Ahmadiyya Priangan Timur

.

Friday 16 May 2014

PERSAMAAN IDUL QURBAN DENGAN RASULULLAH SAW & MASIH MAU’UD as

“Hari ini adalah ‘Idul Adha (Idul (Qurban). ‘Id ini diperingati dalam bulan yang merupakan bulan terakhir dari kalender Islam, bulan berikutnya adalah Muharram, dan dengan demikian mulailah tahun baru.    Ada pun bahwa ‘Id ini diperingati dalam bulan yang mengakhiri kalender Islam adalah suatu hal yang sangat penting. Hal itu menunjukkan hubungannya dengan Rasulullah saw.  dan Masih yang akan datang. Apa hubungannya?
Hubungan yang pertama, Nabi Besar Muhammad saw. adalah Nabi Akhir Zaman, dan wujud beberkat beliau dan kedatangan beliau saw. seolah-olah adalah waktu ‘Idul Adha (‘Idul Qurban). Setiap anak-anak Islam tahu bahwa Rasulullah saw. adalah Nabi Akhir-uz-Zaman, dan bulan ini (bulan Dzulhijjah/’Idul Adha) adalah Akhirusy-Syuhur (bulan yang terakhir). Itulah sebabnya bulan ini memiliki hubungan dengan masa Rasulullah saw..

Hubungan yang kedua adalah dikenal  sebagai bulan pengurbanan.  Rasulullah  saw. juga datang untuk memberikan contoh sempurna mengenai pengurbanan. Sebagaimana kalian menyembelih unta, sapi, dan  domba betina, orang-orang juga disembelih di jalan Tuhan Yang Maha Perkasa 13 abad yang lalu, itulah ‘Idul Adha yang sejati dan hakiki, dan itulah saat ketika sinar Dhuha tampak di dunia.

Pengorbanan yang dilakukan orang-orang sekarang dengan menyembelih binatang bukanlah inti yang penting, itu adalah kulit. Itu bukan jiwa, itu adalah tubuh (daging dan tulang).  Di masa kesenangan dan kemudahan ini ‘Id ini dirayakan dengan penuh kegembiraan, kesenangan dan kemewahan. Para perempuan mengenakan perhiasan, para laki-laki mengenakan pakaian yang terbaik serta menyiampan makanan terbaik yang ada. Hari itu dianggap sebagai hari kegembiraan dan kesenangan, bahkan orang yang paling kikir pun para hari itu makan daging. Sehubungan dengan orang-orang  Kasymir boleh dibilang perut mereka adalah kuburan kambing; yang lain juga tidak ketinggalan.

Pendeknya, makna ‘Id telah menjadi hari bersenang-senang dan kegemaran berolahraga. Ah! Orang-orang itu tidak memperhatikan makna sebenarnya dari hari [Idul Adha/’’Idul Quran) itu.” (Malfuzat, jld. II, hlm. 31-32).