Ahmadiyya Priangan Timur

.

Sunday 25 May 2014

TIGA CARA ALLAH TA’ALA BERBICARA DENGAN MANUSIA

Tanggal 8 September 1900, pada malam hari Maulana Nuruddin menanyakan makna ayat berikut, dan beliau mengemukakan bahwa banyak perselisihan tentang ayat tersebut:

(dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir, atau dengan mengutus seorang utusan” – Asy-Syurā, 53).

Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. menjelaskan:

“Sebelum kita beranjak kepada pembahasan ayat ini, secara amalan kita melihat tiga cara Allah Ta’ala menyampaikan Kalām-Nya (firman-Nya), yang keempat tidak ada, yaitu: 1. rukya (mimpi), 2. kasyaf, 3. wahyu.

Maulwi Sahib, maka ayat ini benar-benar terbuka. Yang dimaksud dengan miw­warā'i hijāb (dibalik tabir) adalah sarana rukya (mimpi). Miw­warā'i hijāb (di balik tabir) artinya ia diliputi kias (tamsilan) yang mengandung corak hijāb (tabir), inilah bentuk rukya. Sedangkan yursila rasūlā (mengirim utusan) artinya kasyaf. Tamsil (perumpamaan) rasul pun masuk dalam mukasyafah. Demikiankah hakikat kasyaf (terbuka hijab), bahwa ia merupakan untaian tamsil-tamsil…

Betapa hebatnya Al-Quran Karim menguraikan ilmu-ilmu yang hakiki dan agung. Cobalah cari yang setara dengan ayat ini di dalam Injil dan Taurat.” (Malfuzat, jld. II, hlm. 116).