“Suatu kali Nabi Karim saw. mengemukakan akan perlunya uang, maka Hadhrat Abu Bakar r.a. datang membawa seluruh isi rumahnya. Rasulullah saw. bertanya, “Apa yang engkau tinggalkan di rumah?” Beliau menjawab, “Nama Allah dan Rasul yang akan aku tinggalkan.”
Hadhrat Umar r.a. membawa separuh [harta kekayaan beliau]. Rasulullah saw. bertanya, "Umar, apa yang engkau tinggalkan di rumah?” Beliau menjawab, “Separuh”. Rasulullah saw. bersabda, bahwa perbedaan yang tampak pada perbuatan Abu Bakar dan Umar itulah perbedaan derajat mereka
Di dunia, manusia sangat banyak mencintai harta, karena itu di dalam ilmu ta’bir mimpi tertulis, jika seseorang melihat dirinya mengeluarkan hati lalu memberikannya kepada orang lain, maka yang dimaksud di situ adalah harta. Itulah sebabnya untuk memperoleh ketakwaan dan iman yang hakiki difirman-kan:
Kalian sama-sekali tidak akan meraih kebaikan sejati sebelum kalian membelanjakan sesuatu yang paling kalian cintai (Ali’Imran, 93). Sebab, solidaritas dan perlakuan terhadap makhluk Allah, sebagian besar menuntut perlunya pembelanjaan harta.”
(Malfuzhat, jld. II, hlm. 95-96).
Hadhrat Umar r.a. membawa separuh [harta kekayaan beliau]. Rasulullah saw. bertanya, "Umar, apa yang engkau tinggalkan di rumah?” Beliau menjawab, “Separuh”. Rasulullah saw. bersabda, bahwa perbedaan yang tampak pada perbuatan Abu Bakar dan Umar itulah perbedaan derajat mereka
Di dunia, manusia sangat banyak mencintai harta, karena itu di dalam ilmu ta’bir mimpi tertulis, jika seseorang melihat dirinya mengeluarkan hati lalu memberikannya kepada orang lain, maka yang dimaksud di situ adalah harta. Itulah sebabnya untuk memperoleh ketakwaan dan iman yang hakiki difirman-kan:
Kalian sama-sekali tidak akan meraih kebaikan sejati sebelum kalian membelanjakan sesuatu yang paling kalian cintai (Ali’Imran, 93). Sebab, solidaritas dan perlakuan terhadap makhluk Allah, sebagian besar menuntut perlunya pembelanjaan harta.”
(Malfuzhat, jld. II, hlm. 95-96).