “Allah Ta’ala mengajarkan saya pengetahuan Al-Quran melalui malaikat dan Dia telah mengembangkan suatu kemampuan di dalam diri saya seolah-olah seseorang diajarkan kunci harta karun yang sangat besar. Tidak ada seorang ‘alim pun di dunia ini yang dapat maju berhadapan dengan saya lalu saya tidak mampu menegakan keunggulan Al-Quran di atasnya.”

Beliau menyampaikan suatu pidato di Lahore dan diantaranya bersabda, “Ada sebuah universitas di sini dan terdapat semua pakar ilmu pengetahuan. Saya berkata bahwa tidak ada seorang pakar suatu disiplin ilmu yang dapat berhadapan dengan saya dengan melancarkan berbagai serangan [keberatan atau kritikan] berdasarkan spesialisasi pengetahuannya dan saya akan mampu membuktikan kesalahannya kemudian dunia akan melihat bahwa saya telah menjawab keberatannya. Saya menyatakan bahwa saya akan menjawabnya hanya berdasarkan firman-firman suci Allah Ta’ala dan saya akan membuktikan kesalahan serangannya dengan menggunakan ayat-ayat Al-Quran.”

Di dalam buku yang berjudul, ‘Pesan Ahmadiyah’, beliau menyatakan bahwa beliau telah diajari banyak hal oleh malaikat. Pada suatu tempat, beliau menyatakan, “Sesosok malaikat mengajarkan saya makna surat Al-Fatihah dan sejak saat itu begitu banyaknya makna dari surah Al-Fatihah yang dapat dikemukakan kepada saya, telah dibukakan kepada saya, sehingga tidak ada batasnya. Dan ini merupakan pernyataan saya bahwa semua ilmu pengetahuan dan kebenaran yang seseorang dari suatu keyakinan dapat berikan dari kitab suci mereka, maka saya akan dapat menunjukan kepada mereka lebih dari pada itu hanya dengan surah Al-Fatihah. Saya telah dan sedang memberikan tantangan ini kepada dunia untuk jangka waktu yang sangat lama namun hingga hari ini tidak ada seorang pun yang telah menerima tantangan ini.

Bukti adanya Tuhan, bukti keesaan Tuhan, perlunya kenabian dan kebenaran, tanda-tanda sempurnanya syariah dan kebutuhannya bagi kemanusiaan, doa, takdir, kehidupan setelah mati dan hari pembalasan, surga dan neraka, kenabian dan keperluannya – surah Al-Fatihah melimpahkan keterangan yang begitu luar biasa mengenai topik-topik ini sehingga ratusan halaman kitab suci lainnya tidak dapat memberikan penerangan yang seperti ini kepada manusia.”

Kemudian beliau bersabda, “Setelah mengambil tanggung jawab Khilafat ini, Allah Ta’ala menyingkapkan kebenaran dan pengetahuan Al-Quran begitu melimpahnya sehingga sekarang umat Islam diwajbkan hingga hari kiamat untuk mempelajari buku-buku saya dan mengambil manfaat darinya. Masalah Islam yang mana yang mengenainya Allah Ta’ala tidak jelaskan secara rinci melalui saya? Mengenai kenabian, kemungkaran, Khilafat, takdir, perlunya ajaran Al-Quran, ekonomi Islam, politik Islam, sosiologi Islam, dan lain sebagainya. Tidak ada ulasan sehubungan dengan topik-topik ini selama 1300 tahun terakhir.

Saya adalah orang yang telah Allah Ta’ala berkati untuk menjalankan pengkhidmatan terhadap agama Islam ini. Melalui saya lah Allah Ta’ala membukakan pintu-pintu ma’rifat kebenaran Al-Quran sehubungan dengan topik-topik yang sedang sama-sama disalin [dikopi, ditiru] oleh pihak kawan maupun lawan sekarang ini. Tidak masalah jika orang mencaci saya ratusan hingga ribuan kali serta mengatakan segala macam hal yang baik dan buruk.

