“Lihatlah keadaan para sahabah radhiallaahu ‘anhum, apa saja yang tidak mereka lakukan untuk dapat hidup dalam pergaulan bersama Rasulullah saw.? Segala sesuatu yang telah para sahabat lakukan, begitu pulalah mutlak bagi Jemaat saya untuk menciptakan corak demikian dalam diri mereka. Tanpa itu mereka tidak akan dapat meraih tujuan sejati yang untuknya aku telah diutus.
Apakah Jemaat saya mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan keperluan-keperluan lebih banyak daripada yang dihadapi para sahabat dahulu? Tidakkah kalian melihat betapa hausnya mereka untuk salat bersama Rasulullah saw. dan untuk mendengarkan sabda-sabda beliau?
Allah Ta’ala telah menganugerahkan derajat ini kepada Jemaat yang bersama Masih Mau’ud, yakni Jemaat ini akan dihubungkan dengan Jemaat para sahabat: Wa aakhariina minhum lammaa yalhaquu bihim – (dan juga golongan lain yang belum pernah bertemu dengan mereka” – Al-Jumu’ah, 4). Para ahli tafsir telah mengakui bahwa ini merupakan Jemaat Masih Mau’ud a.s., dan mereka seakan-akan Jemaat para sahabat.
Mereka ini tidak bersama Masih Mau’ud a.s. melainkan pada hakikatnya bersama Rasulullah saw., sebab Masih Mau’ud a.s. akan datang sebagai suatu keindahan Rasulullah saw. juga, dan Masih Mau’ud a.s. akan diutus untuk penyempurnaan di bidang tabligh dan penyebaran [Islam/Al-Quran]..
Untuk itu kalbu saya senantiasa tenggelam dalam kesedihan, yakni semoga Allah Ta’ala mengaruniai Jemaat saya ini dengan anugerah-anugerah para sahabat radhiallaahu ‘anhum . Semoga di dalam Jemaat ini timbul kejujuran, kesetiaan, keikhlasan, dan ketaatan seperti yang dahulu terdapat di kalangan para sahabat. Dan semoga Jemaat ini menjadi suatu kelompok yang tidak takut kepada siapa pun kecuali Allah. Semoga mereka menjadi mutaki (orang bertakwa), sebab kecintaan Allah Ta’ala itu tertuju pada orang mutaki, “Innallaaha ma’al-muttaqiin (“sesungguhnya Allah beserta orang-orang bertakwa” – Al-Baqarah, 195)”. (Malfuzat, jld. II, hlm. 150).
Apakah Jemaat saya mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan keperluan-keperluan lebih banyak daripada yang dihadapi para sahabat dahulu? Tidakkah kalian melihat betapa hausnya mereka untuk salat bersama Rasulullah saw. dan untuk mendengarkan sabda-sabda beliau?
Allah Ta’ala telah menganugerahkan derajat ini kepada Jemaat yang bersama Masih Mau’ud, yakni Jemaat ini akan dihubungkan dengan Jemaat para sahabat: Wa aakhariina minhum lammaa yalhaquu bihim – (dan juga golongan lain yang belum pernah bertemu dengan mereka” – Al-Jumu’ah, 4). Para ahli tafsir telah mengakui bahwa ini merupakan Jemaat Masih Mau’ud a.s., dan mereka seakan-akan Jemaat para sahabat.
Mereka ini tidak bersama Masih Mau’ud a.s. melainkan pada hakikatnya bersama Rasulullah saw., sebab Masih Mau’ud a.s. akan datang sebagai suatu keindahan Rasulullah saw. juga, dan Masih Mau’ud a.s. akan diutus untuk penyempurnaan di bidang tabligh dan penyebaran [Islam/Al-Quran]..
Untuk itu kalbu saya senantiasa tenggelam dalam kesedihan, yakni semoga Allah Ta’ala mengaruniai Jemaat saya ini dengan anugerah-anugerah para sahabat radhiallaahu ‘anhum . Semoga di dalam Jemaat ini timbul kejujuran, kesetiaan, keikhlasan, dan ketaatan seperti yang dahulu terdapat di kalangan para sahabat. Dan semoga Jemaat ini menjadi suatu kelompok yang tidak takut kepada siapa pun kecuali Allah. Semoga mereka menjadi mutaki (orang bertakwa), sebab kecintaan Allah Ta’ala itu tertuju pada orang mutaki, “Innallaaha ma’al-muttaqiin (“sesungguhnya Allah beserta orang-orang bertakwa” – Al-Baqarah, 195)”. (Malfuzat, jld. II, hlm. 150).
0 komentar:
Post a Comment