Ahmadiyya Priangan Timur

.

Saturday 24 May 2014

PERHATIKANLAH KEPADA APA YANG DIKATAKAN

”Ini memang benar, yakni ini memang benar, yakni lihatlah pada apa yang dikatakan. Jangan melihat pada siapa yang mengatakan. Jika tidak demikian, maka manusia bisa luput dari kebenaran, dan [dengan begitu] manusia dari dalam dirinya sendiri menumbuh­-kembangkan suatu benih kesombongan dan takabur. Sebab, jika seseorang murni merupakan pencari kebenaran dan shadaqat maka tidak ada urusan sedikit pun dengan masalah kelemahan orang lain.

Jika seorang pemberi nasihat melakukan sesuatu bagi [keuntungan] dirinya sendiri, apa urusan kalian dengan itu? Tujuan kalian yang sebenarnya adalah mencari kebenaran. Memang tidak diragukan lagi bahwa orang-orang ini menyampaikan hal-hal yang tidak sesuai dengan keadaan serta situasi, dan hal-hal yang tidak ada hubungannya sama-sekali. Dan ketika mereka menyampaikan nasihat, mereka tidak menyinggung hal-hal yang memang sangat diperlukan pada waktu itu, dan tidak pula mereka menyentuh penyakit-penyakit yang diidap oleh orang-orang yang menjadi sasaran nasihat mereka. Mereka terus saja menyampaikan pandangan mereka dari berbagai sudut.

Jika mereka memperhatikan Rasulullah saw., mereka dapat mempelajari cara yang sangat baik dalam berdakwah. Seseorang datang kepada Rasulullah saw. dan bertanya: amal apa yang terbaik? Rasulullah saw. menjawab, “Bersedekah.” Kemudian orang lain datang dan menanyakan hal yang sama kepada beliau saw. dan beliau saw. menjawab, “Mengkhidmati orang tua.” Orang ketiga datang dan menanyakan hal yang sama, beliau saw. menjawab hal yang lain lagi. Pertanyaannya mungkin sama tetapi jawabannya berbeda.

Sebagian orang tergelincir dalam hal ini. Orang-orang Kristen melancarkan banyak tuduhan tentang hal ini. Tetapi orang-orang yang bodoh itu tidak memperhatikan cara berberkat Rasulullah saw. tersebut. Hal yang perlu digarisbawahi dari cara ini adalah, bahwa jawaban harus sesuai dengan keadaan penanya.

Amal terbaik bagi orang kikir adalah dia harus menyingkirkan sifatnya ini, dan amal terbaik bagi orang yang tidak mengkhidmati orang tuanya adalah mengkhidmati orang tuanya. Dia membutuhkan jenis pelajaran ini untuk menjadikannya seseorang yang lebih baik, yakni ­mengkhidmati orang tuanya.

Sebagaimana pentingnya seorang ahli medis (pengobatan) untuk membuat diagnose yang baik atas pasiennya, maka penting juga bagi seorang da'i untuk mempelajari manusia dengan baik. Tetapi malangnya pengetahuan dan penglihatan itu hanya diberikan kepada dai’ (penyeru) dari Tuhan. Itulah sebabnya meskipun kenyataannya ada ribuan dai’ yang muncul, tetapi moral dari negara ini semakin runtuh. Segala macam kelemahan moral -- dan hal-hal yang berkaitan dengan keimanan -- masuk ke dalam manusia.”

(Malfuzhat, jld. II, hlm. 105-106).