Siapapun orang yang hendak menyebarkan ajaran Islam di dunia ini, dia harus mencari pertolongan saya dan tidak akan pernah bisa untuk tidak terikat dengan saya meskipun mereka adalah Paighami (para Ahmadi yang ingkar dari Khilafat setelah kewafatan Hadhrat Khalifatul Masih I ra) ataupun dari Mesir. Kapan pun ada anak keturunan mereka yang berkehendak menjadi pengkhidmat keimanan, mereka akan harus membaca buku-buku saya dan mencoba mengambil manfaat darinya. Memang, saya dapat mengatakan, tanpa adanya rasa kesombongan, dari antara para Khalifah, melalui saya-lah diperoleh paling banyak bahan mengenai topik-topik tersebut. Jadi tidak masalah apa yang akan orang-orang katakan mengenai saya dan tidak masalah seberapa banyak mereka akan menghina saya, jika mereka hendak menjadi penerima pengetahuan Al-Quran, maka hal tersebut akan didapat melalui saya dan dunia akan terpaksa mengatakan kepada mereka, ‘Wahai orang yang bodoh, apapun yang telah dianugerahkan kepadamu, kamu telah memperolehnya darinya jadi dari sudut pandang apa kamu hendak menentangnya.’”

Kemudian beliau (Hudhur II ra) berkata, “Saya menyampaikan pidato pertama saya pada tahun 1907. Itu adalah saat jalsah. Banyak orang berkumpul dan Hadhrat Khalifatul Masih I ra juga hadir. Saya membaca ruku kedua surah Luqman dan kemudian menyampaikan tafsirnya. Kondisi saya pada saat itu adalah karena ini pertama kalinya saya menyampaikan pidato sedangkan saya masih berumur 18 tahun dan begitu banyak para pejabat tinggi hadir pada kesempatan itu sehingga semenjak awal segalanya menjadi gelap dan saya tidak tahu siapa yang sedang duduk di depan saya dan siapa yang tidak ada.. pidato tersebut berlangsung 30-45 menit dan ketika saya duduk setelah berpidato, saya ingat Hadhrat Khalifatul Masih I berdiri dan berkata, ‘Mian, saya mengucapkan ‘mubarak’ kepada engkau. Engkau telah memberikan pidato yang luar biasa. Saya tidak mengatakan hal ini untuk membuat engkau senang. Saya ingin meyakinkan engkau bahwa saya adalah orang yang banyak membaca dan saya telah mempelajari banyak tafsir namun bahkan dari pidato engkau saya telah mendapatkan beberapa poin yang tidak hanya belum pernah saya baca pada tafsir-tafsir sebelumnya namun juga yang saya belum ketahui sebelum hari ini.’

Sekarang, ini merupakan karunia yang halus dari Allah Ta’ala, karena jika tidak demikian, kenyataannya adalah hingga waktu itu pembacaan [penelaahan, pembelajaran] saya belumlah luas dan tidak pula saya telah menghabiskan sebagian besar waktu dalam merenungkan makna Al-Quran. Walaupun demikian, Allah Ta’ala yang menyebabkan keluarnya dari lidah saya kehalusan serta kebenaran semacam itu yang belum pernah disebutkan sebelumnya.”

Kemudian ada kalimat pada nubuatan tersebut, “Dia akan dipenuhi dengan ‘bathini uluum’, pengetahuan rohani atau pengetahuan yang halus dan tersembunyi.” Beliau (Hudhur II ra) mengatakan, “Kalimat ini berarti kehalusan dan kebenaran yang berkaitan dengan Tuhan secara khas – seperti pengetahuan akan hal yang ghaib – yang Dia singkapkan kepada para hamba-Nya yang ditugaskan secara khusus untuk menunjukannya di dunia ini sehingga hubungan dengan Allah Ta’ala akan terwujud. Dan dengan demikian mereka dapat memperbaharui serta menegakan kembali keimanan orang-orang. Jadi dalam hal ini juga, Allah Ta’ala telah memberkati saya dengan cara yang sangat khas dan saya telah diberkati ratusan mimpi dan wahyu yang sehubungan dengan pengetahuan tentang hal yang ghaib.”

Beliau bersabda, “Selama masa kehidupan Hadhrat Masih Mau’ud as ketika tidak ada satupun pertanyaan yang timbul di dalam pikiran seseorang bahkan sehubungan dengan Khilafat, saya menerima wahyu ini dari Allah Ta’ala, “إن الذين اتبعوك فوق الذين كفروا إلى يوم القيامة” Berarti bahwa mereka yang akan beriman kepada engkau akan unggul di atas mereka yang menentang engkau hingga hari kiamat. Saya menyampaikan wahyu ini kepada Hadhrat Masih Mau’ud as dan beliau mencatatnya.

