Ahmadiyya Priangan Timur

.

Thursday, 22 May 2014

KEBAIKAN DUNIA INI

“Janganlah seorang pun menganggap bahwa orang seharusnya tidak berhubungan dengan dunia. Bukan demikian maksud saya, dan Tuhan juga tidak melarang seseorang meraih keuntungan dunua, bahkan Islam melarang umatnya memutuskan hubungan dengan dunia. Itu adalah pengecut. Semakin luas hubungan orang mukmin dengan dunia, semakin tinggi derajat yang dia peroleh, karena sasarannya adalah agama, dunia dan seisinya adalah pengkhidmat agama.

Yang sebenarnya adalah, upaya meraih keuntungan dunia jangan menjadi satu-satunya tujuan, tujuan yang hakiki adalah upaya meraih agama. Seseorang hendaknya meraih keuntungan dunia melalui jalan yang dengannya mereka dapat mengkhidmati agama. Seperti seseorang yang berjalan dari satu tempat ke tempat lain, dia membutuhkan kendaraan dan perbekalan untuk perjalanan itu. Semua orang tahu bahwa sasaran (tujuan) orang ini adalah sampai di tujuan dan bukannya kendaraan atau perbekalan [yang menjadi tujuan]. Seseseorang hendaknya meraih keuntungan dunia dengan tujuan untuk menjadikannya pengkhidmat agama.

Tuhan Yang Maha Perkasa telah mengajarkan doa: “Rabbanā ātinā fid-dunyā hasanatan wa fil ākhirati hasanatan. Di sini dunia itulah yang disebut terlebih dulu. Tetapi yang yang dimaksud dengan dunia ini? Yaitu hasanatud-dunya yang menghasillam hasanah (kebaikan) di akhirat.

Doa ini menjelaskan bahwa kebaikan di akhirat harus tetap diperhatikan selagi meraih kebaikan di dunia. Lebih lanjut kata-kata hasanatud-dun-ya menunjukkan kepada kita semua cara terbaik untuk meraih kebaikan­-kebaikan dunia diharapkan dipakai oleh seorang mukmin dalam urusan-urusan dunianya.

Kalian hendaknya meraih keuntungan dunia melalui cara yang baik bagi diri mereka dan tidak dengan cara menyusahkan orang lain, cara-cara juga jangan memalukan diri kalian. Upaya meraih keuntungan dunia melalui cara demikian tentu menghasilkan kebaikan di akhirat.”

(Malfuzhat, jld. II, hlm. 91).