Ahmadiyya Priangan Timur

.

Monday 19 May 2014

Ajaran Nabi SAW Hal Keimanan Pada Ketauhidan Ilahi

Adalah pendapat yang salah sama sekali mengharapkan bisa beriman kepada Ke-Esaan Allah s.w.t. tanpa melalui bimbingan Yang Mulia Rasulullah s.a.w. dan juga tak akan mungkin memperoleh keselamatan tanpa hal tersebut. Bagaimana mungkin bisa muncul keimanan kepada Ketauhidan Ilahi jika tidak yakin sepenuhnya akan eksistensi-Nya? Percaya dan yakinlah bahwa keimanan kepada Ketauhidan Ilahi hanya dapat dicapai melalui seorang Nabi sebagai¬mana Nabi Suci Rasulullah s.a.w. telah meyakinkan para atheis dan umat pagan di Arabia mengenai eksistensi Allah yang Maha Kuasa dengan memper¬lihatkan kepada mereka beribu-ribu tanda-tanda samawi. Sampai dengan hari ini, para pengikut yang benar dan sejati dari  Hazrat Rasulullah s.a.w. bisa memperlihatkan tanda-tanda itu kepada para atheis.
Sesungguhnya sepanjang manusia belum menyadari kekuatan yang hidup dari Tuhan yang hidup maka Syaitan tidak akan meninggalkan kalbunya, tidak juga Ketauhidan akan masuk ke dalam kalbu itu, begitu pula ia tidak akan pernah meyakini sepenuhnya eksistensi daripada Tuhan. Ketauhidan yang suci dan sempurna ini hanya bisa dimengerti melalui Nabi Suci Rasulullah s.a.w. (Haqiqatul Wahi, Qadian, Magazine Press, 1907; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 22, hal. 120-121,  London, 1984).

Manusia tidak memiliki kemampuan guna memahami keseluruhan dari kegiatan Ilahi. Semuanya berada di luar jangkauan intelektual, penalaran dan khayalan mereka. Tidak seharusnya manusia berbangga hati atas sekelumit pengetahuan yang dimilikinya bahwa ia sedikit memahami sistem dari sebab dan akibat, padahal pengetahuannya itu masih amat sangat terbatas, tak ubanya satu per sejuta bagian dari satu titik air di samudra. Pada hakikatnya karena Allah yang Maha Perkasa itu tidak ada batasnya maka aktivitas-Nya pun tanpa batas juga. Sama sekali di luar dan di atas kemampuan manusia untuk mengetahui realitas dari setiap kegiatan Tuhan.

Jika kita renungi sifat-sifat-Nya yang Maha Abadi, sekurang-kurangnya kita bisa meyakini bahwa sebagaimana sifat-sifat Ilahi itu tidak pernah usang maka dalam ciptaan Tuhan ada beberapa spesi mahluk yang selalu mewujud, tetapi mengatakan bahwa mereka eksis dengan sendirinya adalah suatu hal tidak benar. Juga harus diingat bahwa  sebagaimana sifat penciptaan-Nya, maka sifat menghancurkan-Nya juga selalu berlaku sepanjang waktu dan sifat ini tidak akan pernah menjadi usang.

Para filosof telah berupaya dengan segala daya untuk merangkum penciptaan unsur-unsur langit dan bumi ke dalam lingkup pengetahuan hukum fisika mereka dan dari sana mencoba menentukan bagai¬mana sumber dari semua penciptaan, namun nyatanya mereka tidak pernah berhasil. Apa pun yang telah berhasil mereka kumpulkan dari telaah dan riset fisika mereka, masih saja tidak akan sempurna dan mengandung cacat. Karena itulah mereka tidak pernah bisa bertahan pada satu teori sepanjang masa dan selalu saja terjadi perubahan pandangan. Karena telaah yang mereka lakukan semata-mata didasarkan pada kemampuan penalaran mereka dan dengan cara menduga-duga serta tidak mendapat bantuan dari Allah s.w.t. maka mereka tidak pernah berhasil keluar dari kungkungan kegelapan yang meliputi mereka. Tidak ada seorang pun yang akan dapat mengenali Tuhan-nya sampai ia memahami bahwa tidak terbilang kegiatan Ilahi yang sama sekali berada di luar kemampuan penalaran dan dugaan manusia. Sebelum mencapai tahapan pemahaman demikian maka orang tersebut kalau bukan seorang atheis yang sama sekali tidak percaya adanya Tuhan, atau ia itu percaya kepada Tuhan tetapi dalam wujud yang merupakan hasil rekaan fikirannya sendiri dan bukan Tuhan yang memanifestasikan wujud-Nya beserta segala rahasia Diri-Nya yang demikian banyak sehingga berada di luar kemampuan manusia untuk meresapinya. Karena Allah s.w.t. sudah menganugrahkan kepada diriku pengetahuan mengenai kekuasaan-Nya yang memiliki kedalaman berlapis-lapis dan berada di luar kemampuan pemikiran, aku selalu menganggap para filosof tersebut sebagai orang-orang yang tidak beriman dan atheis yang tersembunyi. Adalah dari hasil pengamatanku sendiri dan aku memang ada menyaksikan perwujudan dari kekuasaan Ilahi yang demikian luar biasa, sehingga hanya bisa dikatakan bahwa semuanya itu merupakan sesuatu yang eksis yang dihasilkan oleh suatu keadaan yang non-eksis. Aku sudah menguraikan beberapa mukjizat tersebut di tempat lain. Mereka yang tidak memperhatikan keajaiban Ilahi tersebut sama saja dengan orang yang tidak memperhatikan apa pun. Kami tidak percaya kepada sosok Tuhan yang kemampuan-Nya dibatasi oleh logika dan spekulasi kita sendiri. Kami beriman kepada Allah yang kekuasaan-Nya sebagaimana juga Wujud-Nya, sebagai sesuatu yang tanpa batas, tanpa bisa disekat atau dikotak-kotakkan dan tanpa akhir. (Chasma Marifat, Qadian, Anwar Ahmadiyyah Press, 1908; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 23, hal. 280-282,  London, 1984).