Ini adalah wahyu yang sama dengan yang ada di dalam Al-Quran mengenai Hadhrat Isa namun disana, kata-katanya adalah (3:56) وجاعل الذين اتبعوك فوق الذين كفروا إلى يوم القيامة Berarti, ‘Aku-lah orang yang akan menempatkan mereka yang mengikuti engkau di atas mereka yang tidak percaya hingga hari kiamat.’ Namun wahyu yang diberikan kepada saya lebih kuat dari ini.

Saya telah dan sedang menyampaikan wahyu ini sejak waktu yang sangat lama kepada teman-teman. Lihatlah, bagaimana saya ditentang namun saya selalu dikaruniai kemenangan. Mereka yang menolak baiat melakukan propaganda yang besar yang mengatakan bahwa demi seorang anak kecil seluruh Jemaat sedang mengalami kehancuran namun semua usaha mereka tidak terbukti apa-apa. Saya begitu tidak mengetahui akan hal-hal ini pada saat ini bahwa ketika saya mendengar suatu pembicaraan, saya bertanya-tanya siapa anak kecil yang mereka maksudkan. Namun, terlepas dari kenyataan bahwa mereka yang menentang saya pada saat itu memiliki pengaruh yang besar namun semua propaganda mereka tidak menghasilkan apa-apa dan Allah mengaruniakan kemenangan dan kesuksesan kepada saya.”

Kemudian seraya menjelaskan bagian nubuatan yang menyebutkan bahwa “Dia akan mengubah 3 menjadi 4”, Hadhrat Muslih Mau’ud ra bersabda, “Tidaklah benar bahwa hal ini tidak sesuai dengan saya. Saya adalah orang yang membuat tiga menjadi empat dalam bermacam hal. Pertama bahwa sebelum saya ada Mirza Sultan Ahmad, Mirza Fazal Ahmad Sahib dan Bashir. Yang pertama lahir dan saya adalah yang keempat.

Kedua bahwa setelah saya, 3 anak laki-laki dilahirkan bagi hadhat Masih Mau’ud as dan dengan cara ini saya membuat 3 menjadi 4. Mirza Mubarak Ahmad, Mirza Shareef Ahmad dan Mirza Basher Ahmad dan yang keempat adalah saya.

Ketiga, saya dapat membuat 3 menjadi 4 dengan cara bahwa dari antara keturunan Hadhrat Masih Mau’ud as yang masih hidup hanya kami bertiga bersaudara yakni diri saya sendiri, Mirza Basher Ahmad Sahib, dan Mirza Shareef Ahmad Sahib yang menjadi anak-anak rohani Hadhrat Masih Mau’ud as setelah menerima beliau as. Mirza Sultan Ahmad Sahib bukanlah dari keturunan rohaninya. Beliau memiliki keimanan yang kuat pada masa Hadhrat Khalifatul Masih I ra. Meskipun demikian dia tidak menerima Ahmadiyah pada masa Khalifatul Masih I ra. Bagaimana pun juga, hal ini sungguh muncul dari kasyaf Hadhrat Masih Mau’ud as bahwa Allah Ta’ala telah menakdirkan petunjuk baginya. Tetapi dia tidak memeluk Ahmadiyah pada masa Hadhrat Masih Mau’ud as atau pada masa Khilafat Hadhrat Khalifatul Masih I ra. Tetapi ketika datang masa saya, Allah Ta’ala mengatur sedemikian rupa sehingga dia masuk Ahmadiyah melalui saya.

Dengan cara ini Allah Ta’ala menganugerahkan seorang anak Hadhrat Masih Mau’ud as suatu kemampuan untuk mengambil baiat di tangan saya dengan suatu cara yang luar biasa terlepas dari kenyataan bahwa dia adalah kakak laki-laki saya. Dan hal ini benar-benar sulit bagi seorang kakak laki-laki untuk berbaiat di tangan adiknya. Jadi setelah baiat, dia sendiri yang berkata bahwa saya berada jauh dari baiat untuk masa yang panjang seraya berfikir bahwa jika saya melakukan baiat maka saya hendaknya melakukannya di tangan Masih Mau’ud as atau Khalifatul Masih I yang atasnya saya akan memperoleh keimanan yang kuat, namun bagaimana saya dapat berbaiat di tangan adik saya? Tetapi pada akhirnya dia berkata, ‘Sepertinya saya harus minum dari gelas ini’, dan dia berbaiat di tangan saya. Dengan demikian, Allah membuat saya menjadi seseorang yang menjadikan 3 menjadi 4. Karena sebelum hal ini, dari sudut pandang keturunan rohani Hadhrat Masih Mau’ud as, kami hanya baru bertiga bersaudara saja yang menerima beliau as namun kemudian kami membuat 3 menjadi 4.

