Pada tanggal 8 September 1900 Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menerima surat dari Syekh Rahmatullah menganai suatu cobaan yang dialaminya. Mengenai hal itu Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:
“Saya banyak sekali memanjatkan doa bagi beliau dalam cobaan itu. Hal itu membuat saya sangat senang. Pada hakikatnya cobaan itu mendatangkan rahmat yang besar. Yakni di satu sisi sang hamba mengalami penderitaan dan terputus hubungan dari segala arah, lalu timbul perhatian penuh ke arah Sang Pembuat sarana (Allah Ta’ala), dan dari sisi itu Allah Ta’ala bergegas datang membawa lasykar karunia-karunia-Nya untuk memberikan ketenteraman kepada hamba tersebut.
Saya selalu melihat hal ini dalam sunnah para nabi ‘alaihimus- salaam dan dalam sunnah Allah, yakni begitu banyaknya anugerah serta rahmat yang bergejolak terhadap Jemaat yang mulia ini pada saat berlangsung cobaan, yakni mengenai para khadim-Nya, kondisi anugerah serta rahmat yang seperti itu tidak didapat pada waktu tenang dan sejahtera.” (Malfuzat, jld. II, hlm. 117).
“Saya banyak sekali memanjatkan doa bagi beliau dalam cobaan itu. Hal itu membuat saya sangat senang. Pada hakikatnya cobaan itu mendatangkan rahmat yang besar. Yakni di satu sisi sang hamba mengalami penderitaan dan terputus hubungan dari segala arah, lalu timbul perhatian penuh ke arah Sang Pembuat sarana (Allah Ta’ala), dan dari sisi itu Allah Ta’ala bergegas datang membawa lasykar karunia-karunia-Nya untuk memberikan ketenteraman kepada hamba tersebut.
Saya selalu melihat hal ini dalam sunnah para nabi ‘alaihimus- salaam dan dalam sunnah Allah, yakni begitu banyaknya anugerah serta rahmat yang bergejolak terhadap Jemaat yang mulia ini pada saat berlangsung cobaan, yakni mengenai para khadim-Nya, kondisi anugerah serta rahmat yang seperti itu tidak didapat pada waktu tenang dan sejahtera.” (Malfuzat, jld. II, hlm. 117).