Kemudian saya adalah orang yang membuat 3 menjadi 4 dari sudut pandang berikut, saya dilahirkan pada tahun ke-4 nubuatan ini. Nubuatan ini dibuat oleh Masih Mau’ud as pada tahun 1886 dan saya dilahirkan pada tahun 1889. Dengan demikian 1886 adalah satu, 1887 adalah dua, 1888 adalah tiga dan 1889 adalah empat. Dengan demikian dalam nubuatan ini juga diisyaratkan bahwa kelahiran saya terjadi pada tahun ke-4 nubuatan dan dengan demikian dengan cara ini saya akan menjadi orang yang membuat 3 menjadi 4.”

Hadhrat Muslih Mau’ud ra berkata, “Kabar kelima yang diberikan adalah bahwa kedatangannnya akan menjadi manifestasi keagungan Allah Ta’ala. Hal ini juga tergenapi di masa saya. Dengan demikian, segera setelah saya diberkati dengan jubah Khilafat, perang dunia pertama terjadi dan sekarang perang dunia kedua pun sedang berlangsung yang melaluinya keagungan ilahi sedang dimanifestasikan di dunia ini.

Mungkin beberapa orang akan mengatakan bahwa ada jutaan orang masih hidup yang pada kehidupan mereka peperangan ini terjadi sehingga mereka pun juga bisa mengatakan bahwa peperangan ini adalah untuk mendukung kebenaran mereka. Jawaban saya adalah bahwa jika jutaan orang ini telah diberikan kabar-kabar mengenai hal-hal yang ghaib sehubungan dengan peperangan ini barulah mereka dapat menyatakan bahwa peperangan ini merupakan tanda untuk mendukung kebenaran mereka. Namun jika mereka belum diberikan detail mengenai peperangan ini dan hanya ada seseorang yang kepadanya diberikan keterangan demikian maka dialah seseorang yang telah disingkapkan kepadanya mengenai peperangan ini untuk mendukung kebenarannya.”

“Dia akan tumbuh semakin cepat dan cepat.” Hadhrat Muslih Mau’ud ra bersabda, “Ketika saya menjadi Khalifah, harta kekayaan Jemaat hanya 14 aanas (Mata uang yang digunakan di india pada saat itu, satu rupe adalah 16 anas) dan ada hutang sebesar Rs 18.000. Begitu banyaknya sehingga ketika saya menulis pengumuman pertama, topiknya adalah ‘Siapakah Yang Dapat Menghentikan Pekerjaan Allah Ta’ala’. Saya tidak memiliki uang bahkan untuk mencetaknya. Kakek dari jalur ibu kami pada saat itu telah mengumpulkan dana untuk membangun sebuah mesjid dan dari uang itulah beliau meminjamkannya Rs 200 kepada kami untuk mencetak pengumuman ini dan berkata bahwa ketika baitul mal akan mulai menerima dana, maka uang ini akan dilunasi.

Ketika ada hutang sebesar Rs 18.000 dan ketika mayoritas Anjuman menentang saya dan ketika Sekretaris Anjuman menentang saya dan ketika Kepala Sekolah Madrasah menentang saya, maka inilah kata-kata saya bahwa saya menulis dan menerbitkan di dalam pengumuman pada saat itu, ‘Allah Ta’ala menginginkan persatuan Jemaat terjadi di tangan saya. Dan tidak ada satu pun orang yang dapat menghentikan kehendak-Nya. Apakah mereka tidak melihat bahwa hanya ada dua jalan yang terbuka bagi mereka. Baik mereka berbaiat di tangan saya dan dengan demikian menahan diri dari menciptakan perpecahan di dalam Jemaat ini atau dengan mengikuti keinginan buruk mereka menjadikan tandus suatu kebun yang diairi oleh darah orang-orang suci yang datang sebelum kita. Apa yang telah terjadi maka terjadilah namun sekarang mereka tidak menyisakan suatu keraguan apapun bahwa persatuan Jemaat hanya dapat terjadi dengan satu cara dan itu adalah dengan berbaiat di atas tangan seseorang yang telah Allah Ta’ala jadikan sebagai Khalifah. Jika tidak, maka setiap orang yang melancarkan penentangan kepadanya akan menciptakan perpecahan.’”

Beliau kemudian bersabda, “Saya semakin jauh menulis bahwa jika seluruh dunia menerima saya, maka Khilafat saya tidak dapat menjadi semakin besar karenanya. Dan jika mereka semua, naudzubillah, meninggalkan saya, maka Khilafat saya juga tidak akan terpengaruh sedikit pun karenanya. Sebagaimana seorang nabi adalah seorang nabi meskipun hanya seorang diri, demikian pula seorang Khalifah yang meskipun hanya seorang diri namun tetaplah seorang Khalifah. Jadi beberkatlah dia yang menerima keputusan dan ketetapan ilahi ini. Beban yang telah Allah Ta’ala letakan pada saya sangat besar dan jika tidak ada pertolongan-Nya bagi saya, maka saya tidak akan mampu melakukan apapun. Namun saya memiliki iman yang teguh kepada Wujud Suci ini bahwa Dia pasti akan menolong saya. Cukuplah untuk mengatakan bahwa akan datang segala macam penentangan baik politik maupun agama, internal maupun eksternal, namun Allah Ta’ala memungkinkan saya untuk membawa perkembangan dan kemajuan yang semakin besar bagi Jemaat ini.

‘Dia akan membebaskan mereka yang diperbudak.’ Hal ini juga dinubuatkan. Allah Ta’ala juga menggenapi hal ini melalui saya. Pertama bahwa dia memberi bimbingan kepada bangsa-bangsa yang tidak diperhatikan oleh umat Islam. Mereka sebelumnya berada dalam kondisi yang sangat hina dan menyedihkan. Mereka menjalani kehidupan sebagai budak. Mereka tidak memperoleh pendidikan. Tidak pula kebudayaan dan peradaban mereka mengalami kemajuan sedikit pun. Tidak juga ada rencana untuk memberikan pelatihan kepada mereka seperti yang ada di beberapa wilayah di Afrika dan dunia telah membuang dan meninggalkan mereka. Satu-satunya kegunaan mereka adalah sebagai buruh kasar dan pelayan bagi orang lain.

Ribuan orang dari berbagai negeri masuk ke dalam pelukan Islam melalui saya. Di negara-negara ini agama Kristen sedang menyebar dengan sangat cepat dan bahkan sekarang di banyak wilayah ada dominasi agama Kristen. Namun di bawah perintah saya, para mubaligh kita pergi ke tempat-tempat itu dan mereka sukses membuat ribuan orang yang dulunya menganut politeisme menjadi Muslim dan membawa ribuan orang dari Kristen menjadi Islam.

Hal ini memiliki efek yang begitu besar terhadap umat Kristiani sehingga sebuah organisasi Kristen yang sangat besar di Inggris – yang memiliki perlindungan Kerajaan dan ditugaskan untuk menyebarkan agama Kristen oleh pemerintah – telah mendirikan sebuah komisi yang bertujuan untuk mencari tahu kenapa perkembangan agama Kristen di Afrika telah terhenti. Laporan yang komisi ini berikan kepada organisasi tersebut menyebutkan lebih dari puluhan kali nama Jemaat Muslim Ahmadiyah serta menyatakan bahwa Jemaat ini telah menghentikan kemajuan agama Kristen. Cukuplah mengatakan bahwa di kedua negara ini yakni Afrika Barat dan Amerika, orang-orang keturunan Afrika sedang memeluk Islam dalam jumlah yang besar. Ini adalah suatu cara dimana dengan menyebarkan Islam di kalangan bangsa-bangsa ini, Allah Ta’ala telah menjadikan saya sebagai sarana untuk melepaskan mereka dari perbudakan bangsa-bangsa ini serta telah menganugerahkan kepada saya kemampuan untuk membantu meningkatkan sarana kehidupan mereka.

Kemudian pada konteks yang sama, kasus [pembebasan] orang-orang Kashmir merupakan bukti yang kuat terhadap kebenaran nubuatan ini dalam mendukung saya. Dan orang yang merenungkan peristiwa-peristiwa ini dengan ketulusan hati, mereka tidak akan gagal namun akan sampai pada kesimpulan bahwa memang melalui sayalah Allah Ta’ala menyediakan sarana untuk melepaskan orang-orang Kashmir dari perbudakan dan membuat musuh-musuh mereka menjadi kalah.

Ada dua bagian yang besar pada nubuatan ini. Pertama sehubungan dengan janji Allah Ta’ala, ‘Aku akan membuat nama engkau tersebar hingga pelosok bumi.’ Sekarang, hanya dengan menjadi seorang anak saja tidak menjamin bahwa namanya akan mencapai pelosok bumi. Segera setelah kelahirannya, Hadhrat Masih Mau’ud as mulai mengambil baiat dan dengan demikian Jemaat ini berdiri di muka bumi. Kemudian saya mendirikan berbagai bagian misi Jemaat di dunia. Pada saat kewafatan Hadhrat Masih Mau’ud as Jemaat telah berdiri di India dan beberapa perluasan ke Afghanistan. Allah Ta’ala memberkati saya sebagaimana yang telah dinubuatkan bahwa saya akan mendirikan berbagai misi pertablighan Jemaat Ahmadiyah di banyak negara yang berbeda.

Jadi pada awal-awal masa kekhalifahan saya [Hudhur II ra], saya mendirikan misi di Inggris, Sri Langka dan Mauritius. Kemudian Jemaat ini terus berkembang dan berkembang. Banyak misi didirikan di Iran, Rusia, Iraq, Mesir, Syiria, Palestina, Lagos, Nigeria, Ghana, Sierra Leone, Afrika Timur, Eropa, Inggris, Spanyol, Italia, Cekoslovakia, Hungaria, Polandia, Yugoslavia, Albania, Jerman, USA (Amerika Serikat), Argentina, China, Jepang, Malaysia, State Settlements (negara-negara Jajahan), Jawa, Sumatra dan Kashgar. Dari antara mubaligh yang dikirim, ada beberapa yang dipenjarakan oleh tangan para penentang sementara yang lainnya sibuk melaksanakan tugas mereka dan beberapa ada misi yang telah ditutup karena adanya perang. Cukuplah mengatakan bahwa tidak ada bangsa yang tidak kenal dengan Jemaat Ahmadiyah dalam Islam. Tidak ada bangsa di dunia ini yang tidak merasa bahwa Ahmadiyah adalah banjir yang sedang meluap yang sedang menuju ke negara-negara mereka.

Banyak pemerintah sedang merasakan pengaruh dari aktifitasnya dan memang beberapa pemerintah juga sedang mencoba untuk menguranginya. (hal ini tidak hanya terjadi pada masa itu, namun juga sekarang). Dengan demikian ketika mubaligh kita pergi ke Rusia, dia akan menjadi pusat kekejaman serta akan dipukuli dan dipenjarakan untuk masa yang panjang. Namun karena ini adalah janji Allah Ta’ala bahwa Dia akan membuat Jemaat ini tersebar dan akan memasyhurkannya melalui saya ke setiap penjuru bumi, maka Dia menjadikan Ahmadiyah mencapai seluruh tempat ini dengan karunia-Nya dan memang di beberapa tempat telah berdiri Jemaat-Jemaat yang besar.”

Ada banyak bagian nubuatan yang menjadi tergenapi di dalam pribadi Hadhrat Muslih Mau’ud ra dan sungguh tergenapi berkali-kali dan pada tempat yang berbeda-beda. Pun, nubuatan-nubuatan tersebut terus memanifestasikan kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud as dan terus menjunjung kehormatan serta kemuliaan Rasulullah saw.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa menghujani Rahmatnya atas Hadhrat Muslih Mau’ud ra dan menganugerahi kita kemampuan untuk melaksanakan tugas kita. Amin. Setelah sholat jumat, saya (Hudhur) mengimami shalat jenazah ghaib Mukarram Maulana Muhammad Siddique Shahid Sahib dari Gurdaspur, seorang mubaligh Jemaat.

Diterjemahkan oleh: Hafizurrahman; editor: Dildaar Ahmad

0 komentar:

Post a Comment